1. Berobjek
2. Bermetode
3. Bersistem
4. Bersifat umum/universal
Rumusan awal Pancasila selama ini dianggap dikemukakan pertama kali oleh
Soekarno sewaktu berpidato dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945.
Namun, Pancasila yang dikenal sebagai dasar negara saat ini mengalami sejumlah
proses perubahan dari rumusan awal oleh Soekarno.Adapun urutan Pancasila dalam
rumusan yang dibuat Soekarno pada 1 Juni 1945 adalah:
1. Kebangsaan Indonesia
4. Kesejahteraan sosial
Menurut Muhammad Hatta dalam tulisan "Wasiat Bung Hatta kepada Guntur
Soekarno Putra" yang ditulis pada 16 Juni 1978, BPUPKI kemudian membentuk tim yang
terdiri dari sembilan orang untuk merumuskan kembali Pancasila yang dicetuskan
Soekarno. Adapun sembilan orang itu adalah Soekarno, Muhammad Hatta, AA Maramis,
Abikusno Tjokrosoejoso, Abdulkahar Muzakir, Agus Salim, Ahmad Soebardjo, Wahid
Hasyim, dan Muhammad Yamin.Sembilan orang itu kemudian mulai mengubah susunan
Pancasila versi Soekarno.
"Ketuhanan Yang Maha Esa" ditempatkan menjadi sila pertama. Sila kedua yang
disebut Soekarno sebagai "Internasionalisme atau perikemanusiaan" diganti
menjadi "Perikemanusiaan yang adil dan beradab".
"Tak akan ada nation Indonesia tanpa umat Islam. Lebih dari itu, karena kalangan
nasionalis Indonesia yang berjuang dalam lingkup nasional yang mula pertama
memang beragama Islam," demikian pernyataan Ki Bagoes, seperti dikutip dari
buku yang ditulis Hamka Haq.
Argumen itu kemudian disanggah karena dinilai hanya melihat bangsa Indonesia
berdasarkan demografis. Umat Islam di Indonesia memang mencapai 90 persen. Jika
melihat kondisi geografis, khususnya di Indonesia timur, maka komposisinya berbeda.
Pertimbangan bahwa Indonesia merupakan sebuah gugusan kepulauan dari Sabang sampai
Merauke itu juga yang menyebabkan muncul usulan agar dasar negara tidak berdasarkan
agama tertentu. Oleh karena itu, dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
pada 18 Agustus 1945, diputuskan untuk melakukan perubahan pada sila pertama dari yang
ditulis dalam Piagam Jakarta.
Tujuh kata itu, "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya",
kemudian dihapus. "Sesungguhnya tujuh perkataan itu hanya mengenai penduduk yang
beragama Islam saja, pemimpin-pemimpin umat Kristen di Indonesia timur keberatan
kalau tujuh kata itu dibiarkan saja, sebab tertulis dalam pokok dari pokok dasar negara kita,
sehingga menimbulkan kesan seolah-olah dibedakan warga negara yang beragama Islam
dan bukan Islam," demikian penjelasan Muhammad Hatta.
Hingga kemudian, rumusan Pancasila versi 18 Agustus 1945 itu menjadi seperti
yang dikenal saat ini, yaitu:
3. Persatuan Indonesia
Sebagai satu kesatuan yang mutlak, tidak dapat ditambah atau dikurangi. Oleh
karena itu Pancasila tidak dapat diperas menjadi trisila yang meliputi sosio-nasionalisme,
sosio-demokrasi, ketuhanan, atau eka sila yaitu gotong royong sebagaimana dikemukakan
oleh Ir.Soekarno.
b) Susunan Pancasila
Oleh karena itu masing-masing sila mempunyai makna dan peran sendiri-sendiri.
Semua sila berada dalam keseimbangan dan memiliki peran dengan bobot yang sama.
Akan tetapi, masing-masing unsur memiliki hubungan yang organis, maka sila yang berada
di atas menjiwai sila yang berada di bawahnya.
Pancasila sebagai satu kesatuan sistem nilai, juga membawa implikasi bahwa antara
sila yang satu dengan sila yang lain saling mengkualifikasi . Hal ini menunjukkan bahwa di
antara sila yang satu dengan yang lain saling memberi kualitas atau bobot isi. Sebagai
contoh Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sial kemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta berkeadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Begitu pula untuk sila-sila yang lainnya pasti akan menunjukkan adanya
keterkaitan.
Pancasila yang terdiri dari 5 sila itu saling berkaitan yang tak dapat dipisahkan:
o Sila pertama menjelaskan bahwa pada sila pertama itu meliputi dan menjamin isi sila
2, 3, 4, dan 5, artinya dalam segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara harus dijiwai nilai-nilai ketuhanan Yang Maha Esa.
o Sila kedua tertulis kemanusiaan yang adil dan beradab yang diliputi sila ke-1 dan
isinya meliputi sila 3, 4, dan 5, dalam sila ini terkandung makna bahwa sangat
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk tuhan yang
beradab, maka segala hal yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara
harus mencerminkan bahwa negara ini mempunyai peraturan yang menjunung tinggi
harkat dan martabat manusia.
o Sila ketiga tertulis persatuan Indonesia yang diliputi dan dijiwai sila 1, 2 yang meliputi
dan menjiwai isi dari sila 4, dan 5, sila ini mempunyai makna manusia sebagai
makhluk sosial wajib mengutamakan persatuan negara Indonesia yang disetiap
daerah memiliki kebudayaan-kebudayaan maupun beragama yang berbeda.
o Sila keempat diliputi dan dijiwai sila 1, 2, 3 yang meliputi dan menjiwai isi dari sila
kelima. Sila ini menjelaskan bahwa negara Indonesia ini ada karena rakyat maka dari
itu rakyat berhak mengatur kemana jalannya negara ini.
o Sila kelima yang bertuliskan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu diliputi
dan dijiwai oleh isi dari sila 1, 2, 3, dan 4. Sila ini mengandung makna yang harus
mengutamakan keadilan bersosialisasi bagi rakyat Indonesia ini sendiri tanpa
memandang perbedaan-perbedaan yang ada.