Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA PASIEN Tn.R DENGAN HERNIA INGUINALIS


DI RUANG WIRASAKTI RUMKIT TK II. Prof. dr. J. A. LATUMETEN
AMBON

Disusun Oleh :

Inta Oihu

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
AMBON
2021
LEMBARAN PENGESAHAN

CASE REPORT NURSING

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.R DENGAN HERNIA INGUINALIS

DI RUANG WIRASAKTI

RUMKIT TK II. Prof. dr. J. A. LATUMETEN

Telah disetujui dan disahkan oleh Preseptor Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Tanggal, 10 Mei 2021

CO NERS

Inta Oihu

Mengetahui

Preseptor Lahan Preseptor Institusi

Nirmala Sari Gani, S.Kep., Ns Ns. La Rakhmat Wabula, S.Kep., M.Kep


NITS : 201508242169 NIDN. 1203029002
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis Ucapkan Kehadirat Allah SWT, karena telah memberi nikmat
kesehatan, kekuatan, pikiran yang jernih dan keterbukaan hati sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas laporan asuhan keperawatan pada Tn.R dengan Hernia Inguinalis di
ruang Wirasakti RUMKIT TK II. Prof. Dr. J. A. LATUMETEN AMBON.
Tugas laporan asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi tugas mingguan
praktik klinik stase Keperawatan Medikal Bedah Profesi. Penulis menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
tugas ini.
Penulis berharap semoga tugas laporan asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi kita
semua, khususnya di bidang pelayanan kesehatan terutama keperawatan dan Institusi
Pendidikan STIKes Maluku Husada. Atas segala bantuan yang telah diberikan, Penulis
mengucapkan Terima Kasih.

Ambon, 3 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Konsep Penyakit Hernia Inguinalis
1.1.1 Definisi
1.1.2 Etiologi
1.1.3 WOC
1.1.4 Manifestasi klinis
1.1.5 Pemeriksaan penunjang
1.1.6 Penatalaksanaan
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perncernaan
1.2.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Pemeriksaan Range of system (B1-B6)
a. B1 (Breathing)
b. B2 (Blood)
c. B3 (Brain)
d. B4 (Bladder)
e. B5 (Bowel)
f. B6 (Bone)
5. Pemeriksaan penunjang
6. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1.2.3 Intervensi Keperawatan

BAB II LITERATUR REVIEW


Analisis PICOT (Population, Intervention, Comparasion, Outcome, Time)

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Penyakit Hernia Inguinalis


1.1.1 Definisi
Hernia adalah kelainan pada dinding abdomen yang memungkinkan isi
abdomen menonjol dan rongga abdomen (Bhesty & Yudha, 2016).
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembetukan abnormal
atau lemah pada otot yang mengelilinginya. Hernia adalah tonjolan keluarnya
organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut seharusnya
berada yang di dalam keadaan normal tertutup (Jitiwoyono & Kristiayanasari,
2010).
Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal
masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari
cincin inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa
juga merupakan suatu jaringan lemak atau omentum. Hernia merupakan tonjolan
suatu bagian dari satu atau beberapa organ lewat lubang yang abnormal
(Hockenberry, 2008).
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam annulus inguinalis di
atas kantong skrotum, yang disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup
congenital (Betz, 2004).
Hernia inguinalis dimana merupakan suatu keadaan keluarnya struktur organ
dari tempatnya yang normal melalui suatu area pada defek inguinal yang secara
manual tidak bisa kembali ke tempat semula dan akan memberikan implikasi
tindakan invasif bedah dengan secara pembedahan mengembalikan struktur organ
terebut dengan menutup defek di inguinal. (Arif, 2009).

1.1.2 Etiologi
Penyebab hernia inguinalis menurut (Betz, 2004) adalah:
a. Kelemahan dinding otot abdomen (kelemahan jaringan, adanya daerah yang
luas diligamen inguinal, trauma)
b. Peningkatan tekanan intraabdomen (obesitas, mengangkat beban berat,
mengejan, konstipasi, kehamilan, batuk kronik, hipertropi prostat)
c. Factor kelainan ( kongenital)
1.1.3 WOC

Peningkatan intra abdomen kelemahan otot dinding


abdomen
(batuk, mengejan, mengangkat (trauma, obesitas)
benda berat)

Isi rongga abdomen melewati isi rongga abdomen melewati


Dinding inguinal annulus inguinal

Masuk ke skrotum terjadi penonjolan keluar

Kantung yg terdapat dlm perut mengalami kelemahan

HERNIA INGUINALIS

Pre operasi pembedahan

Local geser post operasi

Sal.limfe mual insisi mual


kerusakan
Terbendung spasme
otot
Suplai cairan nafsu makan
Iskemik elektrolit (-) terputusnya menurun terputusnya
Jaringan saraf jaringan
Nekrosi dehidrasi saraf
Nyeri akut Resiko
infeksi infeksi
Gangguan
Kekurangan mobilotas
Ketidakseimbangan
kebutuhan cairan fisik
nutrisi kurang dari
dan elektrolit
kebutuhan tubuh
1.1.4 Manifestasi klinis
Menurut Mansjoer, (2007) penatalaksanaan Hernia Inguinalis Lateralis adalah:
a. Secara konservatif
1) Reposisi, dilakukan secara bimanual dengan tangan kiri memegang isi
hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah
cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi.
2)Pemakaian bantalan-bantalan penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
b. Secara operatif
1) Herniotomi : pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong
dibuka dan diisi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan kemudian
direposisi kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
2) Hernio plastic : dilakukan tindakan-tindakan memperkecil annulus
inguinalis iterus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
3) Hernioraphy : memotong seluruh kantong hernia atau dengan menjepit
defek (bagian lemak di dinding rongga yang bersangkutan) didalam fasia.

1.1.5 Pemeriksaan penunjang


Pengecekan laboratorium supaya dapat diketahui kerusakan pada organ yaitu
jantung dan ginjal.
a. Untuk mengetahui hasil hipertropi ventrikel kiri dengan cara EKG
b. Pemeriksaan Urinalisa untuk mendapatkan hasil urine,glukosa,urine,darah,
protein Pemeriksaan : pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar
urin.pielogram intravena arteriogram renal,renogram,
c. Rontgen dan CT scan.

1.1.6 Penatalaksanaan
- Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang yang berfungsi untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Reposisi tidak dapat dilakukan pada hernia inguinal strangulata, kecuali
pada anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Cara mereposisi adalah
dengan tangan kiri memegang isi hernia dan membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorong ke arah cincin hernia dan memberi sedikit tekanan sampai terjadi
reposisi. Bila usaha reposisi tidak berhasil dalam waktu 6 jam harus dilakukan
operasi.
- Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit dan diikat setinggi mungkin lalu dipotong.
- Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Cara ini lebih baik dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Ada banyak metode
hernioplastik, seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan
terputus, menutup, dan memperkuat fasia transversal dan menjahitkan pertemuan
m. transversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominalis ke
ligamentum inguinal.
- Inguinal Poupart (metode Bassini) atau ligamentum Cooper (metode Mc Vay).
- Herniorafi adalah membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang kanalis inguinalis.

Indikasi pembedahan pada hernia inguinalis :


1. Penonjolan besar yang mengindikasikan peningkatan risiko hernia inkarserata
atau hernia strangulata.
2. Nyeri hebat, yang merupakan respon masuknya penonjolan memenuhi kanal.
Pada hernia inkarserata dan hernia strangulata pembedahan mungkin diperlukan
untuk menghilangkan bagian dari usus atau apabila kondisi hernia dengan
intervensi reseksi usus. Reseksi usus dapat dilakukan secara laparaskopi.

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan
1.2.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
Ada pembekakan di inguinal dan terasa nyeri.
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh nyeri, ada benjolan, mual muntah
3. Riwayat penyakit dahulu
Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita klien seperti
DM, hipertensi, TBC.
4. Pemeriksaan Range of system (B1-B6)
a. B1 (Breathing)
Biasanya tidak terjadi gangguan pernapasan yang spesifik untuk pasien
hernia.
b. B2 (Blood)
Biasanya tekanan darah masih dalam batas normal.
c. B3 (Brain)
GCS dalam batas normal, kedasaran komposmentis, kadang dijumpai
kesadaran yang apatis dan gelisah pada hernia.
d. B4 (Bladder)
Penurunan produksi urin.
e. B5 (Bowel)
Terdapat penurunan peristaltic usus.
f. B6 (Bone)
Biasanya mengalami kesulitan dalam berpindah dan berjalan akibat luka
post operasi.
g. Pemeriksaan penunjang
1. Cahya X abdomen menandadakan tanda tidak normalnya kadar gas yang
terdapat pada usus/ obstruksi usus.
2. Cara mengetahui darah lengkap dan serum elektrolit dapat menghaslkan
peningkatan konsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah
putih dan ketidakseimbangan nya elektrolit.
h. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
1. Medis
- Herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit dan diikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
- Hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Cara ini
lebih baik dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan
herniotomi. Ada banyak metode hernioplastik, seperti memperkecil
anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup, dan
memperkuat fasia transversal dan menjahitkan pertemuan m.
transversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominalis ke
ligamentum inguinal.
- Herniorafi adalah membuang kantong hernia disertai tindakan bedah
plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang
kanalis inguinalis.

2. Keperawatan
1. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan
secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyokong,
2. Jika suatu operasi daya putih hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali
3. Celana penyangga
4. Istirahat baring
5. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak
tinja untuk mencegah sembelit
6. Diet cairan sampai saluran intestinal berfungsi kembali, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi, teh, coklat, cola,
minuman beralkohol, yang dapat memperburuk gejala-gejala.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
3. Resiko infeksi b.d luka operasi

1.2.3 Intervensi Keperawatan

No. Duagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Pain Management
diskontuinitas tindakan keperawatan 1. Kaji nyeri secara menyeluruh
jaringan akibat selama 3x24 jam, termasuk durasi, frekuensi lokasi,
tindakan diharapkan nyeri pada karakteristik, kualitas dan factor
operasi klien berkurang atau presipitasi
hilang dengan 2. Observasi ketidaknyamanan melalui
Kriteria Hasil : reaksi nonverbal
a) Mampu mengelola 3. Lakukan komunikasi terapeutik agar
nyeri (untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
mengetahui 4. Cek kultur yang berpengaruh terhadap
penyebab nyeri, respon nyeri
memakai tehnik 5. Kaji pengalaman nyeri di masa lalu
nonfarmakologi agar 6. Evaluasi Bersama antara tim
nyeri berkurang kesehatan lain dengan pasien tentang
b) Mengatakan bahwa cara mengontrol nyeri masa lalu
nyeri berkurang 7. Bantu pasien dan keluarga untuk
dengan mencari dan menemukan dukungan
menggunakan 8. Monitor keadaan yang bisa
manajemen nyeri mempengaruhi nyeri seperti
c) Mampu mengenali pencahayaan, suhu ruangan dan
nyeri (skala, kebisingan
intensitas, frekuensi 9. Atasi faktor penyebab nyeri
dan tanda nyeri) 10. Atasi cara mengatasi nyeri (non
d) Menyatakan rasa farmakologi, farmakologi, dan inter
nyaman setelah personal)
nyeri berkurang 11. Kaji sumber dan tipe nyeri agar dapat
e) Tanda vital dalam menentukan intervensi
rentang normal 12. Beritahu teknik non farmakologi
13. Beri analgetik/anti nyeri untuk
mengatasi nyeri
14. Tingkatkan istirahat
15. Bekerjasama dengan tim medis bila
keluhan dan tindakan untuk mengatasi
nyeri tidak berhasil
16. Monitor respon klien tentang
pengelolaan nyeri

Analgesic Administration
1. Pastikan karakteristik, lokasi, derajat
dan kualitas nyeri sebelum pemberian
obat
2. Cek riwayat alergi
3. Pilih analgesik ketika pemberian lebih
dari satu, kombinasi dari analgesic
4. Pastikan pilihan analgesik sesuai tipe
dan beratnya nyeri
5. Pilih analgesik, dosis optimal dan rute
pemberian
6. Pilih cara memberikan obat secara IM,
IV untuk pengobatan nyeri secara
teratur
7. Cek vital sign sesudah dan sebelum
pemberian analgesic pertama kali
8. Beri analgesik yang tepat bila nyeri
hebat

2. Ketidakseimban Setelah dilakukan 1. Cek adanya alergi terhadap makanan


gan nutrisi tindakan 2. Bekerjasama dengan ahli gizi agar
kurang dari keperawatan selama mengetahui jumlah nutrisi dan kalori
kebutuhan 3x24 jam, diharapkan yang dibutuhkan pasien
tubuh b.d mual ketidakseimbangan 3. Pastikan diet mengandung serat yang
muntah nutrisi tinggi dan dapat mencegah konstipasi
teratasi dengan 4. Ajarkan klien cara membuat catatan
kriteria hasil: harian makanan.
a) Albumin serum 5. Periksa rutin gula darah dan
b) Pre Albumin serum penurunan BB
c) Hematokrit 6. Selama makan control lingkungan
d) Hemoglobin klien
e) Total iron binding 7. Atur pemberian obat dengan tindakan
capacity selama jam makan
f) Jumlah limfosit 8. Monitor turgor kulit
9. Kontrol rambut kusam,
kekeringan,total protein, Hb dan kadar
Ht

10. Kontrol muntah dan mual


11. Kontrol tanda kemerahan, pucat, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
12. Monitor intake nuntrisi
13. Beri informasi pada keluarga dan
klien manfaat nutrisi
14. Kerja sama dengan tim medis tentang
pemenuhan kebutuhan makanan
seperti NGT/ TPN agar intake cairan
adekuat.
15. Atur posisi fowler tinggi atau semi
fowler saat makan
16. Memotivasi klien untuk banyak
minum
17. Berikan terapi IV line dan Catat
adanya hiperemik, edema, cavitas oval
dan hipertonik papilla lidah
penurunan kecemasan

(Anxiety reduction)
1. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
2. Jelaskan pada klien harapan terhadap
perilaku klien
3. Beri penjelasan tentang prosedur dan
hal yang akan dirasakan selama
prosedur.
4. Ketahui pemahanan pasien tentang
situasi stress
5. Temani klien untuk mengurangi rasa
tajut klien dan memberi rasa aman
6. Motivasi keluarga untuk menemani
anak
7. Lakukan back/nac rub
8. Dengarkan dengan penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat kecemasan
10. Bantu pasien mengenali situasi yang
menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
12. Instuksikan pasien menggunakan
Teknik relaksasi
13. Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan

3. Resiko infeksi Setelah diintervensi Infection Control (Kontrol infeksi)


b.d luka selama 3x24 jam, 1. Lakukan pembersihan ruangan setelah
operasi masalah resiko infeksi digunakan pasien lain
teratasi dengan 2. Pertahankan Teknik isolasi
Kriteria Hasil : 3. Batasi pengunjung bila perlu
a) Tidak ditemukan 4. Beritahu pengunjung untuk cuci
dari tanda dan gejala tangan bila melihat klien dan saat
infeksi akan pulang
b) Menjelaskan tentang 5. Cuci tangan dengan sabun antiseptic
proses penyakit, 6. Lakukan Kebersihan tangan sebelum
penularan serta dan sesudah tindakan keperawatan
penatalaksanaannya 7. Pakai sarung tangan dan baju sebagai
c) Menunjukkan alat pelindung
kemampuan untuk 8. Selama pemasangan alat, beri
mencegah timbulnya lingkungan aseptic
infeksi 9. Ganti posisi Infus Line perifer dan
d) Jumlah leukosit line central dan dressing sesuai
dalam batas normal dengan petunjuk umum
10. Pakai Dawer kateter untuk mencegah
infeksi kandung kencing
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Bila perlu berikan terapi antibiotic

Pencegahan terhadap infeksi (Infection


Protection)
1. Pantau gejala dan tanda infeksi dan
lokal sistemik
2. Pantau granulosit, WBC
3. Pantau kerentanan terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung yang dilihat ada
penyakit menular
6. Lakukan teknik steril untuk klien yang
beresiko
7. Teknik isolasi bila diperlukan
8. Pada area epidema bisa diberikan
perawatan kulit
9. Lihat jika ada tanda panas, drainase,
kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan
10. Lihat luka / insisi bedah
11. Motivasi intake nutrisi yang cukup
12. Motivasi intake cairan
13. Dorong istirahat
14. Ajarkan klien minum antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
16. Latih klien untuk menghindari infeksi

BAB II LITERATUR REVIEW

Judul/ Penulis Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil


/ Tahun Penelitian

Catatan: Artikel dalam 5 tahun terakhir

Analisis PICOT (Population, Intervention, Comparasion, Outcome, Time)


Judul/ Penulis / Populatio Intervention Comparation Outcome Time
Tahun n

Catatan: Artikel dalam 5 tahun terakhir

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam annulus
inguinalis di atas kantong skrotum, yang disebabkan oleh kelemahan atau
kegagalan menutup congenital.

4.2 Saran
Diharapkan lebih banyak memberikan bimbingan konseling khususnya
untuk penyakit hernia sebagai upaya peningkatan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Amrizal. (2015). Hernia Inguinalis: Tinjauan Pustaka Syifa’MEDIKA, Vol.6 (No.1).

Brunner&Suddarth.2002.Keperawatan medical bedahVol 1.Jakarta:EGC.

Nauri, Nian. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Gastrointestinal. TIM.
Jakarta.

Nurarif, Huda dan Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa medis
dan NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Edisi Revisi. Yogyakarta : Mediaction.

Mansjoer A. (2005). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta.

Jitiwoyono & Kristiayanasari. (2010). Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Betz. (2004). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Arif. (2009). Sistem Neurobehaviour. Jakarta : Salemba Medika.


PENGKAJIAN

Nama Mahasiswa : Inta Oihu


NPM :
Tempat Praktek : R.Wirasakti
Tanggal Praktek :

A. Data Biografi
Nama : Tn.R No. Register: 0133xx
Umur : 65 tahun
Suku/Bangsa : Maluku/Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen
Pendidikan : S1
Pekerjaan : ………………………………………
Alamat : ………………………………………
Tanggal Masuk RS : 2 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 3 Mei 2021
Catatan Kedatangan : Kursi Roda ( ), Ambulans ( ), Brankar ( )

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi:


Nama : Ny.I No. Telpon:
Umur : 48 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat :
B. Riwayat Kesehatan / Keperawatan
1. Keluhan Utama :
Nyeri
2. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Faktor Pencetus :
Klien mengatakan 4 jam SMRS timbul benjolan di selangkangan bagian kanan dan
disertai nyeri.
Saat di lakukan pengkajian pada tgl 3 Mei 2021 pukul 10:00, klien mengatakan nyeri di
bagian skrotum, klien tampak meringis, KU lemah, klien terpasang infus RL 20 tpm.
Sifat Keluhan (mendadak / perlahan-lahan / terus-menerus / hilang timbul atau
berhubungan dengan waktu):
Nyeri dirasakan hilang timbul dan ketika beraktifitas nyeri juga dirasakan, selain itu
nyeri dirasakan saat benjolan ditekan
Lokalisasi dan Sifatnya (menjalar / menyebar / berpindah-pindah / menetap):
Nyeri dirasakan menetap
Berat ringannya keluhan (menetap / cenderung bertambah atau berkurang):
menetap
Lamanya keluhan:
± 10 detik
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi:
Istirahat dan minum obat
Diagnosa Medik:
Hernia Inguinalis Dextra Tanggal: 2 Mei 2021

C. Riwayat Kesehatan Dahulu


Penyakit yang pernah dialami (jenis penyakit, lama, dan upaya untuk mengatasi,
Riwayat Masuk RS):
Pasien pernah melakukan post op hernia pada Desember 2020
Alergi: tidak ada
Obat-obatan yang pernah digunakan:
Obat-obatan Dosis Dosis Terakhir Frekuensi
(Resep / Obat
Bebas)
Amlodipine

Captopil

D. Riwayat Kesehatan Keluarga


Penyakit menular atau keturunan dalam keluarga:
Tidak ada
E. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehataan
Persepsi terhadap penyakit:
Klien mengatakan berharap cepat sembuh dengan penyakit yang dialaminya dan cepat
dizinkan pulang
Penggunaan:
Tembakau (Bungkus / hari, Pipa, Cerutu, berapa lama, kapan berhenti): tidak
Alkohol (Jenis, jumlah / hari / minggu / bulan): tidak
Alergi (obat-obatan, makanan, plester, dll): tidak
Reaksi alergi: tidak
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Diet / supplement khusus: tidak ada
Instruksi diet sebelumnya: tidak ada
Nafsu makan (normal, meningkat, menurun): normal
Penurunan sensasi kecap, mual muntah, stomatitis: tidak ada
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun): normal
Kesulitan menelan (disfagia): tidak ada
Gigi (lengkap / tidak, gigi palsu): lengkap
Riwayat masalah kulit / penyembuhan (ruam, kering, keringat berlebihan,
penyembuhan abnormal): tidak ada
Jumlah minum / 24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): 1500 cc/hari
Frekuensi makan: 3x/hari
Jenis makanan: nasi, ikan, sayur
Pantangan atau alergi: tidak ada
3. Pola Eliminasi
Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi: 1 x/hari Waktu: pagi hari
Warna: kuning Konsistensi: lunak
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia): tidak ada
Buang Air Kecil (BAK)
Frekuensi: 7 x/hari Warna: kuning
Kesulitan (dysuria, nokturia, hematuria, retensi, inkontinensia): tidak ada

0 = Mandiri 3 = Dibantu orang lain dan peralatan


1 = Dengan alat bantu 4 = Ketergantungan / ketidakmampuan
2 = Dibantu orang lain
Kegiatan 0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi
Berpakaian / berdadan
Toiletting
Mobilisasi ditempar tidur
Berpindah
Berjalan
Menaiki tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan Rumah

Alat bantu (kruk, pispot, tongkat, kursi roda): tidak


Kekuatan otot: 5 5
5 5

Kemampuan ROM: aktif aktif


Aktif aktif

Keluhan saat beraktivitas: nyeri


4. Pola Istirahat dan Tidur
Lama tidur: 4 Jam / malam 3, tidur siang 1, tidur sore…………..
Waktu: ………………….
Kebiasaan menjelang tidur: tidak ada
Masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruk): pasien mengatakan sering
terbangun pada malam hari
5. Pola Kognitif dan Persepsi
Status mental (sadar / tidak, orientasi baik atau tidak): sadar
Bicara: Normal ( ), Gagap ( ), Aphasia Ekspresif ( )
Kemampuan berkomunikasi: Ya ( ), Tidak ( )
Kemampuan memahami: Ya ( ), Tidak ( )
Tingkat ansietas: Ringan ( ), Sedang ( ), Berat ( ), Panik ( )
Pendengaran: DBN ( ), Tuli ( ) Kanan / Kiri, Tinitis ( ), Alat bantu dengar ( )
Penglihatan (DBN, Buta, Katarak, Kacamata, Lensa Kontak, dll): baik
Vertigo: tidak
Ketidaknyamanan / Nyeri (Akut / Kronis): nyeri akut
Penatalaksanaan Nyeri: diberikan obat dan berbaring
6. Persepsi Diri dan Konsep Diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan:
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Lain-lain:
……………………………………………………………………………………………
7. Pola Peran Hubungan
Pekerjaan: ………………………………………………
Sistem pendukung: keluarga
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan RS: ………………………………
Kegiatan sosial: …………………………………………………………………………
Lain-lain: ……………..………………………………………………………………
8. Pola Seksual dan Reproduksi
Tanggal menstruasi terakhir (TMA): ………………………………
Masalah menstruasi: ………………………………………………..
Pap Smear terakhir: …………………………………………………
Masalah seksual berhubungan dengan penyakit: ………………………………….
9. Pola Koping dan Toleransi Stress
Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (finansial, perawatan
diri):
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Kehilangan / perubahan besar dimasa lalu: ………………………………………….
Hal yang dilakukan saat ada masalah (sumber koping): musyawarah dengan
keluarga
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress: tidak
Keadaan emosi dalam sehari-hari (santai / tegang): santai
10. Keyakinan dan Kepercayaan
Agama: ……………………………
Pengaruh agama dalam kehidupan: …………………………………………………

F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran: Composmentis GCS: 15 E:4, V:5, M:6
Klien tampak Sehat / Sakit / Sakit Berat:
BB: ………. Kg
TB: ………. Kg
2. Tanda-Tanda Vital
TD: 180/100 mmHg
N: 80 x/m
RR: 20 x/m
S: 36 0C
3. Kulit
Warna kulit (sianosis, icterus, pucat eritema, dll): normal
Kelembapan: lembab
Turgor kulit: baik
Ada atau tidaknya oedema: tidak ada
4. Kepala / Rambut
Inspeksi : rambut tampak beruban, kulit kepala bersih tidak ada kotoran
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
5. Mata
Inspeksi : mata simetris, konjungtiva ananemis, gerakan bola mata atas-bawah
normal, klien dapat menggerakan bola mata ke samping kiri dan kanan,
sclera tidak ikterik
Palpasi : tidak teraba adanya pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
6. Telinga
Inspeksi : telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada lesi di
telinga tidak menggunakan alat bantu dengar
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
7. Hidung dan Sinus
Inspeksi : hidung simetris kiri dan kanan, tidak terdapat adanya seckret, tidak
ada penyumbatan dilubang hidung, tidak ada lesi di area hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
8. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi : mulut bersih, mukosa bibir lembab
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan pada gusi

9. Leher
Inspeksi : tidak tampak pembengkakan tiroid
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran
kelenjar tiroid, tidak teraba pembesaran kelenjar limfe.
10. Thoraks atau Paru
Inspeksi : dada simetris, tidak ada lesi di area dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
Perkusi : resonan seluruh lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler
11. Jantung
Inspeksi : tidak ada lesi pada dada sebelah kiri, ictus cordis tidak tampak
Palpasi : akral hangat, crt <3 detik
Perkusi : dullness
Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 dengan irama reguler (lup dup), tidak terdapat
bunyi jantung tambahan

12. Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembengkanan, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus 20x/menit

13. Genetalia
Inspeksi : …………………………………………………………………………
Palpasi : …………………………………………………………………………
14. Rektal
Inspeksi : …………………………………………………………………………
Palpasi : …………………………………………………………………………
15. Ekstremitas
Inspeksi : terpasang infus RL 20 tpm pada tangan sebelah kiri, pergerakan
ekstremitas baik, akral hangat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan
16. Vaskuler Perifer
CRT : CRT <3 detik,
Clubbing: tidak ada
Perubahan warna: normal
17. Neurologis
Status mental / GCS: ……………………………..
Motorik:
………………………………………………………………………………………….
Sensorik:
………………………………………...........................................................................
Tanda Rangsangan Meningeal: ………………………………………………………
Saraf kranial:
……………………………………………………………………………
Refleks fisiologis: ………………………………………………………………………
Refleks patologis: ………………………………………………………………………

G. Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik dan Laboratorium)

No. Hari / Tgl Janis Pemeriksaan Hasil Nilai Interpretasi


Normal
1. 2 Mei 2021 GDS 155 < 120 mg/dL
SGOT 28 < 35 u/l
SGPT 32 < 41 u/l
Ureum 60 < 20-50
mg/dL
Kreatinin 2,4 < 1,5 mg/dL
EKG

H. Penatalaksanaan Pengobatan
No. Tgl dan waktu Jenis (Oral / IV / IM / Topikal Dosis Indikasi
1. IVFD RL 20 tpm/IV
2. Ceftriaxone 1 gr/IV 2x1
3. Ketorolac 30mg/IV 3x1
4. Amplodipine 10mg/PO 1x1 (malam)
5.
KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- Pasien mengatakan nyeri pada - Pasien tampak meringis
skrotum - Pasien tampak gelisah
- Pasien mengatakan aktifitas di - Terdapat benjolan di selangkangan sebelah
bantu oleh keluarga kanan
- Pasien mengatakan sulit tidur - Terdapat nyeri tekan pada benjolan
- Pasien mengatakan sering - P : Nyeri dirasakan saat beraktifitas
terbangun pada malam hari Q : seperti di tusuk-tusuk
R : menetap
S : skala 4
T : ±20 detik
- KU lemah
- TTV :
TD: 180/100 mmHg
N: 80 x/m
RR: 20 x/m
S: 36 0C
- Aktifitas tampak di bantu keluarga
- Terpasang infus di tangan sebelah kiri
- Selama sakit kebutuhan ADL
Makan dan minum : 2
Mandi : 2
Berpakaian : 2
Toiletting : 2
- Jam tidur tidak normal (4 jam/hari)
ANALISA DATA

TANGGA DATA ETIOLOGI MASALAH


L
17 Mei DS : Agen cedera Nyeri Akut
2021 - Pasien mengatakan nyeri pada skrotum biologis
DO :
- Pasien tampak meringis
- Terdapat benjolan di selangkangan
sebelah kanan
- Terdapat nyeri tekan pada benjolan
- P : Nyeri dirasakan saat beraktifitas
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : menetap
S : skala 4
T : ±20 detik
- KU lemah
- TTV :
TD: 180/100 mmHg
N: 80 x/m
RR: 20 x/m
S: 36 0C

DS : Nyeri Hambatan
- Pasien mengatakan aktifitas di bantu oleh mobilitas
keluarga fisik

DO :
- KU lemah
- Aktifitas tampak di bantu keluarga
- Terpasang infus di tangan sebelah kiri
- Selama sakit kebutuhan ADL
Makan dan minum : 2
Mandi : 2
Berpakaian : 2
Toiletting : 2
DS : Nyeri Gangguan
- Pasien mengatakan sulit tidur pola tidur
- Pasien mengatakan sering terbangun
pada malam hari
DO :
- Jam tidur tidak normal (4 jam/hari)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis


2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
RENCANA INTERVENSI

HARI/ DIAGNOSA
TANG WAKTU KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
GAL (Tujuan, Kriteria Hasil)
Senin, 10:00 Setelah dilakukan 1. Observasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui lokasi nyer,
3 Mei WIT tindakan keperawatan durasi, frekuensi, kualitas, karakteristik, durasi, frekuensi,
2021 selama 1x8 jam intensitas nyeri kualitas, dan intensitas nyeri
diharapkan nyeri dapat
teratasi, dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui tingkat skala
hasil : nyeri
- Pasien mengatakan
nyeri berkurang 3. Identifikasi factor yang 3. Untuk mempermudah dalam
- Skala nyeri 0 memperberat dan memperingan mengatasi nyeri
- Pasien tampak rileks nyeri

4. Ajarkan Teknik nonfarmakologi 4. Untuk mengurangi rasa nyeri

5. Kolaborasi pemberian analgetik 5. Dapat menghambat mediator kimia


dengan menghasilkan endorphin
yang berfungsi menghambat nyeri

Senin, 10:00 Setelah dilakukan 1. Observasi pola tidur 1. Untuk mengetahui pasien tidur dengan pola yang
3 Mei WIT tindakan keperawatan tepat
2021 selama 1x8 jam
diharapkan gangguan 2. Observasi TTV 2. Untuk mengetahui kesadaran dan kondisi pasien
pola tidur teratasi,
dengan kriteria hasil : 3. Observasi factor yang 3. Mengetahui penyebab gangguan tidur
- Jam tidur terpenuhi (8 mempengaruhi tidur
jam/hari) 4. Ciptakan lingkungan yang tenang, 4. Kondisi lingkungan yang aman dan nyaman dapat
nyaman, dan meminimalkan memudahkan pasien untuk tidur
gangguan

Senin, 10:00 Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Mengetahui penyebab gangguan mobilitas
3 Mei WIT tindakan keperawatan keluhan fisik lainnya
2021 selama 1x8 jam
diharapkan hambatan 2. Observasi TTV 2. Mengetahui perkembangan kondisi pasien
mobilitas fisik teratasi,
dengan kriteria hasil : 3. Observasi kemampuan pasien 3. Mengetahui kemampuan pergerakan pasien
- Aktifitas fisik dalam beraktifitas
meningkat 4. Libatkan keluarga untuk membantu 4. Membantu pasien dalam melakukan pergerakan
pasien dalam meningkatkan
pergerakan
5. Ajarkan klien bagaimana merubah 5. Memberikan posisi yang nyaman dapat memberikan
posisi dan berikan bantuan jika kenyamanan pasien
diperlukan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari Pertama

HARI/ NO. JAM IMPLEMENTASI PARAF JAM EVALUASI (SOAP) PARAF


TGL DK
Senin, 1 10:00 1. Mengobservasi lokasi, karakteristik, durasi, Senin, S :
17 Mei WIT frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 3 Mei - Pasien mengatakan nyeri
2021 Hasil : nyeri pada skrotum, durasi ± 10 detik, kualitas 2021 di skrotum
seperti di tusuk-tusuk O : KU lemah
10:05 2. Mengidentifikasi skala nyeri 14:00 P : nyeri dirasakan saat
WIT Hasil : skala nyeri 4 WIT bergerak
10:10 3. Mengidentifikasi factor yang memperberat dan Q : seperti ditusuk-tusuk
WIT memperingan nyeri R : menetap
Hasil : pasien mengatakan nyeri dirasakan saat S:4
bergerak, dan nyeri berkurang saat beristirahat atau T : ± 10 menit
mendapatkan obat A : nyeri akut belum teratasi
10:30 4. Mengajarkan Teknik nonfarmakologi untuk
WIT mengurangi nyeri P : intervensi 1, 2, 3, 4, 5
Hasil : pasien diajarkan tehnik relaksasi napas dalam dilanjutkan
13:00 5. Berkolaborasi pemberian analgetik
Hasil : diberikan inj Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV

Senin, 2 10:00 1. Mengobservasi pola tidur Senin, S:


3 Mei WIT Hasil : pasien mengatakan sering bangun malam hari, 3 Mei - Pasien mengatakan sering
2021 dan jam tidur tidak normal 2021 terbangun malam hari
12:00 2. Mengobservasi TTV O:
WIT Hasil : 14:00 - KU lemah
TD: 180/100 mmHg WIT - Jam tidur hanya 4 jam
- TTV :
N: 80 x/m
TD : 170/100 mmHg
RR: 22x/m N :74x/m
S: 36,6°C
S: 360C
R: 20x/m
10:10 3. Mengobservasi factor yang mempengaruhi tidur
WIT Hasil : pasien mengatakan nyeri sehingga tidak bias A: gangguan pola tidur belum
tidur teratasi
13:00 4. Menciptakan lingkungan yang tenang, nyaman, dan
WIT meminimalkan gangguan P: intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan
Hasil : lingkungan aman dan nyaman

3 10:00 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik Senin, S:


WIT lainnya 3 Mei - Pasien mengatakan
Hasil : pasien mengatakan nyeri dirasakan saat 2021 kebutuhan ADL masih
bergerak dibantu keluarga
12:00 2. Mengobservasi TTV 14:00 O:
WIT Hasil : WIT - KU lemah
TD: 180/100 mmHg - TTV :
N: 80 x/m TD : 170/100 mmHg
RR: 22x/m N :74x/m
S: 360C S: 36,6°C
10:05 R: 20x/m
3. Mengobservasi kemampuan pasien dalam beraktifitas
WIT A: hambatan mobilitas fisik
Hasil : klien belum mampu beraktifitas tanpa bantuan
belum teratasi
keuarga dan perawat
10:10 P: intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan
4. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
WIT
meningkatkan pergerakan
Hasil : keluarga membantu pasien dalam bergerak
10:15
5. Ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan
WIT
bantuan jika diperlukan
Hasil : dalam mengatur posisi masih dibantu keluarga
dan perawat

Hari Kedua
HARI/ NO. JAM IMPLEMENTASI PARAF JAM EVALUASI (SOAP) PARAF
TGL DK
Selasa, 1 20.00 1. Mengobservasi lokasi, karakteristik, durasi, Rabu, S :
4 Mei WIT frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 5 Mei - Pasien mengatakan nyeri
2021 Hasil : nyeri pada skrotum, durasi ± 10 detik, kualitas 2021 di skrotum
seperti di tusuk-tusuk O : KU lemah
21:05 2. Mengidentifikasi skala nyeri 06:00 - Nyeri saat benjolan di
WIT Hasil : skala nyeri 4 WIT tekan
P : nyeri dirasakan saat
21:10 3. Mengidentifikasi factor yang memperberat dan bergerak
WIT memperingan nyeri Q : seperti ditusuk-tusuk
Hasil : pasien mengatakan nyeri dirasakan saat R : menetap
bergerak, dan nyeri berkurang saat beristirahat atau S:4
mendapatkan obat T : ± 10 menit
21:15 4. Mengajarkan Teknik nonfarmakologi untuk A : nyeri akut belum teratasi
WIT mengurangi nyeri
Hasil : pasien diajarkan tehnik relaksasi napas dalam P : intervensi 1, 2, 3, 4, 5
21:30 5. Berkolaborasi pemberian analgetik dilanjutkan
WIT Hasil :
diberikan inj Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV

Selasa, 2 20:00 1. Mengobservasi pola tidur Rabu, S:


4 Mei WIT Hasil : pasien mengatakan sering bangun malam hari, 5 Mei - Pasien mengatakan sering
2021 dan jam tidur tidak normal 2021 terbangun malam hari
20:05 2. Mengobservasi TTV O:
WIT Hasil : 06:00 - KU lemah
TD: 160/100 mmHg WIT - Jam tidur hanya 4 jam
N: 80 x/m - TTV :
TD : 140/90 mmHg
RR: 22x/m
N :80x/m
S: 36,50C
20:30 3. Mengobservasi factor yang mempengaruhi tidur S: 36,5°C
WIT R: 20x/m
Hasil : pasien mengatakan nyeri sehingga tidak bias
tidur
21:00 A: gangguan pola tidur belum
4. Menciptakan lingkungan yang tenang, nyaman, dan
WIT teratasi
meminimalkan gangguan
Hasil : lingkungan aman dan nyaman
P: intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

Selasa, 3. 20:00 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik Rabu, S:


4 Mei WIT lainnya 5 Mei - Pasien mengatakan
2021 Hasil : pasien mengatakan nyeri dirasakan saat 2021 kebutuhan ADL masih
bergerak dibantu keluarga
20:05 2. Mengobservasi TTV 06:00 O:
WIT Hasil : WIT - KU lemah
TD: 160/100 mmHg - TTV :
N: 80 x/m TD : 140/90 mmHg
RR: 22x/m N :80x/m
S: 36,50C S: 36,5°C
20:15 R: 20x/m
3. Mengobservasi kemampuan pasien dalam beraktifitas
WIT A: hambatan mobilitas fisik
Hasil : klien belum mampu beraktifitas tanpa bantuan
belum teratasi
keuarga dan perawat
20:20 P: intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan
4. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
WIT
meningkatkan pergerakan
Hasil : keluarga membantu pasien dalam bergerak

Hari Ketiga
HARI/ NO. JAM IMPLEMENTASI PARAF JAM EVALUASI (SOAP) PARAF
TGL DK
Rabu, 5 1 14.00 1. Mengobservasi lokasi, karakteristik, durasi, Rabu, S :
Mei WIT frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 5 Mei - Pasien mengatakan nyeri di
2021 Hasil : nyeri pada skrotum, durasi ± 10 detik, 2021 skrotum
kualitas seperti di tusuk-tusuk O : KU lemah
14:10 2. Mengidentifikasi skala nyeri 20:00 - Nyeri saat benjolan di tekan
WIT Hasil : skala nyeri 4 WIT P : nyeri dirasakan saat bergerak
14:15 3. Mengidentifikasi factor yang memperberat dan Q : seperti ditusuk-tusuk
WIT memperingan nyeri R : menetap
Hasil : pasien mengatakan nyeri dirasakan saat S:4
bergerak, dan nyeri berkurang saat beristirahat T : ± 10 menit
atau mendapatkan obat A : nyeri akut belum teratasi
14:20 4. Mengajarkan Teknik nonfarmakologi untuk
WIT mengurangi nyeri P : intervensi 1, 2, 3, 4, 5 dilanjutkan
Hasil : pasien diajarkan tehnik relaksasi napas
dalam
15:00 5. Berkolaborasi pemberian analgetik
WIT Hasil :
diberikan inj Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV

Rabu, 5 2 14:10 1. Mengobservasi pola tidur Rabu, S:


Mei WIT Hasil : pasien mengatakan sering bangun malam 5 Mei - Pasien mengatakan sering
2021 hari, dan jam tidur tidak normal 2021 terbangun malam hari
14:15 2. Mengobservasi TTV O:
WIT Hasil : 20:00 - KU lemah
TD: 170/100 mmHg WIT - Jam tidur hanya 4 jam
N: 78 x/m - TTV :
RR: 22x/m TD : 170/100 mmHg
S: 360C N :80x/m
14:15 3. Mengobservasi factor yang mempengaruhi tidur S: 36°C
WIT Hasil : pasien mengatakan nyeri sehingga tidak R: 22x/m
bias tidur A: gangguan pola tidur belum teratasi
4. Menciptakan lingkungan yang tenang, nyaman, P: intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan
14:20 dan meminimalkan gangguan
WIT Hasil : lingkungan aman dan nyaman

Rabu, 5 3 14:00 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik Rabu, S:


Mei WIT lainnya 5 Mei - Pasien mengatakan kebutuhan
2021 Hasil : pasien mengatakan nyeri dirasakan saat 2021 ADL masih dibantu keluarga
bergerak O:
12:00 2. Mengobservasi TTV 20:00 - KU lemah
WIT Hasil : WIT - TTV :
TD: 170/100 mmHg TD : 170/100 mmHg
N: 78 x/m N :80x/m
RR: 22x/m S: 36°C
S: 360C R: 22x/m
14:10 3. Mengobservasi kemampuan pasien dalam A: hambatan mobilitas fisik belum
WIT beraktifitas teratasi
Hasil : klien belum mampu beraktifitas tanpa P: intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan
bantuan keuarga dan perawat
14:15 4. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
WIT dalam meningkatkan pergerakan
Hasil : keluarga membantu pasien dalam
bergerak
14:20 5. Ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan
WIT berikan bantuan jika diperlukan
Hasil : dalam mengatur posisi masih dibantu
keluarga dan perawat

Anda mungkin juga menyukai