Askep Hernia
Askep Hernia
Disusun Oleh :
Inta Oihu
DI RUANG WIRASAKTI
Telah disetujui dan disahkan oleh Preseptor Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Tanggal, 10 Mei 2021
CO NERS
Inta Oihu
Mengetahui
Puji Syukur Penulis Ucapkan Kehadirat Allah SWT, karena telah memberi nikmat
kesehatan, kekuatan, pikiran yang jernih dan keterbukaan hati sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas laporan asuhan keperawatan pada Tn.R dengan Hernia Inguinalis di
ruang Wirasakti RUMKIT TK II. Prof. Dr. J. A. LATUMETEN AMBON.
Tugas laporan asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi tugas mingguan
praktik klinik stase Keperawatan Medikal Bedah Profesi. Penulis menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
tugas ini.
Penulis berharap semoga tugas laporan asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi kita
semua, khususnya di bidang pelayanan kesehatan terutama keperawatan dan Institusi
Pendidikan STIKes Maluku Husada. Atas segala bantuan yang telah diberikan, Penulis
mengucapkan Terima Kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Konsep Penyakit Hernia Inguinalis
1.1.1 Definisi
1.1.2 Etiologi
1.1.3 WOC
1.1.4 Manifestasi klinis
1.1.5 Pemeriksaan penunjang
1.1.6 Penatalaksanaan
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perncernaan
1.2.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Pemeriksaan Range of system (B1-B6)
a. B1 (Breathing)
b. B2 (Blood)
c. B3 (Brain)
d. B4 (Bladder)
e. B5 (Bowel)
f. B6 (Bone)
5. Pemeriksaan penunjang
6. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1.2.3 Intervensi Keperawatan
1.1.2 Etiologi
Penyebab hernia inguinalis menurut (Betz, 2004) adalah:
a. Kelemahan dinding otot abdomen (kelemahan jaringan, adanya daerah yang
luas diligamen inguinal, trauma)
b. Peningkatan tekanan intraabdomen (obesitas, mengangkat beban berat,
mengejan, konstipasi, kehamilan, batuk kronik, hipertropi prostat)
c. Factor kelainan ( kongenital)
1.1.3 WOC
HERNIA INGUINALIS
1.1.6 Penatalaksanaan
- Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang yang berfungsi untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Reposisi tidak dapat dilakukan pada hernia inguinal strangulata, kecuali
pada anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Cara mereposisi adalah
dengan tangan kiri memegang isi hernia dan membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorong ke arah cincin hernia dan memberi sedikit tekanan sampai terjadi
reposisi. Bila usaha reposisi tidak berhasil dalam waktu 6 jam harus dilakukan
operasi.
- Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit dan diikat setinggi mungkin lalu dipotong.
- Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Cara ini lebih baik dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Ada banyak metode
hernioplastik, seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan
terputus, menutup, dan memperkuat fasia transversal dan menjahitkan pertemuan
m. transversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominalis ke
ligamentum inguinal.
- Inguinal Poupart (metode Bassini) atau ligamentum Cooper (metode Mc Vay).
- Herniorafi adalah membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang kanalis inguinalis.
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan
1.2.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
Ada pembekakan di inguinal dan terasa nyeri.
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh nyeri, ada benjolan, mual muntah
3. Riwayat penyakit dahulu
Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita klien seperti
DM, hipertensi, TBC.
4. Pemeriksaan Range of system (B1-B6)
a. B1 (Breathing)
Biasanya tidak terjadi gangguan pernapasan yang spesifik untuk pasien
hernia.
b. B2 (Blood)
Biasanya tekanan darah masih dalam batas normal.
c. B3 (Brain)
GCS dalam batas normal, kedasaran komposmentis, kadang dijumpai
kesadaran yang apatis dan gelisah pada hernia.
d. B4 (Bladder)
Penurunan produksi urin.
e. B5 (Bowel)
Terdapat penurunan peristaltic usus.
f. B6 (Bone)
Biasanya mengalami kesulitan dalam berpindah dan berjalan akibat luka
post operasi.
g. Pemeriksaan penunjang
1. Cahya X abdomen menandadakan tanda tidak normalnya kadar gas yang
terdapat pada usus/ obstruksi usus.
2. Cara mengetahui darah lengkap dan serum elektrolit dapat menghaslkan
peningkatan konsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah
putih dan ketidakseimbangan nya elektrolit.
h. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
1. Medis
- Herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit dan diikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
- Hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Cara ini
lebih baik dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan
herniotomi. Ada banyak metode hernioplastik, seperti memperkecil
anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup, dan
memperkuat fasia transversal dan menjahitkan pertemuan m.
transversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominalis ke
ligamentum inguinal.
- Herniorafi adalah membuang kantong hernia disertai tindakan bedah
plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang
kanalis inguinalis.
2. Keperawatan
1. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan
secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyokong,
2. Jika suatu operasi daya putih hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali
3. Celana penyangga
4. Istirahat baring
5. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak
tinja untuk mencegah sembelit
6. Diet cairan sampai saluran intestinal berfungsi kembali, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi, teh, coklat, cola,
minuman beralkohol, yang dapat memperburuk gejala-gejala.
Analgesic Administration
1. Pastikan karakteristik, lokasi, derajat
dan kualitas nyeri sebelum pemberian
obat
2. Cek riwayat alergi
3. Pilih analgesik ketika pemberian lebih
dari satu, kombinasi dari analgesic
4. Pastikan pilihan analgesik sesuai tipe
dan beratnya nyeri
5. Pilih analgesik, dosis optimal dan rute
pemberian
6. Pilih cara memberikan obat secara IM,
IV untuk pengobatan nyeri secara
teratur
7. Cek vital sign sesudah dan sebelum
pemberian analgesic pertama kali
8. Beri analgesik yang tepat bila nyeri
hebat
(Anxiety reduction)
1. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
2. Jelaskan pada klien harapan terhadap
perilaku klien
3. Beri penjelasan tentang prosedur dan
hal yang akan dirasakan selama
prosedur.
4. Ketahui pemahanan pasien tentang
situasi stress
5. Temani klien untuk mengurangi rasa
tajut klien dan memberi rasa aman
6. Motivasi keluarga untuk menemani
anak
7. Lakukan back/nac rub
8. Dengarkan dengan penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat kecemasan
10. Bantu pasien mengenali situasi yang
menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
12. Instuksikan pasien menggunakan
Teknik relaksasi
13. Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
4.2 Saran
Diharapkan lebih banyak memberikan bimbingan konseling khususnya
untuk penyakit hernia sebagai upaya peningkatan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Nauri, Nian. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Gastrointestinal. TIM.
Jakarta.
Nurarif, Huda dan Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa medis
dan NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Edisi Revisi. Yogyakarta : Mediaction.
Jitiwoyono & Kristiayanasari. (2010). Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak.
Yogyakarta : Nuha Medika.
A. Data Biografi
Nama : Tn.R No. Register: 0133xx
Umur : 65 tahun
Suku/Bangsa : Maluku/Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen
Pendidikan : S1
Pekerjaan : ………………………………………
Alamat : ………………………………………
Tanggal Masuk RS : 2 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 3 Mei 2021
Catatan Kedatangan : Kursi Roda ( ), Ambulans ( ), Brankar ( )
Captopil
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran: Composmentis GCS: 15 E:4, V:5, M:6
Klien tampak Sehat / Sakit / Sakit Berat:
BB: ………. Kg
TB: ………. Kg
2. Tanda-Tanda Vital
TD: 180/100 mmHg
N: 80 x/m
RR: 20 x/m
S: 36 0C
3. Kulit
Warna kulit (sianosis, icterus, pucat eritema, dll): normal
Kelembapan: lembab
Turgor kulit: baik
Ada atau tidaknya oedema: tidak ada
4. Kepala / Rambut
Inspeksi : rambut tampak beruban, kulit kepala bersih tidak ada kotoran
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
5. Mata
Inspeksi : mata simetris, konjungtiva ananemis, gerakan bola mata atas-bawah
normal, klien dapat menggerakan bola mata ke samping kiri dan kanan,
sclera tidak ikterik
Palpasi : tidak teraba adanya pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
6. Telinga
Inspeksi : telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada lesi di
telinga tidak menggunakan alat bantu dengar
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
7. Hidung dan Sinus
Inspeksi : hidung simetris kiri dan kanan, tidak terdapat adanya seckret, tidak
ada penyumbatan dilubang hidung, tidak ada lesi di area hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
8. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi : mulut bersih, mukosa bibir lembab
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan pada gusi
9. Leher
Inspeksi : tidak tampak pembengkakan tiroid
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran
kelenjar tiroid, tidak teraba pembesaran kelenjar limfe.
10. Thoraks atau Paru
Inspeksi : dada simetris, tidak ada lesi di area dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
Perkusi : resonan seluruh lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler
11. Jantung
Inspeksi : tidak ada lesi pada dada sebelah kiri, ictus cordis tidak tampak
Palpasi : akral hangat, crt <3 detik
Perkusi : dullness
Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 dengan irama reguler (lup dup), tidak terdapat
bunyi jantung tambahan
12. Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembengkanan, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus 20x/menit
13. Genetalia
Inspeksi : …………………………………………………………………………
Palpasi : …………………………………………………………………………
14. Rektal
Inspeksi : …………………………………………………………………………
Palpasi : …………………………………………………………………………
15. Ekstremitas
Inspeksi : terpasang infus RL 20 tpm pada tangan sebelah kiri, pergerakan
ekstremitas baik, akral hangat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan
16. Vaskuler Perifer
CRT : CRT <3 detik,
Clubbing: tidak ada
Perubahan warna: normal
17. Neurologis
Status mental / GCS: ……………………………..
Motorik:
………………………………………………………………………………………….
Sensorik:
………………………………………...........................................................................
Tanda Rangsangan Meningeal: ………………………………………………………
Saraf kranial:
……………………………………………………………………………
Refleks fisiologis: ………………………………………………………………………
Refleks patologis: ………………………………………………………………………
H. Penatalaksanaan Pengobatan
No. Tgl dan waktu Jenis (Oral / IV / IM / Topikal Dosis Indikasi
1. IVFD RL 20 tpm/IV
2. Ceftriaxone 1 gr/IV 2x1
3. Ketorolac 30mg/IV 3x1
4. Amplodipine 10mg/PO 1x1 (malam)
5.
KLASIFIKASI DATA
DS : Nyeri Hambatan
- Pasien mengatakan aktifitas di bantu oleh mobilitas
keluarga fisik
DO :
- KU lemah
- Aktifitas tampak di bantu keluarga
- Terpasang infus di tangan sebelah kiri
- Selama sakit kebutuhan ADL
Makan dan minum : 2
Mandi : 2
Berpakaian : 2
Toiletting : 2
DS : Nyeri Gangguan
- Pasien mengatakan sulit tidur pola tidur
- Pasien mengatakan sering terbangun
pada malam hari
DO :
- Jam tidur tidak normal (4 jam/hari)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
HARI/ DIAGNOSA
TANG WAKTU KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
GAL (Tujuan, Kriteria Hasil)
Senin, 10:00 Setelah dilakukan 1. Observasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui lokasi nyer,
3 Mei WIT tindakan keperawatan durasi, frekuensi, kualitas, karakteristik, durasi, frekuensi,
2021 selama 1x8 jam intensitas nyeri kualitas, dan intensitas nyeri
diharapkan nyeri dapat
teratasi, dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui tingkat skala
hasil : nyeri
- Pasien mengatakan
nyeri berkurang 3. Identifikasi factor yang 3. Untuk mempermudah dalam
- Skala nyeri 0 memperberat dan memperingan mengatasi nyeri
- Pasien tampak rileks nyeri
Senin, 10:00 Setelah dilakukan 1. Observasi pola tidur 1. Untuk mengetahui pasien tidur dengan pola yang
3 Mei WIT tindakan keperawatan tepat
2021 selama 1x8 jam
diharapkan gangguan 2. Observasi TTV 2. Untuk mengetahui kesadaran dan kondisi pasien
pola tidur teratasi,
dengan kriteria hasil : 3. Observasi factor yang 3. Mengetahui penyebab gangguan tidur
- Jam tidur terpenuhi (8 mempengaruhi tidur
jam/hari) 4. Ciptakan lingkungan yang tenang, 4. Kondisi lingkungan yang aman dan nyaman dapat
nyaman, dan meminimalkan memudahkan pasien untuk tidur
gangguan
Senin, 10:00 Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Mengetahui penyebab gangguan mobilitas
3 Mei WIT tindakan keperawatan keluhan fisik lainnya
2021 selama 1x8 jam
diharapkan hambatan 2. Observasi TTV 2. Mengetahui perkembangan kondisi pasien
mobilitas fisik teratasi,
dengan kriteria hasil : 3. Observasi kemampuan pasien 3. Mengetahui kemampuan pergerakan pasien
- Aktifitas fisik dalam beraktifitas
meningkat 4. Libatkan keluarga untuk membantu 4. Membantu pasien dalam melakukan pergerakan
pasien dalam meningkatkan
pergerakan
5. Ajarkan klien bagaimana merubah 5. Memberikan posisi yang nyaman dapat memberikan
posisi dan berikan bantuan jika kenyamanan pasien
diperlukan
Hari Kedua
HARI/ NO. JAM IMPLEMENTASI PARAF JAM EVALUASI (SOAP) PARAF
TGL DK
Selasa, 1 20.00 1. Mengobservasi lokasi, karakteristik, durasi, Rabu, S :
4 Mei WIT frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 5 Mei - Pasien mengatakan nyeri
2021 Hasil : nyeri pada skrotum, durasi ± 10 detik, kualitas 2021 di skrotum
seperti di tusuk-tusuk O : KU lemah
21:05 2. Mengidentifikasi skala nyeri 06:00 - Nyeri saat benjolan di
WIT Hasil : skala nyeri 4 WIT tekan
P : nyeri dirasakan saat
21:10 3. Mengidentifikasi factor yang memperberat dan bergerak
WIT memperingan nyeri Q : seperti ditusuk-tusuk
Hasil : pasien mengatakan nyeri dirasakan saat R : menetap
bergerak, dan nyeri berkurang saat beristirahat atau S:4
mendapatkan obat T : ± 10 menit
21:15 4. Mengajarkan Teknik nonfarmakologi untuk A : nyeri akut belum teratasi
WIT mengurangi nyeri
Hasil : pasien diajarkan tehnik relaksasi napas dalam P : intervensi 1, 2, 3, 4, 5
21:30 5. Berkolaborasi pemberian analgetik dilanjutkan
WIT Hasil :
diberikan inj Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
Hari Ketiga
HARI/ NO. JAM IMPLEMENTASI PARAF JAM EVALUASI (SOAP) PARAF
TGL DK
Rabu, 5 1 14.00 1. Mengobservasi lokasi, karakteristik, durasi, Rabu, S :
Mei WIT frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 5 Mei - Pasien mengatakan nyeri di
2021 Hasil : nyeri pada skrotum, durasi ± 10 detik, 2021 skrotum
kualitas seperti di tusuk-tusuk O : KU lemah
14:10 2. Mengidentifikasi skala nyeri 20:00 - Nyeri saat benjolan di tekan
WIT Hasil : skala nyeri 4 WIT P : nyeri dirasakan saat bergerak
14:15 3. Mengidentifikasi factor yang memperberat dan Q : seperti ditusuk-tusuk
WIT memperingan nyeri R : menetap
Hasil : pasien mengatakan nyeri dirasakan saat S:4
bergerak, dan nyeri berkurang saat beristirahat T : ± 10 menit
atau mendapatkan obat A : nyeri akut belum teratasi
14:20 4. Mengajarkan Teknik nonfarmakologi untuk
WIT mengurangi nyeri P : intervensi 1, 2, 3, 4, 5 dilanjutkan
Hasil : pasien diajarkan tehnik relaksasi napas
dalam
15:00 5. Berkolaborasi pemberian analgetik
WIT Hasil :
diberikan inj Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV