Anda di halaman 1dari 12

VI.

STABILITAS KAPAL ASDP

1. TEORI DASAR STABILITAS KAPAL


Secara umum stabilitas atau keseimbangan ialah suatu sifat atau kecenderungan sebuah kapal
pada saat diapungkan, tidak miring kekiri atau kekanan atau kembali tegak seperti kedudukan
semula setelah mendapatkan gangguan dari luar seperti oleng karena angina atau gelombang
laut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan kapal dapat dikelompokkan kedalam 2
kelompok besar yaitu:
a. Faktor internal
faktor yang disebabkan oleh gaya bagian dalam kapal, seperti muatan kapal. Bentuk
ukuran kapal, dan kebocoran akibat kandas / tubrukan.
b. Faktor eksternal
Faktor yang disebabkan oleh gaya luar seperti gelombang laut, angin, arus dan badai.

Ukuran-ukuran pokok yang menjadi dasar dari pengukuran kapal adalah panjang (length),
lebar (breadth), tinggi (depth), serta saraf (drafth).

Salah satu penyebab kecelakaan kapal di laut ,baik yang terjadi di laut lepas maupun ketika di
pelabuhan, adalah peranan dari para awak kapal yang tidak memperhatikan perhitungan
stabilitas kapalnya sehingga dapat mengganggu keseimbangan secara umum yang akibatnya
dapat menyebabkan kecelakaan fatal seperti kapal tidak dapat dikendalaikan, kehilangan
keseimbangan dan bahkan tenggelam yang pada akhirnya dapat merugikan harta benda,
kapal, nyawa manusia bahkan dirinya sendiri.

TITIK PENTING DALAM STABILITAS KAPAL

1
Diagram stabilitas kapal, pusat gravitasi (G), pusat daya apung (B), dan Metacenter (M) pada
posisi kapal tegak dan miring. Sebagai catatan G pada posisi tetap sementara B dan M
berpindah kalau kapal miring.

Ada tiga titik yang penting dalam stabilitas kapal yaitu

G adalah titik pusat gravitasi kapal

B adalah titik pusat apung kapal

M adalah metacenter kapal

Oleh karena itu maka stabilitas erat hubungannya dengan bentuk kapal, muatan, draft, dan
ukuran dari nilai GM. Posisi M (Metasentrum) hampir tetap sesuai dengan style kapal,
pusat buoyancy B (Bouyancy) digerakkan oleh draft sedangkan pusat gravitasi bervariasi
posisinya tergantung pada muatan. Sedangkan titik M (Metasentrum) adalah tergantung dari
bentuk kapal, hubungannya dengan bentuk kapal yaitu lebar dan tinggi kapal, bila lebar kapal
melebar maka posisi M (Metasentrum) bertambah tinggi dan akan menambah pengaruh
terhadap stabilitas

2. PERANGKAT UNTUK MENINGKATKAN STABILITAS KAPAL


Ada beberapa perangkat yang digunakan untuk meningkatkan stabilitas kapal yaitu:
Sirip lambung

Sirip lunas atau disebut juga sebagai Bilge keel berfungsi untuk meningkatkan friksi
melintang kapal sehingga lebih sulit untuk terbalik. Biasanya digunakan pada kapal dengan
bentuk lambung V.

Tangki penyeimbang

Merupakan tangki yang berfungsi menstabilkan posisi kapal dengan mengalirkan air balast


dari kiri ke kanan kalau kapal miring kekiri dan sebalikanya kalau miring kekanan.

Sirip stabilizer

Sirip stabiliser merupakan sirip di lunas kapal yang dapat menyesuaikan posisinya pada saat
kapal oleng.

2
Hal yang perlu diketahui sebelum melakukan perhitungan stabilitas kapal yaitu :

1. Berat benaman (isi kotor) atau displasemen adalah jumlah ton air yang dipindahkan oleh
bagian kapal yang tenggelam dalam air.

2. Berat kapal kosong (Light Displacement atau LD) yaitu berat kapal kosong termasuk
mesin dan alat-alat yang melekat pada kapal.

3. Operating Load (OL) yaitu berat dari sarana dan alat-alat untuk mengoperasikan kapal
dimana tanpa alat ini kapal tidak dapat berlayar.

Displasment = LD + OL + Muatan

DWT = OL + Muatan

3. STABILITAS TRANSVERSAL DAN LONGITUDINAL


Dilihat dari sifatnya, Stabilitas atau keseimbangan kapal dapat dibedakan menjadi 2 macam
yaitu Stabilitas dinamis dan Stabilitas statis.
a. Stabilitas Dinamis
Stabilitas dinamis adalah kerja yang dibutuhkan untuk meringankan sebuah kapal pada sudut
tertentu.

b. Stabilitas statis
Stabilitas statis adalah kemampuan kapal untuk kembali keposisi semula setelah oleng.
Stabilitas statis diperuntukkan bagi kapal dalam keadaan diam dan terdiri dari stabilitas
melintang dan membujur.

Stabilitas Melintang adalah kemampuan kapal untuk tegak sewaktu mengalami senget
dalam arah melintang yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja padanya,
sedangkan Stabilitas Membujur adalah kemampuan kapal untuk kembali ke kedudukan
semula setelah mengalami senget dalam arah yang membujur oleh adanya pengaruh luar yang
bekerja padanya.

Stabilitas melintang kapal dapat dibagi menjadi sudut senget atau miring kecil (0 0-150) dan
sudut senget besar (>150). Akan tetapi dalam teori stabilitas dikenal juga istilah stabilitas

3
awal yaitu stabilitas kapal pada senget kecil (antara 00–150) dan pada pembahasan stabilitas
melintang saja.

Sedangkan stabilitas dinamis diperuntukkan bagi kapal-kapal yang sedang oleng atau
mengangguk ataupun saat menyenget besar. Pada umumnya kapal hanya menyenget kecil
saja. Jadi senget yang besar, misalnya melebihi 200 bukanlah hal yang biasa dialami. Senget-
senget besar ini disebabkan oleh beberapa keadaan umpamanya badai atau oleng besar
.
TITIK-TITIK PENTING DALAM STABILITAS
Titik-titik penting dalam stabilitas antara lain adalah titik berat (G), titik apung (B) dan titik
(M).
a. Titik Berat (Centre of Gravity)
Titik berat (center of gravity) dikenal dengan titik G dari sebuah kapal, merupakan titik
tangkap dari semua gaya-gaya yang menekan ke bawah terhadap kapal. Letak titik G ini di
kapal dapat diketahui dengan meninjau semua pembagian bobot di kapal, makin banyak
bobot yang diletakkan di bagian atas maka makin tinggilah letak titik Gnya.
Secara definisi titik berat (G) ialah titik tangkap dari semua gaya – gaya yang bekerja
kebawah. Letak titik G pada kapal kosong ditentukan oleh hasil percobaan stabilitas. Perlu
diketahui bahwa, letak titik G tergantung daripada pembagian berat dikapal. Jadi selama tidak
ada berat yang di geser, titik G tidak akan berubah walaupun kapal oleng atau mengangguk.

b. Titik Apung (Centre of Buoyance)


Titik apung (center of buoyance) diikenal dengan titik B dari sebuah kapal, merupakan titik
tangkap dari resultan gaya-gaya yang menekan tegak ke atas dari bagian kapal yang terbenam
dalam air. Titik tangkap B bukanlah merupakan suatu titik yang tetap, akan tetapi akan
berpindah-pindah oleh adanya perubahan sarat dari kapal. Dalam stabilitas kapal, titik B
inilah yang menyebabkan kapal mampu untuk tegak kembali setelah mengalami senget.
Letak titik B tergantung dari besarnya senget kapal ( bila senget berubah maka letak titik B
akan berubah / berpindah. Bila kapal menyenget titik B akan berpindah kesisi yang rendah.

c. Titik Metasentris
Titik metasentris atau dikenal dengan titik M dari sebuah kapal, merupakan sebuah titik semu
dari batas dimana titik G tidak boleh melewati di atasnya agar supaya kapal tetap mempunyai

4
stabilitas yang positif (stabil). Meta artinya berubah-ubah, jadi titik metasentris dapat berubah
letaknya dan tergantung dari besarnya sudut senget.

Apabila kapal senget pada sudut kecil (tidak lebih dari 15 0), maka titik apung B bergerak di
sepanjang busur dimana titik M merupakan titik pusatnya di bidang tengah kapal (centre of
line) dan pada sudut senget yang kecil ini perpindahan letak titik M masih sangat kecil,
sehingga masih dapat dikatakan tetap.

MACAM-MACAM KEADAAN STABILITAS


Pada prinsipnya keadaan stabilitas ada tiga yaitu Stabilitas Positif (stable equilibrium),
stabilitas Netral (Neutral equilibrium) dan stabilitas Negatif (Unstable equilibrium).

a. Stabilitas Positif (Stable Equlibrium)


Suatu keadaan dimana titik G-nya berada di atas titik M, sehingga sebuah kapal yang
memiliki stabilitas mantap sewaktu menyenget mesti memiliki kemampuan untuk menegak
kembali.

b. Stabilitas Netral (Neutral Equilibrium)


Suatu keadaan stabilitas dimana titik G-nya berhimpit dengan titik M. Maka momen penegak
kapal yang memiliki stabilitas netral sama dengan nol, atau bahkan tidak memiliki
kemampuan untuk menegak kembali sewaktu menyenget. Dengan kata lain bila kapal senget
tidak ada MP maupun momen penerus sehingga kapal tetap miring pada sudut senget yang
sama, penyebabnya adalah titik G terlalu tinggi dan berimpit dengan titik M karena terlalu
banyak muatan di bagian atas kapal.

c. Stabilitas Negatif (Unstable Equilibrium)


Suatu keadaan stabilitas dimana titik G-nya berada di atas titik M, sehingga sebuah kapal
yang memiliki stabilitas negatif sewaktu menyenget tidak memiliki kemampuan untuk
menegak kembali, bahkan sudut sengetnya akan bertambah besar, yang menyebabkan kapal
akan bertambah miring lagi bahkan bisa menjadi terbalik. Atau suatu kondisi bila kapal
miring karena gaya dari luar , maka timbullah sebuah momen yang dinamakan MOMEN
PENERUS/Heiling moment sehingga kapal akan bertambah miring.

5
Pada sudut kemiringan kurang dari 15° maka perpotongan antara gaya buoyancy dan center
line adalah titik ”M” yang dianggap sebagai titik tetap dan merupakan titik pusat yang
dibentuk dari sudut kemiringan kapal. Jarak antara G dan M disebut GM ( Height of
metacentric). 
titik - titik terpenting diatas dapat digambarkan sbb ;

Dari gambar dapat dilihat segitiga siku siku GMZ dengan sudut q, bahwa :
GZ = GM x sin Ø
sehingga :
Moment Penegak =  D x GM x sin Ø

Kapal mempunyai stabilitas positif ( stable equilebrium ) apabila letak titik G berada di
bawah titik M, sehingga apabila senget karena pengaruh dari luar maka timbullah moment
penegak yang akan mengembalikan kedudukan kapal ketempat semula setelah pengaruh gaya
dari luar tersebut tidak bekerja. Karena GZ merupakan fungsi dari GM maka GM pun dapat
dijadikan ukuran stabilitas awal.

Apabila GM kapal besar maka nilai GZ akan besar pula sehingga moment penegaknya juga
akan besar dan apabila GM kapal kecil nilai GZ nya akan kecil pula sehingga moment
penegaknya akan kecil.

6
Kapal Stabilitas positif dengan GM besar maka nilai GZ juga besar

Kapal Stabilitas positip dengan GM kecil maka nilai GZ juga kecil

Sehingga pengaruh dari GM kapal akan menyebabkan sifat olengan kapal.


Sifat olengan kapal ada 2 yaitu :

1. Kapal Stiff (kaku) 


2. Kapal Tender (langsar)

7
Kapal Stiff adalah kapal yang mempunyai stabilitas positif hanya saja GM kapal tersebut
terlalu besar sehingga moment penegaknya pun terlalu besar. Apabila kapal tersebut senget
karena pengaruh gaya dari luar maka kembalinya ke kedudukan tegaknya sangat cepat sekali.
Sifatnya                  : Olengan kapal cepat dan menyentak – nyentak
Penyebabnya        : Terlalu bayak konsentrasi muatan berat pada bagian bawah kapal

Kerugiannya : 

1. Tidak nyaman bagi crew kapal 


2. Dapat merusak konstruksi kapal terutama pada bagian sambungan 
3. Pergeseran muatan 

Cara Mengatasinya : 

1. Mengosongkan tangki double bottom 


2. Memindahkan bobot dari bawah ke atas. 

Kapal Tender adalah  kapal yang mempunyai stabilitas positif hanya saja GM nya terlalu
kecil, dengan demikian moment penegaknya terlalu kecil sehingga apabila senget akibat gaya
dari luar maka akan kembali ke kedudukan tegaknya lambat sekali.

Sifatnya : Olengan kapal lambat sekali

Penyebabnya : Terlalu banyak konsentrasi muatan berat pada bagian atas kapal

Kerugian : Dalam cuaca buruk maka kapal bisa terbalik.

Cara Mengatasinya : 

1. Mengisi penuh tangki Double bottom


2. Memindahkan bobot dari atas ke bawah

8
DIMENSI POKOK DALAM STABILITAS KAPAL

a. KM (Tinggi titik metasentris di atas lunas)


KM ialah jarak tegak dari lunas kapal sampai ke titik M, atau jumlah jarak dari lunas ke titik
apung (KB) dan jarak titik apung ke metasentris (BM), sehingga KM dapat dicari dengan
rumus :
KM = KB + BM

Diperoleh dari diagram metasentris atau hydrostatical curve bagi setiap sarat (draft) saat itu.

b. KB (Tinggi Titik Apung dari Lunas)


Letak titik B di atas lunas bukanlah suatu titik yang tetap, akan tetapi berpindah-pindah oleh
adanya perubahan sarat atau senget kapal., nilai KB dapat dicari :
Untuk kapal tipe plat bottom, KB = 0,50d
Untuk kapal tipe V bottom, KB = 0,67d
Untuk kapal tipe U bottom, KB = 0,53d

dimana d = draft kapal


Dari diagram metasentris atau lengkung hidrostatis, dimana nilai KB dapat dicari pada setiap
sarat kapal saat itu

c. BM (Jarak Titik Apung ke Metasentris)


BM dinamakan jari-jari metasentris atau metacentris radius karena bila kapal mengoleng
dengan sudut-sudut yang kecil, maka lintasan pergerakan titik B merupakan sebagian busur
lingkaran dimana M merupakan titik pusatnya dan BM sebagai jari-jarinya. Titik M masih
bisa dianggap tetap karena sudut olengnya kecil (100-150).
Lebih lanjut dijelaskan :
b2
BM =
10 d
dimana :
b = lebar kapal (m)
d = draft kapal (m)

d. KG (Tinggi Titik Berat dari Lunas)

9
Nilai KB untuk kapal kosong diperoleh dari percobaan stabilitas (inclining experiment),
selanjutnya KG dapat dihitung dengan menggunakan dalil momen. Nilai KG dengan dalil
momen ini digunakan bila terjadi pemuatan atau pembongkaran di atas kapal dengan
mengetahui letak titik berat suatu bobot di atas lunas yang disebut dengan vertical centre of
gravity (VCG) lalu dikalikan dengan bobot muatan tersebut sehingga diperoleh momen bobot
tersebut, selanjutnya jumlah momen-momen seluruh bobot di kapal dibagi dengan jumlah
bobot menghasilkan nilai KG pada saat itu.
Rumus: :

ƩM
KG total =
ƩW
dimana, ƩM = Jumlah momen (ton)
ƩW = jumlah perkalian titik berat dengan bobot benda (m ton)

contoh soal :
Sebuah kapal yang memiliki displismen 8000 ton, dan KG = 5,50 meter. Kemudian sampai di
pelabuhan I melakukan pembongkaran 300 ton, dengan titik berat 3,27 meter. Kemudian
melakukan pembongkaran lagi di pelabuhan II 150 ton, dengan titik berat 4,24 meter.
Kemudian memuat 400 ton air tawar di pelabuhan III, dengan titik berat 2,56 m.
Hitunglah KG kapal tersebut setelah melakukan kagiatan akhir tersebut.
Jawab :
Kegiatan (w) ton (d) meter Moment
∆ 8000 5,50 44.000
Bongkar - 300 3,27 -981
-150 4,24 -636
Muat 400 2,56 1.024
∑m ∑w 43.407

Penyelesaian:
      = 43.407
          7.950
KG =  5,46 meter
Jadi, nilai KG kapal tersebut adalah 5,46 meter.

e. GM (Tinggi Metasentris)

10
Tinggi metasentris atau metacentris high (GM) yaitu jarak tegak antara titik G dan titik
M.

Dari rumus disebutkan :


GM = KM – KG
GM = (KB + BM) – KG

Nilai GM inilah yang menunjukkan keadaan stabilitas awal kapal atau keadaan stabilitas
kapal selama pelayaran nanti.

f. Momen Penegak (Righting Moment) dan Lengan Penegak (Righting Arms)


Momen penegak adalah momen yang akan mengembalikan kapal ke kedudukan tegaknya
setelah kapal miring karena gaya-gaya dari luar dan gaya-gaya tersebut tidak bekerja lagi.

Pada waktu kapal miring, maka titik B pindak ke B1, sehingga garis gaya berat bekerja ke
bawah melalui G dan gaya keatas melalui B1. Titik M merupakan busur dari gaya-gaya
tersebut. Bila dari titik G ditarik garis tegak lurus ke B1M maka berhimpit dengan sebuah
titik Z. Garis GZ inilah yang disebut dengan lengan penegak (righting arms). Seberapa besar
kemampuan kapal tersebut untuk menegak kembali diperlukan momen penegak (righting
moment). Pada waktu kapal dalam keadaan senget maka displasemennya tidak berubah, yang
berubah hanyalah faktor dari momen penegaknya. Jadi artinya nilai GZ nyalah yang berubah
karena nilai momen penegak sebanding dengan besar kecilnya nilai GZ, sehingga GZ dapat
dipergunakan untuk menandai besar kecilnya stabilitas kapal.
Untuk menghitung nilai GZ sebagai berikut:
Sin α = GZ/GM
GZ = GM x sinus α
Moment penegak = W x GZ

g. Periode Oleng (Rolling Period)


Periode oleng dapat kita gunakan untuk menilai ukuran stabilitas. Periode oleng berkaitan
dengan tinggi metasentrik. Satu periode oleng lengkap adalah jangka waktu yang dibutuhkan
mulai dari saat kapal tegak, miring ke kiri, tegak, miring ke kanan sampai kembali tegak
kembali. Hubungan antara tinggi metasentrik (GM) dengan periode oleng adalah dengan
rumus :

11
2 πB
T=
√ g . GM

dimana, T = periode oleng dalam detik


B = lebar kapal dalam meter

Yang dimaksud dengan periode oleng disini adalah periode oleng alami (natural rolling) yaitu
olengan kapal air yang tenang.

h. Pengaruh Permukaan Bebas (Free Surface Effect)


Permukaan bebas terjadi di dalam kapal bila terdapat suatu permukaan cairan yang bergerak
dengan bebas, bila kapal mengoleng di laut dan cairan di dalam tangki bergerak-gerak
akibatnya titik berat cairan tadi tidak lagi berada di tempatnya semula. Titik G dari cairan tadi
kini berada di atas cairan tadi, gejala ini disebut dengan kenaikan semu titik berat, dengan
demikian perlu adanya koreksi terhadap nilai GM yang kita perhitungkan dari kenaikan semu
titik berat cairan tadi pada saat kapal mengoleng sehingga diperoleh nilai GM yang efektif.
Perhitungan untuk koreksi permukaan bebas dapat mempergunakan rumus:

r xl xb3
GGL =
12 x 35 x W

dimana :
gg1 = pergeseran tegak titik G ke G1
r = berat jenis di dalam tanki dibagi berat jenis cairan di luar kapal
l = panjang tangki
b = lebar tangki
W = displasemen kapal

12

Anda mungkin juga menyukai