Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
40220032
(......................................................) (......................................................)
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI DISPEPSIA
Dispepsia adalah ketidaknyamanan perut bagian atas yang terkait dengan makan
(biasa disebut gangguan pencernaan), adalah gejala yang paling umum dari pasien
dengan disfungsi gastrointestinal. Biasanya, makanan berlemak menyebabkan
ketidaknyamanan karena membutuhkan proses pencernaan lebih lama dari pada protein
atau karbohidrat. Salad dan sayuran hijau serta makanan berbumbu tinggi juga dapat
menyebabkan gangguan pencernaan (Kardiyudiani, 2019).
Dispepsia merupakan rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati. Kondisi ini
dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi tubuh terhadap lingkungan
sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan ketidakseimbangan metabolisme dan
seringkali menyerang individu usia produktif, yakni usia 30-50 tahun (Ida, 2016).
Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati. Kondisi ini
dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi tubuh terhadap lingkungan
sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan ketidakseimbangan metabolisme, dan
sering kali menyerang individu usia produktif, yakni usia 30-50 tahun (Arif dan Sari,
2011).
Dispepsia suatu gejala yang ditandai dengan nyeri ulu hati, rasa mual, dan
kembung. Gejala ini bisa berhubungan / tidak ada hubungan dengan makanan
(Nugroho,2011).
B. KLASIFIKASI DISPEPSIA
Pengelompokan mayor dispepsia terbagi atas dua yaitu:
1. Dispepsia Organik
Bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Sindrom
dyspepsia organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak
(ulkuspeptikum), gastritis, stomach cancer, gastroesophageal refluxdisease,
hyperacidity.
2. Dispepsia Non Organik (DNU), atau dyspepsia fungsional, atau Dispepsia Non
Ulkus (DNU)
Bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsia fungsional tanpa disertai kelainan atau
gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi,
dan endoskopi.
(Ida, 2016)
C. ETIOLOGI DISPEPSIA
Berdasarkan penyebabnya, dispepsia dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu dispepsia organik
dan dispepsia fungsional.
1. Dispepsia organik
a. Dispepsia tukak. Gejala yang ditemukan biasanya nyeri ulu hati pada waktu
tidak makan / perut kosong.
b. Dispepsia tidak tukak. Gejalanya sama dengan dispepsia tukak, bisa pada pasien
gastritis, deudenis, tetapi pada pemeriksaan tidak di temukan tanda-tanda tukak.
c. Rufluks gastroesofagus. Gejala berupa rasa panas di dada dan regurgitasi
terutama setelah makan.
d. Penyakit saluran empedu. Keluhan berupa nyeri mulai dari perut kanan atas
atau ulu hati yang menjalar ke bahu kanan dan punggung.
e. Karsinoma. Kanker esofagus, kanker lambung, kanker pankreas, kanker hepar.
f. Pankreatitis. Keluhan berupa nyeri mendadak yang menjalar ke punggung, perut
terasa makin tegang dan kencang.
g. Sindrom malabsorpsi. Keluhan berupa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering
flatus, dan perut kembung.
h. Gangguan metabolisme. Sebagai contoh diabetes dengan neuropatisering timbul
komplikasi pengosongan lambung yang lambat sehingga menimbulkan nausea,
perasaan lekas kenyang. Hipertiroid menimbulka rasa nyeri di perut, nausea,
dan anoreksia.
2. Dispepsia fungsional
a. Faktor asam lambung pasien. Pasien biasanya sensitif terhadap kenaikan
produksi asam lambung dan hal tersebut menimbulkan nyeri.
b. Kelainan psikis, stres, dan faktor lingkungan. Stres dan faktor lingkungan
diduga berperan pada kelainan fungsional saluran cerna, menimbulkan
gangguan sirkulasi, motilitas, klan vaskularisasi.
c. Gangguan motilitas. Mekanisme timbulnya gejala dyspepsia mungkin di
pengaruhi oleh susunan saraf pusat, gangguan motilitas di antaranya
pengosongan lambung lambat, abnormalitas kontraktif, refluks gastroduodenal.
d. Penyebab lain-lain, seperti adanya kuman helicobacterpylori, gangguan
motilitas atau gerak mukosa lambung, konsumsi banyak makanan berlemak,
kopi, alkohol, rokok, perubahan pola makan dan pngaruh obat-obatan yang
dimakan secara berlebihan dan dalam waktu lama.
( Arif dan Sari, 2011)
D. MANIFESTASI KLINIS
Adanya gas diperut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat kenyang,
mual, tidak ada nafsu makan dan perut terasa panas. Rasa penuh, cepat keyang, kembung
setalah makan, mual muntah, sering bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri uluh hati dan
dada atau regurgitas asam lambung ke mulut. Gejala dispepsia akut dan kronis
berdasarkan jangka waktu tiga bulan meliput: rasa sakit dan tidak enak di ulu hati, perih,
mual, berlangsung lama dan sering kambuh dan disertai dengan ansietas dan depresi
(Purnamasari, 2017).
Dispepsia Perubahan pada kesehatan ansietas dispepsia fungsional, dispepsia
organic, respon mukosa lambung, perangsangan saraf simpatis, kopi, alcohol, stress,
nyeri, kontak dengan mukosa gaster, vasodilatasi mukosa gaster, mual, peningkatan
produksi Hcl dilambung, muntah, kekurangan volume cairan, pengelupasan, nyeri
epigastrik berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung, defisit pengetahuan.
E. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin, alkohol serta adanya kondisi yang stres, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada
lambung akibat gesekan antara dinding lambung, kondisi demikian akan mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada
lambung sehingga rangsanga di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga
intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan. (Rudi Haryono, 2012)
1. Sekresi asam lambung dan keasaman duodenum
Pada dispepsia fungsional hanya sedikit yang terkena hipersekresi asam lambung
dari ringan sampai sedang, beberapa hanya menujukkan gangguan bersihan asam
dari duodenum dan meningkatnya sensitivitas terhadap asam.
2. Infeksi Helicobacter pylori.
3. Perlambatan pengosongan lambung.
20-40% pada dispepsia fungsional mempunyai perlambatan pengosongan lambung
yang signifikan karena pengosongan lambung dengan perasaan perut penuh setelah
makan, mual, dan muntah.
4. Gangguan akomodasi lambung
Menimbulkan rasa cepat kenyang dan mengalami penurunan berat badan, karena
pada keadaan normal makanan yang masuk lambung akan terjadi relaksasi fundus
dan korpus gaster tanpa meningkatkan tekanan dalam lambung.
5. Hipersensitivitas lambung
Dapat menimbulkan rasa nyeri abdomen, bersendawa, penurunan berat badan, rasa
cepat kenyang.
6. Intoleransi lipid intra duodenal
Mengeluh intoleransi terhadap makanan yang berlemak dan dapat meningkatkan
hipersensitivitasnya terhadap lambung yang menimbulkan gejala mual dan
kembung.
7. Psikologi
Adanya stres akut dapat mempengaruhi gastrointestinal kemudian munculnya rasa
mual setelah stimulus stress.
(Rudi Haryono, 2012)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan organik,
pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium
Biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam
tinja, dan urin. Jika ditemukan leukosit dosis berarti tanda-tanda infeksi. Jika tampak
cair berlendir atau banyak mengandung lemak pada pemeriksaan tinja kemungkinan
menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dyspepsia ulkus sebaiknya
diperiksa derajat keasaman lambung. Jika diduga suatu keganasan, dapat diperiksa
tumormarker (dugaan karsinoma kolon), dan (dugaan karsinoma pankreas).
2. Barium enema
Untuk memeriksa saluran cerna pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau
muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau
memburuk bila penderita makan.
3. Endoskopi
Biasa digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari lapisan lambung melalui
tindakan biopsi. Pemeriksaan nantinya di bahwa mikroskop untuk mengetahui
apakah lambung terinfeksi Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan
bakuemas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.
4. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen, serologi H. pylori,
urea breath test, dan lain-lain dilakukan atas dasar indikasi.
(Ida, 2016)
G. KOMPLIKASI DISPEPSIA
Komplikasi yang mungkin muncul pada dyspepsia antara lain perdarahan
gastrointestinal, stenosis pilorus, dan perforasi (Corwin,2000).
H. WOC
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam keperawatan. Tahap ini sangat
penting dan menentukan dalam tahap-tahap selanjutnya. Data yang komperhensif
dan valid akan menentukan penetapan diagnosis keperawatan dengan tepat dan
benar, serta selanjutnya akan berpengaruh dalam perencanaan keperawatan. Tujuan
dari pengkajian adalah didapatkannya data yang mencakup data bio, psiko, dan
spiritual.
Menurut American Nurses Association(ANA) (1998), mengenai standar pengkajian,
dinyatakan bahwa data harus:
a. Relevan dengan kebutuhan pasien.
b. Pengumpulan data dari berbagai sumber.
c. Pengumpulan data dari berbagai teknik.
d. Pengumpulan data secara sistematis.
e. Pendokumentasia menggunakan format.
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang
terorganisasi, dan meliputi empat aktivitas dasar atau elemen dari pengkajian yaitu
pengumpulan data secara sistematis, memvalidasi data, memilah, dan mengatur
data dan mendokumentasikan data dalam format (Carpenito, 2009).
Pengkajian pada Dispepsia, antara lain :
a. Aktivitas/istrahat: dengan gejala kelemahan, kelelahan
b. Sirkulasi: Gejala hipotensi, tachicardi, nadi perifer lemah, pengisian kapiler
lambat perlahan,warna kulit pucat/sianosis, kelembapan kulit/membrane
mukosa berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut)
c. Integritas ego: Gejala faktor stres akut atau kronik (keuangan, hubungan dan
kerja), perasaan tak berdaya.
d. Eliminasi: Gejala riwayat perawatan dirumah sakit sebelumnya karena
perdarahan, gatrointestinal, atau masalah yang berhubungan dengan
gastrointestinal.
e. Makanan/cairan: Gejala anoreksia, mual, muntah, masalah menelan, nyeri ulu
hati, perubahan berat badan.
f. Neurologi: Gejala rasa denyutan, pusing/sakit kepala, kelemahan.
g. Nyeri atau kenyamanan: Gejala nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal,
rasa terbakar, perih, nyeri hebat biasanya tiba- tiba dapat disertai perforasi, rasa
ketidaknyamanan/distres samar- samar setelah makan banyak dan hilang dengan
makan, nyeri epigastrium kiri sampai tengah atau menyebar kepinggang terjadi
1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida.
h. Keamanan: Gejala peningkatan suhu.
3. Intervensi Keperawatan
TUJUAN DAN
N
DX KRITERIA INTERVENSI
O
HASIL
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan tindakan a. Identifikasi lokasi,
dengan agen keperawatan selama karakteristik, durasi, frekuensi,
pencedera 3 jam, maka tingkat kualitas, intensitas nyeri
fisiologis nyeri px menurun b. Identifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil c. Identifikasi respon nyeri non
: verbal
a. Keluhan nyeri d. Identifikasi faktor yang
skala 5 (menurun) memperberat dan
b.Sikap protektif memperingan nyeri
skala 5 (menurun) e. Monitor keberhasilan terapi
c. Gelisah skala 5 komplementer yang sudah
(menurun) diberikan
d.Ketegangan otot f. Monitor efek samping
skala 5 (menurun) penggunaan analgetik
e. Uterus teraba
membulat skala 5 Terapeutik :
(menurun) a. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri (kompres
hangat/dingin)
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
a. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan tindakan a. identifikasi status nutrisi
dengan faktor keperawatan selama b. identifikasi alergi dan
psikologis 3x24 jam masalah intoleransi makanan
(keengganan untuk status nutrisi px c. identifikasi makanan yang
makan) membaik dengan disukai
kriteria hasil : d. identifikasi kebutuhan kalori
a. porsi makan dan jenis nutrien
yang dihabiskan e. identifikasi perlunya selang
meningkat (skala nasogastrik tube
5) f. monitor asupan makanan
b. frekuensi makan g. monitor berat badan
membaik (skala h. monitor hasil pemeriksaan
5) laboratorium
c. nafsu makan
membaik (skala terapeutik :
5) a. lakukan oral hygine sebelum
d. bising usus makan jika perlu
membaik (skala b. fasilitasi menentukan
5) pedoman diet
e. membran c. sajikan makanan secara
mukosa menarik dan suhu yang sesuai
membaik (skala d. berikan makanan tinggi serat
5) untuk mencegah konstipasi
e. berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
f. berikan suplemen makanan
jika perlu
g. hentikan pemberian makanan
melalui nasogastric tube jika
asupan oral dapat ditolernsi
edukasi :
a. anjurkan posisi duduk jika
mampu
b. ajarkan diet yang
diprogramkan
kolaborasi :
a. kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
b. kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan jika perlu
3. Resiko Setelah dilakukan Observasi
ketidakseimbanga tindakan a. Identifikasi kemungkinan
n elektrolit keperawatan selama penyebab ketidakseimbangan
berhubungan 3x24jam diharapkan elektrolit
dengan keseimbangan b. Monitor kadar elektrolit
ketidakseimbanga elektrolit meningkat serum
n cairan dengan kriteria hasil c. Monitor mual, muntah, diare
: d. Monitor kehilangan cairan
a.Serum natriun e. Monitor tanda dan gejala
membaik (5) hipokalemia
b.Serum klorida f. Monitor tanda dan gejala
membaik (5) hiperkalemia
c.Serum kalium g. Monitor tanda dan gejala
membaik (5) hiponatremia
h. Monitor tanda dan gejala
hipernatremia
i. Monitor tanda dan gejala
hipokalsemia
j. Monitor tanda dan gejala
hipomagnesemia
k. Monitor tanda dan gejala
hipermagsemia
Terapeutik
a. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan
4. Intoleransi Setelah dilakukan Observasi :
aktivitas tindakan a. Identifikasi gangguan fungsi
berhubungan keperawatan selama tubuh yang mengakibatkan
dengan kelemahan 3x24 jam kelelahan
diharapkan toleransi b. Monitor kelelahan fisik dan
aktifitas px emosional
meningkat, dengan c. monitor pola dan jam tidur
kriteria hasil : d. Monitor lokasi dan
a. Frekuensi ketidaknyamanan selama
mnadi meningkat melakukan aktivitas
(5)
b. Keluhan Terapeutik :
lelah menurun (5) a. sediakan lingkungan nyaman
c. Dispnea saat dan rendah stimulus
aktifitas menurun (mis.cahaya, suara,
(5) kunjungan)
d. Dispnea b. lakukan latihan rentang gerak
setelah aktifitas pasif dan/atau aktif
menurun (5) c. berikan aktivitas distraksi
e. Tekanan yang menyenangkan
darah membaik d. fasilitasi duduk di sisi tempat
(5) tidur, jika tidak dapat
f. Frekuensi berpindah atau berjalan
napas membaik
(5) Edukasi :
a. anjurkan tirah baring
b. anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
c. anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi :
a. kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Arif & Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Ida, M. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan.
Jakarta: Pustaka Baru Press. International Reviews Of Immunology 66 (1), 1-15.