Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktik Kerja Instansi (Prakerin) merupakan program khusus yang harus


dilaksanakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai dengan kurikulum.
Program ini dilaksanakan di luar sekolah dalam bentuk praktik kerja di dunia
usaha atau industri.

Dalam pelaksanaan Prakerin, siswa dituntut agar mampu memahami


tentang relevansi antara teori yang dipelajari di sekolah dengan pengalaman di
lapangan. Selain itu, sekolah sebagai institusi pendidikan penyelenggara program
keahlian kefarmasian dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
standar kualifikasi lulusan SMK yang sesuai di dunia usaha atau industri yang
dapat dijadikan masukan untuk pengembangan mutu pendidikan.

Penyelenggaraan kegiatan Prakerin dilakukan berdasarkan ketentuan yang


terdapat dalam :

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan


nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suatu suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan. Pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
2. Keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 323/V/1997
tentang penyelenggaraan Prakerin SMK.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah antara lain :
a. Penyelenggaraan sekolah menengah dapat bekerja sama dengan
masyarakat terutama dunia usaha atau industri dan para dermawan
untuk memperoleh sumber daya dalam rangka menunjang
penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan; dan

1
b. Pada sekolah menengah dapat dilakukan uji coba gagasan baru
yang diperlukan dalam rangka pengembangan pendidikan
menengah.
4. Keputusan menteri pendidikan Nomor 080/V/1993 tentang kurikulum
sekolah menengah kejuruan yang menyatakan :
a. Menggunakan unit produksi sekolah beroperasi secara profesional
sebagai wahana pelatihan kejuruan.
b. Melaksanakan sebagai kelompok mata pelajaran kejuruan
disekolah dan sebagai lainnya di dunia usaha atau industri.
c. Melaksanakan kelompok mata pelajaran keahlian kejuruan
sepenuhnya di masyarakat dunia usaha dan industri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sistem penyimpanan ?


2. Apa tujuan penyimpanan ?
3. Sistem penyimpanan apa yang digunakan di Apotek Lido Farma?
4. Bagaimana efektivitas penyimpanan obat di Apotek Lido Farma?

1.3 Tujuan Praktik Kerja Instansi (Prakerin)

1. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia kerja yang


sesungguhnya.
2. Memiliki tingkat kompetensi standar sesuai yang di persyaratkan oleh
dunia kerja.
3. Siswa dapat mempersiapkan diri untuk menjadi tenaga kerja yang
terampil, berdedikasi tinggi, serta memiliki kinerja yang tinggi sesuai
dengan program keahlian yang di tempuh di sekolah
4. Dapat menyerap perkembangan teknologi dan budaya kerja untuk
kepentingan perkembangan diri.
5. Meluaskan wawasan dan pandangan siswa terhadap jenis-jenis pekerjaan
pada tempat dimana siswa melaksanakan Prakerin
6. Untuk memperkenalkan siswa pada dunia usaha.
7. Untuk mengetahui lebih jauh realita ilmu yang telah diterima disekolah
dengan kenyataan di lapangan.

2
8. Dapat menyiapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyesuaikan
diri dalam lingkungan kerja di masa mendatang

1.4 Manfaat

1. Melatih kedisiplinan siswa/i di dunia kerja


2. Dapat mengetahui lebih jauh realita ilmu yang di terima disekolah dengan
kenyataan sesungguhnya.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan siswa/i pada bidang yang dipelajari
di sekolah

1.5 Sistematika Penulis

Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar gambar
BAB 1 Pendahuluan
BAB 2 Tinjauan Umum
BAB 3 Tinjauan khusus
BAB 4 Pembahasan
BAB 5 Penutup
Daftar pustaka
Lampiran

3
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Definisi Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik


kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung. jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien (PERMENKES, 2016). Maka dapat dikatakan bahwa apotek
adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang diharapkan dapat membantu
mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dan juga sebagai
tempat mengabdi dan praktek profesi Apoteker dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian (Hartini dan Sulasmono, 2006).

2.2 Persyaratan Apotek

Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek
(SIA). Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan
pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek di suatu tempat
tertentu. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/MENKES/SK/X/2002, disebutkan bahwa persyaratan- persyaratan


apotek adalah:

1) Untuk mendapat izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama
dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap
dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan
farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
2) Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan
komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.
3) Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar
sediaan farmasi.

4
Tugas dan Fungsi Apotek Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009
menyebutkan tugas dan fungsi apotek adalah:

1) Sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah


mengucapkan sumpah jabatan.
2) Sebagai sarana farmasi tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian.
3) Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan
farmasi antara lain obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika.
4) Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya
kepada tenaga kesehatan lain dan masyarakat, termasuk pengamatan dan
pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat.
5) Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat,


pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (DEPKES RI, 2009).
Peraturan Menteri Kesehatan no. 9 Tahun 2017 tentang Apotek Pasal 16
menjelaskan bahwa apotek menyelenggarakan fungsi sebagai pengelola sediaan
farmasi, alat kesehatan dan Bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik
termasuk di komunitas.

2.3 Sarana dan Prasarana Apotek.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek Pasal 7


menyebutkan bahwa bangunan apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang
berfungsi sebagai penerimaan resep, pelayanan resep dan peracikan, penyerahan
sediaan farmasi dan alat kesehatan, konseling, penyimpanan sediaan farmasi dan
alat kesehatan, dan arsip.

Pada Pasal 8 disebutkan bahwa prasarana apotek paling sedikit terdiri


atas instalasi air bersih, instalasi listrik, sistem tata udara, dan sistem proteksi
kebakaran. Apotek juga wajib memasang papan nama apotek yang terdiri atas
nama apotek, nomor SIA, dan alamat serta papan nama praktik Apoteker yang
memuat paling sedikit informasi nama Apoteker, nomor SIPA, dan jadwal praktik
Apoteker.

5
Surat Izin Apotek atau SIA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada apoteker sebagai izin untuk
menyelenggarakan apotek (PERMENKES, 2006). SIA berlaku 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan (PERMENKES, 2017).Syarat
memperoleh SIA adalah apoteker harus mengajukan permohonan tertulis kepada
Pemerintah Daerah dan melengkapi dokumen administratif yang meliputi:

1) Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dengan menunjukkan


STRA asli.
2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP).
3) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker.
4) Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan.
5) Daftar prasarana, sarana, dan peralatan

2.4 Definisi Apoteker

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (PERMENKES, 2016). Apoteker
pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi surat izin apotek
(SIA). Apoteker pengelola apotek harus memenuhi persyaratan yang sudah
ditentukan:

1) Persyaratan administrasi:
a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang
terakreditasi.
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).
c. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku.
d. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
2) Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.
3) Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/continuing Professional
Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang
berkesinambungan.
4) Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan diri,
baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan atau
mandiri.

6
5) Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
perundang-undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar pendidikan,
standar pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang berlaku.
(PERMENKES, 2016).

2.5 Kewajiban dan Tanggung Jawab Apoteker

Apoteker mempunyai Standar Kompetensi Profesi yaitu (Pengurus Pusat IAI,


2016):

1) Praktik kefarmasian secara professional dan etik


2) Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi
3) Dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
4) Pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
5) Formulasi dan produksi sediaan farmasi
6) Upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat
7) Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
8) Komunikasi efektif
9) Ketrampilan organisasi dan hubungan interpersonal

Peningkatan kompetensi diri

PERMENKES No. 9 pasal 19 (2017) menuliskan setiap Apoteker dan Tenaga


Teknis Kefarmasian harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional, standar pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien dan
mengutamakan kepentingan pasien.

2.6 Apoteker Pengelola Apotek

Apoteker pengelola apotek adalah apoteker yang diberi Surat Izin Apotek
(SIA) dan dalam profesinya dapat dibantu oleh asisten apoteker dan apoteker
pendamping dan/atau tenaga administrasi dalam menyelenggarakan apotek
(PERMENKES, 2017). Apoteker pengelola

Apotek dapat didampingi oleh apoteker pendamping yang juga dapat


menggantikan apoteker pengelola apotek dalam melaksanakan pelayanan
kefarmasian (DEPKES, 2009).Apoteker pengelola apotek (APA) yang

7
berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek harus menunjuk apoteker
pendamping. Apabila apoteker pengelola apotek dan apoteker pendamping
berhalangan melakukan tugasnya karena hal-hal tertentu maka apoteker pengelola
apotek harus menunjuk apoteker pengganti.

Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan apoteker


pengelola apotek selama apoteker pengelola apotek tersebut tidak berada di
tempat lebih dari tiga bulan secara terus menerus dan telah memiliki surat izin
kerja serta tidak bertindak sebagai apoteker pengelola apotek di apotek lain
(KEPMENKES, 2002). Apabila apoteker pengelola apotek berhalangan hadir
melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus menerus surat izin apoteker
atas nama apoteker bersangkutan dicabut (KEPMENKES, 2002).

2.7 Standar Pelayanan Kefarmasian.

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan


sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan
tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana
(PERMENKES, 2016).Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
bertujuan untuk:

a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian


b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

(PERMENKES, 2016).Standar pelayanan kefarmasian menurut permenkes no.73


tahun 2016 mempunyai 4 parameter:

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan sesuai undang-undang yang berlaku meliputi:

8
1) Perencanaan

Dalam membuat perencanaan perlu memperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,


budaya dan kemampuan masyarakat.

2) Pengadaan

Untuk menjamin kualitas pelayanan maka pengadaan sediaan farmasi, alat


kesehatan dan bahan medis habis pakai harus melalui jalur resmi.

3) Penerimaan

Untuk menjamin kesesuaian maka kegiatan penerimaan harus memperhatikan


kesesuaian yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.

4) Penyimpanan
a) Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli pabrik kecuali jika
harus dipindahkan ke wadah lain maka wadah baru harus memuat
informasi obat.
b) Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi sesuai.
c) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk menyimpan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
d) Penyimpanan dilakukan secara alfabetis dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat.
e) Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (first in firstout) dan FIFO
(firstexpirefirstout).
5) Pemusnahan dan penarikan
a) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai jenis dan bentuk
sediaan.
b) Resep yang telah disimpan melebihi 5 tahun dapat dimusnahkan oleh
apoteker dengan disaksikan oleh petugas lain di apotek.
c) Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d) Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar.

9
e) Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh menteri
6) Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan


sesuai kebutuhan pelayanan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan kadaluarsa, kehilangan dan pengembalian pesanan.

7) Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat


kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan, penyimpanan,
penyerahan dan pencatatan lainnya sesuai kebutuhan. Pelaporan terdiri dari
pelaporan internal dan eksternal.

b. Pelayanan farmasi klinik

Kegiatan farmasi klinik di apotek meliputi:

1) Pengkajian dan pelayanan resep

Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan


pertimbangan klinis.

2) Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat.

3) Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat atau PIO merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat kepada profesi kesehatan lain
pasien atau masyarakat.

4) Konseling

Konseling adalah proses interaktif antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien


untuk meningkatkan kepatuhan, kesadaran, pengetahuan dan pemahaman
sehingga terjadi perubahan perilaku dalam menggunakan obat dan menyelesaikan
masalah pasien.

10
5) Pelayanan kefarmasian di rumah (homepharmacycare)

Apoteker diharapkan dapat memberikan layanan kunjungan rumah khususnya


untuk lansia dan pasien dengan pengobatan kronis.

6) Pemantauan terapi obat (PTO)

Proses pemastian bahwa pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan
terjangkau.

7) Monitoring efek samping obat (MESO)

Kegiatan pemantauan setiap respon obat pada dosis normal yang merugikan atau
tidak diharapkan.

a. Sumber daya manusia

Apoteker harus memenuhi kriteria:

a) Persyaratan administrasi
b) Menggunakan atribut praktik
c) Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan
d) Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan
diri
e) Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
b. Sarana dan prasarana

Sarana-prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di


apotek meliputi:

a) Ruang penerimaan resep


b) Ruang pelayanan resep dan peracikan
c) Ruang penyerahan obat
d) Ruang konseling
e) Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai
f) Ruang arsip

11
c. Evaluasi mutu pelayanan kefarmasian

Evaluasi mutu di apotek dilakukan terhadap:

1. Mutu manajerial
a. Metode evaluasi
a) Audit
b) Review
c) Observasi
b. Indikator evaluasi mutu
a) Kesesuaian proses terhadap standar
b) Efektifitas dan efisiensi
2. Mutu pelayanan farmasi klinik
a. Metode evaluasi mutu
1) Audit
2) Review
3) Survei
4) Observasi
b. Indikator evaluasi mutu
1) Pelayanan farmasi klinik diusahakan zero deffect dari medicationerror
2) Standar prosedur operasional
3) Lama waktu pelayanan resep
4) Keluaran pelayanan kefarmasian secara klinik.
2.8 Obat

2.8.1 Pengertian Obat

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia (UU No. 36 Tahun 2009).

12
2.8.2 Penggolongan Obat
Berikut penggolongan obat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 949/per/VI/2000 :
a) Obat Bebas
Obat bebas merupakan obat yang bisa dibeli tanpa resep dokter dan
bisa dijual di apotek maupun toko obat, contohnya parasetamol. Istilah lain
untuk obat bebas adalah obat OTC (Over The Counter)
Golongan Obat ini di tandai berupa lingkaran hijau dengan garis tepi
warna hitam.

Gambar 1. Logo Obat Bebas

b) Obat Bebas Terbatas


Golongan ini sebenarnya termasuk obat keras, namun hingga batas
tertentu bisa diperoleh di apotek tanpa resep dokter.
Tandanya berupa lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam, dan
disertai salah satu di antara 6 jenis peringatan sebagai berikut :
P No. 1, Awas! Obat Keras, Bacalah Aturan Memakainya
P No. 2, Awas! Obat Keras, Hanya Untuk Kumur, Jangan Ditelan
P No. 3, Awas! Obat Keras, Hanya Untuk Bagian Luar Badan
P No. 4, Awas! Obat Keras, Hanya Untuk Luka Bakar
P No. 5, Awas! Obat Keras, Tidak Boleh Ditelan
P No.6, Awas! Obat Keras, Obat Wasir, Jangan Ditelan

13
Gambar 2. Logo Obat Bebas Terbatas

c) Obat Keras

Disebut juga obat golongan G (gevaarliik: berbahaya) atau Ethical.


Ditandai dengan lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam, serta
huruf K berwarna hitam.Semua jenis psikotropika dan antibiotik
termasuk dalam golongan ini. Sesuai dengan peraturan yang berlaku,

hanya bisa dibeli dengan resep dokter.

Gambar 3. Logo Obat keras

d) Narkotika

14
Menurut UU RI No. 35 tahun 2009 pengertian narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkotika dibagi atas 3 golongan yaitu :

1. Golongan I, adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk


tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya yaitu Heroin.
2. Golongan II, adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya yaitu
Morfin.
3. Golongan III, adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya yaitu codein.

Gambar 4. Obat Narkotik

Tanda yang diberikan untuk obat golongan narkotika adalah


lingkaran berwarna putih, dengan palang merah di dalamnya. Distribusi
obat dalam golongan ini diawasi secara ketat karena rawan
penyalahgunaan sehingga hanya bisa dibeli dengan resep asli.

15
Menurut UU No. 5 tahun 1997 adalah zat atau obat baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika di bagi atas 4 golongan yaitu :

1. Golongan I, adalah psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan


ilmu pengetahuan serta memiliki potensi amat kuat mengakibatkan
sindrom ketergantungan. Contohnya yaitu Extasi.
2. Golongan II, adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi dan atau ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Contohnya yaitu Amfetamin.
3. Golongan III, adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan atau ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Contohnya yaitu Fenta barbital.
4. Golongan IV, adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Contohnya yaitu Alprazolam.
Tanda psikotropika sama dengan penandaan untuk obat keras,
hal ini karena efeknya dapat mengakibatkan sindrom ketergantungan
sehingga dulu disebut Obat Keras Tertentu.

e) Obat Wajib Apotek (OWA)


Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker di apotek tanpa resep dokter. Tujuan OWA adalah memperluas
keterjangkauan obat untuk masyarakat.
Sesuai Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat
yang dapat diserahkan :
1. Tidak di kontraindikasi kan untuk penggunaan pada wanita hamil,
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

16
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko
pada kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevelensinya
tinggi di Indonesia.
5. Obat dimaksud memiliki rasio kesehatan keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Peraturan tentang OWA berdasarkan keputusan Menteri


Kesehatan No.924/Menkes/Per/X/1993, dikeluarkan dengan
pertimbangan sebagai berikut :

1. Pertimbangan yang utama, obat yang diserahkan tanpa resep dokter


yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong
dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dengan
meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.
2. Pertimbangan yang kedua, untuk peningkatan peran apoteker di
apotek dalam pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi serta
pelayanan obat kepada masyarakat.
3. Pertimbangan ketiga, untuk peningkatan penyediaan obat yang
dibutuhkan untuk penobatan sendiri.
2.9 Resep

2.9.1 Pengertian Resep

Menurut Kepmenkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 resep adalah


permintaan tertulis dari dokter , dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

2.9.2 Kelengkapan Resep

Suatu resep harus memiliki kelengkapan agar legal untuk dilayani,


adapun kelengkapan komponen resep yaitu :

1. Nama dokter, alamat, no telpon dokter dan SIP/SIK dokter

17
2. Kota dan tanggal penulisan resep (inscripto)
3. Tanda tangan R/ (invocatio)
4. Nama obat dan jumlah obat (praescripto)
5. Cara pembuatan dan jumlah obat yang akan dibuat (ordinatio)
6. Aturan pakai obat (signature)
7. Nama pasien, umur, alamat, jenis kelamin
8. Paraf dan tangan dokter (subscripto)

Pembagian suatu resep yang lengkap :

1. Tanggal dan tempat ditulisnya resep (inscripto)


2. Aturan pakai dari obat yang tertulis (signature)
3. Paraf/tanda tangan dokter yang menulis resep (subscripto)
4. Tanda buka penulis resep dengan R/ (invecatio)
5. Nama obat, jumlah, dan cara pembuatannya (praescriptio atau
ordinatio)

Jika dokter ingin agar pasien segara mendapatkan obat karena tingkat
keparahan pasien maka resep harus ditulis cito (segera), urgent (penting),
Periculum In Mora/PIM (berbahaya bila ditunda), statim (penting). Jika tanda di
atas ada pada resep maka resep tersebut harus didahulukan untuk dilayani. Jika
dokter ingin agar resep diulang maka pada resep harus ditulis iter/iteratie.

2.9.3 Pelayanan Resep

Skrining resep, Apoteker melakukan skrining resep meliputi :

1) Persyaratan administratif :
1. Nama,SIP dan alamat dokter.
2. Tanggal penulisan resep.
3. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
4. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
5. Nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta.
6. Cara pemakaian yang jelas.

2) Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,


inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

18
3) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,
durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan
dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan.

4) Penyiapan obat

a. Peracikan

Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan


memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat
suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta
penulisan etiket yang benar.

b. Etiket

Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

c. Kemasan obat yang diserahkan

Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga
terjaga kualitasnya.

d. Penyerahan Obat

Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir


terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh
apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan
tenaga kesehatan.

e. Informasi Obat

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah


dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada
pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan
obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari selama terapi.

19
2.10 Sejarah Berdirinya Apotek Lido Farma

Berdirinya Apotek Lido Farma yang terletak di di Jl. Siliwangi,


Kelurahan Cigombong, Kecamatan Cigombong, Kota Bogor, dengan No. SIPA
19860914/SIPA_32.01/DPMPTSP/2018/1-00115 dan No. SIA
449.1/031/00124/DPMPTSP/2018. Apotek ini berdiri atas prakarsa seorang
pemilik yang bernama Ahmad Badawi, yang sudah menjalankan bisnis dibidang
kefarmasian kurang lebih selama 3 tahun.

Sebelum tahun 2018 apotek Lido Farma ini merupakan sebuah toko
obat yang beralamat di Pasar Cigombong. Seiring berjalan waktu dan
bertambahnya peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah, semua toko obat agar
tetap bisa memesan dan menjual obat daftar G tanpa dan dengan resep dokter
maka semua toko obat diharuskan berganti menjadi apotek. Maka pada tahun
2018 dibuatlah Apotek Lido Farma.

Sebelumnya Apotek Lido Farma ini hanya memiliki satu Apoteker,


tetapi semenjak adanya BPJS kesehatan diberlakukan, setiap apotek diwajibkan
memiliki 2 orang Apoteker, yaitu 1 orang sebagai apoteker penanggung jawab dan
1 orang apoteker pendamping, di tambah dengan 2 orang asisten apoteker.

Apotek ini melayani setiap hari dengan memulai waktu pelayanan dari
jam 07:30 – 22:00 malam. Dengan pergantian dua kali shift yaitu antara jam 07:10
– 15:30 dilanjutkan dari jam 13:10 – 22:00 malam. Apotek ini boleh dikatakan
sebagai apotek yang berhasil dalam persaingan, karena mampu meraih konsumen
ataupun perhatian masyarakat. Bukan hanya sumber daya yang berkualitas dengan
management yang baik, tetapi juga fasilitas pelayanan yang berkualitas hingga
bisa berhasil sejauh ini. Apotek Lido Farma sebenarnya hanyalah berawal dari
toko obat kemudian berkembang seperti sekarang dengan mendapatkan izin dari
dinas kesehatan kota Bogor pada tahun 2018. Dan pada saat ini memiliki toko

20
obat yang berada di pasar Cigombong dan Apotek yang berada di jl.Siliwangi,
Kelurahan Cigombong, Kota Bogor.

2.11 Tujuan Berdirinya Apotek Lido Farma

Adapun tujuan berdirinya Apotek Lido Farma yaitu :

a. Sebagai tempat pengabdian profesi Apoteker.


b. Melayani kebutuhan obat, bahan obat, alat kesehatan serta perbekalan
farmasi lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan berorientasi
kepada kepentingan dan kepuasan pasien sebagai implementasi
Kompetensi profesi farmasi.
c. Memberikan dan menyediakan informasi, edukasi dan konsultasi
kesehatan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan, khususnya obat dan cara pengobatan yang
Tepat.
2.12 Visi dan Misi Apotek Lido Farma

2..12.1 Visi

Menjadi apotek yang menerapkan pelayanan kefarmasian yang bermutu,


berkualitas komplit, murah dan terpercaya serta menguntungkan bagi konsumen
Dan karyawan.

2.12.2 Misi

a) Menyediakan obat, alat kesehatan serta perbekalan kefarmasian Lainnya


yang bermutu, berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.
b) Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang tepat, cepat, ramah,
informative dengan menerapkan konsep Pharmaceutical care secara
Professional.
c) Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup seluruh karyawan dan
Pemilik modal Struktur Organisasi Apotek Lido Farma.
d) Memberikan pelayanan kesehatan yang tepat dan tuntas kepada pasien

21
e) Memberikan informasi kesehatan dan konsultasi penyakit kepada pasien
Menyediakan obat-obat yang terjangkau oleh masyarakat dengan mutu
yang terjamin.

Pemilik Apotek dalam hal ini orang yang mempunyai Apotek yang
memberikan perlindungan baik secara hukum maupun secara teknik. Pemilik dari
Apotek Lido Farma ini bernama Ahmad Badawi.

Apoteker penanggung jawab bertugas sebagai penanggung jawab segala


hal yang berhubungan dengan obat-obatan dan segala kegiatan apotek, yang
bertindak sebagai apoteker penanggung jawab yaitu Ade Gunawan,S.Farm,Apt,.

Apoteker pendamping bertugas sebagai penanggung jawab selama apoteker


penanggung jawab tidak ada di apotek dan harus ada jika apotek buka hingga
malam hari. Asisten apoteker bertugas menarik obat-obatan yang dipesan melalui
resep dan penanggung jawab yang berhubungan dengan obat di bawah
pengawasan apoteker. Karyawan, karyawan disini mempunyai tugas yaitu
pelayanan langsung kepada konsumen. Kasir, bertugas menerima pembayaran
atau administrasi kepada konsumen.

22
2.13 Struktur Organisasi Apotek

23
Gambar 5. StrukturOrganisasi Apotek

2.14 Kondisi Personil


a. Jumlah prsonil

24
:13 orang

1. Komisaris: 1 orang
2. Direktur :1 orang
3. Genaral Manager : 1 orang
4. Accounting : 1 Orang
5. Apoteker : 1 orang
6. Purches : 1 orang
7. Maeketing : 1 orang
8. AA: 2 orang
9. Spu pelayanan : 1 orang
10. Staf : 2 orang
2.15 Fasilitas
1. Ruang pelayanan
2. Ruang penyimpanan stok barang/obat keras dan obat bebas terbatas
3. Gudang penyimpanan barang / obat
4. Ruang meeting
5. Ruang komputer
6. Mushola
7. Kamar mandi
2.16 Obat-obatan yang sering dilayani

Beberapa diantaranya :

a. Hipertensi atau tekanan darah tinggi


Hipertensi adalah kondisi yang terjadi ketika sejumlah darah yang
dipompakan oleh jantung melebihi kemampuan yang dapat ditampung dinding
arteri. Ketika jumlah darah tinggi, komplikasi dapat terjadi tergantung pada
hubungan antara jumlah darah dan kapasitas arteri. Semakin banyak darah yang
mengalir dan semakin sempitdinding arteri, tekanan darah akan semakin tinggi.
Tekanan darah diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Normal : berada di bawah 120/80 mmHg.
2. Meningkat : berkisar antara 120-129 untuk tekanan sitolik dan < 80
mmHg untuk tekanan diastolik.

25
3. Hipertensi tingkat 1 : 130/80 mmHg hingga 139/89 mmHg.
4. Hipertensi tingkat 2 : 140/90 atau lebih tinggi.

Gejala hipertensi :

1. Mual dan muntah


2. Pandangan menjadi kabur
3. Mimisan
4. Nyeri dada
5. Detak jantung yang tidak teratur

Contoh obat hipertensi :

a. Amlodipin
b. Bisoprolol
c. Candesartan
d. Clonidine
e. Ramipril
a) Tuberkulosis (TBC)

TBC adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh mycobacterium,


yang berkembang biak didalam bagian tubuh dimana terdapat banyak aliran darah
dan oksigen.

Gejala TBC :

a. Batuk dengan dahak kental dan keruhyang berlangsung lebih dari 2


minggu.
b. Dahak berdarah.
c. Demam.
d. Berat badan turun yang tidak dapat dijelaskan.
e. Obat TBC :
f. Etambutol
g. Pyrazinamid
h. Rimfampicin

Antiemtik

26
Antiemetik adalah obat untuk mencegah atau menghentikan mual dan
muntah. Antiemetik biasanya diberikan untuk mengobati penyakit mabuk
kendaraan, mabuk kehamilan, dan penyakit tertentu seperti pada pengobatan
dengan radiasi atau obat-obat sitostatik.

Sejumlah gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan muntah Meliputi :

a. Sakit maag
b. Mabuk perjalanan
c. Keracunan makanan
d. Mual pada masa awal kehamilan
e. Batu ginjal

Obat antiemetika :

a. Domperidone
b. Ondansetron
c. Dimenhydiranti

27
BAB III
PEMBAHASAN

Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara


dengan cara menempatkan obat yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta dapat menjaga mutu obat. Sistem penyimpanan yang tepat dan
baik akan menjadi salah satu faktor penentu mutu obat yang didistribusikan.

Terdapat beberapa tujuan dilakukannya kegiatan penyimpanan obat,


antara lain adalah memelihara mutu obat, menghindari penggunaan yang tidak
bertanggung jawab, menjaga ketersedian stok obat, serta memudahkan untuk
pencarian dan pengawasan.

Penyimpanan obat di Apotek Lido Farma menggunakan sistem


penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan, misalnya di kelompokan menjadi obat
oral (tablet, kapsul, sirup), obat suntik (apul, vial, cairan infus), obat luar ( salep,
cream, tetes mata, obat kumur), obat-obat tersebut disimpan dan disusun dengan
baik dan rapi berdasarkan alfabetis karena akan mempermudah pencarian obat.
Kemudian obat yang tidak bisa bertahan di suhu kamar di simpan di lemari
pendingin d contohnya suppositoria. Di samping itu juga pengeluaran obat
menggunakan pola first in first out (FIFO) yaitu obat yang lebih awal datang
maka dikeluarkan lebih dulu dan First expired first out (FEFO) yaitu barang yang
mendekati kadaluwarsa maka dijual terlebih dahulu. Sedangkan obat golongan
narkotika dan psikotropika disimpan di lemari khusus sehingga terpisah dengan
obat lain. Obat golongan narkotika disimpan di lemari terpisah, tertutup, rangkap
dua dan terkunci, dan obat golongan psikotropika disimpan di lemari terpisah,
tertutup dan terkunci. Untuk obat yang nama dan kemasannya mirip atau dikenal
dengan istilah LASA (Look Alike Sound Alike) diberikan penandaan khusus
misalnya menggunakan stiker berlogo “LASA” pada wadah obat dan
penyimpannya obat LASA tidak diletakan berdampingan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kemungkinan salah ambil akibat kemiripan tampilan obat dan untuk
obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi (HighAlert) harus disimpan di tempat
terpisah, akses terbatas dan diberi tanda tanda khusus misalnya area penyimpanan

28
di tandai selotib berwarna merah dan diberi stiker berlogo “HighAlert” pada
wadah dan peyimpanan obat.

Efektivitas penyimpanan obat di Apotek Lido Farma mempermudah


karyawan dalam pengambilan obat sehingga waktu yang dibutuhkan lebih cepat
apalagi pada saat pembeli sangat ramai itu sangat mempermudah karyawan.

29
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek


kefarmasian oleh Apoteker.
2. Obat di Apotek Lido Farma didistribusikan langsung kepada pasien dengan
resep dari dokter maupun tanpa resep dari dokter
3. Apotek Lido Farma menggunakan sistem penyimpanan alfabetis, (FIFO)
yaitu obat yang lebih awal datang maka dikeluarkan lebih dulu dan First
expiredfirstout (FEFO) yaitu barang yang mendekati kadaluwarsa maka dijual
terlebih dahulu.

4.2 Saran

1. SMK Bhakti Kencana Cigombong

Sebaiknya perbekalan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan


PKL lebih diperbanyak baik pembinaan mental dan pemberian motivasi, agar
siswa/i dapat lebih mantap lagi dalam melaksanakan PKL

2. Apotek Lido Farma

Adanya penambahan karyawan/ tenaga farmasi untuk memudahkan


tercapainya pelayanan kefarmasian yang maksimal

30
DAFTAR PUSTAKA

Dapertement Kesehaatan Permenkes 2017. Peraturan Mentri Kesehatan

No.9 tahun 2017 tentaang Apotek. Jakarta

Depek RI 2009, Peraturan pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan

Kefarmasian. Jakarta: Dapertemen Kesehatan RI

Depkes RI 2006. Pedoman penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis

Rumah Sakit din Indonesia Revisi 11. Jakarta Depkes RI

Hartini, Y.S, dan Sulasmono, 2006 Apotek : Ulaan beserta peserta beserta

peraturan perundang undangan terkait apotek, Universitas Sanata


Dharma : Yogyakarta

https://biofar.id/penyimpanan-obat-yang-baik-dan-benar-berdasarkan-jenis-

bentuk-dan-stabilitas/. diakses Februari 11, 2021(11:00 WIB)

31
LAMPIRAN

Lampiran 1. Apoek Lido Farma

Lampiran 2. Surat pesanan prekursor dan surat pesanan biasa

32
Lampiran 3. Faktur

Lampiran 4. Sok obat

Lampiran 5. Obat generik paten

33
Lampiran 6. Resep Obat

34

Anda mungkin juga menyukai