Anda di halaman 1dari 12

PERSIAPAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Merupakan salah satu sarana penunjang medis yang memberikan


layanan pemeriksaan radiologi dengan hasil pemeriksaan berupa
foto/gambar/imejing untuk membantu dokter yang merawat pasien dalam
penegakan diagnosis.

Fasilitas pemeriksaan yang tersedia mencakup :


1. Pemeriksaan radiologi sederhana/Konvensional
2. Pemeriksaan radiologi khusus menggunakan zat kontras
3. Dental X-Ray
4. Panoramic
5. Mammografi
6. CT SCAN
7. MRI

RADIOLOGI SEDERHANA / KONVENSIONAL


Merupakan metode pemeriksaan yang paling sederhana, tanpa persiapan
khusus dan perjanjian. Pasien dapat datang kapan saja.
Contoh : Foto Rontgen : dada, kepala, dll

RADIOLOGI KHUSUS DENGAN ZAT KONTRAS

Memberikan zat kontras untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang


baik dan informatif. Pasien perlu diperiapkan seperti puasa dan minum
pencahar. Zat kontras yang diberikan dapat berupa larutan yang diminum
atau dimasukan melalui anus atau berupa suntikan tergantung organ
yangakan diperiksa. Zat kontras hanya berfungsi sebagai pewarna dan
bukan pengobatan. Pasien harus dengan perjanjian.
Contoh :
BNO IVP (melihat saluran kemih),
OMD(melihat saluran cerna bagian atas)
DENTAL X-ray
Merupakan pemeriksaan radiologi khusus gigisecara satu persatu,
bertujuan untuk mendeteksi kelainan pada gigi
PANORAMIC
Merupakan pemeriksaan radiologi khusus untuk gigi secara keseluruhan
yang bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan gigi seperti posisi gigi
yang tumbuhnya miring dll. Pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan saja,
tanpa persiapan dan perjanjian.

MAMMOGRAFI
Pemeriksaan Radiologi khusus payudara yang bertujuan mendeteksi
kelainan payudara seperti tumor jinak maupun ganas. Pemeriksaan ini juga
dijadikan sebagai alat deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan dapat
dilakukan kapan saja. Dianjurkan tidak menggunakan bedak, deodorant
maupun parfum di badan sebelum pemeriksaan.

CT SCAN
Merupakan pemeriksaan radiologi dimana dapat memperlihatkan secara
detail irisan-irisan organ tubuh yang diolah secara komputerisasi sehingga
gambaran yang dihasilkan lebih informatif jika dibandingkan dengan
konvensional X-ray.
Contoh CT SCAN Kepala,
CT SCAN Thorax

MRI
Merupakan salah satu teknologi imejing diagnostic canggih yang
menggunakan prinsip magnetic dan radio frekwensi, dengan metode ini
akan dihasilkan gambaran organ tubuh yang diperiksa dari berbagai sudut
pandang (Multiplanar). Pemeriksaan paling aman karena tanpa
menggunakan sinar-X. Pemeriksaan tidak dapat dilakukan pada pasien
dengan alat pacu jantung, implant metal, katup jantung buatan, klip
aneurisma atau bahkan logam lainnya.
Contoh MRI Kepala, MRI Tulang
Belakang, dll
PERSIAPAN DAN INDIKASI PEMERIKSAAN USG

Perkembangan Ultrasonografi (USG) sudah dimulai sejak kira-kira tahun


1960, dirintis oleh Profesor Ian Donald. Sejak itu, sejalan dengan kemajuan
teknologi bidang komputer, maka perkembangan ultrasonografi juga maju
dengan sangat pesat, sehingga saat ini sudah dihasilkan USG 3 Dimensi
dan Live 3D (ada yang menyebut sebagai USG 4D).

INDIKASI PEMERIKSAAN USG

Indikasi merupakan salah satu prasyarat penting yang harus dipenuhi


sebelum pemeriksaan USG dilakukan. Pemeriksaan USG janganlah
dilakukan secara rutin atau setiap melakukan pemeriksaan pasien,
terutama bila pasien hamil. Banyak panduan yang telah diterbitkan,
misalnya dari AIUM (American Institute of Ultrasound in Medicine). Untuk
mempermudah memilah indikasi pemeriksaan, penulis menyarankan
pembagian indikasi tersebut atas indikasi obstetri, ginekologi onkologi,
endokrinologi reproduksi, dan indikasi non obstetri ginekologi.

Dalam bidang obstetri, indikasi yang dianut adalah melakukan


pemeriksaan USG begitu diketahui hamil, penapisan USG pada trimester
pertama (kehamilan 10 – 14 minggu), penapisan USG pada kehamilan
trimester kedua (18 – 20 minggu), dan pemeriksaan tambahan yang
diperlukan untuk memantau tumbuh kembang janin. Dalam bidang
ginekologi onkologi pemeriksaannya diindikasikan bila ditemukan kelainan
secara fisik atau dicurigai ada kelainan tetapi pada pemeriksaan fisik tidak
jelas adanya kelainan tersebut.

Dalam bidang endokrinologi reproduksi pemeriksaan USG diperlukan


untuk mencari kausa gangguan hormon, pemantauan folikel dan terapi
infertilitas, dan pemeriksaan pada pasien dengan gangguan haid.
Sedangkan indikasi non obstetrik bila kelainan yang dicurigai berasal dari
disiplin ilmu lain, misalnya dari bagian pediatri, rujukan pasien dengan
kecurigaan metastasis dari organ ginekologi dll. Berikut ini diberikan
contoh indikasi yang dikeluarkan oleh NIH 1.
National Institute of Health (NIH), USA (1983 – 1984) menentukan indikasi
untuk dilakukannya pemeriksaan USG sebagai berikut :

1. Menentukan usia gestasi secara lebih tepat pada kasus yang akan
menjalani seksio sesarea berencana, induksi persalinan atau
pengakhiran kehamilan secara elektif.
2. Evaluasi pertumbuhan janin, pada pasien yang telah diketahui
menderita insufisiensi uteroplasenter, misalnya preeklampsia berat,
hipertensi kronik, penyakit ginjal kronik, atau diabetes mellitus berat;
atau menderita gangguan nutrisi sehingga dicurigai terjadi
pertumbuhan janin terhambat, atau makrosomia.
3. Perdarahan per vaginam pada kehamilan yang penyebabnya belum
diketahui.
4. Menentukan bagian terendah janin bila pada saat persalinan bagian
terendahnya sulit ditentukan atau letak janin masih berubah-ubah
pada trimester ketiga akhir.
5. Kecurigaan adanya kehamilan ganda berdasarkan ditemukannya dua
DJJ yang berbeda frekuensinya atau tinggi fundus uteri tidak sesuai
dengan usia gestasi, dan atau ada riwayat pemakaian obat-obat
pemicu ovulasi.
6. Membantu tindakan amniosentesis atau biopsi villi koriales.
7. Perbedaan bermakna antara besar uterus dengan usia gestasi
berdasarkan tanggal hari pertama haid terakhir.
8. Teraba masa pada daerah pelvik.
9. Kecurigaan adanya mola hidatidosa.
10. Evaluasi tindakan pengikatan serviks uteri (cervical cerclage).
11. Suspek kehamilan ektopik.
12. Pengamatan lanjut letak plasenta pada kasus plasenta praevia.
13. Alat bantu dalam tindakan khusus, misalnya fetoskopi,
transfusi intra uterin, tindakan “shunting”, fertilisasi in vivo, transfer
embrio, dan “chorionic villi sampling” (CVS).
14. Kecurigaan adanya kematian mudigah / janin.
15. Kecurigaan adanya abnormalitas uterus.
16. Lokalisasi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
17. Pemantauan perkembangan folikel.
18. Penilaian profil biofisik janin pada kehamilan diatas 28 minggu.
19. Observasi pada tindakan intra partum, misalnya versi atau
ekstraksi pada janin kedua gemelli, plasenta manual, dll.
20. Kecurigaan adanya hidramnion atau oligohidramnion.
21. Kecurigaan terjadinya solusio plasentae.
22. Alat bantu dalam tindakan versi luar pada presentasi bokong.
23. Menentukan taksiran berat janin dan atau presentasi janin
pada kasus ketuban pecah preterm dan atau persalinan preterm.
24. Kadar serum alfa feto protein abnormal.
25. Pengamatan lanjut pada kasus yang dicurigai menderita cacat
bawaan.
26. Riwayat cacat bawaan pada kehamilan sebelumnya.
27. Pengamatan serial pertumbuhan janin pada kehamilan ganda.
28. Pemeriksaan janin pada wanita usia lanjut (di atas 35 tahun)
yang hamil.

DEFINISI
Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur
dalam dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
- Rontgen
- Ultrasonografi (USG)
- Perunut radioaktif
- Pemeriksaan kimiawi.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan
diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit
pada sistem pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan
terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam
sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak
memerlukan persiapan khusus.
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan
adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik.
Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar
sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan
secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa
mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.

Pemeriksaan Kerongkongan
Pemeriksaan barium
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan
dipantau melalui fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang
memungkinkan barium diamati atau difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi
kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini
seringkali direkam pada sebuah film atau kaset video.
Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh
barium, sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian
kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal.
Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi
oleh barium bisa menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh
jaringan fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor.

Manometri
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan
alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan
apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara
normal atau tidak.

Pengukuran pH kerongkongan
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat
manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks
asam atau tidak.

Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan)


Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam
kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik. Pemeriksaan ini
digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena
iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk
menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).

Intubasi
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur
melalui hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus. Prosedur
ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak
menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan
dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).

Intubasi Nasogastrik
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung
menuju ke lambung. Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan
contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah lambung
mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan
karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk
mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga
lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.
Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan
tertentu:
- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan
menelan.
Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan
untuk mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan
dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari
lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem
pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.

Intubasi Nasoenterik
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung
lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus
halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
- mendapatkan contoh isi usus
- mengeluarkan cairan
- memberikan makanan.
Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya
bisa digunakan untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus
untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim).
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua
prosedur diatas tidak menimbulkan nyeri.

Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan
selang/tabung serat optik yang disebut endoskop. Endoskop yang
dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk
memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya
berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm. Sistem video serat-optik
memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya
sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil
untuk mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk
menghancurkan jaringan yang abnormal.
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan,
daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan
jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh jaringan untuk
keperluan pemeriksaan lainnya.
Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang
berbeda bisa dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam
endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah
dan menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu
pertumbuhan yang kecil Sebuah jarum bisa digunakan untuk
menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan
perdarahannya.
Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya
dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam
lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan
selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita
biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus
besar.
Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.
Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran
pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada
lapisan usus dan perdarahan ringan.

Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan
endoskop Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita
terbius total. Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan
kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui
sayatan tersebut ke dalam rongga perut. Dengan laparoskopi dokter
dapat:
- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.

Rontgen
Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang
tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).

Pemeriksaan barium
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih
pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan
kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya
ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk
menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop
untuk mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan.
Proses ini juga bisa direkam.
Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan,
dokter dapat menilai:
- fungsi kerongkongan dan lambung
- kontraksi kerongkongan dan lambung
- penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus
besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk
menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa
tidak nyaman.
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya
akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa
menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk
mempercepat pembuangan barium.

Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan
mengambil cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar
saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan
bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi
lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa.
Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk
keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum
parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut
mengandung cairan yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan
dengan larutan antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot
dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung
suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul. Sejumlah kecil
cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter
cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.

USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran
dari organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk
berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan
daerah abnormal di dalamnya. USG juga dapat menunjukkan adanya
cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan
saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan
penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG
merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki
resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan
gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat
tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor
dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.

Pemeriksaan Darah Samar


Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh
iritasi ringan maupun kanker yang serius.
Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja
terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman
(melena).
Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak
merubah penampilan tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa
merupakan petunjuk awal dari adanya ulkus, kanker dan kelainan
lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja .
Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat
kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan
berubah bila terdapat darah.

Anda mungkin juga menyukai