Anda di halaman 1dari 15

KERJASAMA ANTAR DAERAH

(STUDI KASUS KERJASAMA PEMERINTAH KOTA MALANG DENGAN KABUPATEN


MALANG DALAM PENYEDIAAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT KOTA MALANG)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Jejaring Pemerintahan

Dosen pengampu : Muhammad Barqah Prantama, S.AP., M.AP.

Oleh:
Dema Altuno Ghifari

185120600111044

A IPM 5

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
BAB 1

PENDAHULUAN
Infrastruktur merupakan salah satu aspek pendukung dalam keberhasilan
pembangunan. Ketersedian infrastruktur yang memadai dapat mempengaruhi kualitas
dan kuantitas pembangunan. Salah satu pengaruh terhadap pembangun adalah
terciptanya lapangan pekerjaan dan juga peningkatan produksi dan pemberdayaan
sumber daya alam yang dimiliki suatu wilayah. Tidak hanya sebagai pendukung
keberhasilan pembangunan, ketersediaan infrastruktur disini dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi. Namun dalam realitanya ketersediaan infrastruktur di
beberapa wilayah di Indonesia belum terpenuhi secara merata sehingga hal ini juga
berdampak pada pembangunan beberapa wilayah yang tertinggal dengan
pembangunan infrastruktur di ibu kota dan juga ibu kota provinsi.

Sesuai dengan Undang-Undang no.25 tahun 1999 yang kemudian di revisi


dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah, dijelaskan bahwa
pemerintah daerah dapat mengelola daerahnya sendiri. Hal ini berdampak pada
pelaksanaan pembangunan daerah. Pemerintah daerah memiliki kewenangan dan
kewajiban untuk merencanakan, membangun, dan melakukan pembiayaan terhadap
pembangunan daerah masing-masing. Termasuk juga infrastruktur publik seperti
penyediaan transportasi, komunikasi, dan air minum merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah yang merencanakan dan melaksanakan pemenuhan hal tersebut.
Pembangunan infrastruktur yang dilakukan daerah disini juga bergantung pada
anggaran yang ada sehingga cepat atau lambatnya pembangunan dan juga berhasil
atau tidaknya pembangunan pada daerah seidkit banyak tergantung pada anggaran
daerah yang dikeluarkan.1

Permintaan pemenuhan infrastruktur di berbagai wilayah dalam rangka


pelayanan publik seakan-akan menjadi hal yang terus bertambah setiap waktunya di

1
Bahtiar Rifai, “Implementasi Kerja Sama Pemerintah Dan Swasta Dalam Pembangunan Infrastruktur
Sektor Air Minum Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol.22 No 2, 2014, hlm 166
Indonesia. Sebab dari permintaan ini adalah terus bertambahnya jumlah penduduk di
setiap daerah. Khususnya di Kota Malang pertumbuhan penduduk terjadi lumayan
pesat, pada tahun 2013 di Kota Malang yang terbagi menjadi 5 kecamatan yaitu Klojen,
Kedungkandang, Blimbing, Lowokwaru, Sukun jumlah penduduknya adalah 840.803
jiwa sementara pada tahun 2020 jumlah penduduk di Kota Malang adalah sebanyak
874.890 jiwa.2 Pertumbuhan penduduk di Kota Malang ini berakibat pada
bertambahnya lahan-lahan yang dibangun unuk digunakan pemukiman seperti
perumahan dan juga digunakan sebagai tempat usaha. Pembangunan yang dilakukan
ini seringkali tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Kelestarian
lingkungan dapat diindikasikan melalui tersedianya sumber air minum dan air bersih
serta fasilitas sanitasi yang berkelanjutan. Adanya ketersediaan air bersih juga
merupakan hal yang menjadi perhatian bagi Kota Malang untuk menunjang dan
memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Malang sehari-hari.

Pertumbuhan jumlah penduduk yang ada juga memperngaruhi mengenai


ketersediaan air bersih yang ada di Kota Malang. Tuntutan ditujukan ke PDAM Kota
Malang sebagai pelayan dan yang bergerak dalam penyaluran air bersih dan air minum
agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Malang. Ketersediaan air bersih di
Kota Malang tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk yang ada,
sehingga sebagian penduduk di Kota Malang tidak tersalurkan air bersih dengan baik.
Karena permasalahan tersebut pemerintah Kota Malang berusaha menanggulangi
dengan cara membangun kerjasama antar daerah dengan Kabupaten Malang. Oleh
karena itu dalam pembahasan ini akan membahas mengenai kerjasama Kota Malang
dengan Kota Batu dan Kota Malang dengan Kabupaten Malang dalam pemenuhan
kebutuhan air bersih.

2
Badan Pusat Statistik Kota Malang , “Jumlah Penduduk di Kota Malang Menurut Kecamatan dan Jenis
Kelamin, 2011-2020: (https://malangkota.bps.go.id/dynamictable/2019/05/15/19/jumlah-penduduk-di-
kota-malang-menurut-kecamatan-dan-jenis-kelamin-2011-2020.html diakses pada 7 November 2020
pukul 23.20)
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Kerja sama Antar Daerah
Kerja sama antar daerah adalah perikatan antara dua atau lebih pemerintah
daerah untuk mengatasi persoalan bersama. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor
28 Tahun 2018 tentang kerja sama daerah menyebutkan bahwa kerja sama daerah
adalah usaha bersama antara daerah dan daerah lain, antara daerah dan pihak ketiga,
dan/atau antara daerah dan lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri yang
didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta salaing
menguntungkan.3 Kerja sama daerah dengan daerah lain disini merupakan usaha
bersama yang dilakukan daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintah daerah
yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat dan percepepatan pemenuhan
pelayanan publi. Kerja sama daerah dalam peraturan pemerintah ini disebut sebagai
KSDD. Selama pelakasanaan kerja sama antar daerah tidak boleh bertentangan dengan
kesusilaan, ketertiban umum, kepentingan nasional, dan/atau ketentuan peraturang
perundang-undangan. Adanya kerjasama ini menempatkan pihak-pihak yang
berinteraksi pada posisi yang seimbang, selaras, dan serasi, kerena interaksi yang
terjadi bertujuan demi pemenuhan kepentingan bersama tanpa ada yang dirugikan.
Menurut Pratikno (2004), ada beberapa alasan kuata atas terjadinya kerjasama antar
daerah yaitu pertama logika pengaturan cara lama yang didasarkan atas regulasi dan
kontrol yang hierarkis sudah tidak memadai dikarenakan sudah tersebarnya kekuasaan
ke tangan banyak aktor, yang kedua adalah peluang dan tantangan yang dihadapi
pemerintah daerah seringkali bersifat lintas teritori, ketiga adalah kerjasama antar
daerah dapat memperkuat “posisi tawar” daerah tatkala harus berhadapan dengan
aktor luar, dan keempat adalah kerjasama antar daerah mampu mengatasi
keterbatasan sumberdaya yang dimiliki.

3
Humas Sekretariat Kabinet RI, “Inilah PP Nomor 28/2018 tentang Kerja Sama Daerah”,
(https://setkab.go.id/inilah-pp-nomor-282018-tentang-kerja-sama-daerah/ diakses pada 8 November
2020 pukul 00.40)
Dalam upaya mengoptimalkan potensi daerah, kerjasama antar daerah dapat
menjadi salah satu inovasi yang didasrkan pada efisiensi dan efektivitas, sinergis, dan
saling menguntukngkan. Kerjasama diharpkan menjadi satu jembatana yang dapat
mengubah potensi konflik antar daerah menjadi sebuah kerjasama dalam
pembangunan yang saling menguntungkan. Kebijakan desentralisasi dan otonomi
dalam regulasi juga mendorong kerjasama antar daerah. Dalam UU No. 32 Tahun 2004
Pasal 195 ayat 1 dinyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat,
daerah dapat kerjasama dengan daerah lain yang didasrkan pada pertimbangan
efisiensi dna efektifitas pelayanan publik, sinergi dan seling menguntungkan. Dalam
pasal 196 ayat 2 lebih ditegaskan lagi bahwa untuk menciptakan efisiensi, daerah wajib
mengelola pelayanan publick secara bersama dengan daerah sekitarnya untuk
kepentingan masyarakat.4

Dalam melakukan kerja sama antar daerah, kerja sama akan terbentuk dan
berjalan apabila didasarkan pada adanya kesadaran bahwa daerah yang bekerja sama
saling membutuhkan untuk mencapai sebuah tujuan. Kerja sama antar daerah akan
berjalan efektif apabila adanya kesamaan tujuan, komitmen dari masing-masing
pemerintah daerah, adanya dukungan masyarakat, dan juga prinsip saling
menguntungkan. Kerja sama antar daerah ini juga menimbulkan manfaat yang dapat
diraih yaitu : 5

1. Manajemen Konflik antar daerah, kerjasama antar daerah dapat menajdi forum
interaksi dan dan dialog antar aktor pemerintah daerah sehingga dengan
adanya interaksi tersebut terdapat pemahaman permasalahan antar daerah
dan meningkatkan toleransi daerah sehingga konflik antar daerah dapat
diantisipasi.
2. Efisiensi dan Standarisasi Pelayanan, kerjasama antar daerah dapat
dimanfaatkan daerah-daerah untuk membangun aksi bersama. Dalam konteks

4
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
5
Teguh Budi Prasetya, “Potret Kerjasama Antardaerah Dalam Pembangunan Infrastruktur Daerah”,
Jurnal MAKSIPRENEUR, Vol 2 No 2, 2013, hlm.3
pelayanan publik, kerjasama antar daerah sangat mendukung daerah untuk
menerapkan efisiensi dan standariasi pelayanan antar daerah. Hal ini sangat
mendukung pelayanan publik pada daerah tersebut.
3. Pengembangan Ekoonomi, kerjasama antar daerah akan mendorong terjadinya
pengembangan ekonomi di satu wilayah. Hal ini disebabkan karean logika
pengembangan ekonomi tidak selalu sama dengan logika penguasaan wilayah
administratif. Sering terjadi, pengembangan ekonomi suatu wilayah tidak bisa
maksimal karena wilayah yang mencakup beberapa teritori daerah. Apabila
tidak ada kerjasama antar daerah, maka perkembangan wilyaha menjadi tidak
maksimal. Dengan demikian, kerjasama antar daerah juga dapat mendorong
terjadinya pengembangan ekonomi daerah.
4. Pengelolaan Lingkungan, kerjasama antar daerah akan mendorong pengelolaan
lingkungan yang menjadi masalah bersama. Sama dengan poin sebelumnya,
wilayah pelestarian lingkungan juga tidak selalu sama dengan teritori-
administrasi. Tanpa adanya kerjasama antar daerah, penanganan lingkungan
tidak akan berjalan sinergis sehingga sangat berpotensi menimbulkan
permasalahan lingkungan, tidak saja bagi daerah tersebut, tapi juga bagi daerah
yang lain, seperti kebakaran hutan, banjir, dan tanah longsor.

Selain manfaat tersebut, adanya kerjasama antar daerah memberi manfaat


yang lain yaitu sebagai Sharing of Experiences dimana adanya kerjasama antar daerah
dapat berbagi pengalaman sehingga daerah yang lain dapat meniru ataupun mencegah
terjadinya suatu hal berdasarkan pengalaman daerah yang lain. Kedua, sebagai sharing
fo benefits dimana kerjasama ini akan menghasilkan keuntungan yang sama antar
daerah dalam hal pengelolaan potensi daerah sehingga sesama daerah yang bekerja
sama mendapat manfaat secara adil. Ketiga, sharing of burdens dimana kerjasama
antar daerah dapat menanggung bersama biaya secara proporsional dan tidak ada
daerah yang merasa terbebani.
Terdapat beberapa basis yang dipakai sebagai dasar pengembangan kerjasama
antar daerah yaitu :

1. Basis Geografi. Daerah yang secara geografis bertetangga, cenderung


mempunyai potensi konflik yang tinggi dan mempunyai kepentingan yang tinggi
juga. Sehingga kdekatan secara geografis dapat menjadi basis kerja sama.
2. Basis Kesetaraan Posisi. Daerah yang memiliki potensi yang sama
memungkinkan mempunyai permasalahan dan peluang yang hampir sama
besarnya. Dengan membangun kerjasama antar daerah, daerah dapat
melakukan negoisasi secara kuat mengahadapi aktor diluar lingkup daerah
tersebut.
3. Basis kesetaraan permasalahan. Kerjasama biasnya dilakukan karena adanya
peramasalahaan yang sama. Seperti pada daerah yang akan bekerjasama
mempunyai kesamaan pernah terdapat konflik, kebakaran hutan, banjir,
longsor, dan sebagainya. Adanya kerjasama bisa mengatasi permaslahan
daerah tersebut dengan bantuan daerah lain yang mempunyai permasalahan
yang sama dan sudah terjadi.

Terdapat bentuk dan metode kerjasama antar pemerintah daerah yaitu


intergovernmenral service contract, joints service agreement, dan intergovernmental
service transfer(Henry, 1995). Intergovernmental service contract adalah kerjasama
yang likakukan suatu daerah dengan cara membayar daerah yang lain untuk
melaksanakan jenis pelayanan tertentu. Joints service agreement adalah kerjasama
yang biasanya dilakukan untuk menjalankan fungsi perencanaan, anggaran, dan
pemberian pelayanan tertentu kepada masyarakat daerah yang terlibat.
Intergovernemntal service transfer adalah kerajasama transfer permanen suatu
tanggung jawab dari satu daerah ke daerah lain.6

6
Ibid, hlm.4
2.2 Kerjasama Daerah Kota Malang dengan Kabupaten Malang dalam Penyediaan
Air Bersih
Banyaknya penduduk yang bermukim di Kota Malang menjadikan kebutuhan
akan infrastuktur publik meningkat setiap tahunnya. Khususnya dalam hal penyediaan
air bersih yang mana menjadi salah satu kebutuhan penunjang bagi masyarakat dalam
kebutuhan sehari-hari. Menurut Kodoatie (2002) air bersih adalah air yang dipakai
sehari-hari untuk keperluan mencuci, mandi, memamsak, dan dapat diminum setelah
dimasak. Sehingga ketersediaan air bersih merupakan bagian tugas dari pemerintah
daerah untuk pengelolaan wilayahnya. Hal ini sehubungan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) dijelaskan bahwa pemerintah kabupaten/koyta mempunyai tanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat sesuai dengan standar
pelayanan minimun yang ditetapkan.

Di Indonesia umumnya penyedia kebutuhan air bersih dan penyaluran air


bersih dilakukan oleh PDAM (perusahaan daerah air minum) yang merupakan badan
usaha milik daearh. Sama seperti di Kota Malang, penyedia dan penyalur air bersih
menjadi tugas dari PDAM Kota Malang. PDAM Kota Malang telah melayani sebagian
besar wilayah di Kota Malang dalam penyaluran dan penyediaan air bersih. Cakupan
layanan PDAM Kota Malang sampai dengan tahun 2020 adalah 89,67% dari jumlah
penduduk Kota Malang pada tahun 2020.7 Hal ini merupakan capaian yang hampir
merata dari pelayanan air bersih di Kota Malang. Jika dilihat dengan cakupan layanan
PDAM pada 2014 yang presentasenya 92% dari total warga Kota Malang, presentase
yang ada semakin menurun. Penyebab dari penurunan presentase cakupan layanan
PDAM ini adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk yang ada di Kota Malang.
Bertambahnya penduduk di Kota Malang dari tahun ke tahun tidak seimbang dengan
pendistribusian air bersih yang kurang merata sehingga berdampak pada
kesejahteraan masyarakat.

7
PDAM Kota Malang, ”Area Pelayanan”, (http://www.pdamkotamalang.com/user/proses_menu/110
diakses pada 9 November 2020)
Namun permasalahan baru yang timbul dari pertumbuhan penduduk adalah
kurangnya sumber air bersih yang ada di Kota Malang sehingga penyediaan air bersih
yang diberikan oleh pemerintah Kota Malang lewat PDAM Kota Malang kurang merata.
Hal ini disebabkan oleh beberapa masalah:

1. Sungai yang kurang memadai. Di Kota Malang memang dialiri beberapa sungai
yaitu Sungai Brantas, Sungai Bango, Sungai Amprong, dll. Namun adanya
beberapa sungai tersebut tidak dapat mengatasi permasalahan kurangnya air
bersih di Kota Malang. Air yang ada pada sungai tersebut terkesan berwarna
keruh dan bercampur lumpur, hal tersebut terjadi karena pencemaran
lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
2. Oknum masyarakat yang nakal. Banyak sekali oknum masyarakat yang langsung
mengambil air dari pipa utama milik PDAM Kota Malang tanpa melalui meter
air yang mana itu merupakan catatan penggunaan air. Hal ini juga
menyebabkan kurang meratanya persebaraan air bersih di lokasi sekitar
terjadinya kecurangan tersebut. Debit air yang mengalir pada rumah-rumah di
sekitarnya terbilang sangat kecil.
3. Sumber air yang minim. PDAM Kota Malang memamng memiliki beberapa
sumber air bersih yang digunakan untuk mengaliri dan menyediakan air bersih
pada masyarakat Kota Malang seperti contohnya Sumur Badut 1 dan 2, Sumur
Sumbersari 1, Sumur Istana Dieng 1 dan 2, Sumur Supiturang 1 dan 2, Sumber
Mulyorejo, dan juga Sumber Tlogomas 1 dan 2. 8 Sumber air yang berada di Kota
Malang memang tergolong cukup banyak namun produksi airnya tidak
sebanyak sumber air di daerah lain dan memang tergolong sedikit, sehingga
adanya beberapa sumber ini tidak menjamin meratanya persebaran
penyediaan air bersih di seluruh Kota Malang.

Karena adanya permasalahan kurangnya air bersih bagi masyarakat Kota


Malang tersebut dan juga terancam habisnya sumber air untuk PDAM Kota Malang

8
PDAM Kota Malang, ”Produksi Air”, (http://www.pdamkotamalang.com/user/proses_menu/110
diakses pada 9 November 2020)
maka pemerintah Kota Malang mengatasi hal tersebut dengan melakukan kerjasama.
Kerjasama dibangun Pemerintah Kota Malang dengan Pemerintah Kabupaten Malang
untuk pemenuhan kebutuhan dan penyediaan air bersih. Adanya kerjasama antar
daerah yang melibatkan pemerintah Kota Malang dan Kabupaten Malang ini menjadi
solusi dari permasalahan yang ada. Basis kerjasama anatar daerah yang dilakukan Kota
Malang dan Kabupaten Malang ini merupakan basis kerjasama yang berdasarkan basis
geografi yang mana merupakan kerjasama dimana daerah yang bekerjasama memiliki
kedekatan secara geografis sehingga memiliki potensi dan konflik yang sama tingginya.
Secara geografis memang Kota Malang dan Kabupaten Malang berdempetan bahkan
wilayah Kabupaten Malang berada mengelilingi Kota Malang. Oleh hal itu kerjasama ini
dilakukan dengan basis geografi karena selain berdekatan kedua daerah ini memiliki
potensi daerah yang sama tingginya.

Kerjasama antar daerah yang dilakukan Kota Malang dan Kabupaten Malang
akan dapat berjalan baik apabila memperhatikan prinsip-prinsip yang tertera pada
Peraturan pmerintah No.50 tahun 2007 tentang Tatacara Pelaksanaan Kerjasam Antar
daerah yaitu :

1. Efisiensi dan Efektifitas. Kerjasama antar daerah akan berdampak baik apabila
kerjasama yang dilakukan dengan perencanaan yang disusun dengan rapi oleh
pihak yang bekerjasama sehingga kerjasama yang dilakukan efektif dan efisien.
2. Sinergi. Kerjasama daerah berjalan lancar jika dalam pelaksanaannya daerah
yang bekerjasama berproses dengan bersama-sama dan akan berusaha
bersama mencapai satu tujuan.
3. Saling menguntungkan. Kerjasama antar daerah dilakukan agar kedua pihak
yang bekerjasama mendapat manfaat yang adil dan terbagi rata.
4. Kesepakatan bersama. Hal ini menjadi penting karena kerjasama daerah akan
mencapai tujuan yang telah disepakati oleh daerah yang bekerja sama
5. Itikad baik. Kerjasama daerah memerlukan itikad baik pada kedua daerah yang
bekerja sama agar tidak malah menjadi konflik.
6. Mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah NKRI
7. Persamaan kedudukan. Dalam menjalankan kerjasama antar daerah, daerah
yang bekerja sama saling berkontribusi tanpa ada hierarkis.
8. Transparansi. Keterbukaan data dan informasi yang ada mengenai kerjasama
antar daerah menajdi kewajiban bagi daerah.
9. Keadilan.
10. Kepastian hukum. Adanya kerjasama daerah ini harus disetujui oleh aktor-aktor
pemerintah daerah dan juga harus ada regulasi dan kepastian hukum yang
untuk menjamin terlaksananya kerjasama antar daerah.

Bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang dan Kabupaten
Malang adalah kerjasama berbasis geografi. Kedekataan geografi dari kedua daerah
otonom ini adalah salah satu alasannya selain itu ada juga potensi yang sama
tingginya. Kabupaten Malang memiliki potensi berupa cadangan air yang sangat
melimpah yang tersebar di beberapa daerah yaitu sumber air wendit, sumber air
sumberpitu, dll hal ini dikarenakan sumber air yang ada tidak terjadi permaslahan
seperti yang ada di Kota Malang, selain itu di Kabupaten Malang terdapat banyak
sungai dan juga coban/air terjun yang masih asri sehingga itu merupakan salah satu
fakotr yang juga mensuplai adanya air bersih di Kabupaten Malang. Sementara itu Kota
Malang memiliki potensi mengenai pendapatan daerah dan infrastuktur yang lebih
memadai. Sehingga kerjasama ini merupakan pemanfaatan potensi yang juga
mengandalkan kedekatan geografis dari kedua daerah. Nantinya kerjasama ini akan
berdampak baik kepada kedua daerah. Ketersediaan air bersih bagi warga Kota Malang
akan sedikit terpenuhi karena adanya saluarn bantuan dari sumber air Kabupaten
Malang baik dari sumber air wendit ataupun sumber pitu. Saluran air yang diberikan
Kabupaten Malang nantinya akan dibayar oleh Kota Malang dinilai dari permeter
kubik.

Kerjasama antar daerah yang dilakukan oleh Kota Malang dan Kabupaten
Malang mengenai penyediaan air bersih ini mulai dibangun pada tahun 2002 yang
ditandatangani oleh Bupati Malang H. Sujud Pribadi dengan nomor
180/1366/429.012/2002 dan Wali Kota Malang Peni Suparto, dengan nomor
050/25/420.112/202. Kerjasama tentang penyediaan air bersih ini tertuang dalam
perjanjian kerja sama dengan nomor pemerintahan 119/08/421.022/2012 dan juga
1803/31/422.01/2012.9 Isi perjanjian tersebut yaitu adanya kesepakatan antara Kota
Malang dan Kabupaten Malang tentang kontribusi air Rp.80 permeter kubik (m3), ini
merupakan addendum ke III yang ditandatangani oleh Bupati Kabupaten Malang dan
Walikota Malang. Pada addendum sebelumnya yaitu addendum I dengan kontribusi air
Rp.50 permeter kubik (m3) dan juga addendum II dengan kontribusi air Rp. 65
permeter kubik (m3). Addendum bagian III merupakan perjanjian tekahir yang ada
dalam kerjasama antar daerah yang melibatkan Kota Malang dan Kabupaten Malang
dalam penyediaan air bersih, belum ada kesepakatan baru dalam perbaruan
kerjasama.

Metode kerjasama yang dilakukan oelh Pemerintah Kota Malang dan


kabupaten Malang disini merupakan Intergovernmental service contract.
Intergovernmental service contract adalah kerjasama yang likakukan suatu daerah
dengan cara membayar daerah yang lain untuk melaksanakan jenis pelayanan
tertentu. Jika dilihat dari metode tersebut kerjasama yang dilakukan pemerintah Kota
Malang dan Kabupaten Malang merupakan hal yang sejalan. Pemerintah Kota Malang
membayar terhadap Pemerintah Kabupaten Malang mengenai penyediaan sumber air
bersih. Tetapi dalam konteks ini pihak PDAM Kota Malang juga berhak mengelola
beberapa sumber air sebagai penyuplai ketersediaan air berish bagi Masyarakat Kota
Malang

Adanya kerjasama yang dilakukan Pemkot Malang dan Pemkab Malang


memang berdampak positif bagi ketersediaan air bersih di Kota Malang. Sumber air
wendit yang ada di Kabupaten Malang telah menyuplai kebutuhan air bersih bagi 50

9
Andhi Pranata, dkk, “Kerja Sama Antar Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air (Studi
Pada Kerja Sama Kota Malang Dengan Kota Batu Dan Kota Malang Dengan Kabupaten Malang Dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air)”, Jurnal Administrasi Publik, Vol 3 No 10, 2015 hlm 1790
persen warga Kota Malang, yang mana pelanggan PDAM Kota Malang kurang lebih
mencapai 154 ribu konsumen. Tetapi kerjasama antar daerah ini juga menimbulkan
dampak negatif yang mana terjadi protes karena Pemerintah Kota Malang dianggap
melalaikan prinsip keadilan dalam kerjasama antar daerah. Hal ini berdasarkan dari
tidak adanya niatan Pemerintah Kota Malang untuk melakukan perbaruan kerjasama.
Pemkab Malang menuntut untuk menaikkan biaya Rp.900 sampai Rp.1000 permeter
kubik jika ada pembaruan kerjasama. Sebagian warga menganggap bahwa Pemerintah
Kota Malang melakukan ekspolitasi terhadap poitensi dari Kabupaten Malang karena
tarif yang diberikan pada addendum III sudah tidak sesuai dengan pendapatan PDAM
Kota Malang yang mencapai Rp.2.300 sampai Rp.16.000 permeter kubik. Hal inilah
yang sampai sekarang menjadi perdebatan mengenai Kerjasama Antar Daearah yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota mlang dengan Pemerintah Kabupaten Malang tentang
penyediaan air bersih bagi masyarakat Kota Malang.

BAB 3

KESIMPULAN
Kerjasama daerah merupakan salah satu inovasi yang diterapkan pemerintah
daerah apabila terjadi suatu permaslahan. Kerjasama antar daerah diatur dalam
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerja Sama Daerah. Hal ini juga diatur
dalam UU no.32 Tahun 2004 pasal 195 dan 196. Adanya kerjasama antar daerah
memberikan peluang bagi masing-masing daerah untuk mendapat keuntungan timbal
balik dari adanya kerjasama daerah. Dalam kasus ini dijelaskan mengenai Kerjasama
daerah Kota Malang dengan Kabupaten Malang dalam penyediaan air bersih bagi
masyarakat Kota Malang.

Pertumbuhan penduduk menjadikan Kota Malang kekurangan air bersih untuk


masyarakatnya, sehingga membuka kerjasama antar daerah dengan Kabupaten
Malang. Kerjasama ini berbasis geografi yang mana posisi kedekatan geografis antar
kedua daerah ini dan juga potensi yang ada dalam kedua daerah ini sama-sama tinggi.
Kerjasama yang terjalin antara Kota Malang dan Kabupaten Malang ini adalah suplai air
bersih yang dilakukan oleh Kabupaten Malang untuk masayrakat Kota Malang yang
nantinya permeter kubik akan dibayar oleh Kota Malang. Kerjasama antar daerah ini
menimbulkan dampak poitsif bagi tersedianya air bersih di Kota Malang, namun tidak
sedikit juga kontra yang ada dalam kerjasam antar daerah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Rifai, Bahtiar. 2014. “Implementasi Kerja Sama Pemerintah Dan Swasta Dalam
Pembangunan Infrastruktur Sektor Air Minum Di Indonesia”: Jurnal Ekonomi
dan Pembangunan. Vol.22 No 2. hlm 166-168
Badan Pusat Statistik Kota Malang. 2020, “Jumlah Penduduk di Kota Malang Menurut
Kecamatan dan Jenis Kelamin, 2011-2020:
(https://malangkota.bps.go.id/dynamictable/2019/05/15/19/jumlah-
penduduk-di-kota-malang-menurut-kecamatan-dan-jenis-kelamin-2011-
2020.html, diakses pada 7 November 2020 pukul 23.20)
Humas Sekretariat Kabinet RI. 2018. “Inilah PP Nomor 28/2018 tentang Kerja Sama
Daerah”, (https://setkab.go.id/inilah-pp-nomor-282018-tentang-kerja-sama-
daerah/ ,diakses pada 8 November 2020 pukul 00.40)
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Prasetya, Teguh Budi. 2013 “Potret Kerjasama Antardaerah Dalam Pembangunan
Infrastruktur Daerah”: Jurnal MAKSIPRENEUR. Vol 2 No 2. 2013, hlm.2-5

PDAM Kota Malang. 2020, ”Statistik” ,


(http://www.pdamkotamalang.com/user/proses_menu/110 diakses pada 9
November 2020)

Pranata, Andhi, dkk. “Kerja Sama Antar Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Sumber
Daya Air (Studi Pada Kerja Sama Kota Malang Dengan Kota Batu Dan Kota Malang
Dengan Kabupaten Malang Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air)”: Jurnal Administrasi
Publik. Vol 3 No 10. hlm 1787-1790

Anda mungkin juga menyukai