Anda di halaman 1dari 9

BENTUK TUBUH GUNUNG API DAN TIPE ERUPSINYA

PADA GUNUNG AGUNG

Disusun Oleh:

Adi Prabowo
Chaka Dentya Izzulhaq
Nadio Akbar Athallah
Muhammad Zydan Thariq Abrar
Oktavia Rossa Rahmadillah

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FISIKA

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gunungapi merupakan rekahan dalam kerak bumi dimana tempat keluarnya
magma, gas, atau cairan lainnya ke permukaan bumi (PVMBG, 2015). Pengertian
lainnya, gunungapi adalah sebuah gunung atau bukit yang terbentuk oleh timbunan
material - material hasil erupsi gunung api tersebut. Material – material ini keluar ke
permukaan bumi melewati satu atau beberapa saluran yang disebut volcanic vents.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilintasi oleh ring of fire, dimana
banyak gunungapi aktif. Kondisi tektonik Indonesia yang merupakan pertemuan dari
tiga lempeng tektonik dunia yaitu, Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan
Lempeng Pasifik berpengaruh kepada tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana
alam. Tidak bisa dipungkiri letusan gunungapi disepanjang ring of fire menjadi salah
satu sumber potensial bencana alam di Indonesia.
Salah satu gunungapi aktif yang mejadi sorotan yakni Gunung Agung. Sejarah
menunjukkan letusan Gunung Agung pada tahun 1963 tercatat menurunkan suhu bumi
sebesar 0.4 derajat Celcius. Hal itu terjadi karena material vulkanik berupa aerosol
sulfat dari gunung itu terbang hingga jarak 14.400 kilometer dan melapisi atmosfer
Bumi. Letusan itu juga disertai abu vulkanik yang ke luar vertikal dari kawah Gunung
Agung setinggi 20 kilometer (Bulletin Vulcanology, 2012).
Dari hal tersebut perlu adanya pemahaman yang lebih terkait karakter Gunung
Agung sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap aktifitas vulkanologis
pada Gunung Agung
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan suatu permasalahan yakni
tentang karakter Gunung Agung yang meliputi kondisi geologi regional Gunung
Agung, bentuk tubuh Gunung Agung, tipe erupsi Gunung Agung, jenis magma dan
persebaran hasil erupsi dari Gunung Agung.
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui karakter vulkanologi dari Gunung Agung,


2. Untuk mengetahui jenis magma dari Gunung Agung,
3. Untuk mengetahui tipe erupsi dan persebaran hasil erupsi dari Gunung Agung
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional


Pulau Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang terkenal akan
keindahan pantainya, selain terkenal akan keindahan pantainya Pulau Bali juga
memiliki salah satu gunung api yang masih aktif hingga saat ini yaitu Gunung Agung.
Gunung Agung memiliki bentuk morfologi berupa kerucut gunungapi dan
parasite gunungapi. Morfologi kerucut gunungapi berbentuk hamper simetri dengan
ketinggian mencapai 3014 mdpl, dengan lereng yang relatif terjal. Satuan morfologi ini
dibentuk oleh bahan piroklastik dan lava, dan bagian puncak ditutupi oleh bahan lepas
yang cukup tebal, terutama piroklastik jatuhan hasil letusan pada tahun 1963.
Sedangkan untuk morfologi parasite gunungapi pada daerah Gunung Agung adalah
terdapat pada lereng sebelah tenggara, dengan membentuk kerucut-kerucut gunungapi
(cone shape), diantaranya yaitu Gunung Pawon (800 mdpl) (Sulaiman, 2001).

Gambar 1. Peta Geologi Gunungapi Agung

Stratigrafi Gunung Agung yang didasarkan pada tingkat kesegaran batuan serta
hubungan antara satuan batuan. Posisi stratigrafi dari produk yang tertua sampai dengan
yang termuda adalah sebagai berikut:

● Formasi Ulakan (Uvs) terdiri dari batuan gamping koral, lava, dan breksi
vulkanik. Batuan ini diperkirakan adalah jenis andesit basaltis.
● Kelompok batuan Kondangida (Kv) adalah kelompok batuan yang terdapat
pada bagian timur hasil dari aktifitas tua, yang terdiri dari aliran lava tua dengan
sturuktur sheeting joint, dengan sifat yang agak lapuk.
● Kelompok batuan Budakeling (Bv) yang terdapat pada bagian tenggara
Gunungapi Agung, daerah Budakeling terdiri dari lava dan breksi bulkanik
dengan fragmen-fragmen batuan beku yang beraneka ragam.
● Kelompok Batuan Cemara (Cv) terdapat pada bagian selatan, yang berupa lava
dan batuan piroklastik.
● Kelompok batuan Tabis (Tv) terdapat pada bagian barat dari Gunungapi Agung,
yang terbentuk oleh lava dan piroklastik.
● Kelompok Batuan Vulkanik Batur (BAv) terdapat pada bagian barat Gunungapi
Agung dan merupakan hasil erupsi Gunungapi Batur tua.

2.2 Karakter Gunung Agung


2.2.1 Lokasi Gunung Agung
Gunung Agung terletak di kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali,
Indonesia. Secara geografis Gunung Agung Terletak antara 115° 46' - 119° 5' Bujur
Timur dan 8° 10' - 9°g 5' Lintang Selatan.

2.2.2 Identitas Gunung Agung


Gunung Agung merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia yang berada
di Pulau Bali, dengan populasi penduduknya yang cukup banyak. Gunung Agung ini
merupakan gunung yang terbentuk dari bahan piroklastik dan lava, dan bagian puncak
ditutupi oleh bahan lepas dengan memiliki ketinggian sekitar 3014 mdpl. Gunung
Agung ini dicirikan dengan aktifitas erupsinya yang tidak berlanjut atau kontinyu,
seperti yang telah tercatat dalam sejarah yaitu selama 120 tahun isitrahat (tidak ada
tanda-tanda erupsi) tetapi pada tahun 1963 terjadi letusan paroksismal dengan
membentuk kolom asap letusan yang mencapai lebih dari 10 km dari puncak Gunung
Agung.
Gambar 2. Penampakan Gunung Agung

(PVMBG-BG KESDM, 2021)

2.2.3 Bentuk Tubuh Gunung Agung


Gunung Agung adalah gunung berapi tipe stratovolcano, gunung ini memiliki
kawah yang sangat besar dan sangat dalam yang kadang-kadang mengeluarkan asap
dan uap air. Dari Pura Besakih gunung ini tampak dengan kerucut runcing sempurna,
tetapi sebenarnya puncak gunung ini memanjang dan berakhir pada kawah yang
melingkar dan lebar.

2.2.4 Tipe Erupsi Gunung Agung


Kegiatannya tercatat sejak tahun 1843 (Zollinger, 1845), dan mengalami
peningkatan kegiatan solfatara terekam pada 1908, 1915 dan 1917 (Kemmerling, 1919;
van Padang, 1951; Jennings, 1969; Zen, 1964; Zen & Hadikusumo, 1964;
Kusumadinata, 1964; 1979).
Erupsi katastropik Gunung Agung pada tahun 1963 dicirikan oleh 2 kali letusan
besar (paroksismal), yaitu yang terjadi pada tanggal 17 Maret dan 16 Mei 1963, yang
memuntahkan material berupa piroklastika dan aliran lava (Zen, 1964; Zen
&Hadikusumo, 1964; Kusumadinata, 1963;1979).
Gejala awal kegiatan setelah kurang lebih 120 tahun istirahat, diketahui pada
tanggal 18 Februari 1963, yaitu pada pukul 03.30 pagi, ditandai oleh suara dentuman
yang disertai dengan asap letusan muncul dari kawah Gunung Agung. Kurang lebih dua
jam kemudian bom-bom vulkanik berukuran kepala manusia mulai berjatuhan ke arah
selatan gunung api ini. Pada tanggal 24 Februari 1963, lava pijar mulai tampak di
sekitar kawah, dan mengalir ke arah lereng utara gunung api ini (Desa Tianjar), disertai
dengan guguran awan-panas (nuees ardentes). Aliran lava berlanjut hingga pertengahan
bulan Maret, dan membentuk lidah lava sepanjang kurang lebih 7,2 km, dan berhenti
pada ketinggian 506 m di atas permukaan laut.
Letusan paroksismal pertama terjadi pada pukul 05.32 tanggal 17 Maret 1963,
ditandai oleh kolom asap letusan berbentuk cendawan yang mencapai ketinggian 10 km
di atas kawah Gunung Agung. Abu letusan gunung api ini tersebar ke arah barat, sesuai
arah angin dominan pada saat itu, menutupi Bandara Surabaya di Jawa Timur. Hujan
abu halus mencapai ibukota Jakarta, yang berada kurang lebih 1000 km dari pusat
erupsi. Letusan paroksismal ini merusak bagian puncak gunung api ini, dan membentuk
celah pada bibir kawah yang terbuka ke arah selatan dan tenggara, tempat awan panas
mengalir keluar dari kepundan menuju ke lereng hingga mencapai 10 km dari pusat
letusan.
Setelah letusan paroksismal ini, erupsi gunung api ini mereda, dan letusan-
letusan di kawah tidak terjadi pada akhir April hingga 6 Mei 1963. Letusan paroksismal
kedua terjadi pada pukul 17.00 tanggal 16 Mei 1963, membentuk kolom asap letusan
mencapai lebih dari 10 km dari puncak Gunung Agung. Letusan ini terjadi setelah
diawali peningkatan kegiatan vulkanik yang ditandai oleh beberapa letusan kecil pada
tanggal 15 Mei pagi.
Kegiatan erupsi gunung api ini kembali melemah secara berangsur sejak tanggal
17 Mei hingga berhenti pada pertengahan bulan Juni 1963. Sejak tanggal 27 Januari
1964 kegiatan gunung api ini menjadi normal kembali, yaitu berupa hembusan solfatara
dan fumarola di dalam kawahnya. Produk letusan Gunung Agung 1963 terdiri atas
aliran lava (+ 339, 3 juta m3), aliran piroklastika atau awan panas (+ 110,3 juta m3)
dan jatuhan piroklastika (+ 380, 5 juta m3). (Surjo, 1965; Kusumadinata; 1979).
Kemudian di tahun 2019 Erupsi terjadi secara Strombolian dengan suara
dentuman. Erupsi bersifat eksplosif melontarkan batu pijar karena ada tekanan dari
dalam kawah. Istilah tipe strombolian diambil dari kata Stromboli, nama gunung api di
pulau Stromboli Italia yang terletak di Laut Thyrene, Mediterania. Ciri-ciri erupsi
strombolian yakni adanya erupsi-erupsi kecil dari gas dan fragmen-fragmen atau
serpihan magma.
Material yang diletuskan jatuh kembali ke dalam kawah atau di sekitar bibir
kawah. Pada saat terjadi erupsi yang lebih besar, lava mengalir ke lereng di sekitarnya.
Gunungapi tipe strombolian mempunyai kawah, biasanya berbentuk lingkaran. Tubuh
dan lereng gunung tersusun dari batuan yang berasal dari lava.

2.2.5 Jenis Magma dan Sebaran Hasil Erupsi


Jenis magma berupa guguran lava pijar cair dengan melontarkan batuan pijar,
pecahan lava, hujan piroklastik dan abu, dan Efusif berupa aliran awan panas, dan aliran
lava. Lava yang meleler antara 19 Februari dan 17 Maret 1963 mengalir dari kawah
utama di puncak ke utara, lewat tepi kawah yang paling rendah, berhenti pada garis
ketinggian 505,64 m dan mencapai jarak ± 7.290 m.
Di Gunungapi Agung terdapat dua macam awan panas, yakni awan panas
letusan dan awan panas guguran. Awan panas letusan terjadi pada waktu ada letusan
besar. Kecepatan dari awan letusan ini menurut pengamatan dari Pos Rendang adalah
rata-rata 60 km per jam dan di sebelah selatan mencapai jarak paling jauh 13 km, yakni
di T. Luah dan di sebelah utara 14 km di T. Daya. Daerah yang terserang awan panas
letusan pada kegiatan 1963 terbatas pada lereng selatan dan utara saja, karena baik di
barat maupun di sebelah timur kawah ada sebuah punggung. Kedua punggung ini
memanjang dari barat ke timur. Awan panas letusan yang melampaui tepi kawah bagian
timur dipecah oleh punggung menjadi dua jurusan ialah timur laut dan tenggara.
Demikian awan panas di sebelah barat dipecah oleh punggung barat ke jurusan
baratdaya dan utara. Awan panas letusan yang terjadi selama kegiatan 1963 telah
melanda tanah seluas ±70km².
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gunung agung terletak di kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali,
Indonesia. Secara geografis Gunung Agung Terletak antara 115° 46' - 119° 5' Bujur
Timur dan 8° 10' - 9°g 5' Lintang Selatan. Berdasarkan bentuk morfologinya, Gunung
Agung berbentuk hampir simetri dengan ketinggian mencapai 3014 mdpl, dengan
lereng yang relatif terjal. Gunung Agung adalah gunung berapi tipe stratovolcano,
gunung ini memiliki kawah yang sangat besar dan sangat dalam yang kadang-kadang
mengeluarkan asap dan uap air. Gunung Agung ini dicirikan dengan aktifitas erupsinya
yang tidak berlanjut atau kontinyu, tetapi pada tahun 1963 terjadi letusan paroksismal
dengan membentuk kolom asap letusan yang mencapai lebih dari 10 km dari puncak
Gunung Agung. Dan Kembali mengalami erupsi pada tahun 2019 secara strombolian,
Erupsi bersifat eksplosif melontarkan batu pijar karena ada tekanan dari dalam kawah.
3.2 Saran

Perlu dilakukan studi lebih dalam lagi mengenai kegiatan erupsi Gunung Agung
dan ditingkatkan kembali mengenai sistem peringatan dini serta pelatihan mengenai
mitigasi bencana bagi masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Kemmerling, G. L. L., 1919. Beklimming van den G. Batoer en van den G. Agoeng, de
piek van Bali. Natuurk. Tijdschr Nederl. Ind., 3, h. 66-79.

Kusumadinata, K., 1963. The eruption of the Agung volcano in Bali, in 1963.
Geological Survey of Indonesia, Bandung. Unpublished report.

Kusumadinata, K., 1964. The eruption of Agung volcano in Bali, in 1963. Bull. Geol
Surv. Indon. 1, no. 1, h. 12-15.

Kusumadinata, K., 1979. Data Dasar Gunung Api Indonesia. Dit. Vulk., Bandung.

PVMBG-BG KESDM. (2021). Gunung Agung Taken 2019:04:21 19:22:37 WITA


(UTC +8). PVMBG.

Sulaiman, C. (2001). Laporan Pengamatan G. Agung. Direktrat Vulkanologi: ESDM.

Surjo, I.,1965. Casualties of the latest activity of the Agung Volcano. Geol. Survey
Indon. Bull., 2, n. 1, h. 22-26.

Zen, M.T., 1964. The Volcanic Calamity in Bali, in 1963. Tijdsch. Konink. Nederl.
Aard. Genootschap., 91, no. 1, h. 92-100

Zen, M.T. and Hadikusumo, D., 1964. Preliminary Report on the 1963 eruption of Mt.
Agung in Bali (Indonesia). Bull. Volcanologique, 27, h. 1-31.

https://news.detik.com/berita/d-4095038/erupsi-gunung-agung-berjenis-strombolian-
apa-itu. Diakses pada tanggal 21 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai