Anda di halaman 1dari 5

Nama : Tomi Hendrik Cristian Simanjuntak

Nim : 170200436
Matkul : Hukum Lingkungan

Ujian Tengah Semester

1. Hukum Lingkungan ada yang bersifat klassik dan modren, jelaskan.  Ketentuan


UUPPLH termasuk yang mana, sebutkan argumentasi saudara.
2. Sebutkan tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan
UUPPLH, dan apa maknanya jika dibandingkan dengan tujuan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan UUPLH (UU No. 23/1997), jelaskan.
3. Bagaimana pandangan saudara dengan disahkannya UU Cipta Kerja dalam kaitannya
dengan UUPPLH, jelaskan.
4. Sebutkan yang saudara ketahui dan dasar hukum mengenai pengelolaan B3 dan
pengelolaan limbah B3, kaitkan dengan PP No. 22 Tahun 2021.
5. Dalam rangka apa dan meliputi apa saja pengendalian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan itu dilakukan, jelaskan. 
 

Jawab

1. 1Hukum lingkungan klasik, yang menetapkan ketentuan dan norma-norma


dengan tujuan untuk menjamin penggunaan dan eksplorasi sumber daya
lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian manusia guna mencapai hasil
semaksimal mungkin, dan dalam jangka waktu sesingkat-singkatnya.
Hukum lingkungan modern, menetapkan ketentuan dan norma-norma untuk
mengatur tindak perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan
dari kerusakan dan kemerosotan mutunya untuk menjamin kelestariannya agar
dapat secara langsung  dan terus menerus digunakan oleh genarasi sekarang
maupun generasi yang akan datang.
Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140. Penjelasan Atas UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ditempatkan pada Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5059.

1
Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. 2Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan:
A. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
B. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
C. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;
D. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
E. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;
F. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa
depan;
G. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai
bagian dari hak asasi manusia;
H. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
I. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
J. mengantisipasi isu lingkungan global.

tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan UUPLH (UU


No. 23/1997) terdapat pada pasal 3 dan 4 pada bab II tentang asas,tujuan dan
sasaran

Pasal 3

Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab


negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pasal 4

Sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah :

a. tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara


manusia dan lingkungan hidup;

b. terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang


memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;

c. terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa

2
UU No. 23/1997
http://pn-ponorogo.go.id/joomla/index.php/artikel-umum/49-perkembangan-hukum-lingkungan-di-indonesia
depan;

d. tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup;

e. terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;

f. terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak


usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup

3. 3Menurut saya sangat tidak efisien, apalagi saya menilai UU cipta kerja
menghapus sanksi administrative uang sebelumnya sangat terutang jelas di pasal
76 ayat (2) UU No.32 Tahun 2009 dan UU cipta kerja ini menghapus yang
menyatakan “izin lingkungan”menjadi “persetujuan lingkungan” yang akan
berdampak pada perlemahan. Saya mengatakan adanya perlemahan dikarenakan
akan tertutpnya ruang bagi masyarakt sipil untuk mengajukan gugatan [ada izin
lingkungan yang akan diteritkan pejabat yang terkait yang mana kewenangan
pemerintahan daerah akan beralih ke pemerintahan pusat. Menurut saya bisa
saja terjadi jika ada kerusakan lingkungan hidup di suatu daerah, bisa saja
nantinya pemerintahan daerah berdalih itu kewenangan pemerintahan pusat

4. 4Pengubahan limbah-limbah B3 menjadi limbah non-B3 secara keseluruhan tanpa


melalui uji karakteristik setiap sumber limbah spesifik, menunjukkan pemerintah
telah bertindak secara sembrono dan membebankan risiko kesehatan di pundak
masyarakat. Padahal selama ini pemerintah belum berhasil melakukan
pengawasan secara seksama, menegakkan hukum secara efektif, dan
mengendalikan pencemaran lingkungan hidup yang berdampak pada kesehatan
masyarakat.
Sebagai contoh, kasus pembuangan limbah FABA dan SBE di Panau, Sulawesi
Tengah. Penimbunan FABA mengakibatkan masyarakat terkena dampak
pencemaran dari abu batu bara yang ditimbun sembarangan. Korban terkena
gangguan pernafasan, bahkan sudah ada yang meninggal. Contoh lainnya, di
beberapa tempat antara lain di Kalimantan Tengah dan Jakarta, pembuangan
limbah pengolahan minyak sawit mengakibatkan ikan-ikan mati dan warga
mengalami gatal-gatal dan gangguan kulit. Uji sample yang dilakukan selama ini
oleh pihak berwenang tidak pernah diperlihatkan hasilnya, dan dilakukan tanpa
melibatkan masyarakat terdampak pencemaran tersebut.

3
pasal 76 ayat (2) UU No.32 Tahun 2009
4
Peraturan perundang-undangan No. 22 Tahun 2021
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt605b01edcd2e1/kewajiban-pelaku-usaha-mengolah-limbah-b3-dan-
non-b3-dalam-pp-22-2021/
Pembuangan limbah B3 dengan volume besar, yang sering kali dilakukan secara
diam-diam, atau dibuang/ditimbun sembarangan, akan makin dipermudah oleh
PP No.22 tahun 2021. Alih-alih melakukan pengetatan dan mengaplikasikan
pencegahan berdasarkan prinsip kehati-hatian dini (precautionary principle),
pemerintah justru terlihat melakukan upaya pemutihan kejahatan lingkungan
hidup yang dilakukan oleh para pebisnis nakal. Tentu ini bertentangan dengan
penjelasan asas kehati-hatian dalam penjelasan pasal 2 (huruf F) UU PPLH,
“ketidakpastian dampak usaha /kegiatan karena keterbatasan ilmu pengetahuan
dan teknologi, bukan alasan menunda langkah-langkah
meminimalisasi/menghindari ancaman terhadap pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.

5. 5Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan


lingkungan pada BAB IV  pasal 13  menjelaskan dalam upaya pengendalian
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup:

1. bahwa pengendalian dilakukan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan


sebagaimana akibat dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

2. Kegiatan pengendalian itu sendiri meliputi a) pencegahan, b) penanggulangan,


c) pemulihan.

3. Kegiatan pengendaliaan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup


dilaksanakan oleh a) pemrintah, b) pemerintah daerah, c) penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran dan tanggung
jawab masing-masing.

Jadi jelas bahwa kegiatan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan


lingkungan hidup ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja akan
tetapi menjadi tanggung jawab bersama dengan para pelaku usaha dan/atau
kegiatan. Pengendalian itu sendiri pada prinsipnya adalah suatu upaya
pengendalian terhadap dampak lingkungan yang akan terjadi baik positif maupun
negatif meliputi seluruh komponen lingkungan (biotik, abiotik, culture budaya)
baik itu dampak primer (dampak utama) maupun dampak sekunder (dampak
turunan dampak utama) sebagai konsekuensi pembangunan industri. Pada
umumnya dampak lingkungan yang sering muncul lebih banyaklah  dampak sosial
ekonomi dan sosial budaya ketimbang dampak yang lainnya, dimana dampak

5
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan BAB IV pasal 13
https://rendratopan.com/2018/12/10/pengendalian-pencemaran-dan-kerusakan-lingkungan-hidup/
sosial budaya yang antara lain seperti persentasi rekruitmen tenaga kerja lokal
dan non lokal, kesempatan berusaha, kemacetan lalulintas yang meningkat,
dampak terhadap tingkat pendapatan masyarakat sekitar usaha dan/atau
kegiatan, kerusakan jalan sebagai akibat dari mobilitas kendaraan industri yang
bertonase tinggi,  yang pada akhirnya akan menimbulkan konflik sosial dalam
masyarakat di sekitar lokasi kegiatan sehingga memerlukan penanganan yang
tidak lagi dari pelaku usaha dan/atau kegiatan (perusahaan) akan tetapi peranan
pemerintah sebagai mediator sangat diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai