Nim : 170200436
Matkul : Hukum Lingkungan
Jawab
1
Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. 2Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan:
A. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
B. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
C. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;
D. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
E. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;
F. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa
depan;
G. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai
bagian dari hak asasi manusia;
H. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
I. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
J. mengantisipasi isu lingkungan global.
Pasal 3
Pasal 4
2
UU No. 23/1997
http://pn-ponorogo.go.id/joomla/index.php/artikel-umum/49-perkembangan-hukum-lingkungan-di-indonesia
depan;
3. 3Menurut saya sangat tidak efisien, apalagi saya menilai UU cipta kerja
menghapus sanksi administrative uang sebelumnya sangat terutang jelas di pasal
76 ayat (2) UU No.32 Tahun 2009 dan UU cipta kerja ini menghapus yang
menyatakan “izin lingkungan”menjadi “persetujuan lingkungan” yang akan
berdampak pada perlemahan. Saya mengatakan adanya perlemahan dikarenakan
akan tertutpnya ruang bagi masyarakt sipil untuk mengajukan gugatan [ada izin
lingkungan yang akan diteritkan pejabat yang terkait yang mana kewenangan
pemerintahan daerah akan beralih ke pemerintahan pusat. Menurut saya bisa
saja terjadi jika ada kerusakan lingkungan hidup di suatu daerah, bisa saja
nantinya pemerintahan daerah berdalih itu kewenangan pemerintahan pusat
3
pasal 76 ayat (2) UU No.32 Tahun 2009
4
Peraturan perundang-undangan No. 22 Tahun 2021
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt605b01edcd2e1/kewajiban-pelaku-usaha-mengolah-limbah-b3-dan-
non-b3-dalam-pp-22-2021/
Pembuangan limbah B3 dengan volume besar, yang sering kali dilakukan secara
diam-diam, atau dibuang/ditimbun sembarangan, akan makin dipermudah oleh
PP No.22 tahun 2021. Alih-alih melakukan pengetatan dan mengaplikasikan
pencegahan berdasarkan prinsip kehati-hatian dini (precautionary principle),
pemerintah justru terlihat melakukan upaya pemutihan kejahatan lingkungan
hidup yang dilakukan oleh para pebisnis nakal. Tentu ini bertentangan dengan
penjelasan asas kehati-hatian dalam penjelasan pasal 2 (huruf F) UU PPLH,
“ketidakpastian dampak usaha /kegiatan karena keterbatasan ilmu pengetahuan
dan teknologi, bukan alasan menunda langkah-langkah
meminimalisasi/menghindari ancaman terhadap pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.
5
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan BAB IV pasal 13
https://rendratopan.com/2018/12/10/pengendalian-pencemaran-dan-kerusakan-lingkungan-hidup/
sosial budaya yang antara lain seperti persentasi rekruitmen tenaga kerja lokal
dan non lokal, kesempatan berusaha, kemacetan lalulintas yang meningkat,
dampak terhadap tingkat pendapatan masyarakat sekitar usaha dan/atau
kegiatan, kerusakan jalan sebagai akibat dari mobilitas kendaraan industri yang
bertonase tinggi, yang pada akhirnya akan menimbulkan konflik sosial dalam
masyarakat di sekitar lokasi kegiatan sehingga memerlukan penanganan yang
tidak lagi dari pelaku usaha dan/atau kegiatan (perusahaan) akan tetapi peranan
pemerintah sebagai mediator sangat diperlukan.