Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda- tanda
persalinan. Menurut Eastman insiden dari KPD adalah 12% dari seluruh kehamilan. Penyebab dari
KPD masih belum jelas, maka tindakan preventive tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha
menekan terjadinya infeksi. Walaupun ketuban sering pecah spontan sebelum persalinan semakin
lama selaput tersebut pecah sebelum kelahiran akan semakin besar risiko infeksi kepada janin
maupun ibunya (Manuaba, 2010).
Pada kehamilan aterm insiden nya bervariasi 6- 19%, sedangkan pada kehamilan preterm
insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm
akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban
pecah.70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas
dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan
kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40% (Sualman, 2009).
Penyebab KPD belum di ketahui secara pasti, namun kemungkinan yang menjadi faktor
predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban ataupun dari vagina
maupun servik. Selain itu fisiologi selaput ketuban yang abnormal servik inkompetensia, kelainan
letak janin, usia wanita kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, faktor golongan darah, faktor
multigravida / paritas, merokok, keadaan sosial ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat abortus,
dan persalinan preterm sebelumnya, riwayat KPD sebelumnya, defisiensi gizi yaitu tembaga atau
asam askorbat, ketegangan rahim yang berlebihan, kesempitan panggul, kelelahan dalam bekerja,
serta trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amniosintesis
(Sarwono, 2010).
Risiko ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah bagi ibu maupun janin
misalnya pada ibu dapat menyebabkan infeksi puerperalis / masa nifas, dry labour / partus lama
dapat pula menimbulkan perdarahan post partum , morbiditas, dan mortalitas maternal, bahkan
kematian (Cunningham, 2006).

Risiko kecacatan dan kematian janin juga tinggi pada kejadian ketuban pecah dini preterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah preterm. Kejadian nya
mencapai hampir 100% apabila ketuban pecah dini preterm ini terjadi pada umur kehamilan kurang
dari 23 minggu (Ayurai, 2010).
Komplikasi ketuban pecah dini yang paling sering terjadi pada ibu bersalin yaitu infeksi
dalam persalinan, infeksi masa nifas, partus lama, perdarahan post partum, meningkatkan kasus
bedah caesar, dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal. Sedangkan komplikasi yang
paling sering terjadi pada janin yaitu prematuritas, penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia,
sindrom deformitas janin, dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal (Marni, 2011)

Menurut Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, angka kematian ibu dan
neonatus di Indonesia pada tahun 2015 masing-masing ialah 305 per 100.000 kelahiran hidup dan
32 per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas ibu dan neonatus adalah kejadian
ketuban pecah dini. Hingga saat ini belum ada data yang dapat menunjukkan secara pasti angka
kejadian KPD secara nasional.

1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian ketuban pecah dini (KPD) di
Puskesmas Gondang Kabupaten Nganjuk.

Anda mungkin juga menyukai