Seorang pasien pria berusia 40 tahun, datang ke dokter dengan keluahan sejak
beberapa waktu yang lalu badan terasa lemah, cepat lelah dan sering pusing. Setelah
dilakukan pemeriksaan fisik, dokter melihat adanya tanda-tanda yang mengarah pada
gangguan sistem darah, yaitu suatu kelainan eritrosit. Setelah dilakukan pemeriksaan
laboratorium hematologi rutin, barulah dokter dapat melihat kemungkinan gangguan
hematologis pada pasien tersebut.
STEP 1
Terminologi
1. Hematologi Rutin : - Pemeriksaan Darah tanpa adanya indikasi tertentu
2. Kelainan Eritrosit : - Kelainan bentuk ukuran dan warna yang di sebabkan
karena penurunan dan peningkatan kadar Hb dalam eritrosit
3. Gangguan Hematologis : Gangguan dalam proses pembentukan darah
STEP 2
Masalah
1. Bagaimana relasi antara gejala lemah , cepat lelah, sering pusing dengan
gangguan system darah ?
2. Pemeriksaan fisik apa saja yang di lakukan dokter ?
3. Mengapa pada pasien ini badan terasa lemah, cepat lelah, dan sering pusing
?
4. Guna pemeriksaan hematologi rutin terhadap gangguan system darah ?
5. Mengapa yang di lakukan dokter adalah pemeriksaan hematologi rutin ?
6. Mengapa bias terjadi gangguan system darah ?
7. Bagaimana pemeriksaan hematologi rutin itu shg kemungkinan dapat
melihat gangguan hematologis ?
8. Tanda2 gangguan system darah ?
9. Apa hubungan antara pemeriksaan fisik, hematologi rutin dengan
kemungkinan gangguan hematologis ?
10.Apakah jika jumlah sel darah merah itu normal tetapi kadar hemoglobinnya
menurun termasuk dalam kelainan eritrosit ?
11.Apakah ada hubungannya jenis kelamin dan usia pada kelainan eritrosit ?
Kelainan eritrosit :
- Thalasemia,
1
- Anemia,
- Polycitemia.
STEP 3
1. Bagaimana relasi antara gejala lemah , cepat lelah, sering pusing dengan
gangguan system darah ?
Pusing sebagai reaksi O2 yang ke otak ( reaksi tubuh pusing ) Hb turun.
2
Dari segi fisik : wajah pucat, Lemah, cepat lelah, pusing
9. Apakah jika jumlah sel darah merah itu normal tetapi kadar hemoglobinnya
menurun termasuk dalam kelainan eritrosit ?
10.Apakah ada hubungannya jenis kelamin dan usia pada kelainan eritrosit ?
xxx
1. Sebut dan jelaskan apa saja kelainan eritrosit ?
Dibagi menjadi 2 :
Kekurangan : anemia , Hb : kurang dari 12 gram per mm3
Kelebihan : polycitemia, Hb : lebih dari 18 gram per mm3
3
4. Macam-macam anemia ?
Etiologi dan morfologi di bagi menjadi 2 : anemia normokromik, normositer.
Ukuran sel darahnya normal, bentuk normal, dan Hb nya juga normal atau
normal rendah.
Penyebab karena kehilangan darah terlalu banyak.
Anemia Hipokromik, mikrositik : ukuran sel darah merah kecil, sel darah
merahnya pucat, lebih dari sepertiga eritrosit, Hb kurang dari normal,
kekurangan zat besi.
Anemia makrositer : ukuran sel darah merah lebih besar atau megaloblastik,
Hb normal, volume kadar eritrosit rata2 atau MVC nya meningkat. Biasanya
di sebabkan karena gangguan sintesis DNA, makrositer di bagi 2 :
megaloblastik dan non megaloblastik.
STEP 4
Maping
(masih kurang, belum lengkap, harusnya dari proses normalnya, kemudian bagaimana
kelainannya, ada berapa macam)
STEP 5
Learning Issues
1. Bagaimana relasi antara gejala lemah , cepat lelah, sering pusing dengan
gangguan system darah ?
2. Pemeriksaan fisik apa saja yang di lakukan dokter ?
4
3. Mengapa pada pasien ini badan terasa lemah, cepat lelah, dan sering
pusing?
4. Guna pemeriksaan hematologi rutin terhadap gangguan system darah ?
5. Mengapa yang di lakukan dokter adalah pemeriksaan hematologi rutin ?
6. Mengapa bias terjadi gangguan system darah ?
7. Bagaimana pemeriksaan hematologi rutin itu shg kemungkinan dapat
melihat gangguan hematologis ?
8. Tanda2 gangguan system darah ?
9. Apa hubungan antara pemeriksaan fisik, hematologi rutin dengan
kemungkinan gangguan hematologis ?
10.Apakah jika jumlah sel darah merah itu normal tetapi kadar hemoglobinnya
menurun termasuk dalam kelainan eritrosit ?
11.Apakah ada hubungannya jenis kelamin dan usia pada kelainan eritrosit ?
STEP 6
Belajar Mandiri
1. Bagaimana relasi antara gejala lemah , cepat lelah, sering pusing dengan
gangguan system darah ?
Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongesif sebab otot
jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan
beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas
pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan
manifestasi berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan
dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada susunan saraf pusat.
Setiap jenis pada pusing cenderung mengalami penyebab khas. Misal, pusing
5
dan sakit kepala ringan bisa terjadi dari mendadak jatuh pada tekanan
darah atau dari gangguan lain yang diakibatkan suplai darah menuju otak
yang tidak tercukupi. Pada gangguan ini, jantung kemungkinan tidak cukup
memompa ke otak, atau arteri menuju otak kemungkinan tersumbat atau
menyempit.
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.
2. Pemeriksaan fisik apa saja yang di lakukan dokter ?
a. Wajah: pucat
b. Abdomen: adanya organomegali, seperti hepatomegali, splenomegali
dan limfadenopati.
Kulit: pucat. Keadaan ini umunya diakibatkan dari berkurangnya volume darah,
berkurangnya hb, dan vasokontriksi untuk memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-
6
organ vital. Warna kulit bukan merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat
karena dipengaruh pigmentasi kulit, suhu, dan kedalaman serta distribusi bantalan
kapiler. Bantalan kuku, telapak tangan, dan membrane mukosa mulut serta
konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat. Jika lipatan
tangan tidak lagi berwarna merah muda, hb biasanya kurang dari 8 gram. Mempunyai
rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata, mudah patah dan sebenarnya
berbentuk seperti sendok (koilonikia). Selain itu atropi papilla lidah mengakibatkan
lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging, dan meradang dan sakit. Dapat
juga timbul stomatitis angularis, pecah-pecah dengan kemerahan dan rasa sakit di
sudut-sudut mulut.
3. Mengapa pada pasien ini badan terasa lemah, cepat lelah, dan sering
pusing?
Pusing memiliki banyak penyebab karena banyak bagian tubuh bekerja
bersama untuk menjaga keseimbangan. Mereka termasuk telinga bagian
dalam, mata (yang menyediakan isyarat penglihatan diperlukan untuk
menjaga keseimbangan), otot dan persendian, otak (terutama batang otak
dan cerebelum), dan syaraf yang menghubungkan semua bagian.
Setiap jenis pada pusing cenderung mengalami penyebab khas. Misal, pusing
7
dan sakit kepala ringan bisa terjadi dari mendadak jatuh pada tekanan
darah atau dari gangguan lain yang diakibatkan suplai darah menuju otak
yang tidak tercukupi. Pada gangguan ini, jantung kemungkinan tidak cukup
memompa ke otak, atau arteri menuju otak kemungkinan tersumbat atau
menyempit.
Sadikin Muhamad, 2002, Biokimia Darah, widia medika, jakarta
fungsi LED:
a. Mengetahui ada tidaknya kelainan organik pada penderita yang
menunjukkan kelainan fisik.
b. Memantau perjalanan penyakit dan memantau keberhasilan terapi
penyakit kronik. (Fraces. K. Widmann, M. D., 1984)
c. Mengetahui adanya hiperbilirubenemia yang dapat dilihat dari warna
plasma yang berubah seperti teh.
d. Membantu mengetahui pemeriksaan penyakit-penyakit akut.
8
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-riyantinin-
5691-2-babii.pdf
a. Perdarahan hebat
1) Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Pecah pembuluh darah
2) Kronik (menahun)
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kanker atau polip di saluran pencernaan
Tumor ginjal atau kandung kemih
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
b. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Kekurangan zat besi
Kekurangan vitamin B12 (a. megaloblastik)
Kekurangan asam folat (a. megaloblastik)
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
penurunan komponen selular pada darah tepi yang diakibatkan oleh
kegagalan produksi di sumsum tulang. Penderita mengalami
pansitopenia, yaitu keadaan dimana terjadi kekurangan jumlah sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Obat-obat seperti
kloramfenikol terbuktidapat mensupresi sumsum tulang dan
mengakibatkan aplasia sumsum tulang dan mengakibatkan aplasia
sumsum tulang sehingga diperkirakan menjadi penyebab tingginya
insiden, menyebabkan retikulositopenia, anemia, granulositopenia,
monositopenia dan trombositopenia.
- Aplasia sumsum tulang merupakan akibat akut yang utama dari
radiasi dimana stem sel dan progenitor sel rusak. Radiasi dapat
merusak DNA dimana jaringan-jaringan dengan mitosis yang aktif
seperti jaringan hematopoiesis sangat sensitif.4,12 Bila stem sel
hematopoiesis yang terkena maka terjadi anemia aplastik. Radiasi
dapat berpengaruh pula pada stroma sumsum tulang dan
menyebabkan fibrosis.2
- Bahan kimia seperti benzene dan derivat benzene berhubungan
dengan anemia aplastik dan akut myelositik leukemia (AML).
9
Beberapa bahan kimia yang lain seperti insektisida dan logam
berat juga berhubungan dengan anemia yang berhubungan dengan
kerusakan sumsum tulang dan pansitopenia
- Virus dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang secara
langsung yaitu dengan infeksi dan sitolisis sel hematopoiesis atau
secara tidak langsung melalui induksi imun sekunder, inisiasi
proses autoimun yang menyebabkan pengurangan stem sel dan
progenitor sel atau destruksi jaringan stroma penunjang.
- Faktor genetik (ketidakstabilan DNA): Anemia Fanconi merupakan
kelainan autosomal resesif yang ditandai oleh hipoplasia sumsung
tulang disertai pigmentasi coklat dikulit, hipoplasia ibu jari atau
radius, mikrosefali, retardasi mental dan seksual, kelainan ginjal
dan limpa.
10
berlangsung lama, relatif ringan dan menghilang tanpa pengobatan.
Bentuk yang kronik lebih sering terjadi pada wanita, terutama
penderita rematik atau artritis yang berusia diatas 40 tahun.
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
Sferositosis herediter
(penyakit keturunan dimana sel darah merah berbentukbulat.
Sel darah merah yang bentuknya berubah dan kaku terperangkap dan
dihancurkan dalam limpa, menyebabkan anemia dan pembesaran
limpa. Anemia biasanya ringan, tetapi bisa semakin berat jika terjadi
infeksi.)
Elliptositosis herediter
(penyakit yang jarang terjadi, dimana sel darah merah berbentuk
oval atau elips. Penyaki ini kadang menyebabkan anemia ringan)
Kekurangan G6PD (glukosa 6-fosfat dehidrogenase)
(Kekurangan G6PD adalah suatu penyakit dimana enzim G6PD
(glukosa 6 fosfat dehidrogenase) hilang dari selaput sel darah merah.
Enzim G6PD membantu mengolah glukosa (gula sederhana yang
merupakan sumber energi utama untuk sel darah merah) dan
membantu menghasilkan glutation (mencegah pecahnya sel).
Penyakit sel sabit
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin S-C
Penyakit hemoglobin E
Thalasemia (penyakit hemolitik bawaan yang disebabkan oleh
defisiensi pembentukan rantai globin alpha atau beta yang menyusun
hemoglobin / penurunan atau tidak adanya sintesis satu atau
beberapa rantai polipetida globin, terjadi anomali pada eritropoiesis
yang diturunkan dimana hemoglobin dalam eritrosit sangat kurang,
oleh karenanya terbentuk eritrosit yang relatif mempunyai fungsi
yang sedikit berkurang, diturunkan oleh orang tua baik laki-laki
maupun perempun. Bila berasal dari keduanya, maka seseorang
dapat menderita thalassemia dengan manifestasi klinis sedang hingga
berat, cirinya sel darah merah tampak pucat (hipokrom) dan lebih
kecil dari normal (mikrositer).
http://www.scribd.com/doc/24530747/Laporan-Tutorial-Skenario-2
1. Sudoyo W. Aru DR. dr. Sp. PD, KHOM, dkk : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi IV. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2006.
2. Prince A. Sylvia, dkk : Buku Ajar Patofisiologi Volume 1. EGC. 2005.
3. http://medicastore.com/penyakit/152/AnemiaKurangdarah.html
4. http://medicastore.com/penyakit/167/Thalassemia.html
5. http://medicastore.com/penyakit/314/PolisitemiaVera.html
11
6. Ganie, A. 2005. Thalassemia: Permasalahan dan Penanganannya. USU. Medan.
7. http://www.scribd.com/doc/4638309/Anemia-Aplastik
12
berbeda-beda. Kerja fisik yang berat juga dapat menaikkan kadar
hemoglobin, mungkin hal ini disebabkan masuknya sejumlah eritrosit yang
tersimpan didalam kapiler-kapiler ke peredaran darah atau karena
hilangnya plasma. Perubahan sikap tubuh dapat menimbulkan perubahan
kadar hemoglobin yang bersifat sementara. Pada sikap berdiri kadar
hemoglobin lebih tinggi dari pada berbaring. Variasi dijurnal juga telah
dilaporkan oleh beberapa peneliti, kadar hemoglobin tertinggi pada pagi
hari dan terendah pada sore hari.
Kadar hemoglobin yang kurang dari nilai rujukan merupakan salah satu
tanda dari anemia. Menurut morfologi eritrosit didalam sediaan apus,
anemia dapat digolongkan atas 3 golongan yaitu anemia mikrositik
hipokrom, anemia makrositik dan anemia normositik normokrom 5. Setelah
diketahui ada anemia kemudian ditentukan golongannya berdasarkan
morfologi eritrosit rata-rata. Untuk mencari penyebab suatu anemia
diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut.
Bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari nilai rujukan, maka keadaan ini
disebut polisitemia. Polisitemia ada 3 macam yaitu polisitemia vera, suatu
penyakit yang tidak diketahui penyebabnya; polisitemia sekunder, suatu
keadaan yang terjadi sebagai akibat berkurangnya saturasi oksigen misalnya
pada kelainan jantung bawaan, penyakit paru dan lain-lain, atau karena
peningkatan kadar eritropoietin misal pada tumor hati dan ginjal yang
menghasilkan eritropoietin berlebihan; dan polisitemia relatif, suatu
keadaan yang terjadi sebagai akibat
kehilangan plasmanya misal pada luka bakar.
Di laboratorium cara untuk memeriksa laju endap darah yang sering dipakai
adalah cara Wintrobe dan cara Weetergren. Pada cara Wintrobe nilai
rujukan untuk wanita 0 - 20 mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam, sedang
pada cara Westergren nilai rujukan untuk wanita 0 - 15 mm/jam dan untuk
pria 0 - 10 mm/jam.
13
cepat. Walau pun demikian, tidak semua anemia disertai laju endap darah
yang cepat. Pada anemia sel sabit, akantositosis, sferositosis serta
poikilositosis berat, laju endap darah tidak cepat, karena pada keadaan-
keadaan ini pembentukan rouleaux sukar terjadi.
Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai
perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan
nefritis. Laju endap darah yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif,
peningkatan laju endap darah dibandingkan sebelumnya menunjukkan
proses yang meluas, sedangkan laju endap darah yang menurun
dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
Selain pada keadaan patologik, laju endap darah yang cepat juga dapat
dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid,
kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.
Dan akhirnya yang perlu diperhatikan adalah faktor teknik yang dapat
menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan laju endap darah. Selama
pemeriksaan tabung atau pipet harus tegak lurus; miring 3° dapat
menimbulkan kesalahan 30%. Tabung atau pipet tidak boleh digoyang atau
bergetar, karena ini akan mempercepat pengendapan. Suhu optimum
selama pemeriksaan adalah 20°C, suhu yang tinggi akan mempercepat
pengendapan dan sebaliknya suhu yang rendah akan memperlambat. Bila
darah yang diperiksa sudah membeku sebagian hasil pemeriksaan laju endap
darah akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen sudah terpakai dalam
pembekuan. Pemeriksaan laju endap darah harus dikerjakan dalam waktu 2
14
jam setelah pengambilan darah, karena darah yang dibiarkan terlalu lama
akan berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleaux dan hasil
pemeriksaan laju endap darah menjadi lebih lambat.
Hitung leukosit
Terdapat dua cara untuk menghitung leukosit dalam darah tepi. Yang
pertama adalah cara manual dengan memakai pipet leukosit, kamar hitung
dan mikroskop. Cara kedua adalah cara semi automatikdengan memakai
alat elektronik. Cara kedua ini lebih unggul dari cara pertama karena
tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan
kesalahannya lebih kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara pertama
kesalahannya sampai ± 10%.
Keburukan cara kedua adalah harga alat mahal dan sulit untuk memperoleh
reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai alat
ini.
Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000 - 30.000/µl.
Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 -
38.000 /µl. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada
umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 - 11.000/µl. Pada
keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 -
10.0004/µ1. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik
yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/µl.
Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut
disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun
patologik. Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang berat,
gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid.
15
basofilia. Leukositosis yang patologik selalu diikuti oleh peningkatan absolut
dari salah satu atau lebih jenis leukosit.
Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih
banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya.
Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain,
dari satu lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat
mencapai 15%.
Bila pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti lebih dari 10 per
100 leukosit, maka jumlah leukosit/µl perlu dikoreksi.
Netrofilia
Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/µl
dalam darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan
bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia
jaringan, kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif.
16
Pemberian adrenocorticotrophic hormone (ACTH) pada orang normal akan
menimbulkan netrofilia tetapi pada penderita infeksi berat tidak dijumpai
netrofilia.
Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai
netrofilia ringan dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada
infeksi berat dijumpai netrofilia berat dan banyak ditemukan sel muda.
Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan disertai banyak sel
muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita yang
kurang.
Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi,
yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan
gelap yang disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti
piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun sitoplasma.
Eosinofilia
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/µl
darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang
dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis
yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit
kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti
polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.
Basofilia
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/µl
darah. Basofilia sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemia
granulositik kronik. Pada penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria
pigmentosa dan kolitis ulserativa juga dapat dijumpai basofilia. Pada reaksi
antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya.
Limfositosis
17
limfosit lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/µl
darah pada dewasa. Limfositosis dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti
morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis,
pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik
kronik dan makroglobulinemia primer.
Monositosis
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750/µl
pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa. Monositosis
dijumpai pada penyakit mieloproliferatif seperti leukemia monositik akut
dan leukemia mielomonositik akut; penyakit kollagen seperti lupus
eritematosus sistemik dan reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit
infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.
Netropenia
Limfopenia
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari
18
1000/µl dan pada anak-anak kurang dari 3000/µl darah. Penyebab
limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun seperti pada penyakit
Hodgkin, sarkoidosis; penghancuran yang meningkat yang dapat disebabkan
oleh radiasi, kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis; dan kehilangan yang
meningkat seperti pada thoracic duct drainage dan protein losing
enteropathy.
Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari 50/µl darah. Hal ini
dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan
dan infeksi berat; juga dapat terjadi pada hiperfungsi koreks adrenal dan
pengobatan dengan kortikosteroid.
sumber:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_PenilaianHasilPemeriksaan.pdf
/10_PenilaianHasilPemeriksaan.html
oleh: dr. R. Dharma, dr S. Immanuel, dr R. Wirawan
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM,
Jakarta
19
a. Anemia difisiensikan besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis, dan kuku sendok (koilonychia).
b. Anemia megaloblastik : glostis, gangguan neorologik, pada defisiensi,
vitamin B12
c. Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali dan hepatomegali.
d. Anemia aplastik : pendarahan dan tanda-tanda infeksi.
- William DM. Pancytopenia, aplastic anemia, and pure red cell aplasia. In: Lee
GR, Foerster J, et al (eds). Wintrobe’s Clinical Hematology 9th ed. Philadelpia-
London: Lee& Febiger, 1993;911-43.
- Salonder H. Anemia aplastik. In: Suyono S, Waspadji S, et al (eds). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI,
2001;501-8.
- Young NS, Maciejewski J. Aplastic anemia. In: Hoffman. Hematology : Basic
Principles and Practice 3rd ed. Churcil Livingstone, 2000;153-68.
Gejala dari anemia hemolitik mirip dengan anemia yang lainnya. Kadang-kadang
hemolisis terjadi secara tiba-tiba dan berat, menyebabkan krisis hemolitik, yang
ditandai dengan:
1. demam
2. menggigil
3. nyeri punggung dan nyeri lambung
4. perasaan melayang
5. penurunan tekanan darah yang berarti.
6. Sakit kuning (jaundice) dan air kemih yang berwarna gelap bisa terjadi karena
bagian dari sel darah merah yang hancur masuk ke dalam darah.
7. Limpa membesar karena menyaring sejumlah besar sel darah merah yang hancur,
kadang menyebabkan nyeri perut.
Hemolisis yang berkelanjutan bisa menyebabkan batu empedu yang berpigmen,
dimana batu empedu berwarna gelap yang berasal dari pecahan sel darah merah.
20
Supandiman I. Pedoman Diagnosis dan Terapi Hematologi Onkologi Medik 2003.
Jakarta. Q-communication, 1997;6.
10.Apakah jika jumlah sel darah merah itu normal tetapi kadar hemoglobinnya
menurun termasuk dalam kelainan eritrosit ?
Anemia defisiensi Fe: adalah jenis anemia yang disebabkan kurangnya zat
besi untuk pembentukan hemoglobin (Hb). Tiap sel darah merah yang rata-
rata berusia 120 hari, mengandung Hb lebih sedikit daripada biasa karena
minimnya zat besi sebagai pembentuknya. Anemia jenis ini (anemia
defisiensi besi) merupakan penyebab terserang dari anemia.
11.Apakah ada hubungannya jenis kelamin dan usia pada kelainan eritrosit ?
Akan tetapi tingginya angka kejadian penyakit kronik dan anemia penyakit kronik,
hendaknya menjadikan para klinisi untuk lebih waspada terhadap anemia pada lansia.
Anemia ringan pada usia lanjut dengan penyakit kronik ditemukan berhubungan
dengan penyakit lain/penyakit penyerta yang meningkatkan morbiditas, bahkan
mortalitas. Pada lansia penderita anemia, berbagai penyakit penyerta lebih mudah
timbul dan penyembuhan penyakit akan semakin lama.
Sudoyo AW. Anemia pada usia lanjut. Naskah Lengkap Penyakit Dalam-PIT 2006: 236-
24
Smith DL. Anemia in the elderly. American Family Physician. 2000 oct 1. Available
from : http://www.aafp.org/afp/20001001/1565.html
Jenis kelamin:
STEP 7
Hasil SGD
PP
Ciri-ciri kelainan?
Penyebabnya?
Lebih Kritis!
Banyak membaca!
Banyak berdiskusi!
22