Anda di halaman 1dari 22

KELAINAN ERITROSIT

Seorang pasien pria berusia 40 tahun, datang ke dokter dengan keluahan sejak
beberapa waktu yang lalu badan terasa lemah, cepat lelah dan sering pusing. Setelah
dilakukan pemeriksaan fisik, dokter melihat adanya tanda-tanda yang mengarah pada
gangguan sistem darah, yaitu suatu kelainan eritrosit. Setelah dilakukan pemeriksaan
laboratorium hematologi rutin, barulah dokter dapat melihat kemungkinan gangguan
hematologis pada pasien tersebut.

STEP 1

Terminologi
1. Hematologi Rutin : - Pemeriksaan Darah tanpa adanya indikasi tertentu
2. Kelainan Eritrosit : - Kelainan bentuk ukuran dan warna yang di sebabkan
karena penurunan dan peningkatan kadar Hb dalam eritrosit
3. Gangguan Hematologis : Gangguan dalam proses pembentukan darah

STEP 2

Masalah
1. Bagaimana relasi antara gejala lemah , cepat lelah, sering pusing dengan
gangguan system darah ?
2. Pemeriksaan fisik apa saja yang di lakukan dokter ?
3. Mengapa pada pasien ini badan terasa lemah, cepat lelah, dan sering pusing
?
4. Guna pemeriksaan hematologi rutin terhadap gangguan system darah ?
5. Mengapa yang di lakukan dokter adalah pemeriksaan hematologi rutin ?
6. Mengapa bias terjadi gangguan system darah ?
7. Bagaimana pemeriksaan hematologi rutin itu shg kemungkinan dapat
melihat gangguan hematologis ?
8. Tanda2 gangguan system darah ?
9. Apa hubungan antara pemeriksaan fisik, hematologi rutin dengan
kemungkinan gangguan hematologis ?
10.Apakah jika jumlah sel darah merah itu normal tetapi kadar hemoglobinnya
menurun termasuk dalam kelainan eritrosit ?
11.Apakah ada hubungannya jenis kelamin dan usia pada kelainan eritrosit ?

Kelainan eritrosit :
- Thalasemia,

1
- Anemia,
- Polycitemia.

STEP 3

Analisa Masalah Prior Knowledge

1. Bagaimana relasi antara gejala lemah , cepat lelah, sering pusing dengan
gangguan system darah ?
Pusing sebagai reaksi O2 yang ke otak ( reaksi tubuh pusing ) Hb turun.

2. Pemeriksaan fisik apa saja yang di lakukan dokter ?


Dari mata untuk melihat konjungtivanya,
Rambut apabila bias tercabut bias menyebabkan anemi,
Inspeksi Lidah, Inspeksi mulut, Ekstrimitas (kuku), Organo Megali karena
penyakit dasar (penyakit hati kronik dan penyakit gagal ginjal kronik),
Kulitnya kering.

3. Guna pemeriksaan hematologi rutin terhadap gangguan system darah ?


Untuk pemeriksaan kadar Hb, untuk pemeriksaan LED, Jumlah dan jenis
Leukosit.

4. Mengapa yang di lakukan dokter adalah pemeriksaan hematologi rutin ?


Karena ada pemeriksaan kadar Hb,

5. Mengapa bias terjadi gangguan system darah ?


Karena adanya gangguan di kesatuan komponen darah, ada factor dari
penyakit terdahulu, atau ada gangguan penyakit lain, factor keturunan,
kekurangan zat-zat esensial.

6. Bagaimana pemeriksaan hematologi rutin itu shg kemungkinan dapat


melihat gangguan hematologis ?
- Hb dengan metode sahli, LED dengan westergren, Jumlah leukosit
dan jenisnya dengan metode manual.
- Metode sahli kesalahannya besar, hasil Hb tidak dapat di rubah ke
metamoglobin, Sianmetemoglobin, oxy hemoglobin.

7. Tanda2 gangguan system darah ?

2
Dari segi fisik : wajah pucat, Lemah, cepat lelah, pusing

8. Apa hubungan antara pemeriksaan fisik, hematologi rutin dengan


kemungkinan gangguan hematologis ?
Pemeriksaan fisik hanya melihat ke tanda-tanda fisiknya, di kuatkan dengan
hematologi rutin.

9. Apakah jika jumlah sel darah merah itu normal tetapi kadar hemoglobinnya
menurun termasuk dalam kelainan eritrosit ?

10.Apakah ada hubungannya jenis kelamin dan usia pada kelainan eritrosit ?

xxx
1. Sebut dan jelaskan apa saja kelainan eritrosit ?
Dibagi menjadi 2 :
Kekurangan : anemia , Hb : kurang dari 12 gram per mm3
Kelebihan : polycitemia, Hb : lebih dari 18 gram per mm3

Berdasarkan Bentuk atau poikilositosis : cycle sel, teardrop, ciger sel,


ovalosit
Berdasarkan Ukuran : mikrositik dan makrositik
Berdasarkan warna : Hipokrum dan Hiperkrum
Berdasarkan Kelainan Genetik : Thalasemia

2. Penyebab kelainan eritrosit ?


Anemia : pendarahan , kekurangan asam folat, kekurangan vit B12,
defisiensi besi, juga kekurangan mineral. Metabolisme asam folat
terganggu.
Kelebihannya : Kadar Hb tinggi, katalisator sintesis Fe tinggi , karena proses
destruksi dini (penghancuran) shg menyebabkan banyak eritrosit muda di
pembuluh darah.

3. Ciri-ciri seseorang terkena anemia ?


Pucat, Lemah, Lesu, Pusing, Kaki terasa dingin, mata berkunang-kunang,
tachycardia, Pemucatan pada membra mukosa, kinerja rendah, IQ rendah,
pemucatan konjungtiva, anoksia organ (kekurangan O2), kesadaran menurun
(Letargi)

3
4. Macam-macam anemia ?
Etiologi dan morfologi di bagi menjadi 2 : anemia normokromik, normositer.
Ukuran sel darahnya normal, bentuk normal, dan Hb nya juga normal atau
normal rendah.
Penyebab karena kehilangan darah terlalu banyak.
Anemia Hipokromik, mikrositik : ukuran sel darah merah kecil, sel darah
merahnya pucat, lebih dari sepertiga eritrosit, Hb kurang dari normal,
kekurangan zat besi.

Anemia makrositer : ukuran sel darah merah lebih besar atau megaloblastik,
Hb normal, volume kadar eritrosit rata2 atau MVC nya meningkat. Biasanya
di sebabkan karena gangguan sintesis DNA, makrositer di bagi 2 :
megaloblastik dan non megaloblastik.

5. Gambar kelainan bentuk eritrosit ?


6. Pengobatan untuk anemia ?
7. Pemeriksaan lab apa saja yang penting dalam kelainan eritrosit ?
8. Dampak dari penderita anemia ?
9. Berapa ukuran eritrosit ? normal dan abnormal !
10.Mekanisme terjadinya anemia ?

STEP 4

Maping

Keadaan umum  pusing, lemah, cepat lelah  pemeriksaan fisik  pemeriksaan


hematologi  gangguan hematologi  sel darah merah  anemia, polisitemia,
thalassemia

(masih kurang, belum lengkap, harusnya dari proses normalnya, kemudian bagaimana
kelainannya, ada berapa macam)

STEP 5

Learning Issues

1. Bagaimana relasi antara gejala lemah , cepat lelah, sering pusing dengan
gangguan system darah ?
2. Pemeriksaan fisik apa saja yang di lakukan dokter ?

4
3. Mengapa pada pasien ini badan terasa lemah, cepat lelah, dan sering
pusing?
4. Guna pemeriksaan hematologi rutin terhadap gangguan system darah ?
5. Mengapa yang di lakukan dokter adalah pemeriksaan hematologi rutin ?
6. Mengapa bias terjadi gangguan system darah ?
7. Bagaimana pemeriksaan hematologi rutin itu shg kemungkinan dapat
melihat gangguan hematologis ?
8. Tanda2 gangguan system darah ?
9. Apa hubungan antara pemeriksaan fisik, hematologi rutin dengan
kemungkinan gangguan hematologis ?
10.Apakah jika jumlah sel darah merah itu normal tetapi kadar hemoglobinnya
menurun termasuk dalam kelainan eritrosit ?
11.Apakah ada hubungannya jenis kelamin dan usia pada kelainan eritrosit ?

STEP 6

Belajar Mandiri

1. Bagaimana relasi antara gejala lemah , cepat lelah, sering pusing dengan
gangguan system darah ?
Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongesif sebab otot
jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan
beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas
pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan
manifestasi berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan
dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada susunan saraf pusat.

Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2002, Patofisiologi, Jilid1, EGC,


Jakarta

Pusing memiliki banyak penyebab karena banyak bagian tubuh bekerja


bersama untuk menjaga keseimbangan. Mereka termasuk telinga bagian
dalam, mata (yang menyediakan isyarat penglihatan diperlukan untuk
menjaga keseimbangan), otot dan persendian, otak (terutama batang otak
dan cerebelum), dan syaraf yang menghubungkan semua bagian. 

Setiap jenis pada pusing cenderung mengalami penyebab khas. Misal, pusing

5
dan sakit kepala ringan bisa terjadi dari mendadak jatuh pada tekanan
darah atau dari gangguan lain yang diakibatkan suplai darah menuju otak
yang tidak tercukupi. Pada gangguan ini, jantung kemungkinan tidak cukup
memompa ke otak, atau arteri menuju otak kemungkinan tersumbat atau
menyempit. 

Sadikin Muhamad, 2002, Biokimia Darah, widia medika, jakarta

Karena kapasitas O₂ berkurang dan kandungan O₂ pada nilai PO₂ berapapun


menurun. PO₂ arteri dan saturasi O₂ (tekanan parsial dan tingkat kejenuhan) tetap
normal. Untuk menghantarkan jumlah O₂ yang sama ke jaringan, maka PO₂ kapiler
harus turun jauh lebih dari normal, mengurangi gaya penggerak untuk difusi O₂ ke
dalam jaringan. Kejadian penghantaran O₂ menjadi tidak adekuat pada saat olahraga.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2007. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta : EGC
Ward J., Clarke R., Linden R., 2005. At a Glance Fisiologi. Jakarta : EGC
Karen penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan
perifer penurunan oxygen carrying capacity).
http://www.scribd.com/doc/24530747/Laporan-Tutorial-Skenario-2

Produksi eritrosit terutama diatur oleh oksigenasi jaringan. Menurunnya oksigenasi


jaringan menstimulasi hormon eritropoietin, terutama dari ginjal, yang kemudian
akan merangsang produksi proeritroblas dari sel stem hematopoietik di sumsum
tulang. Kemudian, eritropoietin juga akan mempercepat proses diferensiasi pada
berbagai tahap eritroblastik dibandingkan dengan normal.

Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.
2. Pemeriksaan fisik apa saja yang di lakukan dokter ?
a. Wajah: pucat
b. Abdomen: adanya organomegali, seperti hepatomegali, splenomegali
dan limfadenopati.

Salonder H. Anemia aplastik. In: Suyono S, Waspadji S, et al (eds).


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI,2001;501-8.

Kulit: pucat. Keadaan ini umunya diakibatkan dari berkurangnya volume darah,
berkurangnya hb, dan vasokontriksi untuk memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-
6
organ vital. Warna kulit bukan merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat
karena dipengaruh pigmentasi kulit, suhu, dan kedalaman serta distribusi bantalan
kapiler. Bantalan kuku, telapak tangan, dan membrane mukosa mulut serta
konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai pucat. Jika lipatan
tangan tidak lagi berwarna merah muda, hb biasanya kurang dari 8 gram. Mempunyai
rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata, mudah patah dan sebenarnya
berbentuk seperti sendok (koilonikia). Selain itu atropi papilla lidah mengakibatkan
lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging, dan meradang dan sakit. Dapat
juga timbul stomatitis angularis, pecah-pecah dengan kemerahan dan rasa sakit di
sudut-sudut mulut.

Pemeriksaan Thorax: Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan


oleh peningkatan kecepatan aliran darah) mencerminkan beban kerja dan curah
jantung yang meningkat. Angina (nyeri dada), khususnya pada orang tua dengan
stenosis koroner, dapat disebabkan oleh iskemia miokardium.

Pemeriksaan Abdomen: untuk mengetahui adanya organomegali.


a. Hepar
b. Limpa
Banyak penyakit yang dapat menyebabkan pembesaran limpa. Jika membesar, limpa
cenderung menangkap dan menghancurkan sel darah merah; membentuk suatu
lingkaran setan, yaitu semakin banyak sel yang terjebak, limpa semakin membesar
dan semakin membesar limpa, semakin banyak sel yang terjebak. Anemia yang
disebabkan oleh pembesaran limpa biasanya berkembang secara perlahan dan
gejalanya cenderung ringan. Pembesaran limpa juga seringkali menyebabkan
berkurangnya jumlah trombosit dan sel darah putih.
gambaran klinis dari penderita thalassemia.
http://www.scribd.com/doc/24530747/Laporan-Tutorial-Skenario-2
1. Sudoyo W. Aru DR. dr. Sp. PD, KHOM, dkk : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi IV. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2006.
2. Prince A. Sylvia, dkk : Buku Ajar Patofisiologi Volume 1. EGC. 2005.
3. http://medicastore.com/penyakit/152/AnemiaKurangdarah.html
4. http://medicastore.com/penyakit/167/Thalassemia.html
5. http://medicastore.com/penyakit/314/PolisitemiaVera.html

3. Mengapa pada pasien ini badan terasa lemah, cepat lelah, dan sering
pusing?
Pusing memiliki banyak penyebab karena banyak bagian tubuh bekerja
bersama untuk menjaga keseimbangan. Mereka termasuk telinga bagian
dalam, mata (yang menyediakan isyarat penglihatan diperlukan untuk
menjaga keseimbangan), otot dan persendian, otak (terutama batang otak
dan cerebelum), dan syaraf yang menghubungkan semua bagian. 

Setiap jenis pada pusing cenderung mengalami penyebab khas. Misal, pusing

7
dan sakit kepala ringan bisa terjadi dari mendadak jatuh pada tekanan
darah atau dari gangguan lain yang diakibatkan suplai darah menuju otak
yang tidak tercukupi. Pada gangguan ini, jantung kemungkinan tidak cukup
memompa ke otak, atau arteri menuju otak kemungkinan tersumbat atau
menyempit. 
Sadikin Muhamad, 2002, Biokimia Darah, widia medika, jakarta

4. Guna pemeriksaan hematologi rutin terhadap gangguan system darah ?


Salah satu manfaat pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui adanya
kelainan darah seperti anemia, leukemia dan thalassemia. Thalassemia
dapat menyebabkan masalah fisik yang serius serta memerlukan biaya yang
cukup besar. Sebagai pemeriksaan awal thalassemia dilihat nilai mean
corpuscular volume (MCV) sel darah merah untuk mengidentifikasi apakah
carrier atau bukan.
http://drprima.com/kandungan/pentingnya-melakukan-pemeriksaan-
skrining-premarital.html

Pemeriksaan hematologi rutin bermanfaat untuk mengetahui kondisi


kesehatan kedua calon mempelai secara umum, mendeteksi adanya
kelainan sistemik (hati dan ginjal) yang dapat mempengaruhi bentuk dan
fungsi sel darah, deteksi penyakit infeksi dan penyakit darah. Dari hasil
pemeriksaan hematologi, dapat diketahui kemungkinan penyakit keturunan
seperti thalassemia dan hemofilia. Untuk memastikan adanya thalassemia,
dapat dilihat dari hasil pemeriksaan gambaran darah tepi, analisa
hemoglobin HPLC dan badan inklusi HbH. Sedangkan untuk memastikan
adanya penyakit hemofilia, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan yaitu
pemeriksaan hematologi faal hemostasis.
http://prodia.meta-technology.net/populer_detail.php?id=103&lang=ina

fungsi LED:
a. Mengetahui ada tidaknya kelainan organik pada penderita yang
menunjukkan kelainan fisik.
b. Memantau perjalanan penyakit dan memantau keberhasilan terapi
penyakit kronik. (Fraces. K. Widmann, M. D., 1984)
c. Mengetahui adanya hiperbilirubenemia yang dapat dilihat dari warna
plasma yang berubah seperti teh.
d. Membantu mengetahui pemeriksaan penyakit-penyakit akut.

8
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-riyantinin-
5691-2-babii.pdf

5. Mengapa yang di lakukan dokter adalah pemeriksaan hematologi rutin ?

6. Mengapa bisa terjadi gangguan system darah ?

a. Perdarahan hebat
1) Akut (mendadak)
 Kecelakaan
 Pembedahan
 Persalinan
 Pecah pembuluh darah
2) Kronik (menahun)
 Perdarahan hidung
 Wasir (hemoroid)
 Ulkus peptikum
 Kanker atau polip di saluran pencernaan
 Tumor ginjal atau kandung kemih
 Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
b. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
 Kekurangan zat besi
 Kekurangan vitamin B12 (a. megaloblastik)
 Kekurangan asam folat (a. megaloblastik)
 Kekurangan vitamin C
 Penyakit kronik
 penurunan komponen selular pada darah tepi yang diakibatkan oleh
kegagalan produksi di sumsum tulang. Penderita mengalami
pansitopenia, yaitu keadaan dimana terjadi kekurangan jumlah sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Obat-obat seperti
kloramfenikol terbuktidapat mensupresi sumsum tulang dan
mengakibatkan aplasia sumsum tulang dan mengakibatkan aplasia
sumsum tulang sehingga diperkirakan menjadi penyebab tingginya
insiden, menyebabkan retikulositopenia, anemia, granulositopenia,
monositopenia dan trombositopenia.
- Aplasia sumsum tulang merupakan akibat akut yang utama dari
radiasi dimana stem sel dan progenitor sel rusak. Radiasi dapat
merusak DNA dimana jaringan-jaringan dengan mitosis yang aktif
seperti jaringan hematopoiesis sangat sensitif.4,12 Bila stem sel
hematopoiesis yang terkena maka terjadi anemia aplastik. Radiasi
dapat berpengaruh pula pada stroma sumsum tulang dan
menyebabkan fibrosis.2
- Bahan kimia seperti benzene dan derivat benzene berhubungan
dengan anemia aplastik dan akut myelositik leukemia (AML).

9
Beberapa bahan kimia yang lain seperti insektisida dan logam
berat juga berhubungan dengan anemia yang berhubungan dengan
kerusakan sumsum tulang dan pansitopenia
- Virus dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang secara
langsung yaitu dengan infeksi dan sitolisis sel hematopoiesis atau
secara tidak langsung melalui induksi imun sekunder, inisiasi
proses autoimun yang menyebabkan pengurangan stem sel dan
progenitor sel atau destruksi jaringan stroma penunjang.
- Faktor genetik (ketidakstabilan DNA): Anemia Fanconi merupakan
kelainan autosomal resesif yang ditandai oleh hipoplasia sumsung
tulang disertai pigmentasi coklat dikulit, hipoplasia ibu jari atau
radius, mikrosefali, retardasi mental dan seksual, kelainan ginjal
dan limpa.

Peningkatan volume sel darah merah total, dan penurunan plasma


darah, serta proliferasi berlebihan sel eritroid, disertai dengan
seri myeloid dan megakariosit, dapat mengakibatkan polisitemia.
c. Meningkatnya penghancuran sel darah merah, bisa mengakibatkan
anemia hemolitik
 Pembesaran limpa
Kerusakan mekanik pada sel darah merah (karena adanya kelainan
pada pembuluh darah (misalnya suatu aneurisma), katup jantung
buatan atau karena tekanan darah yang sangat tinggi, anemia
hemolitik mikroangiopati.
 Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
Kadang-kadang sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan fungsi
dan menghancurkan selnya sendiri karena keliru mengenalinya
sebagai bahan asing (reaksi autoimun). Jika suatu reaksi autoimun
ditujukan kepada sel darah merah, akan terjadi anemia hemolitik
autoimun.
Anemia Hemolitik Antibodi Hangat adalah suatu keadaan dimana
tubuh membentuk autoantibodi yang bereaksi terhadap sel darah
merah pada suhu tubuh. Autoantibodi ini melapisi sel darah merah,
yang kemudian dikenalinya sebagai benda asing dan dihancurkan
oleh sel perusak dalam limpa atau kadang dalam hati dan sumsum
tulang. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita. Sepertiga
penderita anemia jenis ini menderita suatu penyakit tertentu
(misalnya limfoma, leukemia atau penyakit jaringan ikat, terutama
lupus eritematosus sistemik) atau telah mendapatkan obat tertentu,
terutama metildopa.
Anemia Hemolitik Antibodi Dingin adalah suatu keadaan dimana
tubuh membentuk autoantibodi yang bereaksi terhadap sel darah
merah dalam suhu ruangan atau dalam suhu yang dingin. Anemia
jenis ini dapat berbentuk akut atau kronik. Bentuk yang akut sering
terjadi pada penderita infeksi akut, terutama pneumonia tertentu
atau mononukleosis infeksiosa. Bentuk akut biasanya tidak

10
berlangsung lama, relatif ringan dan menghilang tanpa pengobatan.
Bentuk yang kronik lebih sering terjadi pada wanita, terutama
penderita rematik atau artritis yang berusia diatas 40 tahun.
 Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
 Sferositosis herediter
(penyakit keturunan dimana sel darah merah berbentukbulat.
Sel darah merah yang bentuknya berubah dan kaku terperangkap dan
dihancurkan dalam limpa, menyebabkan anemia dan pembesaran
limpa. Anemia biasanya ringan, tetapi bisa semakin berat jika terjadi
infeksi.)
 Elliptositosis herediter
(penyakit yang jarang terjadi, dimana sel darah merah berbentuk
oval atau elips. Penyaki ini kadang menyebabkan anemia ringan)
 Kekurangan G6PD (glukosa 6-fosfat dehidrogenase)
(Kekurangan G6PD adalah suatu penyakit dimana enzim G6PD
(glukosa 6 fosfat dehidrogenase) hilang dari selaput sel darah merah.
Enzim G6PD membantu mengolah glukosa (gula sederhana yang
merupakan sumber energi utama untuk sel darah merah) dan
membantu menghasilkan glutation (mencegah pecahnya sel).
 Penyakit sel sabit
 Penyakit hemoglobin C
 Penyakit hemoglobin S-C
 Penyakit hemoglobin E
 Thalasemia (penyakit hemolitik bawaan yang disebabkan oleh
defisiensi pembentukan rantai globin alpha atau beta yang menyusun
hemoglobin / penurunan atau tidak adanya sintesis satu atau
beberapa rantai polipetida globin, terjadi anomali pada eritropoiesis
yang diturunkan dimana hemoglobin dalam eritrosit sangat kurang,
oleh karenanya terbentuk eritrosit yang relatif mempunyai fungsi
yang sedikit berkurang, diturunkan oleh orang tua baik laki-laki
maupun perempun. Bila berasal dari keduanya, maka seseorang
dapat menderita thalassemia dengan manifestasi klinis sedang hingga
berat, cirinya sel darah merah tampak pucat (hipokrom) dan lebih
kecil dari normal (mikrositer).

http://www.scribd.com/doc/24530747/Laporan-Tutorial-Skenario-2

1. Sudoyo W. Aru DR. dr. Sp. PD, KHOM, dkk : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi IV. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2006.
2. Prince A. Sylvia, dkk : Buku Ajar Patofisiologi Volume 1. EGC. 2005.
3. http://medicastore.com/penyakit/152/AnemiaKurangdarah.html
4. http://medicastore.com/penyakit/167/Thalassemia.html
5. http://medicastore.com/penyakit/314/PolisitemiaVera.html

11
6. Ganie, A. 2005. Thalassemia: Permasalahan dan Penanganannya. USU. Medan.

7. http://www.scribd.com/doc/4638309/Anemia-Aplastik

7. Bagaimana pemeriksaan hematologi rutin itu shg kemungkinan dapat


melihat gangguan hematologis ?
Kadar hemoglobin

Terdapat bermacam-macam cara untuk menetapkan kadar hemoglobin


tetapi yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang
berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan
fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli
kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi
hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan
sulfhemoglobin . Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli
tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya
±10%.

. Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan


kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar
sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini
hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini
ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.
Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil
sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin
tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar
hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 -
19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun
dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 - 12,5 g/dl. Setelah itu secara
bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati
kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 - 14,8 g/dl. Pada pria dewasa
kadar hemoglobin berkisar antara 13 - 16 g/dl sedangkan pada wanita
dewasa antara 12 - 14 d/dl.
Pada wanita hamil terjadi hemodilusi sehingga untuk batas terendah nilai
rujukan ditentukan 10 g/dl.
Pada keadaan fisiologik kadar hemoglobin dapat bervariasi.
Kadar hemoglobin meningkat bila orang tinggal di tempat yang tinggi dari
permukaan laut. Pada ketinggian 2 km dari permukaan laut, kadar
hemoglobin kira-kira 1 g/dl lebih tinggi dari pada kalau tinggal pada tempat
setinggi permukaan laut. Tetapi peningkatan kadar hemoglobin ini
tergantung dari lamanya anoksia, juga tergantung dari respons individu yang

12
berbeda-beda. Kerja fisik yang berat juga dapat menaikkan kadar
hemoglobin, mungkin hal ini disebabkan masuknya sejumlah eritrosit yang
tersimpan didalam kapiler-kapiler ke peredaran darah atau karena
hilangnya plasma. Perubahan sikap tubuh dapat menimbulkan perubahan
kadar hemoglobin yang bersifat sementara. Pada sikap berdiri kadar
hemoglobin lebih tinggi dari pada berbaring. Variasi dijurnal juga telah
dilaporkan oleh beberapa peneliti, kadar hemoglobin tertinggi pada pagi
hari dan terendah pada sore hari.

Kadar hemoglobin yang kurang dari nilai rujukan merupakan salah satu
tanda dari anemia. Menurut morfologi eritrosit didalam sediaan apus,
anemia dapat digolongkan atas 3 golongan yaitu anemia mikrositik
hipokrom, anemia makrositik dan anemia normositik normokrom 5. Setelah
diketahui ada anemia kemudian ditentukan golongannya berdasarkan
morfologi eritrosit rata-rata. Untuk mencari penyebab suatu anemia
diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut.
Bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari nilai rujukan, maka keadaan ini
disebut polisitemia. Polisitemia ada 3 macam yaitu polisitemia vera, suatu
penyakit yang tidak diketahui penyebabnya; polisitemia sekunder, suatu
keadaan yang terjadi sebagai akibat berkurangnya saturasi oksigen misalnya
pada kelainan jantung bawaan, penyakit paru dan lain-lain, atau karena
peningkatan kadar eritropoietin misal pada tumor hati dan ginjal yang
menghasilkan eritropoietin berlebihan; dan polisitemia relatif, suatu
keadaan yang terjadi sebagai akibat
kehilangan plasmanya misal pada luka bakar.

Laju endap darah


Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan
rouleaux, tahap pengendapan dan tahap pemadatan.

Di laboratorium cara untuk memeriksa laju endap darah yang sering dipakai
adalah cara Wintrobe dan cara Weetergren. Pada cara Wintrobe nilai
rujukan untuk wanita 0 - 20 mm/jam dan untuk pria 0 - 10 mm/jam, sedang
pada cara Westergren nilai rujukan untuk wanita 0 - 15 mm/jam dan untuk
pria 0 - 10 mm/jam.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju endap darah adalah faktor


eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang
kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan
eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan laju endap darah

13
cepat. Walau pun demikian, tidak semua anemia disertai laju endap darah
yang cepat. Pada anemia sel sabit, akantositosis, sferositosis serta
poikilositosis berat, laju endap darah tidak cepat, karena pada keadaan-
keadaan ini pembentukan rouleaux sukar terjadi.

Pada polisitemia dimana jumlah eritrosit/µl darah meningkat, laju endap


darah normal.

Pembentukan rouleaux tergantung dari komposisi protein plasma.


Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah pembentukan
roleaux sehingga laju endap darah cepat sedangkan kadar albumin yang
tinggi menyebabkan laju endap darah lambat.

Laju endap darah terutama mencerminkan perubahan protein plasma yang


terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi dan penyakit
limfoproliferatif. Peningkatan laju endap darah merupakan respons yang
tidak spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya
penyakit.

Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai
perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan
nefritis. Laju endap darah yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif,
peningkatan laju endap darah dibandingkan sebelumnya menunjukkan
proses yang meluas, sedangkan laju endap darah yang menurun
dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.

Selain pada keadaan patologik, laju endap darah yang cepat juga dapat
dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid,
kehamilan setelah bulan ketiga dan pada orang tua.

Dan akhirnya yang perlu diperhatikan adalah faktor teknik yang dapat
menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan laju endap darah. Selama
pemeriksaan tabung atau pipet harus tegak lurus; miring 3° dapat
menimbulkan kesalahan 30%. Tabung atau pipet tidak boleh digoyang atau
bergetar, karena ini akan mempercepat pengendapan. Suhu optimum
selama pemeriksaan adalah 20°C, suhu yang tinggi akan mempercepat
pengendapan dan sebaliknya suhu yang rendah akan memperlambat. Bila
darah yang diperiksa sudah membeku sebagian hasil pemeriksaan laju endap
darah akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen sudah terpakai dalam
pembekuan. Pemeriksaan laju endap darah harus dikerjakan dalam waktu 2

14
jam setelah pengambilan darah, karena darah yang dibiarkan terlalu lama
akan berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleaux dan hasil
pemeriksaan laju endap darah menjadi lebih lambat.

Hitung leukosit

Terdapat dua cara untuk menghitung leukosit dalam darah tepi. Yang
pertama adalah cara manual dengan memakai pipet leukosit, kamar hitung
dan mikroskop. Cara kedua adalah cara semi automatikdengan memakai
alat elektronik. Cara kedua ini lebih unggul dari cara pertama karena
tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan
kesalahannya lebih kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara pertama
kesalahannya sampai ± 10%.

Keburukan cara kedua adalah harga alat mahal dan sulit untuk memperoleh
reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai alat
ini.

Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal


dan lain-lain .

Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000 - 30.000/µl.
Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 -
38.000 /µl. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada
umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 - 11.000/µl. Pada
keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 -
10.0004/µ1. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik
yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/µl.

Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut
disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun
patologik. Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang berat,
gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid.

Leukositosis yang terjadi sebagai akibat peningkatan yang seimbang dari


masing-masing jenis sel, disebut balanced leokocytosis. Keadaan ini jarang
terjadi dan dapat dijumpai pada hemokonsentrasi. Yang lebih sering
dijumpai adalah leukositosis yang disebabkan peningkatan dari salah satu
jenis leukosit sehingga timbul istilah neutrophilic leukocytosis atau
netrofilia, lymphocytic leukocytosis atau limfositosis, eosinofilia dan

15
basofilia. Leukositosis yang patologik selalu diikuti oleh peningkatan absolut
dari salah satu atau lebih jenis leukosit.

Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/0


darah. Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling
tinggi persentasinya hampir selalu leukopenia disebabkan oleh netropenia.

Hitung jenis leukosit

Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing


jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel
maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl).

Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih
banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya.
Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain,
dari satu lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat
mencapai 15%.

Bila pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti lebih dari 10 per
100 leukosit, maka jumlah leukosit/µl perlu dikoreksi.

Netrofilia

Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/µl
dalam darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan
bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia
jaringan, kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif.

Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti


penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan
pengobatan. Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan
Diplococcus pneumonine menyebabkan netrofilia yang berat, sedangkan
infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium tuberculosis tidak
menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari
pada orang dewasa. Pada penderita yang lemah, respons terhadap infeksi
kurang sehingga sering tidak disertai netrofilia. Derajat netrofilia sebanding
dengan luasnya jaringan yang meradang karena jaringan nekrotik akan
melepaskan leukocyte promoting substance sehingga abses yang luas akan
menimbulkan netrofilia lebih berat daripada bakteremia yang ringan.

16
Pemberian adrenocorticotrophic hormone (ACTH) pada orang normal akan
menimbulkan netrofilia tetapi pada penderita infeksi berat tidak dijumpai
netrofilia.

Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya


granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke
kiri atau shift to the left.

Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai
netrofilia ringan dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada
infeksi berat dijumpai netrofilia berat dan banyak ditemukan sel muda.
Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan disertai banyak sel
muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita yang
kurang.

Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi,
yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan
gelap yang disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti
piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun sitoplasma.

Eosinofilia

Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/µl
darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang
dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis
yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit
kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti
polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.

Basofilia

Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari 100/µl
darah. Basofilia sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemia
granulositik kronik. Pada penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria
pigmentosa dan kolitis ulserativa juga dapat dijumpai basofilia. Pada reaksi
antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya.

Limfositosis

Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah

17
limfosit lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/µl
darah pada dewasa. Limfositosis dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti
morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis,
pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik
kronik dan makroglobulinemia primer.

Monositosis

Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari 750/µl
pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa. Monositosis
dijumpai pada penyakit mieloproliferatif seperti leukemia monositik akut
dan leukemia mielomonositik akut; penyakit kollagen seperti lupus
eritematosus sistemik dan reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit
infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.

Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostik pada


tuberkulosis. Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan
antara jumlah monosit dengan limfosit lebih kecil atau sama dengan 1/3,
tetapi pada tuberkulosis aktif dan menyebar, perbandingan tersebut lebih
besar dari 1/3.

Netropenia

Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari


2500/µl darah. Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas 3 golongan
yaitu meningkatnya pemindahan netrofil dari peredaran darah, gangguan
pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya.

Termasuk dalam golongan pertama misalnya umur netrofil yang memendek


karena drug induced. Beberapa obat seperti aminopirin bekerja sebagai
hapten dan merangsang pembentukan antibodi terhadap leukosit. Gangguan
pembentukan dapat terjadi akibat radiasi atau obat-obatan seperti
kloramfenicol, obat anti tiroid dan fenotiasin; desakan dalam sum-sum
tulang oleh tumor. Netropenia yang tidak diketahui sebabnya misal pada
infeksi seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettisa; cyclic
neutropenia, dan chronic idiopathic neutropenia.

Limfopenia

Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari

18
1000/µl dan pada anak-anak kurang dari 3000/µl darah. Penyebab
limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun seperti pada penyakit
Hodgkin, sarkoidosis; penghancuran yang meningkat yang dapat disebabkan
oleh radiasi, kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis; dan kehilangan yang
meningkat seperti pada thoracic duct drainage dan protein losing
enteropathy.

Eosinopenia dan lain-lain

Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari 50/µl darah. Hal ini
dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan
dan infeksi berat; juga dapat terjadi pada hiperfungsi koreks adrenal dan
pengobatan dengan kortikosteroid.

Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan


basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun
demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal
kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada orang
normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.

sumber:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_PenilaianHasilPemeriksaan.pdf
/10_PenilaianHasilPemeriksaan.html
oleh: dr. R. Dharma, dr S. Immanuel, dr R. Wirawan
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM,
Jakarta

8. Tanda2 gangguan system darah ?


pucat (konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan dibawah
kuku), dan panas dengan ulserasi gusi, menorrhagia, anemia berat dan
leukopenia. Pendarahan (gusi, kulit, retina, hidung, saluran cerna, vagina),
lemah badan, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin,
pusing, takikardi, demam, nafsu makan berkurang, sesak nafas, penglihatan
kabur, telinga berdengung dan dyspepsia.
mempunyai rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata, mudah
patah dan sebenarnya berbentuk seperti sendok (koilonikia). Selain itu
atropi papilla lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat,
merah daging, dan meradang dan sakit. Dapat juga timbul stomatitis
angularis, pecah-pecah dengan kemerahan dan rasa sakit di sudut-sudut
mulut.

Gejala ini spesifik untuk masing-masing jenis anemia. Sebagai contoh :

19
a. Anemia difisiensikan besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis, dan kuku sendok (koilonychia).
b. Anemia megaloblastik : glostis, gangguan neorologik, pada defisiensi,
vitamin B12
c. Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali dan hepatomegali.
d. Anemia aplastik : pendarahan dan tanda-tanda infeksi.

- William DM. Pancytopenia, aplastic anemia, and pure red cell aplasia. In: Lee
GR, Foerster J, et al (eds). Wintrobe’s Clinical Hematology 9th ed. Philadelpia-
London: Lee& Febiger, 1993;911-43.
- Salonder H. Anemia aplastik. In: Suyono S, Waspadji S, et al (eds). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI,
2001;501-8.
- Young NS, Maciejewski J. Aplastic anemia. In: Hoffman. Hematology : Basic
Principles and Practice 3rd ed. Churcil Livingstone, 2000;153-68.
Gejala dari anemia hemolitik mirip dengan anemia yang lainnya. Kadang-kadang
hemolisis terjadi secara tiba-tiba dan berat, menyebabkan krisis hemolitik, yang
ditandai dengan:
1. demam
2. menggigil
3. nyeri punggung dan nyeri lambung
4. perasaan melayang
5. penurunan tekanan darah yang berarti.
6. Sakit kuning (jaundice) dan air kemih yang berwarna gelap bisa terjadi karena
bagian dari sel darah merah yang hancur masuk ke dalam darah.
7. Limpa membesar karena menyaring sejumlah besar sel darah merah yang hancur,
kadang menyebabkan nyeri perut.
Hemolisis yang berkelanjutan bisa menyebabkan batu empedu yang berpigmen,
dimana batu empedu berwarna gelap yang berasal dari pecahan sel darah merah.

9. Apa hubungan antara pemeriksaan fisik, hematologi rutin dengan


kemungkinan gangguan hematologis ?
Diagnosis anemia aplastik dapat ditegakkan berdasarkan gejala subjektif,
gejala objektif, pemeriksaan darah serta pemeriksaan sumsum tulang.
Gejala subjektif dan objektif merupakan manifestasi pansitopenia yang
terjadi. Namun, gejala dapat bervariasi dan tergantung dari sel mana yang
mengalami depresi paling berat. Diagnosa pasti anemia aplastik adalah
berdasarkan pemeriksaan darah dan pemeriksaan sumsum tulang.

20
Supandiman I. Pedoman Diagnosis dan Terapi Hematologi Onkologi Medik 2003.
Jakarta. Q-communication, 1997;6.

Supandiman I. Hematologi Klinik Edisi kedua. Jakarta: PT Alumni, 1997;95-101

10.Apakah jika jumlah sel darah merah itu normal tetapi kadar hemoglobinnya
menurun termasuk dalam kelainan eritrosit ?
Anemia defisiensi Fe: adalah jenis anemia yang disebabkan kurangnya zat
besi untuk pembentukan hemoglobin (Hb). Tiap sel darah merah yang rata-
rata berusia 120 hari, mengandung Hb lebih sedikit daripada biasa karena
minimnya zat besi sebagai pembentuknya. Anemia jenis ini (anemia
defisiensi besi) merupakan penyebab terserang dari anemia.

Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2002, Patofisiologi, Jilid1, EGC, Jakarta

11.Apakah ada hubungannya jenis kelamin dan usia pada kelainan eritrosit ?

Meningkatnya insidensi anemia dihubungkan dengan bertambahnya usia telah


menimbulkan spekulasi bahwa penurunan hemoglobin kemungkinan merupakan
konsekuensi dari pertambahan usia.

Akan tetapi tingginya angka kejadian penyakit kronik dan anemia penyakit kronik,
hendaknya menjadikan para klinisi untuk lebih waspada terhadap anemia pada lansia.

Anemia ringan pada usia lanjut dengan penyakit kronik ditemukan berhubungan
dengan penyakit lain/penyakit penyerta yang meningkatkan morbiditas, bahkan
mortalitas. Pada lansia penderita anemia, berbagai penyakit penyerta lebih mudah
timbul dan penyembuhan penyakit akan semakin lama.

Sudoyo AW. Anemia pada usia lanjut. Naskah Lengkap Penyakit Dalam-PIT 2006: 236-
24

Chronic Disease. In : Bureau of Chronic Disease Prevention and Health Promotion.


Available from : http://www.doh.state.fl.us/Family/chronicdisease/

Smith DL. Anemia in the elderly. American Family Physician. 2000 oct 1. Available
from : http://www.aafp.org/afp/20001001/1565.html

Jenis kelamin:

Pada laki-laki terdapat hormon androgen yang dapat merangsang pembentukan


eritropoietin sebagai salah satu hormon untuk merangsang pembentukan sel darah
merah, sehingga volume darah total meningkat. Inilah sebabnya jumlah sel darah
21
merah pada pria lebih banyak, yang nantinya juga akan mempengaruhi kelainan
eritrosit.

Jan Tambayong, Patofisiologi untuk Keperawatan, Jakarta: EGC, 2000

STEP 7

Hasil SGD

Kadar Hb: laki2 < 13 gr/dl

Wanita: < 12 gr/dl

PP

Masalah fisiologi/normalnya terjadi di sistem darah????

Tempat-tempat terjadinya kelainan?

Ciri-ciri kelainan?

Pada fase apa saja kelainan yang terjadi?

Penyebabnya?

Lebih Kritis!

Jangan cepat puas!!!

Cari sumber lebih banyak!

Banyak membaca!

Banyak berdiskusi!

22

Anda mungkin juga menyukai