PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang majemuk. Menurut Hardiman (2002:4), Indonesia
dalam membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasional selalu mengutamakan persatuan
dan kesatuan dalam satu wadah yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Guna
menyatukan kemajemukan, Bangsa Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Semboyan tersebut berasal dari Bahasa Jawa Kuno. Semboyan itu memiliki arti “berbeda-beda
tapi tetap satu jua”. Semboyan ini sangat cocok untuk keadaan bangsa Indonesia yang dihuni
oleh beragam suku, ras, agama, dan kebudayaan. Nilai kesatuan amat dijunjung tinggi oleh
leluhur bangsa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika rupanya juga terkait dengan filsafat, ideologi
Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bhinneka
Tunggal Ika juga memiliki keterkaitan dengan simbol pemersatu bangsa Indonesia seperti
bendera nasional, lagu kebangsaan, dan bahasa. Keterkaitan yang dimaksud untuk memperkuat
gagasan bahwa Bhinneka Tunggal Ika telah tertanam dalam kehidupan dan karakter bangsa
Indonesia. Realitanya nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika mulai luntur dari kehidupan masyarakat
Indonesia. Tindakan yang dilakukan sebagian masyarakat, justru cenderung berlawanan dengan
semboyan tersebut. Di beberapa daerah di Indonesia dapat ditemukan konflik antar suku, ras
ataupun agama.
Namun hal yang menjadi sorotan saat ini adalah sering terjadinya berbagai konflik di
Indonesia yang menyebabkan tanda tanya tentang nya. Apakah konflik yang terjadi merupakan
bukti kegagalan dari Bhinneka Tunggal Ika menjadi semboyan Indonesia?. Dalam makalah ini,
penulis akan mengulas data-data yang akan berujung pada kesimpulan apa sebenarnya penyebab
dari konflik yang terjadi yang sering dikaitkan dengan kegagalan Bhinneka Tunggal Ika
Gerakan Separatisme
Gerakan separatisme ini terjadi karena biasanya mereka tidak puas terhadap
kinerja pemerintah maka muncullah ide untuk membentuk suatu gerakan yang memiliki
tujuan yang berbeda. Memang mereka yang melakukan gerakan separatisme tidak bisa
disalahkan sepenuhnya. Karena setiap individu terkait pemahaman tentang kemerdekaan
dan persatuan tidak bisa sama dan tidak bisa dipaksakan untuk sama. Setiap individu
yakin bahwa merekalah yang terbaik dan mereka juga lah yang paling benar. Karena itu
merupakan sifat dasar manusia yang tidak pernah puas akan suatu hal. Manusia akan
terus ingin mempunyai sesuatu yang belum pernah dimilikinya seperti misalnya
kekuasaan. Contoh gerakan separatis yang pernah terjadi di Indonesia yaitu peristiwa
pengibaran bendera organisasi RMS ( Republik Maluku Selatan).
2. Konflik
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatu interaksi.perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang
wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik
hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik
bertentangan dengan integrasi.Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di
masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi
yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. Faktor-faktor penyebab terjadinya
konflik antara lain:
Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
3. Egoisme
Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan
pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri
di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang
dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Istilah lainnya adalah
"egois".Lawan dari egoisme adalah altruisme. Hal ini berkaitan erat dengan narsisme,
atau "mencintai diri sendiri," dan kecenderungan mungkin untuk berbicara atau menulis
tentang diri sendiri dengan rasa sombong dan panjang lebar. Egoisme dapat hidup
berdampingan dengan kepentingannya sendiri, bahkan pada saat penolakan orang lain.
Sombong adalah sifat yang menggambarkan karakter seseorang yang bertindak untuk
memperoleh nilai dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang ia memberikan kepada
orang lain. Egoisme sering dilakukan dengan memanfaatkan altruisme, irasionalisme
dan kebodohan orang lain, serta memanfaatkan kekuatan diri sendiri dan / atau
kecerdikan untuk menipu.
Egoisme berbeda dari altruisme, atau bertindak untuk mendapatkan nilai kurang dari
yang diberikan, dan egoisme, keyakinan bahwa nilai-nilai lebih didapatkan dari yang
boleh diberikan. Berbagai bentuk "egoisme empiris" bisa sama dengan egoisme, selama
nilai manfaat individu diri sendirinya masih dianggap sempurna
5. Cultural Lag
Cultural lag adalah bentuk kesenjangan budaya akibat masuknya unsur-unsur
globalisasi yang terjadi secara tidak merata dan tidak serempak. Unsur-unsur teknologi
yang masuk secara cepat namun tidak diimbangi unsur-unsur sosial budaya yang lambat.
Selain itu, sekelompok masyarakat ada yang bisa menyerap dan menerima unsur-unsur
globalisasi secara cepat bahkan ada yang cenderung lambat dan tertinggal. Akibatnya,
perubahan unsur-unsu sosial budaya terjadi secara tidak serempak yang menimbulkan
suatu kesenjangan sosial.
Indonesia bisa menjadi panutan dan kebanggaan dimata bangsa lain jika mampu
bersatu dalam perbedaan yang begitu jamaknya. Bangsa manapun tahu benar
bahwa suatu negara tidak akan mudah dipengaruhi dan di serang dengan cara
apapun jika warga negaranya mampu melupakan perbedaan suku, agama, bahasa
wilayah dan budaya dan mengutamakan ingin selalu bersatu didalam perbedaan
itu tetapi dengan tujuan yang sama yaitu mempertahankan kemerdekaan bangsa
dan negara sampai titik darah penghabisan.
Rakyat Indonesia sangat jamak dengan ribuan kekayaan seni budaya, bahasa,
tradisi , suku dan perbedaan agama , walaupun kita berbeda beda tetapi sama
sama memiliki rasa tidak rela jika tanah air yang menjadi tempat berteduh kita ini
diobrak abrik oleh ideologi dan budaya bangsa barat atau bangsa lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut data dan informasi yang telah di paparkan diatas, maka terlihat jelas bahwa
bhineka tunggal ika tidak gagal menjadi semboyan bangsa Indonesia, hanya saja akar
permasalahannya terletak pada tenggang rasa dan kurangnya kebermaknaan penjiwaan antar
masyarakat terhadap makna Bhineka Tunggal Ika tersebut. Bhineka tunggal ika justru
seharusnya menjadi peganggan dan pengingat bahwa bangsa Indonesia tidak terdiri dari satu
macam kelompok, namun Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama, dan
budaya yang menjadikan satu bangsa dalam nama Indonesia. Karena pada dasarnya
masyarakat lah yang menghidupkan dan menjiwai konsep Bhineka Tunggal Ika, maka
persatuan akan terwujud dan konflik dapat dihindari, namun sebaliknya jika masyarakat
bersikap abai dan tidak memaknai konsep Bhineka Tunggal Ika, maka Bhineka Tunggal Ika
tidak akan terwujud dan konflik akan terus terjadi
3.2 Saran
Rasa bhinneka tunggal ika ini perlu diterapkan pada setiap masyarakat seluruh
Indonesia ini demi menjaga keutuhan Negara kesatuan republic Indonesia. Pada
kenyataannya penerapan rasa binneka tunggal ika ini masih kurang dilakukan oleh warga
Negara Indonesia, maka dari itu sangat diperlukan demi menjawab tantangan masa depan
tang dapat memecah belah suatu negara
DAFTAR PUSTAKA
Zamiel, Fadhilla, 2017, “Hilangnya Makna Semboyan Kita “Bhineka Tunggal Ika”,
Kompasiana.com, 24 April. Tersedia:
https://www.kompasiana.com/fadhillazamiel/58fd7715c223bdb82afa3b58/hilangnya-
makna-semboyan-kita-bhineka-tunggal-ika
Yundazelika17, 2013 “lunturnya bhinneka tunggal ika”
http://yundazelika17.blogspot.com/2013/05/lunturnya-bhineka-tunggal-ika-yang.html
Zetiarina, 2013 “Makalah kebhinneka tunggal ikaan”
https://zetiarina.wordpress.com/2013/05/24/makalah-kebbhineka-tunggal-ika-an-bangsa-
indonesia/
http://eprints.ums.ac.id/48801/1/BAB%201.pdf
Nayya, Tika , 2014 ,”Makalah Bhinneka Tunggal Ika”
http://tikanayya.blogspot.com/2014/01/makalah-bhineka-tunggal-ika.html
TUGAS
Oleh :
NIM : 2113181003
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
BANDUNG – 2019