Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI DAYA DAN EMISI GAS BUANG

Oleh :

Kynan Al Ghani Reyhan (1941220011)

Dosen Pembimbing :

SANTOSO, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK MESIN

D IV TEKNIK OTOMOTIF ELEKTRONIK

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2020/2021
PRAKTIKUM 1 & 2

Terdapat 2 kali praktikum yang telah dilakukan, yang mana tiap-tiap praktikum dilakukan
dalam beberapa pengujian demi mendapatkan hasil yang diinginkan serta mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pada praktikum kali ini kami menggunakan bahan uji berupa engine trainer
Toyota Kijang 5K yang mana telah dilakukan pengecekan sistem pengapian dasar, sistem
kelistrikan dasar dan pengujian konsumsi bahan bakar. Sehingga mendapatkan hasil sebagai
berikut :

 Alat dan Bahan


o Engine Trainer Toyota
Kijang 5K
o Bahan bakar bensin
o Tool Box Set
o Selang
o Gelas takar
o Compression Tester
o Fuller
o Multimeter
A. Pengecekan Awal Pada Mesin

1.1 Pengecekan Celah Klep (Spek In : 0,2 mm, Ex : 0,25 mm)

Pengecekan paling awal yaitu kami melakukan pengecekan pada celah klep, disini
besar kecil jarak celah klep sangat-sangat berpengaruh dalam sistem pengapian sendiri,
karena ketepatan timing masukan bahan bakar dan keluaran gas buang pada sistem
pengapian diatur oleh celah klep ini. Yang mana pengecekan kami lakukan
menggunakan fuller dengan spesifikasi katup masuk yaitu 0,2 mm dan katup buang 0,25
mm. Maka, bilamana celah dirasa terlalu rapat ataupun longgar bisa dilakukan
pengaturan dengan cara melonggarkan baut pada klep dengan kunci 12 lalu ditahan,
setelah itu melonggarkan baut pengatur ketinggan menggunakan obeng minus. Jika
sudah longgar, masukkan fuller dengan standar ketebalan sesuai spesifikasi ke celah
klep, setelah itu dapat dilakukan pengaturan sesuai spesifikasi yang telah ditentukan.
• Silinder 1 : In : 0,2 mm Ex : 0,25 mm

• Silinder 2 : In : 0,2 mm Ex : 0,3 mm


• Silinder 3 : In : 0,2 mm

Ex : 0,25 mm

• Silinder 4 : In : 0,2 mm

Ex : 0,25 mm

1.2 Pengecekan Celah Busi (Spek 0,8 – 1,0 mm)

Pengecekan yang kedua yaitu pada celah busi, busi sendiri merupakan salah satu
komponen dalam sistem pengapian yang tidak kalah pentingnya. Dikarenakan busi
berfungsi untuk memercikkan bunga api ke dalam ruang bakar, sehingga jika busi tidak
bekerja dengan baik, maka mesin akan tersendat-sendat atau bisa saja mesin tidak dapat
menyala karena tidak adanya api. Maka pengaturan celah busi sangat diperlukan, karena
pada prinsipnya yaitu busi memercikkan bunga api atas adanya tegangan listrik yang
sangat tinggi sehingga diperlukannya massa/ground agar listrik dapat mengalir.
Sehingga, celah busi sangat mengatur hal tersebut, pengukuran dilakukan dengan fuller
sesuai spesifikasi yaitu 0,8 – 1,0 mm. Bilamana celah busi dirasa kurang ataupun
melebihi spesifikasi tersebut, maka bisa dilakukan pengaturan dengan cara memasukkan
fuller dengan standar ketebalan sesuai spesifikasi ke celah busi, lalu bisa dilakukan
pelonggaran dengan tang maupun penyempitan dengan dipukul menggunakan palu.
• Silinder 1 = 0,8 mm

• Silinder 2 = 0,8 mm

• Silinder 3 = 0,8 mm

• Silinder 4 = 0,8 mm

1.3 Pengecekan Hambatan Kabel Busi (Spek <25k Ω) dan Kabel Coil

Pengecekan yang selanjutnya kami lakukan dengan memeriksa sistem kelistrikan


yaitu pada kabel busi dan kabel koil. Yang mana, kami mengecek hambatan yang
terdapat pada kabel busi dengan spesifikasi kurang dari 25.000 ohm, serta hambatan pada
kabel koil. Dikarenakan tegangan yang dikeluarkan dari koil sebesar 20KV sehingga
perlu diredam menggunakan kabel ini sebelum diteruskan ke distributor dan busi.
Pengecekan dilakukan menggunakan multitester dengan cara menghubungkan probe
positif dan negatif ke kedua ujung tembaga kabel ini sehingga didapatkan hasil berikut.

• Kabel Busi Silinder 1 = 1k Ω

• Kabel Busi Silinder 2 = 1k Ω

• Kabel Busi Silinder 3 = 1k Ω

• Kabel Busi Silinder 4 = 1k Ω

• Kabel Coil = 2k Ω
1.4 Pengecekan Oli

Selanjutnya yaitu kami lakukan pengecekan pada oli kendaraan, hal ini sangat
penting dikarenakan oli termasuk salah satu penunjang keberhasilan kinerja mesin.
Karena, sebagian besar atau bisa dikatakan keseluruhan bagian mesin terbuat dari logam
yang saling bergesekan satu sama lain. Maka dari itu dibutuhkannya sebuah perantara
agar menghindari terjadinya kerusakan komponen dan mencegah keausan. Disini
pengecekan dilakukan secara visual yaitu dengan melihat kondisi oli masih bersih atau
kotor, lalu tingkat kekentalannya juga perlu diperhatikan. Selain itu banyaknya jumlah
oli dalam mesin perlu kita ketahui pula melalui ketinggan oli yang telah tertera pada
tongkat tap oli, disana dapat kita lihat seberapa banyak oli yang masih tersisa di mesin.
• Kondisi Visual = Kotor

• Tinggi Oli = Melebihi Indikator Full

1.5 Pengecekan Tekanan kompresi

Tekanan kompresi berada dalam ruang bakar itu sendiri, hal ini sangat penting
dikarenakan menentukan seberapa kuatnya kompresi dalam ruang bakar dan sangat
berpengaruh dalam sistem pengapian. Disini kami menggunakan alat Compression
Tester untuk mengukur seberapa tekanan kompresi yang dihasilkan tiap silinder.
• Silinder 1 = 11 Psi

• Silinder 2 = 10,5 Psi

• Silinder 3 = 7 Psi

• Silinder 4 = 12,5 Psi


SILINDER 1 SILINDER 2

SILINDER 3 SILINDER 4
1.6 Pengecekan Celah Platina

Platina berada di dalam distributor, dimana platina sendiri memiliki celah untuk
mengatur timing distribusi kelistrikan ke tiap busi. Dikarenakan hal ini merupakan suatu
hal yang krusial, maka kami lakukan pengecekan agar celah platina senantiasa sesuai
standar spesifikasinya. Cara pengecekannya yaitu menggunakan fuller sesuai standar
spesifikasi, lalu dimasukkan ke dalam celah platina. Bilamana celah terlalu sempit
maupun longgar, bisa dilakukan dengan cara mengatur celah menggunakan obeng minus
untuk melonggarkan baut, setelah itu memasukkan fuller dan melonggarkan celah
menggunakan obeng tersebut.
• Celah Platina = 0,40 mm

B. Pengecekan Konsumsi Bahan Bakar

Pada praktikum yang kedua, kami melakukan pengecekan konsumsi bahan bakar mesin.
Hal ini sangat penting dikarenakan hasil dari pengujian ini dapat mengetahui seberapa
banyak konsumsi bahan bakar mesin yang kami uji. Sehingga, dapat disimpulkan nantinya
bahwasanya konsumsi yang terlalu boros atau sudah efisien. Pengujian ini kami lakukan
menggunakan selang dengan ketinggian 60 cm, dan bahan bakar sebanyak 30 cc.
Selanjutnya terdapat keran yang berfungsi untuk membuka dan menutup jalur bahan bakar
tadi, selang- selang yang tersedia disambungkan ke pompa bahan bakar serta tangki bahan
bakar. Lalu, mesin dinyalakan sesuai rpm yang telah ditentukan, dan dapat kita lihat
seberapa banyak konsumsi bahan bakar selama rentang waktu yang telah ditentukan.
PENGHITUNGAN MENGGUNAKAN STOPWATCH
HASIL PRAKTIKUM

TABEL DATA

DEBIT RATA*
(cc/s) WAKTU REVOLUTIO KONSUMSI
DEBIT
RPM   ABIS CC RUAS N PER BB/LEDAKA
(g/s)
  TIAP SECOND N
  RUAS
800 0,543 17,87 5 13,33 0,195 0,01462866
1000 0,477 14,52 5 16,67 0,241 0,01445711
1500 0,406 12,29 5 25 0,284 0,01136
2000 0,628 7,956 5 33,33 0,439 0,01317132
2500 0,741 6,746 5 41,6 0,5187 0,01246875
3000 0,84 5,953 5 50 0,5873 0,011746

DATA HASIL PEMERIKSAAN

WAKTU ALIRAN (SECOND) RATA-RATA WAKTU ALIRAN


RPM
1 2 3 (SECOND)
800 9,25 9,3 9,05 9,2
1000 10,47 10,49 10,45 10,48
1500 12,22 12,5 12,22 12,29
2000 8,24 7,92 7,71 7,95
2500 6,62 6,76 6,86 6,74
3000 5,99 6,36 6,41 6,25
PERHITUNGAN

Rumus

A. RPS (REVOLUTION PER SECOND (g/s)


RPM
Rumus RPS =
60 s

800
1. =13,33 s
60
1000
2. =16,67 s
60
1500
3. =25 s
60
2000
4. =33,33 s
60
2500
5. =41,6 s
60
3000
6. =50 s
60

B. DEBIT ALIRAN BB (g/s)


g
V ( cc ) x 0,7 3 massa jenis
Rumus debit = cm
waktu(s)
g
5 cc x 0,7
1. cm3 g
=0,195
17,87 s s
g
5 cc x 0,7
2. cm3 g
=0,241
14,52 s s
g
5 cc x 0,7
3. cm3 g
=0,284
12,29 s s
g
5 cc x 0,7
4. cm3 g
=0,439
7,956 s s
g
5 cc x 0,7
5. cm3 g
=0,5187
6,746 s s
g
5 cc x 0,7
6. cm3 g
=0,5873
5,953 s s

C. Massa BB per Ledakan (g/putaran)


g
Debit aliran BB ( )
Rumus debit = s
Revolution per second (RPS)
g
0,195
1. s g
=0,01462866
13,33 putaran
g
0,241
2. s g
=0,01445711
16,67 putaran
g
0,284
3. s g
=0,01136
25 putaran
g
0,439
4. s g
=0,01317132
33,33 putaran
g
0,5187
5. s g
=0,01246875
41,6 putaran
g
0,5873
6. s g
=0,011746
50 putaran
GRAFIK PERBANDINGAN RPM DAN DEBIT

Grafi k Perbandingan RPM DENGAN Debit Aliran BB


0.7

0.6 0.59
DEBIT ALIRAN BAHAN BAKAR (g/s)

0.52
0.5
0.44
0.4

0.3 0.28
0.24
0.2
0.2

0.1

0
800 1000 1500 2000 2500 3000
REVOLUTION PER MINUTE (RPM)

Keterangan :
Grafik diatas menerangkan bahwasanya pengujian perbandingan RPM dengan Debit
Aliran Bahan Bakar yang dilakukan saat mesin sudah mencapai waktu kerja atau singkatnya
dalam keadaan mesin panas. Dimulai dari rpm 800, lalu naik ke rpm 1000 selanjutnya terdapat
kenaikan rpm sebanyak kelipatan 500 hingga rpm tertinggi yaitu 3000 dan didapatkan hasil
bahwasanya ketika berada dalam rpm terendah yang dapat bekerja yaitu 1000 menuju ke rpm
idle yaitu 1500 tidak mengalami kenaikan yang terlalu signifikan. Berbeda ketika grafik bergerak
dari rpm 1500 ke rpm 2000, disana terdapat kenaikan yang bisa dikatakan signifikan ketimbang
sebelumnya. Lantas ketika telah mencapai rpm 2000 dan mengalami kenaikan rpm hingga
mencapai rpm 3000, disana debit aliran bahan bakar cenderung naik tidak sesignifikan
sebelumnya, akan tetapi kenaikannya memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh, bisa dikatakan
hampir sama yaitu dari rpm 2000 ke 2500 mengalami kenaikan sebesar 0,0797 dan naik dari rpm
2500 ke rpm 3000 mengalami kenaikan sebesar 0,0686. Dapat dikatakan hanya terjadi penurunan
kenaikan dengan selisih 0,0111 saja. Maka dapat disimpulkan bahwasanya kenaikan Debit Aliran
Bahan Bakar signifikan terjadi pasca rpm idle saja, seterusnya mengalami kenaikan yang
cenderung sama. Sedangkan pra rpm idle bisa dikatakan kenaikan tidak terlalu signifikan
dibanding pasca.

GRAFIK PERBANDINGAN RPM DAN MASSA BB/LEDAKAN

Grafi k Perbandingan RPM DENGAN massa bahan


bakar/ledakan
MASSA BAHAN BAKAR/LEDAKAN (g/putaran)

0.02
0.01 0.01
0.01 0.01
0.01
0.01 0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0
0
0
800 1000 1500 2 0 00 2 5 00 3 0 00
REVOLUTION PER MINUTE (RPM)

Keterangan :
Grafik diatas menerangkan bahwasanya pengujian perbandingan RPM dengan Massa
Bahan Bakar/Ledakan dilakukan saat mesin sudah mencapai waktu kerja atau singkatnya dalam
keadaan mesin panas. Dimulai dari rpm 800, lalu naik ke rpm 1000 selanjutnya terdapat
kenaikan rpm sebanyak kelipatan 500 hingga rpm tertinggi yaitu 3000 dan didapatkan hasil
bahwasanya massa yang dibutuhkan ketika rpm 800 naik ke rpm 1000 yaitu mengalami
penurunan sebanyak 0,000171548 gram. Lalu rpm dinaikkan dari rpm 1000 ke rpm idle yaitu
1500 dan mengalami penurunan yang drastis sebanyak 0,003097109 gram. Lanttas rpm
dinaikkan kembali ke rpm 2000 dan mengalami kenaikan massa bahan bakar sebanyak
0,001811317 gram. Disini rpm dinaikkan kembali dari rpm 2000 ke rpm 2500 dan mengalami
penurunan massa sebanyak 0,000702567 gram, lalu rpm dinaikkan lagi menjadi rpm 3000 dan
mengalami penurunan massa juga sebanyak 0,00099275. Dapat disimpulkan bahwasanya
terdapat penurunan drastis penggunaan Massa Bahan Bakar/Ledakan yang terjadi pada rpm
terendah yang dapat dilakukan tepatnya sejak rpm 800 dan rpm 1000 dan dinaikkan ke rpm idle
yaitu 1500 mengalami penurunan massa yang signifikan. Setelah itu rpm dinaikkan lagi ke rpm
2000 dan mengalami kenaikan massa, lantas dinaikkan lagi hingga ke rpm 2500 serta rpm 3000
dan mengalami penurunan massa yang tidak terlalu signifikan dan cenderung memiliki jumlah
penurunan yang sama seperti digambarkan oleh grafik. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
semakin tinggi rpm mesin maka penggunaan bahan bakarnya semakin rendah.
Anggota Kelompok :

1. Firman Rohmadani (12)

2. Galang Manggala Yuda (13)

3. Ibnu Gazali Mursy (14)

4. Kynan Al-Ghani (16)

5. Rizqi Naufal (23)

6. Verina Ardiansyah (25)

Anda mungkin juga menyukai