Anda di halaman 1dari 52

PENDAHULUAN

Kapasitas Dukung Tanah :


Kemampuan tanah dalam menahan beban yang
bekerja padanya

Sumber beban :
 Pondasi  transfer beban dari struktur di
atasnya
 Beban langsung (beban bergerak) 
pergerakan kendaraan pada perkerasan jalan
Pentingnya kita mempelajari kapasitas dukung
tanah …….
Keruntuhan kapasitas dukung tanah 
penurunan tanah  ketidakstabilan
konstruksi
Tinjauan Analisis Kapasitas Dukung Tanah :

 Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)


 Pondasi Telapak (Foot Plate)
 Pondasi Menerus (Continuous Footing)
 Strap Footing
 Mat Footing
 Pondasi Kaison/Sumuran (Caisson Foundation)
 Pondasi Dalam (Deep Foundation)
 Pondasi Tiang Pancang (Driven Pile Foundation)
 Pondasi Tiang Bore (Bored Pile Foundation)
Keruntuhan kapasitas dukung tanah yang
ditinjau pada materi ini :
 Pada pondasi dangkal (shallow foundation)

 Tipe pondasi Menerus (continuous footing)


Beban

Fase 1 :
Penurunan

S1 S2 S3 Tanah di bawah pondasi turun  terjadi deformasi


tanah pada arah vertikal dan horizontal ke bawah
I II III
Penurunan yang terjadi sebanding dengan besar
beban (selama beban yang bekerja cukup kecil)
 Tanah dalam kondisi keseimbangan elastis
Massa tanah di bawah pondasi mengalami kompresi
 kenaikan kuat geser tanah  kapasitas dukung
bertambah
Beban
Penurunan

zona plastis
S1 S2 S3 Fase 2 :
I II III Terbentuk baji tanah pada dasar pondasi
Deformasi plastis tanah dimulai dari ujung tepi
Pondasi  zona plastis semakin berkembang seiring
dengan pertambahan beban
Gerakan tanah arah lateral makin tampak  tampak
retakan lokal dan geseran tanah di sekeliling tepi
pondasi
Kuat geser tanah sepenuhnya berkembang untuk
menahan beban pada zona plastis
Beban
Penurunan

S1 S2 S3
I II III Bidang runtuh
(failure plane)
Fase 3 :
Deformasi tanah semakin bertambah  diikuti
dengan menggelembungnya tanah permukaan 
tanah mengalami keruntuhan.
Bidang runtuh berbentuk lengkungan dan garis yang
disebut bidang geser radial dan bidang geser linier
General Shear Failure
PROSES KERUNTUHAN
Baji tanah di bawah di dasar pondasi
terbentuk (zona A)
C
A baji kemudian menekan tanah di
B
bawahnya sehingga terbentuk zona
plastis yang semakin lama semakin
berkembang (zona B)
2 zona ini bergerak ke arah luar dan
ditahan oleh tanah di zona C
Saat tahanan tanah di zona C
terlampaui  terjadi gerkan tanah yang
mengakibatkan penggembungan tanah
di sisi pondasi.
General Shear Failure

KARAKTER KERUNTUHAN
1. Kondisi keseimbangan plastis
terjadi penuh di atas failure plane
2. Muka tanah di sekitarnya
mengembang naik
3. Keruntuhan (slip) terjadi pada salah
A C satu sisi sehingga pondasi miring
B 4. Terjadi pada tanah dengan
kompresibilitas rendah atau kaku
5. Kapasitas dukung tanah ultimit (qult)
dapat teramati dengan baik
6. Keruntuhan terjadi relatif mendadak
dan diikuti penggulingan pondasi
Local Shear Failure

KARAKTER KERUNTUHAN
Bidang runtuh yang terbentuk tidak
sampai ke permukaan tanah
Pergerakan pondasi bersifat tenggelam
 terjadi pada tanah dengan
kompresibilitas tinggi
C
A Mampatnya tanah tidak sampai
B
mengakibatkan tercapainya
kedudukan kritis tanah keruntuhan
tanah
Zona plastis tidak berkembang
Kuat dukung ultimit tanah (qult) susah
diamati
Punch / Penetration Shear Failure

PROSES KERUNTUHAN
Menyerupai GSF

KARAKTER KERUNTUHAN
Tidak terjadi keruntuhan geser tanah
Penurunan pondasi bertambah secara linier seiring dengan penambahan beban
Pemampatan tanah terjadi terbatas pada area di sekitar dasar pondasi
Penurunan yang terjadi tidak cukup memberikan gerakan ke arah lateral yang
menuju kedudukan kritis tanah  kuat geser ultimit tanah tidak tercapai
qultimit tanah tidak tercapai.
Bidang runtuh tidak nampak sama sekali
General Shear Failure Local/Punching Shear Failure
Occurs in dense/stiff soil Occurs in loose/soft soil
Φ>36o, N>30, ID>70%, Cu>100 kPa Φ<28o, N<5, ID<20%, Cu<50 kPa

Results in small strain (<5%) Results in large strain (>20%)


Failure pattern well defined & clear Failure pattern not well defined
Well defined peak in P-Δ curve No peak in P-Δ curve
Bulging formed in the neighbourhood of footing at the No Bulging observed in the neighbourhood of
surface footing

Extent of horizontal spread of disturbance at the surface Extent of horizontal spread of disturbance at the
large surface very small

Observed in shallow foundations Observed in deep foundations


Failure is sudden & catastrophic Failure is gradual
Less settlement, but tilting failure observed Considerable settlement of footing observed
 Beberapa teori kapasitas dukung tanah :
 Terzaghi (dan contoh soal)
 Skempton(dan contoh soal)
 Meyerhoff (dan contoh soal)
 Brinch Hansen (dan contoh soal)
 Vesic (dan contoh soal)
Secara umum daya dukung dapat ditulis
sbb:

qu = c.c Nc + q. D.Nq + .0,5  B.N

dimana:
c, q,  = faktor koreksi yang tergantung
pada bentuk,kedalaman,kemiringan:
beban, muka tanah, dasar pondasi
Asumsi yang digunakan :
 Pondasi berbentuk memanjang tak berhingga (continous footing)
 Tanah dasar homogen
 Berat tanah di atas dasar pondasi diganti dengan beban terbagi
rata Po = Df.g
 Tahanan geser di atas dasar pondasi diabaikan
 Dasar pondasi kasar
 Bidang keruntuhan berupa lengkung spiral logaritmis dan linier
 Baji tanah yang terbentuk di dasar pondasi dalam kedudukan
elastis dan bergerak bersama – sama dengan dasar pondasi
 Pertemuan antara sisi baji dan dan dasar pondasi membentuk
sudut (b)sebesar sudut gesek dalam tanah (j)
 Berlaku prinsip superposisi
B
Pu
b  j (analisis Terzaghi)
.Df
b
H A I B 45-j/2 45-j/2 F
III Ppn j c c j Ppn III
II Pp D Pp II
G E

Persamaan Umum : qu  c.Nc  po .Nq  0,5.B. .N

dengan po  D f .

Dari mana asal persamaan ini ????


B
Pu
b  j (analisis Terzaghi)
.Df
Pu  W  2.Pp . cos( b - j )  2.BD.c. sin b
b
1
W B 45-j/2 45-j/2 F Pu  B.qu BD 
B
c 3 2. cos b
D
Pp 2
E
b= j  cos (b-j)  1

B.qu  1 .B 2 . .tgj  2.P p  B.c.tgj


4
dengan :
Pp : tekanan pasif total yang bekerja pada bidang BD dan AD
W : berat baji tanah ABD per satuan panjang
= ¼.B2..tg b
c : kohesi tanah
B : sudut antara bidang BD dan BA
B/
2
B
B
Pu
b  j (analisis Terzaghi)
H/ j
H
.Df
2
akibat kohesi (Ppc)
b D
1 d=f
B 45-j/ 2 45-j/ 2
F
3
D Ppn c.H.Kpc
Pp
2
E B/
2

B
H/ j
H 2
akibat beban terbagi rata (Ppq)
Pp  Tekanan Tanah Pasif Total D
d=f

Pp = Ppc + Ppq + Pp po.H.Kpq

B/
Ppc : tahanan tanah pasif dari komponen 2

kohesi tanah (BDEF) B


j
Ppq : tahanan tanah pasif akibat beban H= B/
2.tg f
terbagi rata di atas dasar Pondasi
(di atas BF) D akibat Berat Tanah (Pp)
d=f
Pp : tahanan tanah pasif akibat berat tanah
1/ 2
2..H .Kp
(BDEF)
Tekanan tanah pasif yang bekerja tegak lurus (arah normal) sisi baji tanah (BD)
adalah Ppn

2
K p 
Ppn 
H
sin 
 
1
c.K pc  po .K pq   .H  
2  sin  

dengan H = ½.B.tg j dan   180 - j (sudut antara bidang DB dan BF)


Kpc : koefisien tekanan tanah pasif akibat kohesi
Kpq : koefisien tekanan tanah pasif akibat beban terbagi rata
Kp : koefisien tekanan tanah pasif akibat berat tanah di atas dasar Pondasi
Gesekan antara tanah dan bidang BD menyebabkan arah Pp miring sebesar d
Nilai d = j karena gesekan terjadi antara tanah dan tanah

Ppn Ppn
Pp    Ppn  Pp . cos d  Pp . cos j
cos d cos j
Persamaan umum Pp menjadi :

2  tgj 
Pp 
B
2 cos j
c
.K  p .K 

1
 .B   K p
 cos j 
2 pc o pq 2
8

Substitusi Pp ke Persamaan di bawah ini

B.qu  1 .B 2 . .tgj  2.P p  B.c.tgj


4
Akan menghasilkan

 K pc   K pq  1  K p 
Pu  B.c   tgj   B. po    4 .B . .tgj 
2
- 1
 cos j  cos j   cos j
2 2 2
 
Secara singkat : qu  qc  qq  q
Persamaan Umum Kapasitas Dukung Tanah untuk Pondasi Memanjang menurut
Teori Terzaghi (1943) :

qu  c.Nc  po .Nq  0,5.B. .N


Df.

dengan :
qu : kapasitas dukung ultimit tanah untuk Pondasi memanjang (kPa)
c : kohesi (kPa)
Df : kedalaman Pondasi (m)
 : berat volume tanah (kN/m3)
Po : tekanan over burden pada dasar Pondasi (kPa)
Nc, Nq, N : faktor kapasitas dukung tanah Terzaghi
Nilai Nc, Nq dan N dapat dicari dari:
1. Grafik Hubungan j dan Nc, Nq dan N (Terzaghi, 1943)
2. Secara analitis

Grafik Hubungan j dan Nc, Nq dan N untuk sembarang j (Terzaghi, 1943)


Tabel nilai-nilai faktor kapasitas dukung tanah Terzaghi
General Shear Failure Local Shear Failure
f (o )
Nc Nq N N’c N’q N’

0 5,7 1,0 0,0 5,7 1,0 0,0


5 7,3 1,6 0,5 6,7 1,4 0,2
10 9,6 2,7 1,2 8,0 1,9 0,5
15 12,9 4,4 2,5 9,7 2,7 0,9
20 17,7 7,4 5,0 11,8 3,9 1,7
25 25,1 12,7 9,7 14,8 5,6 3,2
30 37,2 22,5 19,7 19,0 8,3 5,7
34 52,6 36,5 35,0 23,7 11,7 9,0
35 57,8 41,4 42,4 25,2 12,6 10,1
40 95,7 81,3 100,4 34,9 20,5 18,8
45 172,3 173,3 297,5 51,2 35,1 37,7
48 258,3 287,9 780,1 66,8 50,5 60,4
50 347,6 415,1 1153,2 81,3 65,6 87,1
Korelasi parameter kapasitas dukung tanah antara
keruntuhan geser umum dan keruntuhan geser lokal
tg j’ = (2/3) tg j c’ = (2/3) c
dengan
j’ : sudut gesek internal tanah pada local shear failure
c’ : kohesivitas tanah pada local shear failure
Persamaan kapasitas dukung tanah untuk Local Shear
Failure
qu  c.Nc  po .Nq  0,5.B. .N
dengan N’c, N’q dan N’g adalah parameter kapasitas
dukung tanah Terzaghi untuk local shear failure
Beberapa istilah dalam kapasitas dukung tanah
menurut Terzaghi:
 Tekanan pondasi total

 Tekanan pondasi netto

 Kapasitas dukung tanah ultimit

 Kapasitas dukung tanah ultimit netto

 Kapasitas dukung tanah perkiraan

 Kapasitas dukung tanah izin

 Faktor aman
Pengaruh Bentuk Pondasi pada Persamaan
Kapasitas Dukung Tanah
1. Pondasi Lajur Memanjang
kapasitas dukung ultimit (qu)  qu = c.Nc + po.Nq + 0,5.B..N
kapasitas dukung ultimit netto (qun)  qu = c.Nc + po.(Nq -1)+ 0,5.B..N

2. Pondasi Berbentuk Bujur Sangkar


kapasitas dukung ultimit (qu)  qu = 1,3.c.Nc + po.Nq + 0,4.B..N
kapasitas dukung ultimit netto (qun)  qu = 1,3.c.Nc + po.(Nq -1)+ 0,4.B..N

3. Pondasi Berbentuk Lingkaran


kapasitas dukung ultimit (qu)  qu = 1,3.c.Nc + po.Nq + 0,3.B..N
kapasitas dukung ultimit netto (qun)  qu = 1,3.c.Nc + po.(Nq -1)+ 0,3.B..N

4. Pondasi Berbentuk Empat Persegi Panjang


qu = c.Nc (1+0,3.B/L) + po.Nq + 0,5.B.. N(1- 0,2.B/L)
 Pengaruh keberadaan air tanah pada
Persamaan Kapasitas Dukung Tanah
Persamaan Umum :
qu  c.Nc  po .Nq  0,5.B. .N
Df
Suku ke-1 Suku ke-2 Suku ke-3
B
Kondisi 1 dw
muka air tanah terletak sangat dalam (jauh di bawah dasar z
Pondasi)  z >>B, maka :
pada suku ke-2  nilai po = Df.b
pada suku ke-3  nilai  adalah b atau d
mat
paremeter kuat geser yang digunakan adalah dalam
tinjauan tegangan efektif (c’ dan j’)
(1)
Kondisi 2
muka air tanah terletak pada kedalaman z di bawah dasar
Pondasi (z<B) maka :
pada suku ke-2  nilai po = Df.b
pada suku ke-3  nilai  adalah rt karena zona geser di
Df
bawah Pondasi sebagian terendam
air. B
sehingga rt = ’ + (z/B)(b-’) z dw
mat

(2)
Kondisi 3
Df dw muka air tanah terletak pada dasar Pondasi maka :
pada suku ke-2  nilai po = Df .b
B
pada suku ke-3  nilai  adalah ’ (karena zona
(3) geser di bawah Pondasi
sepenuhnya terendam air)
Kondisi 4
muka air tanah terletak di atas dasar Pondasi maka :
Df dw pada suku ke-2  nilai po = ’(Df - dw) + b.dw

pada suku ke-3  nilai  adalah ’ (karena zona


B geser di bawah Pondasi
sepenuhnya terendam air)
(4)
Kondisi 5
muka air tanah di permukaan maka :
Df pada suku ke-2  nilai po = ’.Df

pada suku ke-3  nilai  adalah ’ (karena zona


B geser di bawah Pondasi
sepenuhnya terendam air)
(5)
1
qu  cN c Fcs Fcd Fci  qN q Fqs Fqd Fqi   BN F s F d F i
2

 Fcs , Fqs , Fs = faktor bentuk


 Fcd , Fqd , Fd = faktor kedalaman
 Fci , Fqi , Fi = faktor inklinasi
 F. BENTUK F. KEDALAMAN F. INKLINASI

D 2
B Fcd  1  0.2 K p  bo 
Fcs  1  0.2 K p B Fci  Fqi  1 - 
L D  90 
B Fqd  1  0.1 K p 2
Fqs  1  0.1K p B  b
L F i  1 - 
B Fd  1  0.1 K p
D  f
Fs  1  0.1K p B
L Q
R
K p  tan 2  45  f  b
 2 T
 Persamaan didasarkan eksperimental dan teoritis
 Bidang runtuh sama dengan terzaghi tetapi sudut 
sama dengan Meyerhof
 Persamaan memasukan pengaruh bentuk,kedalaman,
inklinasi, kemiringan dasar tanah dan kemiringan
permukaan tanah.

qu  cN c Fcs Fcd Fci Fcb Fcd  qNq Fqs Fqd Fqi Fqb Fqd 
1
2 BN Fs Fd Fi Fb Fd
 Kemiringan permukaan : Fcb , Fqb , Fb
 Kemiringan dasar pondasi : Fcd , Fqd , Fd

b b
D
D

d
 
 B  N  Fqi  1 -
0.5T

Fcs  1     q   Q  B . L.c cot f 
 L   Nc  a

Fsi  Fqi -
(1 - Fqi )
B (N q - 1)
Fqs  1    tan f Apa sin ?
L
 0.7T 
B Fi  1 - 
F s  1 - 0.4    Q  cos b . B.L.c a cot f 
L
Q
b

T
d
 Df/B < 1 Df/B>1

D 
D  Fcd  1  0.4 tan -1  f 
Fcd  1  0.4  f   B 
 B  D 
Fqd  1  2 tan f (1 - sin f ) tan -1  f 
2
Df
Fqd  1  2 tan f (1 - sin f ) 2  B 
B F d  1
F d  1
FAKTOR KEMIRINGAN FAKTOR KEMIRINGAN
PERMUKAAN TANAH DASAR PONDASI

Fqb  (1 - 0.5 tan b ) Fqd  e -0.035d tanf


5

Fb  (1 - 0.5 tan b ) Fd  e -0.047d tanf


5

1 - Fqb 1 - Fqd
Fcb  Fqb - Fcd  Fqd -
147 .3 147.3
qu  cN c Fcs Fcd Fci Fcb Fcd  qNq Fqs Fqd Fqi Fqb Fqd 
1
2 BN Fs Fd Fi Fb Fd
Faktor daya dukung sama dengan Hansen
kecuali N:
N  2(Nq  1)tan f

Faktor Inklinasi:
m
 T 
Fqi  1 - 
 Q  B.L.ca cotf 

Fsi  Fqi -
(1 - Fqi )
(N q - 1)
m 1
 T 
Fi  1 - 
 Q  cos b .B.L.ca cotf 
FAKTOR KEMIRINGAN FAKTOR KEMIRINGAN
DASAR PONDASI PERMUKAAN TANAH

Fqd  (1 - 0.0176 tan f ) Fqb  (1 - tan b )


2 2

Fd  (1 - 0.0176 tan f ) Fb  (1 - tan b )


2 2

1 - Fqd 1 - Fqb
Fcd  Fqd - Fcb  Fqb -
147 .3 147 .3

D1  Kasus 1
D2

 Kasus 2

 d
  Kasus 3

 Kasus 1:
q  D1  D2 (  sat -  w )
d
0  d  B    ' (  -  ')
 Kasus 2: B
 Kasus 3: d  B tidak ada pengaruh
PONDASI PADA TANAH PASIR

qu  DN q  1 2 BN
qu  DN q  0.4BN
qu  DN q  0.3BN
qu  DN q  (1 - 0.2 B / L ) 1 2 BN
Pada tanah lempung dengan f  0 (kecil) harus
dipastikan bahwa tanah lempung bukan tanah
lempung ekspansif

qu  cu Nc  D
 Tanah lempung jenuh

qu  cu Nc  DNq

 Faktor Daya dukung Nc


 - D=0 Nc = 5.14 pondasi memanjang
 Nc = 6.20 pondasi lingkaran,
bujursangkar
 - 0 <D<2.5B Nc= (1+0.2D/B). Nc (permukaan)
 - D > 2.5 Nc= 1.5 Nc (permukaan)
P

M
P

M
e
P
B
R
e
qmin e < B/6
qmax
qmin e > B/6
qmax

qmin qmax e = B/6


P

e
qmin qmax e = B/6
qmin e < B/6
qmax
qmin e > B/6
qmax
B
B-2e

e
Tegangan kontak : tegangan akibat beban

Menentukan eksentrisitas DPT


C
M net B
X ; e -X
V 2

Anda mungkin juga menyukai