Content List:
• Jaminan Kesehatan Nasional
• Puskesmas
• Posyandu
• Promosi Kesehatan
• Level of Prevention
• Sistem Rujukan
• Hubungan Dokter Pasien
• Prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga
• Bentuk Keluarga
• Family Asessment Tool
• Five Stages of Grief
• Epidemiologi
• Pola Epidemi Penyakit Menular
• Pengadaan Imunisasi Massal
• Ukuran Frekuensi Penyakit
• Desain Penelitian
• Teknik Pengambilan Sampel
• Jenis Data
• Uji Hipotesis
• Uji Diagnostik
Jaminan Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
(BPJS Kesehatan) adalah badan hukum yang
Nasional dibentuk untuk menyelenggarakan program
Jaminan Kesehatan.1
Badan Asuransi di Indonesia
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI)
• BPJS-Kesehatan (BPJS-Kes) adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai
Mengelola asuransi kesehatan bagi seluruh Peserta program Jaminan Kesehatan. PBI Jaminan
Warga Negara Indonesia. Mengelola asuransi bagi Kesehatan memenuhi syarat:1
seluruh masyarakat umum.1 • Penduduk warga negara Indonesia;
• BPJS Ketenagakerjaan (BPJS-TK)
• Memiliki NIK yang terdaftar di Direktorat
Badan asuransi yang mengelola asuransi Jenderal yang menangani bidang
kesehatan bagi pekerja.2
kependudukan dan catatan sipil; dan
• Jasa Raharja • Terdaftar dalam data terpadu
Badan asuransi yang mengelola asuransi
kesejahteraan sosial.
kesehatan/ kecelakaan bagi korban kecelakaan lalu Besaran iuran yang dibayarkan oleh
lintas sesuai dengan syarat dan aturan yang pemerintah yaitu sebesar Rp23.000,00 per orang
berlaku.3,4 per bulan. Peserta akan mendapatkan layanan
kelas 3.1
Sistem Pembiayaan Asuransi
Kapitasi: Sistem pembiayaan BPJS kepada Fasilitas Pekerja Penerima Upah (PPU) adalah setiap orang
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang berikan per yang bekerja pada Pemberi Kerja dengan menerima
bulan sesuai dengan banyaknya jumlah peserta Gaji atau Upah. PPU terdiri atas: 1
yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan • Pejabat Negara;
jumlah pelayanan yang diberikan.1 • Pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan
Indonesian Case Based Groups (INA-CBGs): Sistem Rakyat Daerah;
pembiayaan dimana total tarif pelayanan telah • PNS;
ditentukan sebelum layanan diberikan dan • Prajurit;
disesuaikan dengan kasus yang ditangani.5 • Anggota Polri;
Out of Pocket: Sistem pembiayaan dimana • Kepala Desa dan Perangkat Desa;
penerima layanan membayarkan langsung jumlah • Pegawai Swasta; dan
biaya layanan kesehatan secara mandiri kepada • Pekerja/pegawai lainnya yang menerima
pemberi layanan. Gaji atau Upah.
Fee for Service: Sistem pembiayaan yang Anggota keluarga dari Peserta PPU yang
ditetapkan jumlahnya setelah pemberian terdaftar sebagai tanggungan meliputi:1
pelayanan selesai sehingga jumlah disesuaikan ➢ istri/suami yang sah,
dengan layanan yang diberikan ➢ anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang
sah, dan anak angkat yang sah, paling banyak 4
Jaminan Kesehatan Nasional (empat) orang dengan kriteria:
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa • Tidak atau belum pernah menikah atau
perlindungan kesehatan agar Peserta memperoleh tidak mempunyai penghasilan sendiri;
manfaat pemeliharaan kesehatan dan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar • Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang atau belum berusia 25 (dua puluh lima)
telah membayar Iuran Jaminan Kesehatan atau tahun bagi yang masih menempuh
Iuran Jaminan Kesehatannya dibayar oleh pendidikan formal.
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.1
➢ Selain anggota keluarga sebagaimana Iuran bagi Peserta PBPU dan Peserta BP yaitu
dimaksud, Peserta PPU dapat sebesar:1
mengikutsertakan anggota keluarga yang lain. a. Rp42.000,00 (empat puluh dua ribu
meliputi anak ke-4 (empat) dan seterusnya, rupiah) per orang per bulan dengan
ayah, ibu, dan mertua. Manfaat pelayanan di ruang perawatan
Besaran iuran bagi Peserta PPU yaitu sebesar 5% Kelas III;
(lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan b. Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per
ketentuan: 1 orang per bulan dengan Manfaat
a. 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi pelayanan di ruang perawatan Kelas II;
Kerja; dan atau
b. 1 % (satu persen) dibayar oleh Peserta. c. Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu
rupiah) per orang per bulan dengan
Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) adalah Manfaat pelayanan di ruang perawatan
setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko Kelas I.
sendiri. Golongan yang termasuk kedalam
kelompok PBPU diantaranya: 1
Asuransi Kesehatan pada
• Warga negara asing yang bekerja di
Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan Kecelakaan Lalu Lintas
dan anggota keluarganya, Jenis Kecelakaan yang ditanggung oleh Jasa
• Pekerja di luar hubungan kerja atau Raharja: 3,4
Pekerja mandiri; dan • Kecelakaan di angkutan umum, dan
• Pekerja lainnya yang bukan penerima gaji penumpang masih berada di dalam
atau upah. angkutan umum
• Korban yang berada di ata skapal fery dan
Bukan Pekerja (BP) adalah setiap orang yang bukan kapal mengalami kecelakaan.
termasuk kelompok PPU, PBPU, PBI, dan penduduk • Korban kecelakaan kendaraan umum yang
yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah. mayatnya tidak ditemukan berdasarkan
Golongan yang termasuk ke dalam kelompok BP atas keputusan pengadilan negeri.
diantaranya: 1 Sedangkan yang berhak mendapatkan
• investor; santunan jasa raharja adalah sebagai berikut: 3,4
• pemberi kerja; • Setiap orang yang mengalami kecelakaan
• penerima pensiun; oleh angkutan umum, misalnya pejalan
kaki yang tertabrak angkutan umum dll.
• veteran;
• Orang yang beradadi kendaraan bermotor
• perintis kemerdekaan;
kemudian mengalami kecelakaan yang
• janda, duda, atau anak yatim &< dari
bukan disebabkan oleh
Veteran atau Perintisan Kemerdekaan;
pengemudikendaraan tersebut
dan
• Tabrakan2 atau lebih kendaraan bermotor
• BP lainnya yang mampu membayar Iuran.
• Kasus tabrak lari yang sudah terbukti
Diagram Pengelompokkan Peserta BPJS 1
Referensi
Referensi:
1. Kepmenkes RI No: 128/Menkes/ SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
2. Permenkes RI No. 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas
Posyandu
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) memberikan kemudahan kepada masyarakat
merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar,
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola utamanya untuk mempercepat penurunan angka
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama kematian ibu dan bayi. Jumlah ideal posyandu
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan adalah 1 posyandu per 100 balita atau per 1 RW.1
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
Kategori Posyandu 1
Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
Frekuensi Penimbangan <8 >8 >8 >8
Jumlah Kader <5 ≥5 ≥5 ≥5
Cakupan D/S <50% <50% ≥50% ≥50%
Cakupan KIA <50% <50% ≥50% ≥50%
Cakupan KB <50% <50% ≥50% ≥50%
Cakupan Imunisasi <50% <50% ≥50% ≥50%
Program Tambahan - - + +
Cakupan Dana Sehat <50% <50% <50% ≥50%
Meja 4
Meja 3 Meja 5
Meja 1 Meja 2
Penyuluhan
Pencatatan Imunisasi,
Pendaftaran Penimbangan dan Pelayanan
KMS Suplemen, KB
Gizi
Meja 4 Meja 5
Meja 3 Pengukuran TD,
Meja 1 Meja 2 Konseling,
Pengukuran GDS, Kolesterol, edukasi dan
Pendaftaran Anamnesis BB/TB-IMT dan TAG dan tindak lanjut
lingkar perut penunjang
lainnya
Referensi:
1. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Depkes RI 2011
2. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), Kementrian
Kesehatan RI 2012
Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan dala kesehatan lisan. Metode ini mudah dilaksanakan tetapi
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran menjadi membosankan jika terlalu lama.1
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar • Seminar:
mereka dapat menolong diri sendiri, serta Metode ini hanya cocok untuk pendidikan
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya formal menengah ke atas. Seminar adalah suatu
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau
beberapa orang ahli tentang suatu topik yang
didukung kebijakan publik yang berwawasan
dianggap penting dan dianggap hangat di
kesehatan1.
masyarakat.1
Sasaran dalam kegiatan promosi
kesehatan diantaranya:1
Kelompok Kecil (peserta <15 orang)
Sasaran primer: Individu atau kelompok yang
• Diskusi kelompok:
diharapkan berubah perilakunya.1
Diskusi dipimpin oleh 1 orang pemimpin
Sasaran sekunder: individu atau kelompok yang
diskusi, pemimpin memberi pertanyaan atau kasus
memiliki pengaruh dan mampu membantu
sehubungan dengan topik yang dibahas untuk
merubah perilaku sasaran primer.1 mendorong peserta berpikir kritis,
Sasaran tersier: individu atau kelompok yang mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan.1 menyumbangkan pikirannya untuk mengambil satu
atau beberapa alternatif jawaban untuk
Metode Promosi Kesehatan memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan
Metode dala kegiatan promosi kesehatan menurut yang seksama.1
banyaknya peserta dapat dibagi ke dalam: 1 • Curah Pendapat(Brain Storming):
Prinsipnya sama dengan metode diskusi
Individu/ Perorangan kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin
kelompok memancing dengan satu masalah dan
• Bimbingan dan penyuluhan (guidance and
kemudian tiap peserta memberikan jawaban-
counseling):
jawaban atau tanggapan (curah pendapat).
Kontak antara klien dan petugas lebih intensif
Sebelum semua peserta mencurahkan
menyebabkan setiap masalah yang dihadapi oleh
pendapatnya, tidak boleh diberikan komentar oleh
klien dapat digali dan dibantu penyelesaiannya,
siapapun. Harus setelah semua mengeluarkan
sehingga klien akan dengan sukarela, berdasarkan
pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari,
kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima/
dan akhirnya terjadi diskusi.1
mengubah perilakunya. 1
• Bola salju (snowballing):
• Interview (wawancara):
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1
Wawancara antara petugas kesehatan dengan
pasang 2 orang) kemudian dilontarkan suatu
klien untuk mengetahui apakah klien memiliki
pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5
kesadaran dan pengertian yang kuat tentang
menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi 1.
informasi yang diberikan (perubahan perilaku yang
Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut,
diharapkan), juga untuk menggali informasi
dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap-tiap
mengapa ia tidak atau belum menerima
pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
perubahan, ia tertarik atau belum menerima
bergabung lagi dengan pasangan lainnya dst,
perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah,
sampai akhirnya akan terjadi diskusi seluruh
maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.1
anggota kelompok.1
• Kelompok kecil (buzz group):
Kelompok Besar (peserta >15 orang) Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-
• Ceramah: kelompok kecil (buzz group) yang kemudian diberi
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan suatu permasalahan yang sama atau tidak sama
tinggi maupun rendah. Merupakan metode dengan dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil
dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari Edgar Dales’s Cone of Experience
kesimpulannya.1
• Role play:
Beberapa anggota kelompok diunjuk sebagai
pemegang peran tertentu untuk memainkan
peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas,
sebagai perawat, atau bidan, dan sebagainya,
sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau
anggota masyarakat. Mereka memperagakan,
misalnya bagaimana komunikasi/interaksi sehari-
hari dalam melaksanakan tugas.1
• Simulation game:
Gabungan antara role play dengan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam
beberapa bentuk permainan seperti permainan Efektivitas promosi kesehatan dapat dipandu
monopoli. Cara memainkannya persis seperti dengan memerhatikan Edgar Dales’s cone of
bermain monopoli dan menggunakan dadu, gaco experience.2
(petunjuk arah) selain papan main. Beberapa orang
menjadi pemain dan sebagian lagi berperan sebagai
narasumber.1 Health, Illness and Sick-Role
Behaviour
Massa/ Publik1 Health Behaviour: aktivitas yang dilakukan
• Ceramah umum (public speaking) oleh seseorang dengan kepercayaan bahwa dia
• Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan sehat dan mencoba untu mencegah serta
melalui media elektronik, baik TV maupun mendeteksi penyakit secara dini pada tahap
radio. asimtomatis.3
• Simulasi, dialog antara pasien dengan Contoh: seorang anak melakukan medical checkup
dokter atau petugas kesehatan lainnya karena salah satu orangtuanya meninggal akibat
tentang suatu penyakit atau masalah serangan jantung.
kesehatan. Illness Behaviour: aktivitas yang dilakukan
• Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik oleh seseorang yang merasa sakit untuk
dalam bentuk artikel maupun tanya jawab mengidentifikasi penyakit yang diderita dan
atau konsultasi tentang kesehatan. mendapatkan pengobatan.3
• Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, Contoh: seorang yang merasa dirinya demam pergi
spanduk, poster, dan sebagainya. ke dokter umum untuk memeriksakan dirinya.
Sick Role Behaviour: aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang untuk merasa lebih baik
dari kondisi sakit yang sedang diderita.3
Contoh: seorang pasien meminta omeprazole
karena telah terbiasa meminum obat tersebut
untuk mengobati nyeri ulu hati yang diderita.
Referensi:
1. Susilowati Dwi. 2016. Promosi Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
2. "Edgar Dale's Cone of experience: a quasi-experimental analysis." International Journal of Instructional
Media, vol. 37, no. 4, 2010, p. 431+.
3. Larsen D Pamala. 2008. Illness Behaviour. Jones Bartlett Publisher
Level of Prevention1
•Mencegah terbentuknya faktor risiko penyakit
•Contoh: Pembangunan Sarana Olahraga, penyuluhan pentingnya
Primordial
Prevention ASI Eksklusif
•Deteksi dini penyakit pada stadium awal sebelum adanya tanda dan
gejala
Secondary
Prevention •Contoh: Screening Ca Servix
Referensi
1. Irhuma EB Amer. 2009. Foundations for Health Promotion Levels of Prevention. Libya: Sebha Medical
Journal, Vol. 8(2).
Sistem rujukan
Jenis Rujukan Definisi Contoh
Interval Referral Pasien dirujuk ke dokter lain dalam jangka Pasien hipertensi dirujuk ke dokter
waktu tertentu. Selama jangka waktu spesialis mata untuk penanganan
tersebut, dokter sebelumnya tidak ikut retinopati hipertensi
menangani pasien tersebut.
Collateral Referral Pasien dirujuk ke dokter lain karena satu Pasien dirujuk dari dokter gigi ke
permasalahan/kondisi. Selama jangka dokter umum karena hipertensi dan
waktu tersebut, dokter sebelumnya tetap pasien memiliki hipertensi tidak
menangani pasien tersebut. terkontrol
Cross Referral Pasien dirujuk ke dokter lain disertai Pasien susp appendicitis dirujuk ke
penyerahan wewenang dan bagian obgyn karena dari pemeriksaan
tanggungjawab secara penuh sehingga penunjang telah dikonfirmasi bahwa
dokter sebelumnya tidak lagi menangani pasien menderita KET
pasien tersebut.
Split Referral Pasien dirujuk ke beberapa dokter Pasien DM dirujuk ke dokter spesialis
sekaligus dalam satu waktu bedah untuk komplikasi ulkus
diabetikum dan mata untuk retinopati
diabetikum
Horizontal Referral Rujukan antar pelayanan kesehatan Merujuk pasien puskesmas ke RS tipe C
dalam satu tingkatan.
Vertical Referral Rujukan antar pelayanan kesehatan yang Merujuk pasien RS tipe B ke RS tipe B
berbeda tingkatan.
Tipe Hubungan Dokter-Pasien Continuous:
The Priestly Model: Memastikan pelayanan kesehatan yang
Dokter mengambil keputusan berdasarkan ilmu berkelanjutan.2
kedokteran dan penilaian terbaik tanpa Compehensive:
mempertimbangkan pendapat pasien. (Dokter Memberikan pelayanan kesehatan dengan prinsip
dominan)1 promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
The Collegial Model: terhadap pasien.2
Dokter dan pasien saling bekerja sama untuk tujuan Coordinated:
yang sama. (Dokter dan pasien adalah mitra serta Memberikan pelayanan yang bekerja sama secara
tidak saling mendominasi)1 tim bersama dengan tenaga medis lainnya serta
The Engineering Model: dapat merujuk pasien dengan tepat.2
Dokter memberikan penjelasan mengenai kondisi Collaborative:
medis dan pasien memiliki hak penuh dala Bekerja sama bersama dengan tenaga kesehatan
pengambilan keputusan. (Pasien dominan)1 dan medis lainnya, mendelegasikan tugas sesuai
The Contractual Model: dengan kompetensi profesi yang dimiliki.2
Dokter dan pasien menjalin hubungan dengan Family-oriented:
adanya kewajiban dan keuntungan yang Memberikan pelayanan secara komprehensif
diharapkan dari kedua belah pihak.1 meliputi kondisi keluarga hingga aspek sosial
budaya.2
Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga: Community-oriented:
Memberikan pelayanan secara komprehensif
General:
dengan mempertimbangkan kondisi/ keterlibatan
Tidak memilih-milih dalam menangani masalah
komunitas (lingkungan masyarakat) 2
kesehatan di masyarakat.2
Referensi:
1. Veatch RM. Models for ethical medicine in a revolutionary age. What physician-patient roles foster
the most ethical relationship? Hastings Cent Rep 1972;2:5-7.
2. WHO. Conceptual and strategic approach to family practice, 2014;8-9.
Bentuk Keluarga1
No. Bentuk Keluarga Komponen Anggota
1. Nuclear Family Suami, istri dan anak-anak kandung
Keluarga Inti
2. Extended Family Suami, Istri, anak-anak kandung dan
Keluarga Besar keluarga lain dari keluarga besar
suami atau istri
3. Blended Family Suami, istri, anak-anak kandung,
Keluarga Campuran dan anak-anak tiri
4. Single Parent Family Satu orang tua dan anak-anak
Keluarga Orang Tua Tunggal
5. Commune Family Dua Keluarga atau lebih dalam satu
Keluarga Hidup Bersama rumah
6. Serial Family Keluarga hasil pernikahan setelah
Keluarga Serial berpisah pada pernikahan
sebelumnya disertai anak-anak hasil
pernikahan terdahulu
7. Composite Family Keluarga hasil pernikahan poligami
Keluarga Komposit yang hidup bersama
8. Cohabitation Family Keluarga tanpa pernikahan
Keluarga Kohabitasi dengan/tanpa anak
Referensi:
1. Pasley Key, Petren E Raymond. (2016). Family Structure. USA
2. Duvall, E. M. (1957). Family development. Philadelphia, PA: Lippincott.
3. Duvall, E. M. (1988). Family development’s first forty years. Family Relations, 37, 127-134.
Family APGAR Score
Family APGAR Score merupakan sistem penilaian singkatan dari 5 kriteria penilaian fungsi keluarga
untuk mengukur fungsi keluarga. Family APGAR yaitu: Adaptation, Partership, Growth, Affection
Score dikembangkan oleh Rosen, Geyman dan dan Resolve. Berikut table penilaian Family APGAR
Layton pada tahun 1980. APGAR sendiri merupakan Score: 1
Intensitas
Komponen Definisi dan Pertanyaan Sering (2) Terkadang Hampir Tidak
(1) Pernah (0)
Adaptation Saya merasa puas karena
Kemampuan anggota keluarga saya saling
dalam menjalankan mendukung satu sama lain
fungsi keluarga pada saat dibutuhkan.
Partnership Saya puas dengan cara
Kemampuan keluarga saya
komunikasi dan membicarakan sesuatu
penyelesaian masalah (masalah) dengan saya.
Growth Saya puas karena keluarga
Kebebasan dalam saya menerima &
berkembang dan mendukung keinginan saya
berubah untuk mengembangkan diri.
Affection Saya puas dengan
Kedekatan dan kehangatan/kasih sayang
interaksi emosi dalam yang diberikan keluarga
keluarga saya.
Resolve Saya puas dengan waktu
Komitmen anggota yang disediakan keluarga
terhadap keluarga untuk menjalin
kebersamaan.
Total
Referensi:
1. Smilkstein Gabriel. The Family APGAR: Proposal for a Family Function Test and Its Use by Ohysicians.
Washington: The Journal of Family Practice, Vol 6, No. 6, 1978
2. Kubler-Ross E. On Death and Dying, MacMillan Publishing, New York, 1969
Epidemiologi
Pola Epidemi Definisi Contoh
Sporadik Suatu masalah kesehatan yang Kasus pneumonia pada sebuah
ditemukan dalam suatu daerah kota
dengan frekuensi yang berubah-
ubah seiring dengan berjalannya
waktu
Endemik Suatu masalah kesehatan yang Endemi malaria di Papua
ditemukan dalam satu wilayah Endemi Demam Berdarah di
tertentu, menetap dalam waktu Indonesia
yang lama dan frekuensi
cenderung tetap.
Epidemik Suatu masalah kesehatan yang Epidemi SARS tahun 2003
ditemukan dalam suatu daerah
tertentu dalam waktu singkat
dengan frekuensi meningkat
Pandemik Suatu masalah kesehatan yang Pandemi Covid-19 pada tahun
ditemukan dalam suatu wilayah 2020
dengan peningkatan frekuensi
yang tinggi serta menyebar ke
daerah yang sangat luas
Referensi:
1. Permenkes No. 1501/Menkes/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan
2. Torok Michelle. Focus on Fielad Epidemiology. Epidemic Curves Ahead. UNC of School Public Health
North Carolina Center of Public Heallth Preparedness. 2004
3. Beaglehole R, Bonita R., Kjellstorm T. (1993) Basic Epidemiologi. World Health Organization, Geneva.
Penyelenggaraan Imunisasi Massal
Kegiatan imunisasi massal terdiri atas: PIN bertujuan untuk memutuskan mata
a. Backlog fighting Merupakan upaya aktif di rantai penyebaran suatu penyakit dan
tingkat Puskesmas untuk melengkapi meningkatkan herd immunity (misalnya
Imunisasi dasar pada anak yang berumur polio, campak, atau Imunisasi lainnya).
di bawah tiga tahun. Kegiatan ini Imunisasi yang diberikan pada PIN
diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa diberikan tanpa memandang status
yang selama dua tahun berturut-turut Imunisasi sebelumnya. 1
tidak mencapai UCI. 1 d. Cath Up Campaign (Kampanye)
b. Crash program Kegiatan ini dilaksanakan Merupakan kegiatan Imunisasi Tambahan
di tingkat Puskesmas yang ditujukan untuk massal yang dilaksanakan serentak pada
wilayah yang memerlukan intervensi sasaran kelompok umur dan wilayah
secara cepat untuk mencegah terjadinya tertentu dalam upaya memutuskan
KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan transmisi penularan agent (virus atau
dilakukan crash program adalah:1 bakteri) penyebab PD3I. Kegiatan ini biasa
1) Angka kematian bayi akibat PD3I dilaksanakan pada awal pelaksanaan
tinggi; kebijakan pemberian Imunisasi, seperti
2) Infrastruktur (tenaga, sarana, pelaksanaan jadwal pemberian Imunisasi
dana) kurang; dan baru.1
3) Desa yang selama tiga tahun e. Sub PIN Merupakan kegiatan serupa
berturut-turut tidak mencapai dengan PIN tetapi dilaksanakan pada
UCI. Crash program bisa wilayah terbatas (beberapa provinsi atau
dilakukan untuk satu atau lebih kabupaten/kota).1
jenis Imunisasi, misalnya campak, f. Imunisasi dalam Penanggulangan KLB
atau campak terpadu dengan (Outbreak Response Immunization/ORI)
polio. Pedoman pelaksanaan Imunisasi dalam
c. Pekan Imunisasi Nasional (PIN) penanganan KLB disesuaikan dengan
Merupakan kegiatan Imunisasi massal situasi epidemiologis penyakit masing-
yang dilaksanakan secara serentak di masing.1
suatu negara dalam waktu yang singkat.
Referensi:
1. Permenkes RI No. 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Desain Penelitian
Desain
Penelitian
Deskriptif Analitik
Studi True
Studi evaluasi Cohort
Kepustakaan Eksperimen
Desain Penelitian terbagi atas 2 kelompok: b. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan
dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus
Deskriptif konsisten dengan rumusan dan definisi dari
masalah
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk
c. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
ada hubungannya dengan masalah yang ingin
atau menggambarkan fenomena-fenomena yang
dipecahkan
ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena
d. Merumuskan hipotesis-hipotesis yang diuji
buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,
baik secara eksplisit maupun implisit jika
aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan,
diperlukan
kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang
e. Melakukan kerja lapangan untuk
satu dengan fenomena lainnya .
mengumpulkan data, gunakan teknik
Penelitian deskriptif memberikan beberapa
pengumpulan data yang cocok untuk
manfaat di antaranya:
penelitian
a. Memberikan masukan tentang pengalokasian
f. Membuat tabulasi serta analisis statistik
sumberdaya dalam rangka perencanaan yang
dilakukan terhadap data yang telah
efisien, kepada perencana kebutuhan,
dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik
administrator kesehatan, dan pemberi
sampai kepada batas-batas yang dapat
pelayanan kesehatan
dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang
b. Memberikan petunjuk awal untuk
sepadan.
merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel
g. Memberikan interpretasi dari hasil dalam
adalah faktor risiko penyakit.
hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin
Langkah-Langkah Umum dalam Desain
diselidiki serta dari data yang diperoleh dan
Penelitian Deskriptif
referensi khas terhadap masalah yang ingin
a. Memilih dan merumuskan masalah yang
dipecahkan.
menghendaki konsep ada kegunaan masalah
h. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari
tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber
penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin
yang ada
diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk jaminan pelayanan kesehatan masyarakat
kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian (jamkesmas), penelitian evaluasi tentang
i. Membuat laporan penelitian dengan cara program keluarga sadar gizi (kadarzi), dan
ilmiah penelitian evaluasi lainnya.
Jenis-jenis Desain Penelitian Deskriptif Jenis f. Studi Kepustakaan: studi deskriptif yang
desain penelitian deskriptif adalah sebagai berikut: dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun
a. Studi Survei: studi pengumpulan data yang informasi yang relevan dengan topik atau
relative terbatas dari kasuskasus yang relative masalah yang akan atau sedang diteliti dengan
besar jumlahnya. Notoatmodjo (2005) kepustakaan sebagai sumber utama. Informasi
menyatakan studi survei adalah suatu cara itu dapat diperoleh dari bukubuku ilmiah,
penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap laporan penelitian, karaangan-karangan
sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-
dalam jangka waktu tertentu. peraturan, ketetapan-ketetapan, buku
b. Studi Kasus Definisi studi kasus adalah suatu tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber
penelitian deskriptif yang melakukan tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.
penyelidikan intensif tentang individu, dan g. Studi Historis: suatu studi deskriptif yang
atau unit sosial yang dilakukan secara menggambarkan sejarah atau perjalan fakta,
mendalam dengan menemukan semua peristiwa, kejadian, dan fenomena lainnya
variabel penting tentang perkembangan pada objek penelitian. Penelitian historis
individu atau unit sosial yang diteliti . Misalnya merupakan penelaahan serta sumber-sumber
studi kasus kelompok penyakit kusta di rumah lain yang berisi informasi mengenai masa
sakit. lampau dan dilaksanakan secara sistematis.
c. Studi Komparatif: suatu studi survei deskriptif Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian
yang dilakukan dengan cara membandingkan yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi
persamaan dan perbedaan sebagai fenomena bukan yang terjadi pada waktu penelitian
untuk mencari faktor-faktor apa, atau situasi dilakukan.
bagaimana yang menyebabkan timbulnya
suatu peristiwa tertentu. Studi komparatif Analitik
disebut juga dengan studi perbandingan Observasional
karena secara esensi membandingkan variabel
• Cross Sectional:
penelitian. Definisi lain menjelaskan studi
Jenis Penelitian yang memepelajari dinamika
komparatif adalah suatu penelitian melalui
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek
cara dan metode membandingkan dengan
yang berupa penyakit atau status kesehatan
maksud untuk mengetahui ada tidaknya
tertentu dengan model pendekatan point time.
perbedaan suatu variabel.
Studi Cross Sectional mengukur variabel bebas
d. Studi Prediksi: suatu survei deskriptif yang
(faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) secara
digunakan untuk memperkirakan tentang
simultan atau pada saat yang bersamaan. Langkah-
kemungkinan munculnya suatu gejala
langkah desain penelitian Cross Sectional :
berdasarkan gejala lain yang sudah muncul dan
a. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian
diketahui sebelumnya. Misalnya
dan mengidentifikasi faktor risiko dan efek b
memperkirakan terjadinya kejadian luar biasa
b. Menetapkan subjek penelitian
penyakit DBD berdasarkan tingginya jumlah
c. Melakukan observasi atau pengukuran
jentik di lingkungan sekitar masyarakat.
variabel-variabel
e. Studi Evaluasi: suatu studi survei deskriptif
d. Melakukan analisis korelasi dengan
yang dilakukan untuk melihat suatu program
membandingkan proporsi antar kelompok
yang sedang atau sudah berjalan. Misalnya
penelitian evaluasi tentang pelaksaan
posyandu di Kabupaten/Kota, penelitian
evaluasi tentang pelaksanaan program
Perhitungan Rasio Prevalens • Cohort
Prevalence Ratio (PR) dipakai utk penyakit Studi kohort adalah rancangan studi yang
yang periode berisikonya terbatas (restricted risk mempelajari hubungan antara paparan dan
period), yaitu biasanya penyakit akut, sebagai penyakit, dengan cara membandingkan kelompok
estimasi terhadap Incident Density Ratio (IDR) terpapar dan tidak terpapar berdasarkan status
penyakit.
Efek
Faktor Risiko
Ya Tidak
Ya A B
Tidak C D
𝑎
(𝑎 + 𝑏)
𝑃𝑅 = 𝑐
(𝑐 + 𝑑)
Langkah-langkah desain penelitian kohort:
PR = 1, maka faktor resiko tidak berpengaruh atas a. Menetapkan pertanyaan penelitian & hipotesis
b. Menetapkan kohort
timbulnya efek atau dikatakan bersifat netral
PR > 1, maka faktor resiko merupakan penyebab c. Memilih kelompok kontrol
d. Mengidentifikasi variabel penelitian
timbulnya penyakit
e. Mengamati timbulnya efek
PR < 1, maka faktor resiko bukan menjadi penyebab
f. Menganalisis hasil
timbulnya penyakit bahkan merupakan faktor
Kelompok Terpapar adalah suatu kelompok
protektif
dari populasi yang anggotanya telah terpapar faktor
risiko yang dimaksud. Kelompok terpapar dapat
Kelebihan studi Cross Sectional:
diperoleh dari dua sumber, yaitu populasi umum
a. Relatif mudah, murah, hasilnya cepat
dan populasi khusus.
diperoleh.
b. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel Populasi umum dapat digunakan jika:
a. Prevalensi paparan pada populasi cukup tinggi
sekaligus.
c. Memungkinkan penggunaan populasi dari b. Mempunyai batas geografik yang jelas
c. Secara demografik stabil
masyarakat umum, tidak hanya pasien saja,
d. Ketersediaan catatan demografik yang lengkap
sehingga lebih general.
dan up to date.
d. Jarang terancam loss to follow-up (drop-out).
Kekurangan studi Cross Sectional:
a. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat Perhitungan Relative Risk
karena pengambilan data resiko dan data efek Ukuran derajat kesehatan yang digunakan
yang dilakukan bersamaan. dalam desain penelitian kohort adalah Relative Risk
b. Membutuhkan jumlah subyek yang banyak, atau risiko relative (RR), yang perhitungannya
terutama bila variabelnya banyak. adalah sebagai berikut:
c. Studi prevalensi hanya menjaring subyek yang
telah mengidap penyakit cukup lama. Efek
d. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, Faktor Risiko
Ya Tidak
insidens maupun prognosis.
Ya A B
Tidak C D
𝑎 Kekurangan desain penelitian kohort:
(𝑎 + 𝑏) a. Memerlukan waktu yang lama dan biaya mahal
𝑅𝑅 = 𝑐 b. Seringkali rumit
(𝑐 + 𝑑)
c. Kurang efisien untuk meneliti kasus yang
jarang terjadi
Interpretasi nilai RR sebagai berikut: d. Terancam terjadinya drop out atau terjadinya
RR = 1, maka faktor yang diteliti bukan sebagai perubahan intensitas pajanan
factor risiko e. Dapat menimbulkan maslh etika, karena
RR<1, maka faktor yang diteliti (faktor risiko) membiarkan subjek terpajan faktor yang
merupakan faktor protektif (pencegah terjadinya dicurigai sebagai faktor risiko
efek) Cohort Prospektif: dimulai saat ini dan diikuti ke
RR>1, maka faktor yang diteliti (faktor risiko) depan sampai terjadi penyakit.
merupakan faktor penyebab Cohort Retrospektif: peneliti “kembali ke masa lalu”
melalui rekam medik, mencari subyek yang sehat
Kelebihan desain penelitian kohort: pada tahun tertentu kemudian mengikuti
a. Desain terbaik dalam menentukan insidens perkembangannya melalui catatan rekam medik
dan perjalanan penyakit hingga terjadinya penyakit.
b. Dapat menentukan kasus yang fatal / progresif
c. Dapat meneliti beberapa efek sekaligus dari
suatu faktor risiko tertentu
d. Dapat meneliti berbagai masalah kesehatan
yang makin meningkat
Waktu
Penelitian
Masa Lampau Saat ini Masa Depan
Cross Sectional
Menilai pajanan dan efek
Case Control
Menilai Pajanan Menilai Efek
Prospective Cohort
Menilai Pajanan Menilai efek
Retrospective Cohort
Menilai Pajanan Menilai efek
• Case Control
Case Control adalah desain penelitian yang
mempelajari hubungan antara paparan (faktor
penelitian) dan penyakit dengan cara
membandingkan kelompok kasus dan kelompok
kontrol berdasarkan status paparannya. Tujuan
studi kasus kontrol ini adalah untuk
mengindentifikasi faktor-faktor risiko terjadinya
suatu penyakit.
Langkah-langkah penelitian dengan desain Perhitungan Odds Ratio
kasus control adalah: Pada desain penelitian kasus control
a. Menetapkan pertanyaan penelitian dan ukuran derajat kesehatan yang dapat digunakan
hipotesis adalah Odds Ratio (OR). Perhitungan OR adalah
b. Mendeskripsikan faktor risiko dan efek (kasus) sebagai berikut:
c. Menentukan sampel pada kelompok kasus dan
kelompok kontrol Efek
d. Melakukan pengukuran efek dan faktor risiko Faktor Risiko
Ya Tidak
e. Menganalisis data
Tiga hal penting yang perlu diperhatikan ketika Ya A B
memilih kasus dalam penelitian case control yaitu: Tidak C D
a. Kriteria Diagnosis Kriteria diagnosis dan definisi
operasional kasus harus dibuat sejelas jelasnya 𝐴𝐷
agar tidak menimbulkan bias pengukuran (bias 𝑂𝑅 =
𝐵𝐶
misklasifikasi).
b. Populasi Kasus Populasi sumber kasus dapat
Interpretasi dari nilai OR sebagai berikut:
berasal dari rumah sakit (hospital based), dan
OR = 1, maka faktor yang diteliti bukan sebagai
populasi/ masyarakat/ komunitas (population
factor risiko
based).
OR<1, maka faktor yang diteliti (faktor risiko)
c. Jenis data penyakit Dalam pemilihan kasus
merupakan faktor protektif (pencegah terjadinya
jenis data penyakit yang digunakan sebaiknya
efek)
adalah data insiden.
OR>1, maka faktor yang diteliti (faktor risiko)
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
merupakan faktor penyebab
kontrol dalam penelitian case control adalah
a. Karakter populasi sumber kasus Kontrol yang
Kelebihan desain Case Control:
terpilih tidak perlu mencerminkan populasi
a. Dapat untuk meneliti kasus yang masa
semua individu yang tak terkena penyakit yang
latennya panjang
diteliti. Yang penting, kontrol harus dipilih dari
b. Hasilnya cepat sehingga biayanya relatif
populasi individu-individu yang memiliki
sedikit.
karakteristik serupa dengan populasi asal kasus
c. Tidak membutuhkan subyek penelitian yang
tetapi tidak berpenyakit yang diteliti. Kontrol
banyak.
yang terpilih sedemikian itu mungkin saja
d. Memungkinkan untuk mengidentifikasi
mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan
berbagai faktor resiko sekaligus dalam satu
populasi umum dalam banyak faktor luar.
penelitian
b. Matching Untuk mendapatkan control yang
Kekurangan desain Case Control:
baik ialah dengan cara melakukan matching
a. Dapat menyebabkan recall bias, karena data
yaitu memilih control yang memiliki
faktor resiko diperoleh dengan hanya
karakteristik yang sama dengan kasus dalam
mengandalkan catatan medik atau ingatan
semua variabel yang mungkin berperan
subyek.
sebagai faktor risiko kecuali variabel yang
b. Validasi informasi sukar diperoleh
diteliti
c. Tidak dapat memberikan insidens rate
c. Sumber Kontrol Ada beberapa sumber
d. Tidak dapat menentukan lebih dari satu
populasi yang dapat digunakan untuk memilih
variabel dependen, hanya berkaitan dg satu
kontrol, yaitu
efek / penyakit.
a. Rumah sakit
b. Populasi Umum
c. Kerabat
Eksperimental b. Penelitian eksperimental factorial, dimana variabel
Penelitian eksperimen adalah penelitian dimana bebasnya tidak dapat dimanipulasi dengan
peneliti dengan sengaja memberikan perlakuan sempurna oleh peneliti; dianalogikan sebagai
(treatment) atau intervensi kepada subyek penelitian penelitiann eksperimental kuasi.
dengan tujuan untuk mempelajari efek dari perlakuan
yang diberikan tersebut. Penelitian eksperimen harus Menurut Campbell dan Stanley, terdapat 3 jenis
memenuhi syarat yaitu adanya Replikasi, Randomisasi penelitian eksperimental, yaitu:
dan Kontrol. Replikasi adalah banyaknya unit eksperimen • Pre Eksperimen: Penelitian yang belum
yang mendapat perlakuan yang sama pada kondisi memenuhi syarat control atau
tertentu. Randomisasi adalah keadaan dimana setiap
randomisasi
setiap unit eksperimen mempunyai kesempatan yang
sama untuk mendapatkan perlakuan. Kontrol adalah • Quasi Eksperimen: Penelitian yang telah
pembanding yang berfungsi untuk meningkatkan memenuhi syarat control dan randomisasi
kuatnya uji. namun kelompoknya tidak ekuivalen.
Menurut Weiss dkk, terdapat 2 jenis penelitian • True Eksperimen: Penelitian yang telah
eksperimental, yaitu;
memenuhi syarat control dan
a. Penelitian eksperimental fungsional dimana variabel
bebasnya dapat dimanipulasi dengan sempurna
randomisasi.
oleh peneliti; yang dapat dianalogikan dengan
eksperimental murni.
Referensi
1. Irmawartini, Nurhaedah. Metodologi Penelitian. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2017
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik
Pengambilan
Sampel
Probability Non-Probability
Sampling Sampling
Systematic
Simple Random Purposive Judgemental
Random
Sampling Sampling Sampling
Sampling
Stratified Accidental/
Cluster Random
Random Convenience Quota Sampling
Sampling
Sampling Sampling
Snowball
Sampling
Probability Sampling
Pada Teknik pengambilan sampel dengan
metode probability sampling, setiap elemen
populasi memiliki probabilitas yang diketahui untuk
terpilih sebagai sampel. Pada pengambilan sampel
probabilitas ini elemen populasi untuk terpilih
sebagai sampel diketahui, maka reliabilitas hasil
penelitian dapat dievaluasi berdasarkan teori
probabilitas sehingga pengambilan sampel menjadi
lebih objektif.
Kelebihan:
a. Caranya relatif mudah
b. Variasi akan lebih kecil dibandingkan dengan
cara lain
c. Membutuhkan waktu dan biaya yang relatif
lebih rendah
Kekurangan: Kekurangan:
a. Setiap unit sampel tidak mempunyai
a. Kondisi populasi harus diketahui terlebih
peluang yang sama untuk diambil sebagai dahulu agar dapat dilakukan stratifikasi
sampel. dengan baik
b. Bila terdapat suatu kecendrungan tertentu b. sulit untuk membuat kelompok yang
maka metode ini menjadi kurang sesuai. homogen.
Referensi:
1. Irmawartini, Nurhaedah. Metodologi Penelitian. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2017
Uji Hipotesis
Hipotesis Hipotesis Alternatif/ Hipotesis Kerja (Ha): Jika
Hipotesis nol (H0): Jika landasan teori mengarahkan tinjauan teoritis mengarahkan kesimpulan
kepada kesimpulan “tidak ada hubungan” atau ke “terdapat hubungan” atau “terdapat perbedaan”
“tidak ada perbedaan”
Jenis Hipotesis
Skala
Komparatif
Pengukuran Korelatif
Tidak berpasangan Berpasangan
2 Kelompok >2 Kelompok 2 Kelompok >2 Kelompok
Numerik Independent T One Way Dependent T Repeated Pearson
Test ANOVA Test ANOVA
Spearman
Kategorik
Mann Whitney Kruskal Wallis Wilcoxon Friedman Somers’d
(Ordinal)
Gamma
Chi Square
McNemar, Cochran Marginal Koefisien
Fisher
Kategorik Homogeneity Wilcoxon, Friedman Kongenital
Kolmogorov-Smirnov
(Prinsip P x K) Lambda
(Tabel B x K)
T Tidak
2 Kelompok Mann-Whitney
Berpasangan
Tidak
Berpasangan
One Way
>2 kelompok Kruskall Wallis
Komparasi: ANOVA
Kategorik-
Numerik
2 Kelompok T Berpasangan Wilcoxon
Berpasangan
Repeated
>2 Kelompok Friedman
ANOVA
Uji Diagnostik
Sakit
Hasil Tes
(+) (-)
A B Positive Predictive Value
(+) 𝑎
True Positive False Positive
(𝑎 + 𝑏)
Negative Predictive
C D Value
(-) 𝑎
False Negative True Negative
(𝑎 + 𝑏)
Sensitivity Spesificity
𝑎 𝑎
(𝑎 + 𝑏) (𝑎 + 𝑏)
Keterangan:
Positive Predictive Value: Persentase pasien sakit dengan hasil tes (+)
Negative Predictive Value: Persentase pasien tidak sakit dengan hasil tes (-)
Sensitivity: Kemampuan tes untuk mengidentifikasi individu yang sakit
Spesificity: Kemampuan tes untuk mengidentifikasi individu yang tidak sakit
Referensi:
1. Irmawartini, Nurhaedah. Metodologi Penelitian. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2017