Anda di halaman 1dari 30

IKM-PENELITIAN

Content List:
• Jaminan Kesehatan Nasional
• Puskesmas
• Posyandu
• Promosi Kesehatan
• Level of Prevention
• Sistem Rujukan
• Hubungan Dokter Pasien
• Prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga
• Bentuk Keluarga
• Family Asessment Tool
• Five Stages of Grief
• Epidemiologi
• Pola Epidemi Penyakit Menular
• Pengadaan Imunisasi Massal
• Ukuran Frekuensi Penyakit
• Desain Penelitian
• Teknik Pengambilan Sampel
• Jenis Data
• Uji Hipotesis
• Uji Diagnostik
Jaminan Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
(BPJS Kesehatan) adalah badan hukum yang
Nasional dibentuk untuk menyelenggarakan program
Jaminan Kesehatan.1
Badan Asuransi di Indonesia
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI)
• BPJS-Kesehatan (BPJS-Kes) adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai
Mengelola asuransi kesehatan bagi seluruh Peserta program Jaminan Kesehatan. PBI Jaminan
Warga Negara Indonesia. Mengelola asuransi bagi Kesehatan memenuhi syarat:1
seluruh masyarakat umum.1 • Penduduk warga negara Indonesia;
• BPJS Ketenagakerjaan (BPJS-TK)
• Memiliki NIK yang terdaftar di Direktorat
Badan asuransi yang mengelola asuransi Jenderal yang menangani bidang
kesehatan bagi pekerja.2
kependudukan dan catatan sipil; dan
• Jasa Raharja • Terdaftar dalam data terpadu
Badan asuransi yang mengelola asuransi
kesejahteraan sosial.
kesehatan/ kecelakaan bagi korban kecelakaan lalu Besaran iuran yang dibayarkan oleh
lintas sesuai dengan syarat dan aturan yang pemerintah yaitu sebesar Rp23.000,00 per orang
berlaku.3,4 per bulan. Peserta akan mendapatkan layanan
kelas 3.1
Sistem Pembiayaan Asuransi
Kapitasi: Sistem pembiayaan BPJS kepada Fasilitas Pekerja Penerima Upah (PPU) adalah setiap orang
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang berikan per yang bekerja pada Pemberi Kerja dengan menerima
bulan sesuai dengan banyaknya jumlah peserta Gaji atau Upah. PPU terdiri atas: 1
yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan • Pejabat Negara;
jumlah pelayanan yang diberikan.1 • Pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan
Indonesian Case Based Groups (INA-CBGs): Sistem Rakyat Daerah;
pembiayaan dimana total tarif pelayanan telah • PNS;
ditentukan sebelum layanan diberikan dan • Prajurit;
disesuaikan dengan kasus yang ditangani.5 • Anggota Polri;
Out of Pocket: Sistem pembiayaan dimana • Kepala Desa dan Perangkat Desa;
penerima layanan membayarkan langsung jumlah • Pegawai Swasta; dan
biaya layanan kesehatan secara mandiri kepada • Pekerja/pegawai lainnya yang menerima
pemberi layanan. Gaji atau Upah.
Fee for Service: Sistem pembiayaan yang Anggota keluarga dari Peserta PPU yang
ditetapkan jumlahnya setelah pemberian terdaftar sebagai tanggungan meliputi:1
pelayanan selesai sehingga jumlah disesuaikan ➢ istri/suami yang sah,
dengan layanan yang diberikan ➢ anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang
sah, dan anak angkat yang sah, paling banyak 4
Jaminan Kesehatan Nasional (empat) orang dengan kriteria:
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa • Tidak atau belum pernah menikah atau
perlindungan kesehatan agar Peserta memperoleh tidak mempunyai penghasilan sendiri;
manfaat pemeliharaan kesehatan dan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar • Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang atau belum berusia 25 (dua puluh lima)
telah membayar Iuran Jaminan Kesehatan atau tahun bagi yang masih menempuh
Iuran Jaminan Kesehatannya dibayar oleh pendidikan formal.
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.1
➢ Selain anggota keluarga sebagaimana Iuran bagi Peserta PBPU dan Peserta BP yaitu
dimaksud, Peserta PPU dapat sebesar:1
mengikutsertakan anggota keluarga yang lain. a. Rp42.000,00 (empat puluh dua ribu
meliputi anak ke-4 (empat) dan seterusnya, rupiah) per orang per bulan dengan
ayah, ibu, dan mertua. Manfaat pelayanan di ruang perawatan
Besaran iuran bagi Peserta PPU yaitu sebesar 5% Kelas III;
(lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan b. Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per
ketentuan: 1 orang per bulan dengan Manfaat
a. 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi pelayanan di ruang perawatan Kelas II;
Kerja; dan atau
b. 1 % (satu persen) dibayar oleh Peserta. c. Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu
rupiah) per orang per bulan dengan
Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) adalah Manfaat pelayanan di ruang perawatan
setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko Kelas I.
sendiri. Golongan yang termasuk kedalam
kelompok PBPU diantaranya: 1
Asuransi Kesehatan pada
• Warga negara asing yang bekerja di
Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan Kecelakaan Lalu Lintas
dan anggota keluarganya, Jenis Kecelakaan yang ditanggung oleh Jasa
• Pekerja di luar hubungan kerja atau Raharja: 3,4
Pekerja mandiri; dan • Kecelakaan di angkutan umum, dan
• Pekerja lainnya yang bukan penerima gaji penumpang masih berada di dalam
atau upah. angkutan umum
• Korban yang berada di ata skapal fery dan
Bukan Pekerja (BP) adalah setiap orang yang bukan kapal mengalami kecelakaan.
termasuk kelompok PPU, PBPU, PBI, dan penduduk • Korban kecelakaan kendaraan umum yang
yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah. mayatnya tidak ditemukan berdasarkan
Golongan yang termasuk ke dalam kelompok BP atas keputusan pengadilan negeri.
diantaranya: 1 Sedangkan yang berhak mendapatkan
• investor; santunan jasa raharja adalah sebagai berikut: 3,4
• pemberi kerja; • Setiap orang yang mengalami kecelakaan
• penerima pensiun; oleh angkutan umum, misalnya pejalan
kaki yang tertabrak angkutan umum dll.
• veteran;
• Orang yang beradadi kendaraan bermotor
• perintis kemerdekaan;
kemudian mengalami kecelakaan yang
• janda, duda, atau anak yatim &< dari
bukan disebabkan oleh
Veteran atau Perintisan Kemerdekaan;
pengemudikendaraan tersebut
dan
• Tabrakan2 atau lebih kendaraan bermotor
• BP lainnya yang mampu membayar Iuran.
• Kasus tabrak lari yang sudah terbukti
Diagram Pengelompokkan Peserta BPJS 1

Klasifikasi Rumah Sakit Rumah Sakit khusus merupakan Rumah Sakit


yang memberikan pelayanan utama pada satu
Rumah Sakit umum merupakan Rumah Sakit bidang atau satu jenis penyakit tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan pada berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,
semua bidang dan jenis penyakit. Klasifikasi Rumah jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Rumah
Sakit Umum berdasarkan jumlah tempat tidur:6 Sakit khusus juga dapat menyelenggarakan
• Rumah Sakit Umum Kelas A minimal 250 pelayanan lain di luar kekhususannya. Klasifikasi
bed Rumah Sakit Umum berdasarkan jumlah tempat
• Rumah Sakit Umum Kelas B minimal 200 tidur: 6
bed • Rumah Sakit Khusus Kelas A minimal 100
• Rumah Sakit Umum Kelas C minimal 100 bed
bed • Rumah Sakit Khusus Kelas B minimal 75
• Rumah Sakit Umum Kelas D minimal 50 bed
bed • Rumah Sakit Khusus Kelas C minimal 25
bed

Referensi

1. Perpres No 82 Tahun 2018 tentag Jaminan Kesehatan


2. UU RI No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
3. UU RI No. 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan
4. UU RI No. 34 Tahun 1965 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas
5. Permenkes RI No. 27 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Sistem Indonesian Case Base Groups (INA-
CBG’s)
6. Permenkes RI No. 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
Puskesmas Basic Six1,2
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang 1. Upaya Promosi Kesehatan
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat 2. Upaya Kesehatan Lingkungan
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat 3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya Keluarga Berencana
promotif dan preventif di wilayah kerjanya.1,2 4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
6. Upaya Pengobatan

Jenis-Jenis Puskesmas 1,2


Jenis Puskesmas Sektor Agraris Jarak RS Ketersediaan Listrik Akses
Puskesmas Perkotaan <50% <5 km >90% Akses jalan raya
Puskesmas Pedesaan >50% >5 km <90% Akses jalan
Puskesmas Terpencil • Wilayah sulit dijangkau/ rawan bencana/ pulau/ pesisir
• Waktu tempuh ke ibukota kabupaten >6 jam
• Akses transportasi 1x dalam 1 minggu yang sewaktu-waktu terhalang
iklim/cuaca
• Kesulitan pemenuhan bahan pokok dan jaminan keamanan

Puskesmas Rawat inap: Sistem Pelaporan Puskesmas2


Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan Formulir laporan bulanan
rawat inap.2 LB1: laporan Kasus Penyakit
Puskesmas non Rawat Inap: LB2: Laporan Obat
Puskesmas yang tidak menyelenggarakan LB3: Laporan Gizi, KIA/KB dan Imunisasi
pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan LB4: Laporan Kegiatan Puskesmas
persalinan normal.2 Formulir laporan tahunan
Puskesmas Pembantu (Pustu): LT1: Data kepegawaian puskesmas
Jaringan pelayanan Puskesmas yang memberikan LT2: Data kepegawaian puskesmas termasuk
pelayanan kesehatan secara permanen di suatu bidan desa
lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas.2 LT3: Data peralatan/ sarana puskesmas, pustu
Puskesmas Keliling (Pusling): dan pusling.
Jaringan pelayanan Puskesmas bergerak untuk Formulir laporan wabah
menjangkau wilayah kerja yang belum terjangkau W1: Laporan kondisi wabah pada 24 jam
dan dilaksanakan secara berkala2 pertama
Jenis Puskemas Keliling2 W2: Laporan mingguan terkait kondisi dan
penanganan wabah.
Formulir laporan sentinel
LB1S: Data penyakit yang dapat dicegah oleh
imunisasi dan diare.
LB2S: data KIA, Gizi, ISPA dan Penyakit Akibat
Kerja.

Referensi:
1. Kepmenkes RI No: 128/Menkes/ SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
2. Permenkes RI No. 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas
Posyandu
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) memberikan kemudahan kepada masyarakat
merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar,
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola utamanya untuk mempercepat penurunan angka
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama kematian ibu dan bayi. Jumlah ideal posyandu
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan adalah 1 posyandu per 100 balita atau per 1 RW.1
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan

Kategori Posyandu 1
Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
Frekuensi Penimbangan <8 >8 >8 >8
Jumlah Kader <5 ≥5 ≥5 ≥5
Cakupan D/S <50% <50% ≥50% ≥50%
Cakupan KIA <50% <50% ≥50% ≥50%
Cakupan KB <50% <50% ≥50% ≥50%
Cakupan Imunisasi <50% <50% ≥50% ≥50%
Program Tambahan - - + +
Cakupan Dana Sehat <50% <50% <50% ≥50%

Kode pada perhitungan penimbangan di Posyandu1


S : Jumlah seluruh balita K/S : Cakupan
K : Jumlah balita yang memiliki KMS D/S : Tingkat partisipasi
D : jumlah balita yang ditimbang D/K : Kesinambungan penimbangan
N : Jumlah balita yang berat N/D : Status gizi
badannya naik N/S : Efektivitas

Alur Meja Pemeriksaan di Posyandu1

Meja 4
Meja 3 Meja 5
Meja 1 Meja 2
Penyuluhan
Pencatatan Imunisasi,
Pendaftaran Penimbangan dan Pelayanan
KMS Suplemen, KB
Gizi

Pos Pembinaan Terpadu Penyakit stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta


menindak lanjuti secara dini faktor risiko yang
Tidak Menular (Posbindu PTM)
ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera
Posbindu PTM merupakan peran serta
merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini
Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus
dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang
(DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik.
darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis
Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi
merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak
makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, kekerasan.2
Alur Pemeriksaan Posbindu PTM2

Meja 4 Meja 5
Meja 3 Pengukuran TD,
Meja 1 Meja 2 Konseling,
Pengukuran GDS, Kolesterol, edukasi dan
Pendaftaran Anamnesis BB/TB-IMT dan TAG dan tindak lanjut
lingkar perut penunjang
lainnya

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Jamban Sehat:
(PHBS)
• Jarak jamban dengan sumber air ≥10 m,
Rumah Sehat:
• Tidak berbau,
• Luas ventilasi minimal 10% dari jumlah
• Jamban menggunakan sistem leher angsa,
luas lantai ruangan,
• Lantai kedap air, dan
• Pencahayaan seluruh bagian ruangan
• Tersedia ventilasi.
dengan minimal intensitas cahaya 60 lux,
dan
Sumur Sehat:
• Kepadatan rumah memenuhi luas:
minimum 8m2, atau 14 m2 untuk orang • Dinding sumur minimal sedalam 3m
• Tinggi bibir sumur ± 1m dari lantai
pertama dan 9m2 untuk setiap penghuni
berikutnya. • Sumur diberi penutup/atap
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 (m2) • Adanya sarana pembuangan air limbah
Kepadatan rumah= • Lantai sumur disemen/harus kedap air,
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 (𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔)
mempunyai lebar di sekeliling sumur ± l,5
meter

Referensi:
1. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Depkes RI 2011
2. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), Kementrian
Kesehatan RI 2012
Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan dala kesehatan lisan. Metode ini mudah dilaksanakan tetapi
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran menjadi membosankan jika terlalu lama.1
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar • Seminar:
mereka dapat menolong diri sendiri, serta Metode ini hanya cocok untuk pendidikan
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya formal menengah ke atas. Seminar adalah suatu
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau
beberapa orang ahli tentang suatu topik yang
didukung kebijakan publik yang berwawasan
dianggap penting dan dianggap hangat di
kesehatan1.
masyarakat.1
Sasaran dalam kegiatan promosi
kesehatan diantaranya:1
Kelompok Kecil (peserta <15 orang)
Sasaran primer: Individu atau kelompok yang
• Diskusi kelompok:
diharapkan berubah perilakunya.1
Diskusi dipimpin oleh 1 orang pemimpin
Sasaran sekunder: individu atau kelompok yang
diskusi, pemimpin memberi pertanyaan atau kasus
memiliki pengaruh dan mampu membantu
sehubungan dengan topik yang dibahas untuk
merubah perilaku sasaran primer.1 mendorong peserta berpikir kritis,
Sasaran tersier: individu atau kelompok yang mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan.1 menyumbangkan pikirannya untuk mengambil satu
atau beberapa alternatif jawaban untuk
Metode Promosi Kesehatan memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan
Metode dala kegiatan promosi kesehatan menurut yang seksama.1
banyaknya peserta dapat dibagi ke dalam: 1 • Curah Pendapat(Brain Storming):
Prinsipnya sama dengan metode diskusi
Individu/ Perorangan kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin
kelompok memancing dengan satu masalah dan
• Bimbingan dan penyuluhan (guidance and
kemudian tiap peserta memberikan jawaban-
counseling):
jawaban atau tanggapan (curah pendapat).
Kontak antara klien dan petugas lebih intensif
Sebelum semua peserta mencurahkan
menyebabkan setiap masalah yang dihadapi oleh
pendapatnya, tidak boleh diberikan komentar oleh
klien dapat digali dan dibantu penyelesaiannya,
siapapun. Harus setelah semua mengeluarkan
sehingga klien akan dengan sukarela, berdasarkan
pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari,
kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima/
dan akhirnya terjadi diskusi.1
mengubah perilakunya. 1
• Bola salju (snowballing):
• Interview (wawancara):
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1
Wawancara antara petugas kesehatan dengan
pasang 2 orang) kemudian dilontarkan suatu
klien untuk mengetahui apakah klien memiliki
pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5
kesadaran dan pengertian yang kuat tentang
menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi 1.
informasi yang diberikan (perubahan perilaku yang
Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut,
diharapkan), juga untuk menggali informasi
dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap-tiap
mengapa ia tidak atau belum menerima
pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
perubahan, ia tertarik atau belum menerima
bergabung lagi dengan pasangan lainnya dst,
perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah,
sampai akhirnya akan terjadi diskusi seluruh
maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.1
anggota kelompok.1
• Kelompok kecil (buzz group):
Kelompok Besar (peserta >15 orang) Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-
• Ceramah: kelompok kecil (buzz group) yang kemudian diberi
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan suatu permasalahan yang sama atau tidak sama
tinggi maupun rendah. Merupakan metode dengan dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil
dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari Edgar Dales’s Cone of Experience
kesimpulannya.1
• Role play:
Beberapa anggota kelompok diunjuk sebagai
pemegang peran tertentu untuk memainkan
peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas,
sebagai perawat, atau bidan, dan sebagainya,
sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau
anggota masyarakat. Mereka memperagakan,
misalnya bagaimana komunikasi/interaksi sehari-
hari dalam melaksanakan tugas.1
• Simulation game:
Gabungan antara role play dengan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam
beberapa bentuk permainan seperti permainan Efektivitas promosi kesehatan dapat dipandu
monopoli. Cara memainkannya persis seperti dengan memerhatikan Edgar Dales’s cone of
bermain monopoli dan menggunakan dadu, gaco experience.2
(petunjuk arah) selain papan main. Beberapa orang
menjadi pemain dan sebagian lagi berperan sebagai
narasumber.1 Health, Illness and Sick-Role
Behaviour
Massa/ Publik1 Health Behaviour: aktivitas yang dilakukan
• Ceramah umum (public speaking) oleh seseorang dengan kepercayaan bahwa dia
• Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan sehat dan mencoba untu mencegah serta
melalui media elektronik, baik TV maupun mendeteksi penyakit secara dini pada tahap
radio. asimtomatis.3
• Simulasi, dialog antara pasien dengan Contoh: seorang anak melakukan medical checkup
dokter atau petugas kesehatan lainnya karena salah satu orangtuanya meninggal akibat
tentang suatu penyakit atau masalah serangan jantung.
kesehatan. Illness Behaviour: aktivitas yang dilakukan
• Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik oleh seseorang yang merasa sakit untuk
dalam bentuk artikel maupun tanya jawab mengidentifikasi penyakit yang diderita dan
atau konsultasi tentang kesehatan. mendapatkan pengobatan.3
• Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, Contoh: seorang yang merasa dirinya demam pergi
spanduk, poster, dan sebagainya. ke dokter umum untuk memeriksakan dirinya.
Sick Role Behaviour: aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang untuk merasa lebih baik
dari kondisi sakit yang sedang diderita.3
Contoh: seorang pasien meminta omeprazole
karena telah terbiasa meminum obat tersebut
untuk mengobati nyeri ulu hati yang diderita.

Referensi:
1. Susilowati Dwi. 2016. Promosi Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
2. "Edgar Dale's Cone of experience: a quasi-experimental analysis." International Journal of Instructional
Media, vol. 37, no. 4, 2010, p. 431+.
3. Larsen D Pamala. 2008. Illness Behaviour. Jones Bartlett Publisher
Level of Prevention1
•Mencegah terbentuknya faktor risiko penyakit
•Contoh: Pembangunan Sarana Olahraga, penyuluhan pentingnya
Primordial
Prevention ASI Eksklusif

•Mengurangi faktor risiko yang sudah ada agar tidak menjadi


penyakit
Primary
Prevention •Contoh: Penyuluhan tentang Bahaya Obesitas

•Deteksi dini penyakit pada stadium awal sebelum adanya tanda dan
gejala
Secondary
Prevention •Contoh: Screening Ca Servix

•Mencegah/memperlambat komplikasi, rehabilitasi disabilitas dan


screening komplikasi untuk terapi sedini mungkin
Tertiary
Prevention •Contoh: kontrol teratur untuk penderita DM dan Hipertensi

Five Level of Prevention1


Target Tujuan Contoh
Health Promotion Orang Sehat Promosi Kesehatan Penyuluhan ASI
Eksklusif
Specific Protection Orang Sehat Mencegah terjadinya Vaksinasi dan
penyakit Imunisasi
Early Diagnosis and Orang Sakit Kuratif sedini mungkin SADARI, Tes IVA dan
Prompt Treatment Pap Smear
Disability Limitation Orang Sakit Membatasi kecacatan Perawatan kaki pada
pasien DM
Rehabilitation Orang Sakit dengan Mengoptimalkan fungsi Rehabilitasi pasien
Kecacatan tubuh stroke

Referensi

1. Irhuma EB Amer. 2009. Foundations for Health Promotion Levels of Prevention. Libya: Sebha Medical
Journal, Vol. 8(2).
Sistem rujukan
Jenis Rujukan Definisi Contoh
Interval Referral Pasien dirujuk ke dokter lain dalam jangka Pasien hipertensi dirujuk ke dokter
waktu tertentu. Selama jangka waktu spesialis mata untuk penanganan
tersebut, dokter sebelumnya tidak ikut retinopati hipertensi
menangani pasien tersebut.
Collateral Referral Pasien dirujuk ke dokter lain karena satu Pasien dirujuk dari dokter gigi ke
permasalahan/kondisi. Selama jangka dokter umum karena hipertensi dan
waktu tersebut, dokter sebelumnya tetap pasien memiliki hipertensi tidak
menangani pasien tersebut. terkontrol
Cross Referral Pasien dirujuk ke dokter lain disertai Pasien susp appendicitis dirujuk ke
penyerahan wewenang dan bagian obgyn karena dari pemeriksaan
tanggungjawab secara penuh sehingga penunjang telah dikonfirmasi bahwa
dokter sebelumnya tidak lagi menangani pasien menderita KET
pasien tersebut.
Split Referral Pasien dirujuk ke beberapa dokter Pasien DM dirujuk ke dokter spesialis
sekaligus dalam satu waktu bedah untuk komplikasi ulkus
diabetikum dan mata untuk retinopati
diabetikum
Horizontal Referral Rujukan antar pelayanan kesehatan Merujuk pasien puskesmas ke RS tipe C
dalam satu tingkatan.
Vertical Referral Rujukan antar pelayanan kesehatan yang Merujuk pasien RS tipe B ke RS tipe B
berbeda tingkatan.
Tipe Hubungan Dokter-Pasien Continuous:
The Priestly Model: Memastikan pelayanan kesehatan yang
Dokter mengambil keputusan berdasarkan ilmu berkelanjutan.2
kedokteran dan penilaian terbaik tanpa Compehensive:
mempertimbangkan pendapat pasien. (Dokter Memberikan pelayanan kesehatan dengan prinsip
dominan)1 promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
The Collegial Model: terhadap pasien.2
Dokter dan pasien saling bekerja sama untuk tujuan Coordinated:
yang sama. (Dokter dan pasien adalah mitra serta Memberikan pelayanan yang bekerja sama secara
tidak saling mendominasi)1 tim bersama dengan tenaga medis lainnya serta
The Engineering Model: dapat merujuk pasien dengan tepat.2
Dokter memberikan penjelasan mengenai kondisi Collaborative:
medis dan pasien memiliki hak penuh dala Bekerja sama bersama dengan tenaga kesehatan
pengambilan keputusan. (Pasien dominan)1 dan medis lainnya, mendelegasikan tugas sesuai
The Contractual Model: dengan kompetensi profesi yang dimiliki.2
Dokter dan pasien menjalin hubungan dengan Family-oriented:
adanya kewajiban dan keuntungan yang Memberikan pelayanan secara komprehensif
diharapkan dari kedua belah pihak.1 meliputi kondisi keluarga hingga aspek sosial
budaya.2
Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga: Community-oriented:
Memberikan pelayanan secara komprehensif
General:
dengan mempertimbangkan kondisi/ keterlibatan
Tidak memilih-milih dalam menangani masalah
komunitas (lingkungan masyarakat) 2
kesehatan di masyarakat.2

Referensi:
1. Veatch RM. Models for ethical medicine in a revolutionary age. What physician-patient roles foster
the most ethical relationship? Hastings Cent Rep 1972;2:5-7.
2. WHO. Conceptual and strategic approach to family practice, 2014;8-9.
Bentuk Keluarga1
No. Bentuk Keluarga Komponen Anggota
1. Nuclear Family Suami, istri dan anak-anak kandung
Keluarga Inti
2. Extended Family Suami, Istri, anak-anak kandung dan
Keluarga Besar keluarga lain dari keluarga besar
suami atau istri
3. Blended Family Suami, istri, anak-anak kandung,
Keluarga Campuran dan anak-anak tiri
4. Single Parent Family Satu orang tua dan anak-anak
Keluarga Orang Tua Tunggal
5. Commune Family Dua Keluarga atau lebih dalam satu
Keluarga Hidup Bersama rumah
6. Serial Family Keluarga hasil pernikahan setelah
Keluarga Serial berpisah pada pernikahan
sebelumnya disertai anak-anak hasil
pernikahan terdahulu
7. Composite Family Keluarga hasil pernikahan poligami
Keluarga Komposit yang hidup bersama
8. Cohabitation Family Keluarga tanpa pernikahan
Keluarga Kohabitasi dengan/tanpa anak

Siklus Keluarga menurut Duvall 2,3

Referensi:
1. Pasley Key, Petren E Raymond. (2016). Family Structure. USA
2. Duvall, E. M. (1957). Family development. Philadelphia, PA: Lippincott.
3. Duvall, E. M. (1988). Family development’s first forty years. Family Relations, 37, 127-134.
Family APGAR Score
Family APGAR Score merupakan sistem penilaian singkatan dari 5 kriteria penilaian fungsi keluarga
untuk mengukur fungsi keluarga. Family APGAR yaitu: Adaptation, Partership, Growth, Affection
Score dikembangkan oleh Rosen, Geyman dan dan Resolve. Berikut table penilaian Family APGAR
Layton pada tahun 1980. APGAR sendiri merupakan Score: 1

Intensitas
Komponen Definisi dan Pertanyaan Sering (2) Terkadang Hampir Tidak
(1) Pernah (0)
Adaptation Saya merasa puas karena
Kemampuan anggota keluarga saya saling
dalam menjalankan mendukung satu sama lain
fungsi keluarga pada saat dibutuhkan.
Partnership Saya puas dengan cara
Kemampuan keluarga saya
komunikasi dan membicarakan sesuatu
penyelesaian masalah (masalah) dengan saya.
Growth Saya puas karena keluarga
Kebebasan dalam saya menerima &
berkembang dan mendukung keinginan saya
berubah untuk mengembangkan diri.
Affection Saya puas dengan
Kedekatan dan kehangatan/kasih sayang
interaksi emosi dalam yang diberikan keluarga
keluarga saya.
Resolve Saya puas dengan waktu
Komitmen anggota yang disediakan keluarga
terhadap keluarga untuk menjalin
kebersamaan.
Total

Interpretasi dari hasil akumulasi penilaian Family APGAR Score meliputi:


8-10 = Highly functional family (fungsi keluarga baik)
4-7 = Moderately dysfunctional family (disfungsi keluarga moderat)
0-3 = Severely dysfunctional family (keluarga sakit/ tidak sehat)
Five Stages of Grief
Menurut Kubler Ross, manusia akan tersebut atau melalui tahapan tersebut secara
memberikan ekspresi terhadap duka yang berbeda- berurutan. Tahapan manusia dalam proses
beda. Ekspresi terhadap duka tersebut dibagi atas 5 menerima duka terbagi atas: 2
tahap, namun tidak semua orang melalui tahapan

Stage of Grief Keterangan Contoh Ekspresi


Denial Menyangkal keadaan “Aku sehat-sehat saja”
“Dia masih hidup kok”
“Ini tidak mungkin terjadi”
Anger Menyalahkan keadaan atau “Ini tidak adil!”
lingkungan “Dia mati karena kalian!”
Memukul tembok
Bargaining Melakukan penawaran “Berapapun akan saya bayar asal
dengan harapan menunda istri saya hidup kembali”
atau menghambat kematian “Biarkan saya saja yang mati
asalkan anak saya hidup”
Depression Berduka, menghabiskan Tidak mau makan
waktu menyendiri dan Menangis
bersedih Hanya diam saja
Acceptance Menerima dan ikhlas “Aku sudah tidak apa-apa”
“Dia sudah tenang disana”

Referensi:
1. Smilkstein Gabriel. The Family APGAR: Proposal for a Family Function Test and Its Use by Ohysicians.
Washington: The Journal of Family Practice, Vol 6, No. 6, 1978
2. Kubler-Ross E. On Death and Dying, MacMillan Publishing, New York, 1969
Epidemiologi
Pola Epidemi Definisi Contoh
Sporadik Suatu masalah kesehatan yang Kasus pneumonia pada sebuah
ditemukan dalam suatu daerah kota
dengan frekuensi yang berubah-
ubah seiring dengan berjalannya
waktu
Endemik Suatu masalah kesehatan yang Endemi malaria di Papua
ditemukan dalam satu wilayah Endemi Demam Berdarah di
tertentu, menetap dalam waktu Indonesia
yang lama dan frekuensi
cenderung tetap.
Epidemik Suatu masalah kesehatan yang Epidemi SARS tahun 2003
ditemukan dalam suatu daerah
tertentu dalam waktu singkat
dengan frekuensi meningkat
Pandemik Suatu masalah kesehatan yang Pandemi Covid-19 pada tahun
ditemukan dalam suatu wilayah 2020
dengan peningkatan frekuensi
yang tinggi serta menyebar ke
daerah yang sangat luas

Kejadian Luar Biasa e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per


Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
KLB, adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan
kesakitan dan/atau kematian yang bermakna dengan rata-rata jumlah kejadian
secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kesakitan per bulan pada tahun
kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan sebelumnya.
yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Suatu f. Angka kematian kasus suatu penyakit
daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun
apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai waktu tertentu menunjukkan kenaikan
berikut: 1
50% (lima puluh persen) atau lebih
a. Timbulnya suatu penyakit menular
dibandingkan dengan angka kematian
tertentu sebagaimana dimaksud dalam
kasus suatu penyakit periode sebelumnya
Pasal 4 yang sebelumnya tidak ada atau
dalam kurun waktu yang sama.
tidak dikenal pada suatu daerah.
g. Angka proporsi penyakit (Proportional
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus
Rate) penderita baru pada satu periode
menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dalam jam, hari atau minggu berturut-
dibanding satu periode sebelumnya dalam
turut menurut jenis penyakitnya.
kurun waktu yang sama.
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari Definisi Operasional penyakit wabah:
atau minggu menurut jenis penyakitnya. Suspect : Faktor Risiko + Tanda Gejala
d. Jumlah penderita baru dalam periode Probable : Faktor Risiko + Tanda Gejala +
waktu 1 (satu) bulan menunjukkan Penunjang Awal
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan Confirmed : Faktor Risiko + Tanda Gejala +
dengan angka rata-rata per bulan dalam Penunjang Gold Standard
tahun sebelumnya.
Pola Epidemi Penyakit Menular sehingga mengambarkan puncak yang cenderung
Pola epidemi penyakit menular terbagi atas: 2 mendatar dan melebar.
• Point Source Epidemic
Common Source Epidemic Kurva yang meningkat secara drastis sehingga
Pola epidemi yang diakibatkan oleh adanya suatu terbentuk satu puncak yang jelas. Hal ini terjadi
karena seluruh populasi terpapar oleh sumber
paparan penyakit yang terjadi secara terus
menerus. common source epidemic dapat penyakit dalam waktu yang singkat.
menimbulkan gambaran kurva yang berbeda-
beda. Berdasarkan gambaran kurva, common Propagated Epidemic
source epidemic dibagi atas: Pola epidemi yang muncul pada kasus
• Common Intermitten Exposure Epidemic penyebaran penyakit dengan transmisi dari orang
Kurva intermitten/ irregular disebabkan oleh ke orang sehingga menimbulkan lebih dari satu
paparan penyakit dalam jangka waktu yang panjang periode masa inkubasi (menimbulkan banyak
namun isidensi kasus baru terjadi hilang timbul puncak). Propagated epidemic cenderung terjadi
sehingga menggambarkan beberapa puncak dan lebih lama dibandingkan common source epidemic.
penurunan yang signifikan.
• Common Continuous Exposure Epidemic Mixed Epidemic
Kurva yang terus meningkat disebabkan oleh Mixed epidemic merupakan gabungan antara
paparan penyakit dalam jangka waktu yang panjang common source epidemic dengan propagated
epidemic.
Kumpulan Rumus Perhitungan Epidemiologi
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
𝐶𝑟𝑢𝑑𝑒 𝐵𝑖𝑟𝑡ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑒 (𝐶𝐵𝑅) = 𝑥 1000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝐵𝐵 < 2500 𝑔𝑟


𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐵𝐵𝐿𝑅 = 𝑥10𝑥
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡


𝑃𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑥10𝑥
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢


𝐼𝑛𝑠𝑖𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑥10𝑥
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙


𝐶𝑟𝑢𝑑𝑒 𝑀𝑜𝑟𝑡𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑒 (𝐶𝑀𝑅) = 𝑥105
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑎𝑘 < 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


𝐼𝑛𝑓𝑎𝑛𝑡 𝑀𝑜𝑟𝑡𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑒 (𝐼𝑀𝑅) = 𝑥103
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑘𝑎𝑖𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛


𝑘𝑒ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙𝑎𝑛, 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑓𝑎𝑠
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝐼𝑏𝑢 (𝐴𝐾𝐼) = 𝑥105
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢


𝐶𝑎𝑠𝑒 𝐹𝑎𝑡𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑒 (𝐶𝐹𝑅) = 𝑥100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡

Referensi:
1. Permenkes No. 1501/Menkes/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan
2. Torok Michelle. Focus on Fielad Epidemiology. Epidemic Curves Ahead. UNC of School Public Health
North Carolina Center of Public Heallth Preparedness. 2004
3. Beaglehole R, Bonita R., Kjellstorm T. (1993) Basic Epidemiologi. World Health Organization, Geneva.
Penyelenggaraan Imunisasi Massal
Kegiatan imunisasi massal terdiri atas: PIN bertujuan untuk memutuskan mata
a. Backlog fighting Merupakan upaya aktif di rantai penyebaran suatu penyakit dan
tingkat Puskesmas untuk melengkapi meningkatkan herd immunity (misalnya
Imunisasi dasar pada anak yang berumur polio, campak, atau Imunisasi lainnya).
di bawah tiga tahun. Kegiatan ini Imunisasi yang diberikan pada PIN
diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa diberikan tanpa memandang status
yang selama dua tahun berturut-turut Imunisasi sebelumnya. 1
tidak mencapai UCI. 1 d. Cath Up Campaign (Kampanye)
b. Crash program Kegiatan ini dilaksanakan Merupakan kegiatan Imunisasi Tambahan
di tingkat Puskesmas yang ditujukan untuk massal yang dilaksanakan serentak pada
wilayah yang memerlukan intervensi sasaran kelompok umur dan wilayah
secara cepat untuk mencegah terjadinya tertentu dalam upaya memutuskan
KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan transmisi penularan agent (virus atau
dilakukan crash program adalah:1 bakteri) penyebab PD3I. Kegiatan ini biasa
1) Angka kematian bayi akibat PD3I dilaksanakan pada awal pelaksanaan
tinggi; kebijakan pemberian Imunisasi, seperti
2) Infrastruktur (tenaga, sarana, pelaksanaan jadwal pemberian Imunisasi
dana) kurang; dan baru.1
3) Desa yang selama tiga tahun e. Sub PIN Merupakan kegiatan serupa
berturut-turut tidak mencapai dengan PIN tetapi dilaksanakan pada
UCI. Crash program bisa wilayah terbatas (beberapa provinsi atau
dilakukan untuk satu atau lebih kabupaten/kota).1
jenis Imunisasi, misalnya campak, f. Imunisasi dalam Penanggulangan KLB
atau campak terpadu dengan (Outbreak Response Immunization/ORI)
polio. Pedoman pelaksanaan Imunisasi dalam
c. Pekan Imunisasi Nasional (PIN) penanganan KLB disesuaikan dengan
Merupakan kegiatan Imunisasi massal situasi epidemiologis penyakit masing-
yang dilaksanakan secara serentak di masing.1
suatu negara dalam waktu yang singkat.

Referensi:
1. Permenkes RI No. 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Desain Penelitian

Desain
Penelitian

Deskriptif Analitik

Studi survey Studi Kasus Observasional Eksperimental

Studi Cross Pre Quasi


Studi Prediksi Case Control
komparatif Sectional Eksperimen Eksperimen

Studi True
Studi evaluasi Cohort
Kepustakaan Eksperimen

Studi Historis Studi Korelasi

Desain Penelitian terbagi atas 2 kelompok: b. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan
dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus
Deskriptif konsisten dengan rumusan dan definisi dari
masalah
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk
c. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
ada hubungannya dengan masalah yang ingin
atau menggambarkan fenomena-fenomena yang
dipecahkan
ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena
d. Merumuskan hipotesis-hipotesis yang diuji
buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,
baik secara eksplisit maupun implisit jika
aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan,
diperlukan
kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang
e. Melakukan kerja lapangan untuk
satu dengan fenomena lainnya .
mengumpulkan data, gunakan teknik
Penelitian deskriptif memberikan beberapa
pengumpulan data yang cocok untuk
manfaat di antaranya:
penelitian
a. Memberikan masukan tentang pengalokasian
f. Membuat tabulasi serta analisis statistik
sumberdaya dalam rangka perencanaan yang
dilakukan terhadap data yang telah
efisien, kepada perencana kebutuhan,
dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik
administrator kesehatan, dan pemberi
sampai kepada batas-batas yang dapat
pelayanan kesehatan
dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang
b. Memberikan petunjuk awal untuk
sepadan.
merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel
g. Memberikan interpretasi dari hasil dalam
adalah faktor risiko penyakit.
hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin
Langkah-Langkah Umum dalam Desain
diselidiki serta dari data yang diperoleh dan
Penelitian Deskriptif
referensi khas terhadap masalah yang ingin
a. Memilih dan merumuskan masalah yang
dipecahkan.
menghendaki konsep ada kegunaan masalah
h. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari
tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber
penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin
yang ada
diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk jaminan pelayanan kesehatan masyarakat
kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian (jamkesmas), penelitian evaluasi tentang
i. Membuat laporan penelitian dengan cara program keluarga sadar gizi (kadarzi), dan
ilmiah penelitian evaluasi lainnya.
Jenis-jenis Desain Penelitian Deskriptif Jenis f. Studi Kepustakaan: studi deskriptif yang
desain penelitian deskriptif adalah sebagai berikut: dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun
a. Studi Survei: studi pengumpulan data yang informasi yang relevan dengan topik atau
relative terbatas dari kasuskasus yang relative masalah yang akan atau sedang diteliti dengan
besar jumlahnya. Notoatmodjo (2005) kepustakaan sebagai sumber utama. Informasi
menyatakan studi survei adalah suatu cara itu dapat diperoleh dari bukubuku ilmiah,
penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap laporan penelitian, karaangan-karangan
sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-
dalam jangka waktu tertentu. peraturan, ketetapan-ketetapan, buku
b. Studi Kasus Definisi studi kasus adalah suatu tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber
penelitian deskriptif yang melakukan tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.
penyelidikan intensif tentang individu, dan g. Studi Historis: suatu studi deskriptif yang
atau unit sosial yang dilakukan secara menggambarkan sejarah atau perjalan fakta,
mendalam dengan menemukan semua peristiwa, kejadian, dan fenomena lainnya
variabel penting tentang perkembangan pada objek penelitian. Penelitian historis
individu atau unit sosial yang diteliti . Misalnya merupakan penelaahan serta sumber-sumber
studi kasus kelompok penyakit kusta di rumah lain yang berisi informasi mengenai masa
sakit. lampau dan dilaksanakan secara sistematis.
c. Studi Komparatif: suatu studi survei deskriptif Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian
yang dilakukan dengan cara membandingkan yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi
persamaan dan perbedaan sebagai fenomena bukan yang terjadi pada waktu penelitian
untuk mencari faktor-faktor apa, atau situasi dilakukan.
bagaimana yang menyebabkan timbulnya
suatu peristiwa tertentu. Studi komparatif Analitik
disebut juga dengan studi perbandingan Observasional
karena secara esensi membandingkan variabel
• Cross Sectional:
penelitian. Definisi lain menjelaskan studi
Jenis Penelitian yang memepelajari dinamika
komparatif adalah suatu penelitian melalui
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek
cara dan metode membandingkan dengan
yang berupa penyakit atau status kesehatan
maksud untuk mengetahui ada tidaknya
tertentu dengan model pendekatan point time.
perbedaan suatu variabel.
Studi Cross Sectional mengukur variabel bebas
d. Studi Prediksi: suatu survei deskriptif yang
(faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) secara
digunakan untuk memperkirakan tentang
simultan atau pada saat yang bersamaan. Langkah-
kemungkinan munculnya suatu gejala
langkah desain penelitian Cross Sectional :
berdasarkan gejala lain yang sudah muncul dan
a. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian
diketahui sebelumnya. Misalnya
dan mengidentifikasi faktor risiko dan efek b
memperkirakan terjadinya kejadian luar biasa
b. Menetapkan subjek penelitian
penyakit DBD berdasarkan tingginya jumlah
c. Melakukan observasi atau pengukuran
jentik di lingkungan sekitar masyarakat.
variabel-variabel
e. Studi Evaluasi: suatu studi survei deskriptif
d. Melakukan analisis korelasi dengan
yang dilakukan untuk melihat suatu program
membandingkan proporsi antar kelompok
yang sedang atau sudah berjalan. Misalnya
penelitian evaluasi tentang pelaksaan
posyandu di Kabupaten/Kota, penelitian
evaluasi tentang pelaksanaan program
Perhitungan Rasio Prevalens • Cohort
Prevalence Ratio (PR) dipakai utk penyakit Studi kohort adalah rancangan studi yang
yang periode berisikonya terbatas (restricted risk mempelajari hubungan antara paparan dan
period), yaitu biasanya penyakit akut, sebagai penyakit, dengan cara membandingkan kelompok
estimasi terhadap Incident Density Ratio (IDR) terpapar dan tidak terpapar berdasarkan status
penyakit.

Efek
Faktor Risiko
Ya Tidak
Ya A B
Tidak C D

𝑎
(𝑎 + 𝑏)
𝑃𝑅 = 𝑐
(𝑐 + 𝑑)
Langkah-langkah desain penelitian kohort:
PR = 1, maka faktor resiko tidak berpengaruh atas a. Menetapkan pertanyaan penelitian & hipotesis
b. Menetapkan kohort
timbulnya efek atau dikatakan bersifat netral
PR > 1, maka faktor resiko merupakan penyebab c. Memilih kelompok kontrol
d. Mengidentifikasi variabel penelitian
timbulnya penyakit
e. Mengamati timbulnya efek
PR < 1, maka faktor resiko bukan menjadi penyebab
f. Menganalisis hasil
timbulnya penyakit bahkan merupakan faktor
Kelompok Terpapar adalah suatu kelompok
protektif
dari populasi yang anggotanya telah terpapar faktor
risiko yang dimaksud. Kelompok terpapar dapat
Kelebihan studi Cross Sectional:
diperoleh dari dua sumber, yaitu populasi umum
a. Relatif mudah, murah, hasilnya cepat
dan populasi khusus.
diperoleh.
b. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel Populasi umum dapat digunakan jika:
a. Prevalensi paparan pada populasi cukup tinggi
sekaligus.
c. Memungkinkan penggunaan populasi dari b. Mempunyai batas geografik yang jelas
c. Secara demografik stabil
masyarakat umum, tidak hanya pasien saja,
d. Ketersediaan catatan demografik yang lengkap
sehingga lebih general.
dan up to date.
d. Jarang terancam loss to follow-up (drop-out).
Kekurangan studi Cross Sectional:
a. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat Perhitungan Relative Risk
karena pengambilan data resiko dan data efek Ukuran derajat kesehatan yang digunakan
yang dilakukan bersamaan. dalam desain penelitian kohort adalah Relative Risk
b. Membutuhkan jumlah subyek yang banyak, atau risiko relative (RR), yang perhitungannya
terutama bila variabelnya banyak. adalah sebagai berikut:
c. Studi prevalensi hanya menjaring subyek yang
telah mengidap penyakit cukup lama. Efek
d. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, Faktor Risiko
Ya Tidak
insidens maupun prognosis.
Ya A B
Tidak C D
𝑎 Kekurangan desain penelitian kohort:
(𝑎 + 𝑏) a. Memerlukan waktu yang lama dan biaya mahal
𝑅𝑅 = 𝑐 b. Seringkali rumit
(𝑐 + 𝑑)
c. Kurang efisien untuk meneliti kasus yang
jarang terjadi
Interpretasi nilai RR sebagai berikut: d. Terancam terjadinya drop out atau terjadinya
RR = 1, maka faktor yang diteliti bukan sebagai perubahan intensitas pajanan
factor risiko e. Dapat menimbulkan maslh etika, karena
RR<1, maka faktor yang diteliti (faktor risiko) membiarkan subjek terpajan faktor yang
merupakan faktor protektif (pencegah terjadinya dicurigai sebagai faktor risiko
efek) Cohort Prospektif: dimulai saat ini dan diikuti ke
RR>1, maka faktor yang diteliti (faktor risiko) depan sampai terjadi penyakit.
merupakan faktor penyebab Cohort Retrospektif: peneliti “kembali ke masa lalu”
melalui rekam medik, mencari subyek yang sehat
Kelebihan desain penelitian kohort: pada tahun tertentu kemudian mengikuti
a. Desain terbaik dalam menentukan insidens perkembangannya melalui catatan rekam medik
dan perjalanan penyakit hingga terjadinya penyakit.
b. Dapat menentukan kasus yang fatal / progresif
c. Dapat meneliti beberapa efek sekaligus dari
suatu faktor risiko tertentu
d. Dapat meneliti berbagai masalah kesehatan
yang makin meningkat

Waktu
Penelitian
Masa Lampau Saat ini Masa Depan
Cross Sectional
Menilai pajanan dan efek
Case Control
Menilai Pajanan Menilai Efek
Prospective Cohort
Menilai Pajanan Menilai efek
Retrospective Cohort
Menilai Pajanan Menilai efek

• Case Control
Case Control adalah desain penelitian yang
mempelajari hubungan antara paparan (faktor
penelitian) dan penyakit dengan cara
membandingkan kelompok kasus dan kelompok
kontrol berdasarkan status paparannya. Tujuan
studi kasus kontrol ini adalah untuk
mengindentifikasi faktor-faktor risiko terjadinya
suatu penyakit.
Langkah-langkah penelitian dengan desain Perhitungan Odds Ratio
kasus control adalah: Pada desain penelitian kasus control
a. Menetapkan pertanyaan penelitian dan ukuran derajat kesehatan yang dapat digunakan
hipotesis adalah Odds Ratio (OR). Perhitungan OR adalah
b. Mendeskripsikan faktor risiko dan efek (kasus) sebagai berikut:
c. Menentukan sampel pada kelompok kasus dan
kelompok kontrol Efek
d. Melakukan pengukuran efek dan faktor risiko Faktor Risiko
Ya Tidak
e. Menganalisis data
Tiga hal penting yang perlu diperhatikan ketika Ya A B
memilih kasus dalam penelitian case control yaitu: Tidak C D
a. Kriteria Diagnosis Kriteria diagnosis dan definisi
operasional kasus harus dibuat sejelas jelasnya 𝐴𝐷
agar tidak menimbulkan bias pengukuran (bias 𝑂𝑅 =
𝐵𝐶
misklasifikasi).
b. Populasi Kasus Populasi sumber kasus dapat
Interpretasi dari nilai OR sebagai berikut:
berasal dari rumah sakit (hospital based), dan
OR = 1, maka faktor yang diteliti bukan sebagai
populasi/ masyarakat/ komunitas (population
factor risiko
based).
OR<1, maka faktor yang diteliti (faktor risiko)
c. Jenis data penyakit Dalam pemilihan kasus
merupakan faktor protektif (pencegah terjadinya
jenis data penyakit yang digunakan sebaiknya
efek)
adalah data insiden.
OR>1, maka faktor yang diteliti (faktor risiko)
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
merupakan faktor penyebab
kontrol dalam penelitian case control adalah
a. Karakter populasi sumber kasus Kontrol yang
Kelebihan desain Case Control:
terpilih tidak perlu mencerminkan populasi
a. Dapat untuk meneliti kasus yang masa
semua individu yang tak terkena penyakit yang
latennya panjang
diteliti. Yang penting, kontrol harus dipilih dari
b. Hasilnya cepat sehingga biayanya relatif
populasi individu-individu yang memiliki
sedikit.
karakteristik serupa dengan populasi asal kasus
c. Tidak membutuhkan subyek penelitian yang
tetapi tidak berpenyakit yang diteliti. Kontrol
banyak.
yang terpilih sedemikian itu mungkin saja
d. Memungkinkan untuk mengidentifikasi
mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan
berbagai faktor resiko sekaligus dalam satu
populasi umum dalam banyak faktor luar.
penelitian
b. Matching Untuk mendapatkan control yang
Kekurangan desain Case Control:
baik ialah dengan cara melakukan matching
a. Dapat menyebabkan recall bias, karena data
yaitu memilih control yang memiliki
faktor resiko diperoleh dengan hanya
karakteristik yang sama dengan kasus dalam
mengandalkan catatan medik atau ingatan
semua variabel yang mungkin berperan
subyek.
sebagai faktor risiko kecuali variabel yang
b. Validasi informasi sukar diperoleh
diteliti
c. Tidak dapat memberikan insidens rate
c. Sumber Kontrol Ada beberapa sumber
d. Tidak dapat menentukan lebih dari satu
populasi yang dapat digunakan untuk memilih
variabel dependen, hanya berkaitan dg satu
kontrol, yaitu
efek / penyakit.
a. Rumah sakit
b. Populasi Umum
c. Kerabat
Eksperimental b. Penelitian eksperimental factorial, dimana variabel
Penelitian eksperimen adalah penelitian dimana bebasnya tidak dapat dimanipulasi dengan
peneliti dengan sengaja memberikan perlakuan sempurna oleh peneliti; dianalogikan sebagai
(treatment) atau intervensi kepada subyek penelitian penelitiann eksperimental kuasi.
dengan tujuan untuk mempelajari efek dari perlakuan
yang diberikan tersebut. Penelitian eksperimen harus Menurut Campbell dan Stanley, terdapat 3 jenis
memenuhi syarat yaitu adanya Replikasi, Randomisasi penelitian eksperimental, yaitu:
dan Kontrol. Replikasi adalah banyaknya unit eksperimen • Pre Eksperimen: Penelitian yang belum
yang mendapat perlakuan yang sama pada kondisi memenuhi syarat control atau
tertentu. Randomisasi adalah keadaan dimana setiap
randomisasi
setiap unit eksperimen mempunyai kesempatan yang
sama untuk mendapatkan perlakuan. Kontrol adalah • Quasi Eksperimen: Penelitian yang telah
pembanding yang berfungsi untuk meningkatkan memenuhi syarat control dan randomisasi
kuatnya uji. namun kelompoknya tidak ekuivalen.
Menurut Weiss dkk, terdapat 2 jenis penelitian • True Eksperimen: Penelitian yang telah
eksperimental, yaitu;
memenuhi syarat control dan
a. Penelitian eksperimental fungsional dimana variabel
bebasnya dapat dimanipulasi dengan sempurna
randomisasi.
oleh peneliti; yang dapat dianalogikan dengan
eksperimental murni.

Referensi
1. Irmawartini, Nurhaedah. Metodologi Penelitian. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2017
Teknik Pengambilan Sampel

Teknik
Pengambilan
Sampel

Probability Non-Probability
Sampling Sampling

Systematic
Simple Random Purposive Judgemental
Random
Sampling Sampling Sampling
Sampling

Stratified Accidental/
Cluster Random
Random Convenience Quota Sampling
Sampling
Sampling Sampling

Snowball
Sampling

Probability Sampling
Pada Teknik pengambilan sampel dengan
metode probability sampling, setiap elemen
populasi memiliki probabilitas yang diketahui untuk
terpilih sebagai sampel. Pada pengambilan sampel
probabilitas ini elemen populasi untuk terpilih
sebagai sampel diketahui, maka reliabilitas hasil
penelitian dapat dievaluasi berdasarkan teori
probabilitas sehingga pengambilan sampel menjadi
lebih objektif.

Simple Random Sampling


Simple random sampling digunakan jika Kelebihan: nilai rata-rata sampel merupakan
populasi dianggap homogen. Tersedia daftar atau estimator rata-rata populasi yang unbiased dan
list dari seluruh unit populasi, berikut nomor urut pelaksanaannya mudah.
dari seluruh unit populasi. Daftar atau list disebut
sebagai kerangka sampel. Pengambilan unit sampel Kekurangan:
dapatdilakukan dengan melalui undian atau a. Sampel dapat menyebar pada jarak yang jauh
menggunakan bilangan acak. atau justru akan mengumpul pada area
tertentu.
b. Diperlukan daftar lengkap dari seluruh unit
populasi.
c. Sampel tidak tipikal untuk populasinya.
Systematic Random Sampling Keuntungan:
Systematic random sampling digunakan untuk a. semua ciri-ciri populasi yang heterogen dapat
populasi yang dianggap homogen dan tersedia terwakili,
daftar dari seluruh unit populasi, berikut nomor b. kemungkinan bagi peneliti untuk dapat
urutannya. Pengambilan sampel yang pertama meneliti hubungan antara tiap stata dan
dilakukan sama dengan pada simple random membandingkannya.
sampling, sedangkan untuk sampel kedua dan
seterusnya ditentukan secara sistematik, yaitu
meloncat ke nomor berikutnya dengan jarak yang
tertentu sebesar N/n, dinamakan N adalah jumlah
unit populasi dan n adalah jumlah unit sampel.

Kelebihan:
a. Caranya relatif mudah
b. Variasi akan lebih kecil dibandingkan dengan
cara lain
c. Membutuhkan waktu dan biaya yang relatif
lebih rendah

Kekurangan: Kekurangan:
a. Setiap unit sampel tidak mempunyai
a. Kondisi populasi harus diketahui terlebih
peluang yang sama untuk diambil sebagai dahulu agar dapat dilakukan stratifikasi
sampel. dengan baik
b. Bila terdapat suatu kecendrungan tertentu b. sulit untuk membuat kelompok yang
maka metode ini menjadi kurang sesuai. homogen.

Stratified Random Sampling Cluster Random Sampling


Dalam metode ini populasi yang Pada Cluster random sampling, analisa
heterogen dibagi kedalam lapisan-lapisan (strata) dalam populasi digolongkan kedalam gugus-gugus
yang seragam. Hal ini dilakukan karena dalam (klaster), dan ini merupakan satuan-satuan dimana
praktek sering dijumpai populasi yang tidak sampel akan diambil. Jumlah klaster yang diambil
homogen. Jika jumlah tiap unit dalam setiap strata sebagai sampel harus secara acak. Kemudian unit
sama, maka digunakan cara simple stratified penelitian dalam klaster tersebut diteliti semua.
random sampling. Tetapi jika jumlah unit dalam tiap Pada metode ini unit samplingnya terdiri dari satu
strata tidak sama, digunakan proportional stratified elemen populasi, dimana setiap unit sampling
random sampling. adalah gugusan atau grup dari elemen populasi.
Keuntungan cara: Quota sampling
a. Penyebaran unit populasi dapat dihindari. Memilih sampel dengan mencirikan lebih
b. Tidak diperlukan daftar dari seluruh unit dahulu segala sesuatu yang berhubungan dengan
populasi tetapi cukup daftar unit populasi pengambilan sampel, dengan demikian pengumpul
dalam cluster/area yang terpilih. data hanya mengumpulkan data mengenai sesuatu
Kelemahannya: yang telah dicirikan, akan tetapi pengambilan unit
a. Sulit diperoleh cluster/area dengan samplingnya ditentukan oleh pengambil sampel
heterogenitas yang benar-benar sama. dengan cara menentukan quota.

Non Probability Sampling Snowball Sampling


Teknik non probability sampling adalah Teknik pengambilan sampel dengan
Teknik pengambilan sampel yang tidak didasarkan memina subjek untuk merekomendasikan orang
pada probabilitas. Reliabilitas hasil penelitian tidak lain untuk turut serta dalam penelitian.
dapat dilakukan evaluasi matematis.
Judgement Sampling
Keuntungan:
Memilih sampel dengan cara memakai proses
a. Mudah dilaksanakan.
seleksi bersyarat.
b. Tidak membutuhkan waktu lama.
c. Tidak membutuhkan biaya besar.
Purposive Sampling
Kerugian:
Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa
a. Probalilitas setiap unit sampel tidak diketahui
pertimbangan misalnya alasan keterbatasan waktu,
sehingga tidak objektif.
tenaga dan biaya sehingga tidak dapat mengambil
b. Sampel yang terpilih tidak dapat mewakili
sampel yang besar dan jauh. Sampling dilakukan
populasi keseluruhan.
dengan syarat:
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas
Convenience/Accidental Sampling
ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu,
Pemilihan sampel dengan metode ini
yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
dilakukan seadanya berdasarkan kemudahan
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-
dalam menemukan sampel. Metode ini tidak
benar merupakan subjek yang paling banyak
mempermasalahkan apakah sampel representatif
mengandung ciri-ciri yang terdapat pada
dari populasi. populasi.
b. Penentuan karakteristik populasi dilakukan
dengan cermat di dalam studi pendahuluan.

Referensi:
1. Irmawartini, Nurhaedah. Metodologi Penelitian. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2017
Uji Hipotesis
Hipotesis Hipotesis Alternatif/ Hipotesis Kerja (Ha): Jika
Hipotesis nol (H0): Jika landasan teori mengarahkan tinjauan teoritis mengarahkan kesimpulan
kepada kesimpulan “tidak ada hubungan” atau ke “terdapat hubungan” atau “terdapat perbedaan”
“tidak ada perbedaan”

Jenis Hipotesis
Skala
Komparatif
Pengukuran Korelatif
Tidak berpasangan Berpasangan
2 Kelompok >2 Kelompok 2 Kelompok >2 Kelompok
Numerik Independent T One Way Dependent T Repeated Pearson
Test ANOVA Test ANOVA
Spearman
Kategorik
Mann Whitney Kruskal Wallis Wilcoxon Friedman Somers’d
(Ordinal)
Gamma
Chi Square
McNemar, Cochran Marginal Koefisien
Fisher
Kategorik Homogeneity Wilcoxon, Friedman Kongenital
Kolmogorov-Smirnov
(Prinsip P x K) Lambda
(Tabel B x K)

Komparasi : Mencari hubungan Regresi : Mencari variable yang


Korelasi : Mengukur kekuatan paling berpengaruh
asosiasi antara variabel
- Numerik-Numerik : Pearson - Regresi Linier : Kategorik
- Numerik-Kategorik : Spearman - Regresi Logistik : Numerik

T Tidak
2 Kelompok Mann-Whitney
Berpasangan
Tidak
Berpasangan
One Way
>2 kelompok Kruskall Wallis
Komparasi: ANOVA
Kategorik-
Numerik
2 Kelompok T Berpasangan Wilcoxon

Berpasangan
Repeated
>2 Kelompok Friedman
ANOVA

Distribusi Normal Distribusi


Tidak Normal
Jenis-Jenis Data
Kategorik Numerik
Nominal Ordinal Interval Rasio
Ciri Perhitungan Pengukuran
Tidak Bertingkat/ Bertingkat,
matematis tanpa 0 matematis dengan 0
berurutan berurutan
absolut absolut
Ada beda V V V V
Ada tingkatan - V V V
Ada jarak - - V V
Ada kelipatan - - - V
Nol Mutlak - - - V

Uji Diagnostik
Sakit
Hasil Tes
(+) (-)
A B Positive Predictive Value
(+) 𝑎
True Positive False Positive
(𝑎 + 𝑏)
Negative Predictive
C D Value
(-) 𝑎
False Negative True Negative
(𝑎 + 𝑏)
Sensitivity Spesificity
𝑎 𝑎
(𝑎 + 𝑏) (𝑎 + 𝑏)

Keterangan:
Positive Predictive Value: Persentase pasien sakit dengan hasil tes (+)
Negative Predictive Value: Persentase pasien tidak sakit dengan hasil tes (-)
Sensitivity: Kemampuan tes untuk mengidentifikasi individu yang sakit
Spesificity: Kemampuan tes untuk mengidentifikasi individu yang tidak sakit

Referensi:
1. Irmawartini, Nurhaedah. Metodologi Penelitian. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2017

Anda mungkin juga menyukai