Disusun Oleh :
SEMARANG
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konselor
Konselor adalah satu di antara orang yang terlibat langsung dalam
melaksanakan konseling. Konselor disebut sebagai helper, yaitu orang mempunyai
kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan, serta terlatih untuk membantu orang
lain. Konselor mempunyai persepsi dan sifat-sifat diri yang berbeda dengan orang lain
yang bukan konselor. Lawrence M. Brammer (1990: 26-42), mengemukakan ciri-ciri
seorang konselor sebagai helper yang baik, adalah sebagai berikut:
1. Konselor sebagai diri pribadi yang baik
2. Konselor sebagai peneliti klien
Konselor harus sadar dan memikirkan bahwa mereka harus memiliki
kerangka kerja selama proses keonseling berlangsung. Secara sistematis
mengumpulkan data tentang diri klien (konseli). Konselor yang kritis dapat melihat
informasi tentang proses dan keterampilan yang lebih efektif. Namun tidak semua
konselor dapat menjadi peneliti tingkah laku yang baik, karena tidak semua
konselor mampu berfikir kritis.
3. konselor sebagai fasilitator pertumbuhan dan perkembangan klien
3
3. Model pendekatan membangun tingkah laku.
Pendekatan membangun tingkah laku lebih menekankan pembinaan
lingkungan. Artinya, pendekatan yang berorientasi pada bantuan yang diberikan,
terdiri dari pengubahan lingkungan fisik maupun psikis untuk menemukan kebutuhan-
kebutuhan utama klien yang mungkin menjadi sumber penyebab terjadinya masalah.
Tugas konselor pada dasarnya adalah usaha memberikan bimbingan kepada
konseli dengan maksud agar konseli mampu mengatasi permasalahan dirinya. Tugas
ini berkaku bagi siapa saja yang bertindak sebagai konselor.1
B. Pengertian Konseli
Konseli adalah seorang individu yang sedang mengalami masalah, atau
setidaknya sedang mengalami sesuatu yang ingin disampaikan kepada orang lain. Klien
menanggung semacam beban, uneg-uneg, atau mengalami suatu kekurangan yang ingin
diisi, atau ada suatu yang perlu dikembangkan pada dirinya. Semuanya agar dia
mendapatkan suasana pikiran atau perasaan yang lebih ringan, memperoleh nilai
tambah, hidup lebih berarti, dan hal-hal positif lainnya selama menjalani hidup seharian
dalam rangka kehidupan dirinya secara menyeluruh.2
Menurut Willis (2009) mendefinisikan klien adalah setiap individu yang
diberikan bantuan profesional oleh seorang konselor atas permintaan dirinya sendiri
atau orang lain. Pengertian yang hampir sama juga diungkapkan oleh Rogers (dikutip
dari Latipun, 2001) yang mengartikan konseli sebagai individu yang datang kepada
konselor dalam keadaan cemas dan tidak kongruensi.
Ada kebutuhan mendesak, harapan mendesak, dan menemukan jalan buntu,
sehingga konseli sadar bahwa ia membutuhkan bantuan profesional untuk menangani
masalahnya. Pada prinsipnya, konseli yang datang kepada konselor atas keinginannya
sendiri lebih memiliki harapan keberhasilan proses konseling yang akan dijalani.
Harapan ini diungkapkan Willis (2009) berupa harapan untuk tumbuh, berkembang,
produktif, kreatif, dan mandiri.
Tetapi adakalanya, kehadiran konseli dalam konseling bukanlah atas
keinginannya sendiri. Bahkan konseli tidak sadar bahwa ia memiliki masalah dan
menolak menemui konselor, pada awalnya karena ketakutan dianggap memiliki
1
Samsul Munir Islam, 2013, Bimbingan dan konseling islam, (Jakarta: Amzah) Hlm.56-58
2
Kukuh Jumi Adi, 2013, Esensial Konseling: Pendekatan Traint and Factor dan Client Centerd, (Yogyakarta:
Garudawcha)
4
gangguan kepribadian. Untuk menyikapi hal ini, bahwa pihak keluargalah yang paling
berhak untuk memberikan pemahaman pada konseli arti pentingnya konseling dalam
mengatasi masalah konseli.
3
Namora Lumongga Lubis, 2014. Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, (Jakarta:
Kencana) Hlm. 57-58.
5
3. Keterlibatan klien, hal ini sangat ditentukan keterbukaan klien dihadapan konselor.
Konselor harus meyakinkan klien agar jujur mengemukakanmasalah, perasaan, dan
harapan yang ingin dicapainya dalam konseling.4
Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus.
Dalam ayat ini Allah SWT memberikan petunjuk yang berhubungan dengan
adanya proses pelayanan konseling yang dilakukan oleh konselor dan konseli dalam
bimbingan konseling agama. Dalam proses tersebut seorang koselor yang sedang
menangani suatu kasus dari seorang konseli dapat memberikan pengarahan agar
masalah yang dihadapi konseli tetap berada dijalan Allah yaitu sebagai agama yang
lurus.
Konseling Islam mempunyai peranan penting dalam kegiatan dakwah Islam.
Dapat diartikan dalam melakukan proses konseling yang sedang berlangsung konselor
dapat melakukan dakwah antar individu, yaitu ajakan atau seruan ke jalan Allah yang
dilakukan seorang konselor kepada konseli. Agar konseli menuju pada keadaan yang
lebih baik dan diridhai Allah SWT. Sudah seharusnya peran konseling Islam lebih
dioptimalkan agar ajaran Islam betul-betul dapat dijadikan sebagai pedoman dan
petunjuk dalam kehidupan sehari-hari.5
4
Namora Lumongga Lubis, 2014., Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, (Jakarta:
Kencana) Hlm. 61.
5
Abdul Basit, 2017, Konseling Islam, (Depok: Kencana) Hlm. 17.
6
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Konselor adalah satu di antara orang yang terlibat langsung dalam melaksanakan
konseling. Konselor disebut sebagai helper, yaitu orang mempunyai kemampuan,
kesanggupan, dan keterampilan, serta terlatih untuk membantu orang lain. Lawrence M.
Brammer (1990: 26-42), mengemukakan ciri-ciri seorang konselor sebagai helper yang baik,
adalah sebagai berikut:
1. Konselor sebagai diri pribadi yang baik
2. Konselor sebagai peneliti klien
3. konselor sebagai fasilitator pertumbuhan dan perkembangan klien
Konseli adalah seorang individu yang sedang mengalami masalah, atau setidaknya
sedang mengalami sesuatu yang ingin disampaikan kepada orang lain. Klien menanggung
semacam beban, uneg-uneg, atau mengalami suatu kekurangan yang ingin diisi, atau ada
suatu yang perlu dikembangkan pada dirinya. Semuanya agar dia mendapatkan suasana
pikiran atau perasaan yang lebih ringan, memperoleh nilai tambah, hidup lebih berarti, dan
hal-hal positif lainnya selama menjalani hidup seharian dalam rangka kehidupan dirinya
secara menyeluruh.
Konselor dan konseli adalah unsur-unsur yang terdapat dalam konseling selain
konseling itu sendiri. Hal yang perlu diketahui konselor adalah sikap bersedia atau menolak
seorang konseli untuk digali permasalahannya dipengaruhi oleh bagaimana hubungan yang
terjalin dalam konseling. Namun nilai-nilai agama yang dianut konseli merupakan hal yang
perlu dipertimbangkan bagi konselor dalam proses pelayanan konseling agama. Konseling
Islam mempunyai peranan penting dalam kegiatan dakwah Islam. Dapat diartikan dalam
melakukan proses konseling yang sedang berlangsung konselor dapat melakukan dakwah
antar individu
7
DAFTAR PUSTAKA
Munir Islam, Samsul. 2013. Bimbingan dan konseling islam. Jakarta: Amzah
Jumi Adi, Kukuh. 2013. Esensial Konseling; Pendekatan Traint and Factor dan Client Centerd.
Yogyakarta: Garudawcha
Lumongga Lubis, Namora. 2014. Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta:
Kencana
Basit, Abdul. 2017. Konseling Islam. Depok: Kencana