Anda di halaman 1dari 8

Makalah

Hubungan Konseli dan Konselor dalam Bimbingan Konseling Agama


Disusun guna memenuhi tugas

Mata kuliah: Bimbingan dan Konseling Agama

Dosen Pengampu : Dra. Maryatul Kibtyah, M.Pd.

Disusun Oleh :

Anilifa Thoniyah (1801016081)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kualitas konselor adalah semua kriteria keunggulan termasuk pribadi,


pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan nilai- nilai yang dimiliki konselor, yang akan
menentukan keberhasilan (efektivitas) proses bimbingan dan konseling. Salah satu kualitas
adalah kualitas pribadi konselor, yang menyangkut segala aspek kepribadian yang amat
penting dan menentukan efektivitas konseling.

Konseli juga dilatarbelakangi oleh sikap, nilai-nilai, pengalaman, perasaan,


budaya, sosial, ekonomi, dsb. Semua itu membentuk kepribadiannya. Saat berhadapan
dengan konselor didalam proses konseling, maka latar belakang tersebut akan muncul baik
dengan sengaja dimunculkan maupun muncul dengan sendirinya, seperti sikap. Ada
konseli yang bersikap curiga terhadap konselor sehingga tidak mau terbuka dalam
pembicaraan, ada tlagi konseli emosional, marah, dan menyerang konselor dengan kata-
kata. Dibalik itu ada yang diam saja, mengangguk-ngangguk saja dan sedikit sekali
kalimat yang keluar dari mulutnya. Ada juga konseli yang acuh tak acuh alias cuek, tapi
akan ditemukan pula yang agkuh, manja dan tergantung pada konselor dan banyak pula
yang menolak.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari Konselor?

2. Apa pengertian dari Konseli?

3. Bagaiman hubungan Konseli dan Konselor dalam Bimbingan Konseling Agama?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konselor
Konselor adalah satu di antara orang yang terlibat langsung dalam
melaksanakan konseling. Konselor disebut sebagai helper, yaitu orang mempunyai
kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan, serta terlatih untuk membantu orang
lain. Konselor mempunyai persepsi dan sifat-sifat diri yang berbeda dengan orang lain
yang bukan konselor. Lawrence M. Brammer (1990: 26-42), mengemukakan ciri-ciri
seorang konselor sebagai helper yang baik, adalah sebagai berikut:
1. Konselor sebagai diri pribadi yang baik
2. Konselor sebagai peneliti klien
Konselor harus sadar dan memikirkan bahwa mereka harus memiliki
kerangka kerja selama proses keonseling berlangsung. Secara sistematis
mengumpulkan data tentang diri klien (konseli). Konselor yang kritis dapat melihat
informasi tentang proses dan keterampilan yang lebih efektif. Namun tidak semua
konselor dapat menjadi peneliti tingkah laku yang baik, karena tidak semua
konselor mampu berfikir kritis.
3. konselor sebagai fasilitator pertumbuhan dan perkembangan klien

Ada tiga macam model bantuan yang dapat dilakukan konselor.


1. Model pendekatan ulama atau pendeta
Model pendektan bantuan ini menekankan kepada pelaksanaan keagamaan,
menginterprestasikan tulisan-tulisan yang di sakralkan dan memberikan bantuan
spiritual. Bantuan yang dapat diberikan berupa resep untuk hidup baik dan
sejahtera di akhirat nanti.
2. Model pendekatan medis
Model ini memberikan layanan dalam bentuk diagnosis terhadap keluhan-
keluhan yang dialami klien. Bantuan yang diberikan merupakan usaha untuk
memecahkan masalah klien. Unsur treatment merupakan kunci utama pendekatan
medis ini. Pada umumnya model pendekatan medis menggunakan langkah-
langkah : pengumpulan data, analisis data, diagnosis, prognosis, terapi, dan
langkah terakhir adalah tindak lanjut.

3
3. Model pendekatan membangun tingkah laku.
Pendekatan membangun tingkah laku lebih menekankan pembinaan
lingkungan. Artinya, pendekatan yang berorientasi pada bantuan yang diberikan,
terdiri dari pengubahan lingkungan fisik maupun psikis untuk menemukan kebutuhan-
kebutuhan utama klien yang mungkin menjadi sumber penyebab terjadinya masalah.
Tugas konselor pada dasarnya adalah usaha memberikan bimbingan kepada
konseli dengan maksud agar konseli mampu mengatasi permasalahan dirinya. Tugas
ini berkaku bagi siapa saja yang bertindak sebagai konselor.1

B. Pengertian Konseli
Konseli adalah seorang individu yang sedang mengalami masalah, atau
setidaknya sedang mengalami sesuatu yang ingin disampaikan kepada orang lain. Klien
menanggung semacam beban, uneg-uneg, atau mengalami suatu kekurangan yang ingin
diisi, atau ada suatu yang perlu dikembangkan pada dirinya. Semuanya agar dia
mendapatkan suasana pikiran atau perasaan yang lebih ringan, memperoleh nilai
tambah, hidup lebih berarti, dan hal-hal positif lainnya selama menjalani hidup seharian
dalam rangka kehidupan dirinya secara menyeluruh.2
Menurut Willis (2009) mendefinisikan klien adalah setiap individu yang
diberikan bantuan profesional oleh seorang konselor atas permintaan dirinya sendiri
atau orang lain. Pengertian yang hampir sama juga diungkapkan oleh Rogers (dikutip
dari Latipun, 2001) yang mengartikan konseli sebagai individu yang datang kepada
konselor dalam keadaan cemas dan tidak kongruensi.
Ada kebutuhan mendesak, harapan mendesak, dan menemukan jalan buntu,
sehingga konseli sadar bahwa ia membutuhkan bantuan profesional untuk menangani
masalahnya. Pada prinsipnya, konseli yang datang kepada konselor atas keinginannya
sendiri lebih memiliki harapan keberhasilan proses konseling yang akan dijalani.
Harapan ini diungkapkan Willis (2009) berupa harapan untuk tumbuh, berkembang,
produktif, kreatif, dan mandiri.
Tetapi adakalanya, kehadiran konseli dalam konseling bukanlah atas
keinginannya sendiri. Bahkan konseli tidak sadar bahwa ia memiliki masalah dan
menolak menemui konselor, pada awalnya karena ketakutan dianggap memiliki

1
Samsul Munir Islam, 2013, Bimbingan dan konseling islam, (Jakarta: Amzah) Hlm.56-58
2
Kukuh Jumi Adi, 2013, Esensial Konseling: Pendekatan Traint and Factor dan Client Centerd, (Yogyakarta:
Garudawcha)

4
gangguan kepribadian. Untuk menyikapi hal ini, bahwa pihak keluargalah yang paling
berhak untuk memberikan pemahaman pada konseli arti pentingnya konseling dalam
mengatasi masalah konseli.

C. Hubungan Konseli dan Konselor dalam Bimbingan Konseling Agama


Konselor dan konseli adalah unsur-unsur yang terdapat dalam konseling selain
konseling itu sendiri. Hal yang perlu diketahui konselor adalah sikap bersedia atau
menolak seorang konseli untuk digali permasalahannya dipengaruhi oleh bagaimana
hubungan yang terjalin dalam konseling. Hubungan konseling antara konselor dan
konseli adalah hubungan yang bersifat professional. Bentuk hubungan konseling dapat
pula di kembangkan pada berbagai profesi dan hubungan dalam kehidupan, seperti
kedokteran, perusahaan, sekolah, dan pelatih. Hubungan konseling dalam berbagai
setting tersebut menunjukkan bahwa adanya kebutuhan dan keterkaitan dalam setiap
aspek kehidupan. Untuk mencapai keterbukaan itu sikap dan keahlian konselor
memegang peranan penting. Sifat-sifat tersebut meliputi empati, jujur, asli, toleransi,
respek, menerima, dan komitmen terhadap hubungan konseling.3
Bishop mengemukakan bahwa nilai-nilai agama (religius values) penting untuk
dipertimbangkan oleh konselor dalam proses konseling, agar proses konseling terlaksana secara
efektif (Bishop 1992:179). Dalam proses konseling ini, seorang konseli yang fanatik
dalam keagamaannya akan meyakini bahwa permasalahan yang dihadapi akan
terselesaikan melalui nilai-nilai agama. Oleh karena itu, dalam proses konseling ini
nilai-nilai agama yang dianut konseli merupakan hal yang perlu dipertimbangkan bagi
konselor.
Membangun hubungan konseling bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk itu,
Willis (2009) mengemukakan beberapa hal yang harus dipelihara dalam hubungan
konseling yang harus diketahui konselor, yakni:
1. Kehangatan, hal ini akan menjadikan konseling tidak berlangsung dengan kaku dan
formal. Ada rasa persahabatan dan semangat yang terbentuk bila terjadi kehangatan
konseling.
2. Hubungan yang empati, yaitu konselor dapat merasakan apa yang dirasakan klien
serta memahami diri dan masalah yang dihadapi klien.

3
Namora Lumongga Lubis, 2014. Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, (Jakarta:
Kencana) Hlm. 57-58.

5
3. Keterlibatan klien, hal ini sangat ditentukan keterbukaan klien dihadapan konselor.
Konselor harus meyakinkan klien agar jujur mengemukakanmasalah, perasaan, dan
harapan yang ingin dicapainya dalam konseling.4

Dalam QS. Al-Bayyinah ayat 5, Allah SWT berfirman:

ِ ِ‫َو َما أُ ِم ُروا إِاَّل ِليَ ْعبُدُوا هَّللا َ ُم ْخل‬


َّ ‫صينَ لَهُ الدِّينَ ُحنَفَا َء َويُقِي ُموا ال‬
ۚ َ‫صاَل ةَ َويُ ْؤتُوا ال َّز َكاة‬
‫َو ٰ َذلِكَ ِدينُ ا ْلقَيِّ َم ِة‬

Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus.
Dalam ayat ini Allah SWT memberikan petunjuk yang berhubungan dengan
adanya proses pelayanan konseling yang dilakukan oleh konselor dan konseli dalam
bimbingan konseling agama. Dalam proses tersebut seorang koselor yang sedang
menangani suatu kasus dari seorang konseli dapat memberikan pengarahan agar
masalah yang dihadapi konseli tetap berada dijalan Allah yaitu sebagai agama yang
lurus.
Konseling Islam mempunyai peranan penting dalam kegiatan dakwah Islam.
Dapat diartikan dalam melakukan proses konseling yang sedang berlangsung konselor
dapat melakukan dakwah antar individu, yaitu ajakan atau seruan ke jalan Allah yang
dilakukan seorang konselor kepada konseli. Agar konseli menuju pada keadaan yang
lebih baik dan diridhai Allah SWT. Sudah seharusnya peran konseling Islam lebih
dioptimalkan agar ajaran Islam betul-betul dapat dijadikan sebagai pedoman dan
petunjuk dalam kehidupan sehari-hari.5

4
Namora Lumongga Lubis, 2014., Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, (Jakarta:
Kencana) Hlm. 61.
5
Abdul Basit, 2017, Konseling Islam, (Depok: Kencana) Hlm. 17.

6
BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan
Konselor adalah satu di antara orang yang terlibat langsung dalam melaksanakan
konseling. Konselor disebut sebagai helper, yaitu orang mempunyai kemampuan,
kesanggupan, dan keterampilan, serta terlatih untuk membantu orang lain. Lawrence M.
Brammer (1990: 26-42), mengemukakan ciri-ciri seorang konselor sebagai helper yang baik,
adalah sebagai berikut:
1. Konselor sebagai diri pribadi yang baik
2. Konselor sebagai peneliti klien
3. konselor sebagai fasilitator pertumbuhan dan perkembangan klien
Konseli adalah seorang individu yang sedang mengalami masalah, atau setidaknya
sedang mengalami sesuatu yang ingin disampaikan kepada orang lain. Klien menanggung
semacam beban, uneg-uneg, atau mengalami suatu kekurangan yang ingin diisi, atau ada
suatu yang perlu dikembangkan pada dirinya. Semuanya agar dia mendapatkan suasana
pikiran atau perasaan yang lebih ringan, memperoleh nilai tambah, hidup lebih berarti, dan
hal-hal positif lainnya selama menjalani hidup seharian dalam rangka kehidupan dirinya
secara menyeluruh.
Konselor dan konseli adalah unsur-unsur yang terdapat dalam konseling selain
konseling itu sendiri. Hal yang perlu diketahui konselor adalah sikap bersedia atau menolak
seorang konseli untuk digali permasalahannya dipengaruhi oleh bagaimana hubungan yang
terjalin dalam konseling. Namun nilai-nilai agama yang dianut konseli merupakan hal yang
perlu dipertimbangkan bagi konselor dalam proses pelayanan konseling agama. Konseling
Islam mempunyai peranan penting dalam kegiatan dakwah Islam. Dapat diartikan dalam
melakukan proses konseling yang sedang berlangsung konselor dapat melakukan dakwah
antar individu

7
DAFTAR PUSTAKA

Munir Islam, Samsul. 2013. Bimbingan dan konseling islam. Jakarta: Amzah
Jumi Adi, Kukuh. 2013. Esensial Konseling; Pendekatan Traint and Factor dan Client Centerd.
Yogyakarta: Garudawcha
Lumongga Lubis, Namora. 2014. Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta:
Kencana
Basit, Abdul. 2017. Konseling Islam. Depok: Kencana

Anda mungkin juga menyukai