Tp6a Proposal Revisi Siti Rosi 12303183011-Dikonversi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN

PERANAN TAFAKUR SEBAGAI MEDIA SELF CONTROL PADA JAMAAH


MANULA PENGANUT THAREQOT NAQSABANDI DI DESA SIDOMULYO.

Siti Rosidatul Lutfianah

12303183011

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif

Dosen Pengampu :

Lilik Rofiqoh, S.Hum.,MA.

JURUSAN TASAWUF DAN PSIKOTERAPI

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH

INSTITUS AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. .................. 2


KATA PENGANTAR .................................................................................... .................. 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. .................. 4

A. Latar Belakang .................................................................................... .................. 4


B. Rumusan Masalah ............................................................................... .................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. .................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... .................. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ .................. 7

A. Kajian Teori ......................................................................................... .................. 7


1. Tafakur ................................................................................... .................. 7
2. Permasalahan Manula .............................................................. .................. 8
3. Self Control .............................................................................. .................. 9
4. Thareqot Naqsabansy ............................................................... .................. 10
B. Hipotesis Penelitian ............................................................................. .................. 12

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... .................. 13

A. Subjek Penelitian ................................................................................. .................. 13


B. Analisis Data ........................................................................................ .................. 14
C. Keabsahan Data ................................................................................... .................. 14

PEDOMAN WAWANCARA ........................................................................ .................. 15

DAFTAR PUSTAKA 16

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, dengan limpahan rahmat dan Ridho-
Nya, akhirnya saya dapat menyelesaikan proposal ini. Proposal ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Kulitatif.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan berupa, arahan, saran, ataupun dukungan sejak awal hingga akhir penyusunan
proposal dengan tema “ Peranan Tafakur Sebagai Media Self Control Pada Jamaah
Manula Penganut Thareqot Naqsabandi Di Desa Sidomulyo.” Ucapan terima kasih
tersebut peneliti sampaikan kepada:

1. Ibu Lilik Rofiqoh,S.Hum.,MA. selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi


Penelitian Kualitatif yang selalu saya harapkan ridho dari ilmu yang diberikan.

2. Kedua orang tua kami yang selalu mengiringi kami dengan doanya, serta menjadi
motivasi terbesar saya dalam penyusunan makalah ini.

3. Seluruh rekan Tasawuf Psikoterapi yang senantiasa membantu dan menemani peneliti
dimanapun dan kapanpun.

4. Terima Kasih juga saya haturkan kepada semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu
persatu.

Terima kasih atas segala saran dan dukungannya dalam penyusunan proposal ini. Penuh
harap dari saya semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT. Akhirnya, Proposal ini
saya suguhkan kepada segenap pembaca dengan harapan adanya saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan. Semoga proposal ini dapat diterima dengan baik.

Kediri, 05 Mei 2021

Peneliti

Siti Rosidatul Lutfianah

3
12303183011

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini banyak sekali ditemukan masyarakat yang sedang tidak baik-baik
saja. Mengingat bahwa kondisi sekarang ini yang serba menyulitkan diberbagai aspek
kehidupan. Hal ini bukan tidak mungkin akan mempengaruhi keadaan lahiriah dan
batiniah masyarakat dari segala rentan usia termasuk didalamnya manula. Tidak
sedikit dari mereka yang merasakan kegelisahan, pikiran tidak positif, mudah tersulut
emosi dan hal itu juga mempengaruhi proses ibadahnya yang kurang khusyu’.
Sebenarnya hal tersebut bisa muncul akibat kurangnya pengendalian dalam diri
melalui metode peningkatan ibadah. Karena seperti kita ketahui bahwa religiusitas
juga memiliki hubungan dengan kontrol diri, namun hubungan antar keduanya
bukanlah hubungan langsung melainkan melalui pemaafan sebagai mediator.

Manusia sebagai makhluk dua-dimensional yang membutuhkan penyelarasana


kebutuhan akan kepentingan dunia dan akhirat. Di dunia memiliki tanggung jawab
moral dan sosial untuk menjadi wakil tuhan dibumi dalam mewujudkan
kesejahteraan, kedamaian, dan kemakmuran bagi semesta alam. Sedangkan
kepentingan akhirat berupada menajdi hamba yang taat dalam beribadah. Seperti pada
Jamaah Thareqot Naqsabandy yang memiliki berbagai macam amalan dan salah
satunya adalah Tafakur yang senantiasa diamalkan oleh para Jamaah Thareqot ini.
Para sufi mengartikan tafakur merupakan kunci segala kebaikan karena akan
membentuk segala kegiatan kognitif seorang mukmin dengan zikir kepada Allah
SWT, berkenalan dengan keagungan-Nya, bertafakur dan memahami hikmah-hikmah
yang terkandung dalam keajaiban segala ciptaan-Nya dari segala sisi-sisi-Nya.tafakur
merupakan faktor pemantap keimanan dan pembeda keimanan para muttaqin, Allah
SWT menciptakan akal, melengkapi perjalanannya dengan wahyu, memerintahkan
pemiliknya untuk melihat segala ciptaanya melalui tafakur. Orang yang bertafakur
mampu menembus batas realitas, dan masuk menuju sang pencipta. Itulah perbedaan
antara bertafakur dengan berpikir biasa.

4
Diantara berbagai tugas perkembangan yang dilalui oleh individu, masa usia
lanjut merupakan masa yang sulit. Pada umumnya para usia lanjut mempunyai
masalah dalam hal penyesuaian diri, hal ini disebabkan adanya berbagai perubahan
baik fisilc maupun psikis yang menyertai pertambahan usia, selain itu juga
diakibatkan oleh berbagai perubahan dalam status yang timbul pada masa itu. Lanjut
usia merupakan tahapan terakhir dari tahap-tahap perkembangan yang digambarkan
sebagai konflilc integritas (rasa puas) yang tercermin selama hidupnya. Tafakur disini
memberikan pengarahan kepada jamaah atau thareqot dalam pengendalian emosi dan
kebenaran agama Islam.

Atas dasar kenyataan dan pemikiran inilah yang menggugah perhatian peneliti
untuk melakukan penelitian dalam bentuk proposal penelitian yang berjudul “Peranan
Tafakur Sebagai Media Mujahadah an Nafs Pada Jamaah Manula Penganut Thareqot
Naqsabandi Di Desa Sidomulyo.”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, selanjutnya rumusan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana peran tafakur sebagai mujahadah an nafs pada jamaah manula


penganut thareqot naqsabandi di desa sidomulyo?

2. Bagaimana bentuk mujahadah an nafs pada jamaah manula penganut thareqot


naqsabandi di desa sidomulyo?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran tafakur sebagai kontrol diri pada jamaah manula
penganut thareqot naqsabandi di desa sidomulyo.

2. Untuk mengetahui bentuk mujahadah an nafs pada jamaah manula penganut


thareqot naqsabandi di desa sidomulyo

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan kegunaan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis

5
Penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi dan mengembangkan
pengetahuan khususnya di bidang pengkajian tasawuf. Dalam tema tafakur ini,
diharapkan bisa memperkaya dan memperdalam akademisi dalam berpikir dan
mengambil sudut pandang dalam hal apapun.

2. Secara Praktis

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa Tasawuf


Psikoterapi khususnya dalam berpikir, berdzikir, dan beribadah kepada Allah swt.
agar semakin dekat dan lekat menuju kebahagiaan sejati dengan meningkatkan
keimanan kepada-Nya.

6
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Tafakur

Bertafakur merupakan salah satu cara untuk lebih mendalami ajaran-ajaran


esoteris dalam Islam, dimana dalam bertafakur seseorang diajak memahami
sesuatu kejadian tidak hanya sebatas empiris, tapi lebih dari itu yaitu pemahaman
secara transendental (An-Najar dalam Purwanto, 2003, hal.122).

Secara etimologis tafakur berasal dari sebuah kata dalam bahasa arab yaitu
tafakkara yang berarti berpikir. Berpikir yang dimaksud adalah suatu aktivitas
yang memadukan komponen fisik, emosi, mental, dan spiritual manusia dalam
merenungkan suatu fenomena dan bertujuan untuk menemukan jawaban atas
fenomena yang dimaksud. Dengan demikian secara ontologis, tafakur lebih
cenderung bermakna perenungan daripada berpikir. Menurut kedalamannya,
tafakur berbeda dengan aktivitas berpikir biasa (tafkir) yang hanya berobjek pada
masalahmasalah dunia yang tidak dilandasi keimanan. Seseorang yang bertafakur
maka dia akan mampu melewati realitas dunia menuju akhirat, dari ciptaan
menuju Sang Pencipta, yang pada akhirnya menghasilkan suatu hikmah yang
sangat berharga. Tafakur akan menggerakkan seluruh aktivitas pengetahuan
individu, baik yang eksternal maupun internal. Individu yang bertafakur akan
mengambil manfaat dari pengalaman-pengalaman masa lalunya, kemudian dengan
persepsinya ia akan mengaitkan semua pengalaman dengan makhluk-makhluk
yang menjadi objek tafakurnya. Seluruh dinamika tersebut terjadi diliputi emosi
sebagai hamba Tuhan (Badri, 2001, hal. 57).

Menurut Al-Ghazali, tafakur adalah integrasi menyeluruh antara


komponen- komponennya yang meliputi hati, akal, dan nafs. Menurutnya tafakur
dibagi menjadi lima tingkatan yaitu: Tadzakur (upaya menghadirkan dua
pengetahuan di dalam hati); Tafakkur (proses mencari pengetahuan baru); hasil
pengetahuan yang dicari dan bersinarnya hati dengannya; Berubahnya keadaan
hati disebabkan hasilnya cahaya ma’rifat; Pelayanan anggota badan bagi hati
menurut keadaan baru baginya.

7
Adapun tokoh lain yang membahas tentang tafakur adalah Malik Badri,
tidak hanya melihat dari sisi tasawufnya tetapi beliau juga melihat tafakur dari sisi
Psikologi Islam. Malik Badri merupakan seorang tokoh Psikologi Islam, yang
gencar mendukung perkembangan Psikologi perspektif Islam. Dalam setiap terapi
dan pendapatnya, beliau mengambil nilai-nilai atau ajaran sufistik yang
dikemukakan oleh al-Ghazali, Ibnu Qayyim al-Jauzi, dan lain sebagainya. Dalam
sebuah penelitian, melalui tafakur seseorang bisa mendapat keuntungan untuk
(kesehatan) jiwa dan raganya seperti halnya orang-orang yang melakukan
Meditasi Transcendental.

Selain berfungsi untuk mendorong timbulnya hasil positif berupa


perilakuperilaku terpuji, Purwanto (2003, hal. 124) mendukung bahwa tafakur
merupakan ibadah yang mampu meningkatkan kualitas diri bila ditransendensikan
kepada Allah. Kemampuan mentransendensikan diri kepada Allah tersebut
merupakan kunci terlampauinya wilayah personal menuju transpersonal sehingga
potensipotensi batiniah dapat diperoleh dan dimanfaatkan.

2. Permasalahan Manula

Salah satu alasan mengapa usia lanjut dianggap lebih rentan daripada
usia madya karena menurut Hurlock (1999) usia Ianj ut ditandai dengan
perubahan fisik clan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan
sampai sejauh tertentu, apakah pria atau wanita usia lanjut akan melakukan
penyesuaian diri secara baik atau buruk. Akan tetapi, ciri-ciri usia lanjut
cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk dan cenderung
membawa kepada kesengsaraan. Selanjutnya ia menyatakan bahwa usia lanjut
lebih cenderung pada hal-hal yang tidak menyenangkan, dan hal ini dapat
berimbas pada beberapa aspek penurunan fisilc maupun psikis, sehingga tidak
sedikit orang usia Ianj ut yang menjadi cerewet dan serba salah.

Hal ini tergantung dari masing-masing individu bagaimana dia


mengontrol dirinya dalam melewati masa-masa Jabil, masa dimana terdapat
hal-hal yang kurang menyenangkan, sehingga dibutuhkan tawakkal
(penerimaan diri) yang bailc serta tingkat kontrol diri yang tinggi agar
individu tidak terjerumus pada hal-hal negatif yang membawa pada tekanan
mental. Selanjutnya ia menyatakan bahwa usia lanjut lebih cenderung pada

8
hal-hal yang tidak menyenangkan, dan hal ini dapat berimbas pada beberapa
aspek penurunan fisilc maupun psikis, sehingga tidak sedikit orang usia Ianj ut
yang menjadi cerewet dan serba salah.

Pada usia ini manusia cenderung mengalami kesulitan dalam upaya


penyesuaian diri di lingkungan mereka yang dikarekan oleh masa transisi dari
aspek fisik dan tentunya psikis. Mereka hidup dalam keterasingan, kesepian,
isolasi sosial, serta tidak tahu harus berbuat apa untuk mengisi masa tuanya,
banyak diantara mereka menunjukkan berbagai gangguan kesehatan jiwa,
antara lain depresi yang pada gilirannya menimbulkan rasa putus asa dan
tindakan bunuh diri yang diakibatkan karena kurang adanya kontrol dirinya.

3. Self Control

Chaplin(1981), mendefinisikan bahwa kontrol diri adalah kemampuan


individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri; kemampuan untuk
menekan atau menghambat dorongan yang ada. Sementara itu Marvin dan
Merbaum ( 1973) , berpendapat bahwa kontrol diri secara fungsional
didefinisikan sebagai konsep dimana ada atau tidak adanya seseorang
memiliki kemampuan untuk mengontrol tingkah lakunya yang tidak hanya
ditentukan cara atau teknik yang digunakan melainkan berdasarkan
konsekuensi dari apa yang mereka lakukan. Dalam penelitian ini kontrol diri
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk membimbing tingkah laku dengan
cara menekan stimulus yang memicu emosi.

Aspek kontrol diri yang diukur dalam penelitian ini mengacu pada
teori kontrol diri yang dikemukakan oleh Cormier & Cormier (Catur: 1995:
40) yang menyatakan bahwa kontrol diri dalam prakteknya terdiri dari tiga
cara, yaitu:

a. Self monitoring yaitu suatu proses dimana individu mengamati dan


merasa peka terhadap segala sesuatu tentang diri dan lingkungannya.

b. Self reward yaitu suatu proses dimana individu mengatur dan


memperkuat perilakunya dengan memberikan hadiah atau hal-hal yang
menyenangkanjika keinginan yang diharapkannnya berhasil.

9
c. Stimulus control yaitu suatu teknik yang dapat digunakan untuk
mengurangi ataupun meningkatkan perilaku tertentu. Stimulus kontrol
menekankan pada pengaturan kembali atau modifikasi lingkungan
sebagai isyarat khusus atas respon tertentu.

4. Thareqot Naqsabandy
Tarekat ini didirikan oleh seorang sufi besar Masjid al-Haram Makkah
al-Mukarramah bernama Ahmad Khathib ibn Abd. Ghaffar al-Sambasi al-
Jawi, wafat di Makkah pada tahun 1878 M. Beliau adalah seorang mursyid
Tarekat Qadiriyah, tetapi ada yang menyebutkan bahwa beliau juga mursyid
dalam Tarekat Naqsabandiyah. Namun beliau hanya menyebutkan silsilah
tarekatnya dari sanad Tarekat Qadiriyah. Sampai sekarang belum
diketemukan, dari sanad mana beliau menerima bai’at Tarekat Naqsabandiyah
(Martin Van Bruinessen, 1998:90). Sebagai seorang mursyid yang sangat
‘alim dan ‘arif billah, beliau memiliki otoritas untuk membuat modifikasi
tersendiri dari tarekat yang dipimpinnya, karena dalam Tarekat Qadiriyah
memang ada kebebasan untuk itu, bagi yang telah mencapai derajat mursyid.
Untuk itu beliau menggabungkan inti ajaran kedua tarekat, yaitu Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah dan mengajarkan pada murid-muridnya, khusus yang berasal
dari Indonesia (Martin Van Bruinessen, 1998, hal. 91).
Penggabungan inti ajaran kedua tarekat itu menurut Kharisudin Aqib,
dimungkinkan atas dasar pertimbangan logis dan strategis bahwa kedua ajaran
inti itu bersifat saling melengkapi, terutama dalam hal jenis dzikir dan
metodenya. Tarekat Qadiriyah menekankan ajarannya pada dzikir jahr nafi
ithbat dzikir dengan suara keras), sedangkan tarekat Naqsabandiyah
menekankan model dzikir sir ithmu dzat dzikir dalam hati tanpa bersuara).
Dengan penggabungan itu diharapkan para muridnya dapat mencapai derajat
kesufian yang lebih tinggi, dengan cara yang lebih efektif dan efisien
(Kharisudin Aqib, 1998, hal. 53). Disebutkan dalam kitab “Fath Al-‘Arifin ”,
bahwa sebenarnya tarekat ini bukan hanya univikasi dari dua tarekat tersebut,
tetapi merupakan penggabungan dan modivikasi dari lima ajaran tarekat, yaitu
Tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Anfasiah, Junaidiyah, dan Muwafaqah.
Karena yang lebih diutamakan ajaran Qadiriyah dan Naqsyabandiyah, maka
diberi nama tarekat ini dengan tarekat “Qadiriyah wa Naqsyabandiyah”

10
Adapun metode yang digunakan untuk mengamalkan tarikat ini antara
lain:
a. Pertama, bai’at, yakni sebuah janji untuk menjalankan ibadah kepada
Allah, agar hati semakin mantab, zikir dan do’a yang diamalkannya
bersambung kepada mursyid atau gurunya, gurunya kepada gurunya
lagi, dan seterusnya hingga sampai ke silsilah paling atas, yaitu kepada
Rasulullah. Dilihat dari jumlah orang yang dibai’at, dibedakan menjadi
dua yaitu bai’ah fardiyyah (individual) artinya hanya satu orang saja
yang dibai’at, dan bai’ah jam’iyyah (kolektif) artinya jumlah orang
yang dibai’at lebih dari satu. Sedangkan dilihat dari segi tatacara
pelaksanaan amalan tarekat, bai’at dibedakan menjadi bai’ah
suwariyah dan bai’ah ma’nawiyah (Asep Usman Ismail, 1993, hal.
319).
b. Kedua, rabitah yakni upaya mengingat wajah guru atau syekh dalam
ingatan seorang murid. Sebelum seorang jamaah mengamalkan zikir,
terlebih dahulu ia harus memproduksi ingatan kepada mursyid yang
telah membai’at dan menalqinkan lafal zikir yang akan diamalkan
tersebut. Ingatan tersebut bisa berupa wajah mursyid, seluruh
pribadinya, atau prosesi ketika mursyid mengajarkan zikir tersebut
(Martin Van Bruinessen, 1998, hal. 83-84). Rabitah dilaksanakan
dengan cara memejamkan mata dan membayangkan prosesi
pembai’atan yang baru saja dialami, dan langsung mengikuti apa yang
diminta oleh mursyidnya.
c. Ketiga, muraqabah yakni duduk tafakur atau mengheningkan cipta
dengan penuh kesungguhan lata’if al qalb seolah-olah berhadapan
dengan Allah dan meyakinkan diri bahwa Allah senantiasa mengawasi
dan memperhatikannya (Kharisudin Aqib, 1998, hal. 40). Menurut
Martin, muraqabah ini biasanya tidak diajarkan oleh mursyid kepada
sembarang muridnya, tetapi hanya diajarkan kepada murid yang
tingkatannya lebih tinggi, mereka telah menguasai seluruh zikir
(Martin Van Bruinessen, 1998, hal. 82).
d. Keempat, suluk (khalwat) yakni kegiatan menyepi untuk sementara
waktu dari kesibukan duniawi selama empat puluh hari. Tetapi ada
juga yang menjalankan khalwat hanya selama sepuluh atau dua puluh
11
hari, tergantung ajaran masingmasing mursyid. Selama khalwat jamaah
makan dan minumnya sedikit sekali, hampir seluruh waktunya di
gunakan untuk berzikir dan muraqabah (meditasi) kepada Allah.
B. Hipotesis
Pada penelitian yang umumnya melakukan pendekatan analisis kualititatif,
diperlukan suatu prediksi mengnai jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang
dirumuskan dalam bentuk hipotesis penelitian. Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap pertanyaan penelitian. Oleh karena itu, hipotesis sangat
berbeda dengan rumusan pertanyaan penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah peranan tafakur sangat besar dalam upaya self control atau kontrol diri
pada psikis maupus spiritual jamaah manula thareqot naqsabandy di desa
sidomulyo.

12
BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian berikut adalah jamaah manula thariqah
Naqsyabandiyyah desa sidomulyo yang cukup intensif melakukan tafakur
dalam kehidupannya. Pemilihan sampel pada penelitian berikut menggunakan
teknik pemilihan subjek bertujuan (purposive sampling) dimana pemilihan
dilakukan dengan sengaja dan bertujuan memenuhi karakteristik yang telah
ditentukan.
Karakteristik subjek adalah anggota thariqah Naqsyabandiyyah yang
melakukan tafakur. Cara untuk mengetahui subjek yang melakukan tafakur
dan seberapa sering atau intensif adalah dengan melakukan wawancara
pendahuluan. Melalui wawancara pendahuluan, peneliti menanyakan
pandangan subjek tentang aktivitas tafakur, seberapa sering subjek bertafakur
dan sekilas contoh pengalaman subjek ketika bertafakur.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
Menurut Patton (dalam Moleong, 2001, hal. 135), ada beberapa
pembagian dalam teknik melakukan wawancara yaitu : (a) wawancara
pembicaraan informal (b) pendekatan menggunakan petunjuk umum
wawancara (c) wawancara baku terbuka. Penelitian ini menggunakan
teknik wawancara dengan menggunakan petunjuk umum wawancara
(bentuk semi terstruktur). Jenis wawancara tersebut mengharuskan
pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang
ditanyakan dalam proses wawancara. Pelaksanaan wawancara tidak
harus urut, serta memungkinkan munculnya pertanyaan baru yang
bersifat menyesuaikan dengan jawaban responden. Namun demikian,
pertanyaan baru yang muncul harus tetap sama dengan tema dalam
petunjuk umum.
b. Observasi/ Pengamatan

13
Alasan metodologis bagi penggunaan observasi adalah observasi
mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi kepercayaan, perhatian,
perilaku tidak sadar pada subjek (Moleong, 2001, hal. 126). Jenis
observasi yang dilakukan adalah observasi semi partisipan, dimana
peneliti melakukan observasi ketika melakukan wawancara dalam
kondisi subjek yang alami. Peranan peneliti sebagai pengamat dalam
penelitian berikut secara terbuka diketahui oleh komunitas dalam
lingkup penelitian termasuk para subjek..
B. Analisi Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan


menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan
secara terus-menerus sampai datanya jenuh. Selain itu peneliti terjun ke lapangan,
selama peneliti mengadakan penelitian di lapangan, sampai dengan pelaporan
hasil penelitian. Analisis data dimulai sejak peneliti menentukan fokus penelitian
sampai dengan pembuatan laporan penelitian selesai. Jadi teknik analisis data
dilaksanakan sejak merencanakan penelitian sampai penelitian selesai.

C. Kebsahan Data

Khususnya penelitian kualitatif. Harus ada jaminan tentang keabsahan data.


Keabsahan data terkait dengan masalah validitas (kesahihan) dan reliabilitas
(keandalan) data.

1. Pengumpulan data secara terus menerus dan bermacam-macam yang terdiri


dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, biografi,
artikel, dan lain sebagainya.

2. Pengecekan oleh pihak subjek penelitian.

3. Melalui berbagai uji kredibilitas, transferbilitas, dependabilitas,


konfirmabilitas.

14
PEDOMAN WAWANCARA

1. Sejak kapan bapak/ibu menjadi pengamal thareqot naqsabandy ?

2. Apakah amalan – amalan tersebut sangat memberikan perubahan dalam diri


bapak/ibu?

3. Apakah bapak/ibu sering mengalami keadaan yang dimana sulit mengontrol diri
dalam hal batin dan pikiran pada usia yang sekarang ini ?

4. Apa saja keluhan yang bapak/ibu rasakan pada usia sekarang ini ?

5. Bagaimana cara bapak/ibu untuk mencegah agar tidak mengalami situasi seperti itu ?

6. Adakah perubahan yang sangat signifikan setelah anda melakukan tafakur tersebut ?

7. Menurut bapak/ibu seberapa penting melakukan tafakur dalam amalan thareqot


naqsabandy ini?

8. Menurut bapak/ibu apa kendala utama dalam proses mengamalkan ajaran thareqot
naqsabandy ?

9. Bagaimana cara bapak/ibu agar bisa khusyu’ dan terbiasa melakukan tafakur ?

10. Menurut bapak/ibu apa hal yang terpenting dalam mengamalkan thareqot naqsabandy
agar bisa memberikan perubahan yang baik pada diri anda ?

Peneliti

Siti Rosidatul Lutfianah

Catatan: Pedoman wawancara di atas merupakan pedoman bagi penulis dalam melakukan
wawancara di lapangan. Karena itu, pertanyaan-pertanyaan di atas dapat dikembangkan
dalam wawancara sesuai dengan kebutuhan penelitian di lapangan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Zainal Abidin. 2014. Ajaibnya Tafakkur dan Tasyakur untuk Percepatan Rezeki.
Jogjakarta: Sarifah.

Aqib, Kharisudin. 1997. Al-Hikmah. Surabaya: Dunia Ilmu,

Badri, Malik. 2001. Fiqih Tafakur : Dari Perenungan Menuju Kesadaran. Surakarta : Era
Intermedia.

Bruinessen, Martin Van. 1998. Tarekat Naqsabandiyah di Indoneseia, Bandung: Mizan.

Chaplin,J.P., 1981, Dictionary of Psychology, New York:Dekk Publishing Corporation Inc.

Hurlock, D., 1999, Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan


Kehidupan, (terjemah Istiwidayanti & Soedjarwo), Jakarta: Airlangga

Ismail, Asep Usman. 1993. Ensiklopedi Islam Vol III, “Tasawuf ”, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, Cet I.

Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 2, Desember 2000

Marwan Salahudin dan Binti Arkumi Amalan Tarekat Qodiriyah Naqsababdiyah Sebagai
Proses Pendidikan Jiwa di Masjid Babul Muttaqin Desa Kradenan Jetis Ponorogo . Jurnal
Akhlaq Dan Tasawuf Volume 2 No. 1 Tahun 2016.

Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyadi Batubara, 2010, “Konsep Tafakkur Sufistik Menurut Imam Al-Ghazali,” Skripsi Di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Purwanto, Setiyo. 2003. Tafakur sebagai Sarana Transendensi. Buku Kenangan :


Kumpulan Artikel Kongres Asosiasi Psikologi Islami. tidak diterbitkan.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Elfabeta

16
17

Anda mungkin juga menyukai