Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

Nama/ Nim : Roudlotul Janah / 12303193042

Jurusan : Tasawuf Psikoterapi

Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Dakwah

Judul : Dzikir Nafs sebagai Self Healing Santri Pondok Pesantren Ar Rahman
(Nganjuk Jawa Timur)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Spiritual mempunyai peran yang penting dalam pengembangan diri untuk


meningkatkan level of consciousness atau tingkat kesadaran. Karena manusia telah
menjalani proses kehidupan sehari-hari, diri ini sudah tidak dapat utuh lagi, kita telah
terfragmentasi oleh pengalaman dalam kehidupan, trauma, ajaran dan sebagainya.
Maka untuk kembali ke diri kita masing- masing perlu ada dorongan untuk kembali ke
jalan yang baik dengan spiritual ruhani dengan adanya kesadaran penuh. Untuk mereka
yang mengalami kegalauan, keterasingan , secara kehampaan hidup seperti ini spritual
ruhani menawarkan obat penawar dan memberikan daya tahan dalam menghadapi
cobaan hidup serta kemampuan mengatasi krisis jiwa yang kosong.

Berkaitan dengan itu Pondok Pesantren Ar Rahman sebagai tempat tinggal para
santri untuk melakukan kegiatan ritual keagamaan dalam membentuk kepribadian yang
religius. Di sisi lain santri memiliki perkembangan yang sangat cepat, maka
penyesuaian mental dan bentuk sikap terkadang membuat seseorang tidak berperilaku
normal, yang mengakibatkan stress dengan kelabilan santri pada umumnya.
Sesungguhnya Allah menyuruh manusia untuk memperbanyak dzikir kepada-Nya,
dengan firman-Nya dalam Al – Qur’an surat Al – Ahzab ayat 41 yang artinya: ”Hai
orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang
sebanyak-banyaknya”. Ketika santri belajar dan mengaplikasikan diri dengan berdzikir

1
maka ia akan mempunyai ketenangan jiwa dan itu akan tersampaikan kepada otak yang
akan memengaruhi proses perbaikan diri serta kebiasaan yang baik.

Untuk itu Pondok Ar Rahman selalu menerapkan kegiatan bersifat wajib yang
dilakukan ba’da magrib yaitu tawassul / berdo’a, kemudian dzikir Asmaul Husna ,
Dzikir Qlbu dan Dzikir Sholawat, terakhir Penutup. Kegiatan ini diperoleh apabila
pengetahuan santri akan berhasil dengan baik terutama aspek pikir dan dzikir berjalan
dengan beriringan. Namun terkadang problematika yang dihadapi santri bermacam
macam mulai dari bangun telat, karena tekanan ngaji malam, banyak tugas, dan setoran
hafalan di Pondok Pesantren. Dari sini bentuk dzikir yang diterapkan di pondok
pesantren Ar Rahman merupakan bagian dari dzikir amaliyah dengan lisan atau hati.
Tidak hanya duduk dan memanjatkan pujian kepada Allah, melainkan ketenangan yang
di peroleh santri dan meresapinya untuk kesembuhan dan menghindari penyakit yang
dirasakan selama di pondok pesantren. Untuk menentramkan hati, dzikir Sholawat
sebagai penenang juga dilantunkan setelah para santri melakukan dzikir.

Tulisan penelitian ini berdasarkan literatur Review yang penulis baca yaitu hasil
karya Tika Magfirotul Zaezah (2020) yang berjudul “ Implementasi Kegiatan Rutinan
Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam Menumbuhkan Sikap Istiqomah Menuntul Ilmu
Santri Kelas Ulya di Pondok Pesantren Edi Mancoro”. Penelitian ini adalah bentuk
metode penerapan dzikirnya untuk santri.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “ Dzikir nafs sebagai Self healing santri di
Pondok Pesantren Ar Rahman Nganjuk Jawa Timur”. Menurut peneliti, poin yang
sebelumnya belum dibahas yaitu dzikir itu sendiri sebagai terapi diri para santri untuk
kurun waktu relatif lama, semisal santri yang belum krasan, dengan adanya dzikir
amaliyah maka dia merasa tenang dan dapat berfikir positif dalam menjalankan rutinitas
di pondok.

Pada hakikatnya sumber pengetahuan adalah Allah yaitu dzat “Al’Alim” yang
Maha Mengetahui segala sesuatu. Karena Allah sumber segala pengetahuan, maka
untuk memperoleh pengetahuan yang mendapat ridla Allah dengan mengembangkan

2
aspek pikir dan dzikir. Aspek pikir dikembangkan dengan proses belajar, di samping itu
membiasakan para santri berdzikir sebagai pendekatan diri kepada Allah dan sebagai
tazkiyatun nafsi (pembersihan jiwa). Sebab dengan taqarrub ilallah dan tazkiyatun
nafsi ilmu pengetahuan akan diperoleh dengan mudah dan mendapat ridla ilahi.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa para santri mengamalkan dzikir nafs dalam kesehariannya?
2. Bagaimana perubahan santri setelah melakukan dzikir nafs?
3. Manfaat apa saja yang santri dapatkan dari mengikuti dzikir nafs?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penyebab santri mengamalkan dzikir nafs
2. Untuk mengetahui perubahan santri setelah melakukan dzikir nafs
3. Untuk mengetahui apa saja manfaat dzikir bagi santri
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi serta contoh bagaimana
penelitian ini dapat bermanfaat untuk dijadikan tambahan literasi bagi peneliti dzikir
atau nuansa pondok pesantren. Khususnya bagi para musrif / musrifah pondok dalam
menangani santri yang banyak masalah dapat dijadikan penuntun umum untuk
mengetahui seberapa pentingnya dzikir, sehingga berjalanan dengan maksimal dan
benar benar dapat ditingkatkan dan mengetahui beberapa manfaatnya yang begitu besar
khususnya dalam kepribadian seorang santri. Apa lagi ini dapat membantu diri sendiri
untuk lebih tenang dan dekat dengan Allah, supaya ketika melakukan kegiatan sehari -
hari dilakukan dengan sungguh sungguh dan ikhlas.

Serta dengan penelitian ini maka dapat memberikan konstribusi keilmuan pada peneliti
sekaligus sebagai bahan kajian, informasi, dan instropeksi dalam upaya lebih
meningkatkan kegiatan positif sebagaimana peran dzikir dalam memberikan khazan
dalam kajian Tasawuf Psikoterapi yang berhubungan dengan pokok penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA

Setelah peneliti melakukan telaah terhadap beberapa penelitian, ada beberapa yang
memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian pertama adalah

3
penelitian yang dilakukan oleh Tika Magfirotul Zaezah (2020) yang berjudul
“Implementasi Kegiatan Rutinan Dzikir Ajeg Seloso Kliwon dalam Menumbuhkan
Sikap Istiqomah Menuntul Ilmu Santri Kelas Ulya di Pondok Pesantren Edi Mancoro”.
Dengan fokus meneliti tentang implementasi kegiatan rutinan dzikir untuk
menumbuhkan sikap istiqomah menuntut ilmu, dan mencari fakor penghambat apa yag
dilakukan ketika rutinan dzikir.

Secara etimologi dzikir berasal dari bahasa arab, yaitu asal kata dari dzakara,
yadzkuru yang mempunyai arti sebut dan ajaran. Asal kata dzikir yang artinya ingat,
sebut, dan ajaran. 1Menurut bahasa kata “dzikir” berarti “ mengingat atau menyebut”.
Dzikir itu sebuah bentuk kesadarn yang dimiliki oleh makhluk akan hubungan yang
menyatukan seluruh kehiduannya dengan sang pencipta. 2

Menurut Hasbi Ash-Syiddieqy yang dimaksud dengan dzikir adalah menyebut


nama Allah dengan membaca tasbih, tahlil, tahmid, takbir, hauqalah, hasbunallah, dan
basmallah.3 Ketika dzikir ditumbuhkan dalam lembaga non formal yang berperan
dalam membina santri dalam kekhusukan bidang akhlaq, yang dimana diharapkan
ketika selesai sholat dzikir yang rutin dilakukan tidak akan membuat santri
meninggalkan tempat sebelum selesai dzikir.

Metode dzikir nafas , Dzikir sir yaitu membaca dalam hati tanpa ada suara, adapun
yang dibaca atau yang di dzikirkan, adalah ayat-ayat Al Qur’an atau bacaan lainnya
yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW, berupa bacaan doa atau sholawat, pilihan
bacaan yang tidak terlalu panjang atau sebaliknya, terlalu pendek. Posisi tubuh rileks
dan santai. Membaca dengan hati diusahakan menunduk kepalanya karena ini
merupakan upaya untuk mengarahkan hati dalam keadaan tawadhu’, namun mata harus
tetap terbuka . Kemudian, mendengarkan dengan hati, maksudnya dzikir yang dibaca
oleh hati kita harus kita dengarkan dengan seksama huruf dari perkata, dari situ kita
akan tahu bahwa yang membaca hanya satu yaitu hati atau ruh kita.4

1 Triantoro Safaria dan Nofirans Eka Saputra, Manajemen Emosi (Jakarta:Bumi Aksara, 2012), h. 235.
2 Subandi, Psikologi Dzikir, ( Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009), h.33
3 Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Doa (Jakarta: Bulan Bintang,1993), h.74
4 Purwanto, Dzikir Nafas (Solo : Romiz aisy ), hal 35-36

4
Tujuan utama dzikir ini adalah kepuasan Allah bukan kepuasan manusia yang
melantunkan dzikir, jika yang dicari adalah kepuasan Allah, maka tidak ada jalan
kecuali melakukan dzikir sesuai dengan petunjuk Al Qur’an dan sunnah Rosul, dengan
memperhatikan kedua petunjuk ini dapat dipastikan bahwa dzikir yang dilakukan akan
memberikan konstribusi positif bagi pelantunnya. Adapun yang dimaksud dengan
konstribusi positif di sini adalah munculnya kemampuan pada diri sesorang untuk
menangkap sifat-sifat Allah sehingga kehadirannya terasa sangat dekat di dalam diri.
Dalam kondisi ini dzikir bagi para santri sebagai benteng dari perbuatan perbuatan yang
tidak baik.

METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian
Untuk menentukan subyek penelitian agar mendapat informasi yang akurat dengan
membedah dan mengetahui fenomena santri saat melakukan terapi dzikir yang akan
diteliti oleh peneliti di Pondok Pesantren Ar Rahman Ngronggot Nganjuk, maka peneliti
menggunakan pendekatan fenomenologis yaitu dengan berusaha untuk masuk dalam
dunia konseptual dari subjek yang diteliti sehingga dapat mengerti apa dan bagaimana
suatu pengertian dan penjelasan yang secara detail yang dikembangkan oleh subjek
penelitian dalam kesehariannya. Informan diperoleh dari seseorang yang mengalami dan
memahami berkaitan dengan penelitian maka menurut peneliti masuk dalam
pengumpulan data yaitu Pak Kyai dan Ibu Nyai serta musrif diperlukan guna
memperkuat pandangan tentang Dzikir nafs ini dan santri yang yang menjadi subyek
utama. Penelitian ini tidak lepas dari sikap santri ketika selesai solat dan berdikir
dimana pun, dan peneliti kemudian mengumpulkan data dengan terjuan ketempat
penelitian tersebut guna mengamati dan berdialog secara langsung sehingga dapat
memecahkan masalah peneliti.
B. Setting Penelitian
Untuk memudahkan memasuki setting, peneliti pertama sowan ke dalem Pondok
untuk melakukan dialog secara langsung dan meminta izin untuk mengikuti kegiatan
santri tepatnya setelah sholat maghrib dan kegiatan dzikir, kemudian kepada subyek

5
peneliti berkumpul ketika ba’da sholat magrib untuk pendekatan secara Guide person.
Ketika peneliti diterima oleh santri maka dimulailah pengambilan data yang diperlukan,
dengan tetap menghormati dan terjalin silaturrahmi.
C. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan menggunakan jenis penelitian kualitatif, pendekatan
fenomenologis dengan berusaha masuk dalam ruang lingkup subyek dan Indeph
Interview dengan semi struktur kepada santri dan pak kyai guna memahami lebih
mendalam pengalaman subyek, serta sebagai pendukung dilakukan observasi dan anlisis
dokumen sebagai pelengkap.
D. Analisis Data
Pola analisis data yang akan digunakan adalah metode analisa interpretatif yaitu
dimana individu menyikapi sesuatu fenomena yang ada dilingkungan berdasarkan
makna yang individu tersebut buat sendiri, makna yang di dapat ataupun terbentuk akan
dipahami dan dimodifikasi oleh individu melalui proses interpretatif yang juga
berkaitan dengan hal yang dihadapi. dari catatan lapangan (field Note) yang bertujuan
menggambarkan secara sitematis berdasarkan hasil analisis keadaan dan struktur
fenomena. Sebagai bahan pijakan mengasah analisis juga diperlukan teori teori yang
relevan dan hasil penelitian terdahulu yang mendukung.
E. Keabsahan Data
Pengambilan data-data melalui tiga tahapan diantaranya yaitu tahapan
pendahuluan, tahap penyaringan, dan tahap melengkapi data yang masih
kurang. Dari ketiga tahap ini, untuk pengecekan keabsahan data akan banyak
terjadi pada tahap penyaringan data. Maka, jika terdapat data yang tidak
relevan dan kurang memadai maka akan dilaksanakan penyaringan data untuk
sekali lagi di lapangan sehingga data tersebut memiliki kadar validitas yang
tinggi (baik) Untuk menghindari kesalahan data yang akan dianalisis, maka keabsahan
data perlu diuji dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Pengumpulan data secara teerus menerus pada subyek penelitian yang sama.
2. Triangulasi pada sumber lain yang dapat dipertanggung jawabkan
3. Dan meningkatkan kecermatan penelitian.

6
DAFTAR PUSTAKA

M. Iqbal lrham, 2007. Meraih Ketenteraman Jiwa : Kiat Mencapai Hati


Yang Sakinah, Jakarta: Al-Ihsan press.
Purwanto, S. (2012). Dzikir Nafas. Solo: Romiz aisy.
Studi Agama : Pendekatan Fenomenologi, Makalah Metode Penelitian
Jakarta: Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah, tidak diterbitkan.
Zaezah, Tika Magfirotul. 2020. Implementasi Kegiatan Rutinan Dzikir Ajeg seloso
Kliwon dalam Menumbuhkan Sikap Istiqomah Menuntut Ilmu Santri Kelas Ulya
Pnpes Edi Mancoro.Skripsi, FTIK IAIN Salatiga.
Kurniawati, Septi. 2017. Penerapan Metode Dzikir di Ponpes Salafiyah Al Munir Al
Islami Keputran Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Skripsi, FTIK,
UIN Raden Intan Lampung.
Lexy J. Moeloeng. 2010. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung: Rremaja
Rosdakarya.

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran l
PEDOMAN OBSERVASI
Dari indikator masalah, dibuat kisi kisi pedoman observasi sebagai berikut :
1. Gambaran umum Pondok Pesantren Ar Rahman
2. Keadaan santri Pondok Pesantren Ar Rahman
3. Kegiatan rutinan dzikir di Pondok Pesantren Ar Rahman
4. Istiqomah santri dalam Tholabul ‘ilmi di Pondok Pesantren Ar Rahman
Lampiran ll
PEDOMAN WAWANCARA
Deskripsi Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenahi penghayatan hidup
pada subyek yang aktif dalam kegiatan rutinan dzikir nafs sebagai self healing

Izin untuk wawancara dan penggunaan alat perekam :


Segala data dan informasi yang didapat dari penelitian ini akan dioleh oleh saya pribadi,
serta diperiksa oleh dosen Metode Penelitian Kualitatif. Oleh karena itu, saya minta

7
kesediaannya saudari untuk bersedia direkam dalam wawancara ini. Apakah saudari
bersedia untuk diwawancarai dalam penelitian ini ?
Untuk santri Pondok Pesantren Ar Rahman
1. Identitas Informan
a. Nama :
b. Jabatan :
c. Tanggal :
d. Tempat :
2. Sasaran Wawancara
a. Dzikir nafs sebagai self healing santri Pondok Pesantren Ar Rahman
b. Faktor pendukung dan penghambat dzikir nafs sebagai self healing santri
Pondok Pesantren Ar Rahman
3. Butir – butir pertanyaan
a. Apakah yang anda pahami tentang kegiatana rutinan dzikir nafs sebagai self
healing ?
b. Apa sajakah manfaat yang didapatkan dari kegiatan rutinan ?
c. Apakah menurut anda kegiatan rutinan dapat menumbuhkan keistiqomahan
dalam tholabul ‘ilmi ?
d. Apakah menurut anda faktor pendukung dalam dzikir ?
e. Apakah kendala kendala yang anda hadapi dalam istiqomah di Pondok
pesantren ?
f. Bagaimana pengalaman setelah melakukan dzikir ?
g. Apa yang dirasakan saat melakukan dzikir ?
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk pengasuh Pondok pesantren
1. Identitas informan
a. Nama :
b. Jabatan :
c. Tanggal :
d. Tempat :
2. Sasaran wawancara

8
a. latar belakang adanya kegiatan rutinan dzikir
b. Dampak positif bagi santri di Pondok
c. Faktor pendukung dan penghambat adanya kegitana rutinan
3. Butir – butir pertanyaan
a. Bagaimana latar belakang munculnya kegiatan rutinan dzikir ?
b. Apasaja dampak positif adanya rutinan ?
c. Apakah yang diharapkan dengan santri melakukan dzikir ?
Lampiran lll
Lembar Pernyataan
Data pribadi subyek 1
Nama : Navisatul Anifah
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 19 tahun
Status : Santri Aktif di Pondok
Menyatakan kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh
saudari Roudlotul janah semester 4 Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Dzikir
Nafs sebagai Self Healing Santri Pondok Pesantren Ar Rahman. Saya memahami
surat diatas dan membaca dengan baik.

Data pribadi subyek 2


Nama : Ibu Nyai Nuriyah
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia :-
Status : Pengasuh di Pondok
Menyatakan kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh
saudari Roudlotul janah semester 4 Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Dzikir
Nafs sebagai Self Healing Santri Pondok Pesantren Ar Rahman. Saya memahami
surat diatas dan membaca dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai