Kelompok 4B
1.2. Tujuan
Untuk menguji efektifitas kinerja daun jambu biji (Psidium guajava. L) pada
ikan patin (Pangasius hypopthalmus) sebagai upaya pencegahan infeksi bakteri
Edwarsiella tarda.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber : beritamedia.id
Gambar 2.1. Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus)
Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) adalah salah satu ikan asli perairan
Indonesia yang telah berhasil didomestikasi. Jenis-jenis ikan patin di Indonesia
sangat banyak, antara lain Pangasius pangasius atau Pangasius jambal,
Pangasius lithostoma, Pangasius humeralis, Pangasius nasutus, Pangasius
polyuranodon, Pangasius niewenhuisii. Pangasius sutchi dan Pangasius
hypopthalmus yang dikenal sebagai jambal siam atau lele Bangkok merupakan
ikan introduksi dari Thailand (Kordi, 2005).
Menurut (PPUK, 2010) Ikan patin secara morfologi dapat dibedakan yaitu
pada bagian kepala dan badan. Badan kepala terdiri dari rasio panjang
standar/panjang kepala 4,12 cm, kepala relatif panjang, melebar kearah punggung,
mata berukuran sedang pada sisi kepala, lubang hidung relatif membesar, mulut
subterminaldan relatif kecil serta melebar kesamping, gigi tajam dan sungut
mencapai belakang mata. Pada bagian badan terdiri dari rasio pnajang
standar/tinggi badan 3,0 cm, tubuh memanjang, warna punggung kebiru-biruan,
pucat pada bagian perut dan sirip transparan, perut lebih besar dari panjang
kepala, jarak sirip perut keujung moncong relatif panjang. Panjang tubuh ikan
patin bisa mencapai 120 cm, kepala ikan patin relati fkecil dengan mulut yang
terletak diujung kepala agak disebelah bawah. Hal ini merupakan ciri khas
golongan catfish. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang
berfungsi sebagai peraba (Djariah, 2001).
Sumber : merdeka.com
Gambar 2.2. Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
Hasil skrining fitokimia, daun jambu biji mengandung metabolit sekunder,
terdiri dari tanin, polifenolat, flavonoid, monoterpenoid, siskulterpen, alkaloid,
kuinon dan saponin (Kurniawati, 2006). Komponen utama dari daun jambu biji
adalah tanin yang besarnya mencapai 9-12% (Depkes, 1989). Menurut Masduki
(1996) dalam Ajizah (2004) tanin bersifat antibakteri dengan cara mempresipitasi
protein. Efek antimikroba tanin melalui reaksi dengan membran sel, inaktivasi
enzim, destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik. Alkaloid, flavonoid dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (Ahmad, 1986 dalam
ajizah, 2004). Saponin termasuk golongan senyawa triterpenoid dapat digunakan
sebagai zat antimikroba (Musalam, 2001).
Daun jambu biji juga mengandung zat lain yaitu minyak atsiri, asam psidiloat,
asam ursolat, asam krategolat, asam oleanoloat, asam guajaverin dan vitamin
(Buckle, 1985 dalam Fachry et al., 2012). Senyawa polifenol, flavonoid, minyak
atsiri dan tanin memiliki aktivitas antibakteri. Menurut penelitian Hardjawinata et
al., (2009), memperlihatkan bahwa hasil fitokimia ekstrak daun jambu biji
mengandung flavonoid, tanin, polifenol, monoterpenoid, sesquiterpenoid,
tritepenoid, kuinon dan saponin. Berdasarkan hasil penelitian Nurjannah (2012),
ekstrak daun jambu biji dapat digunakan untuk mengobati MAS (Motile
Aeromonas Septicemia) pada ikan nila. Penelitian Maryani dan Rosita (2006),
menyatakan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji sebanyak 4g per 100g
pakan efektif untuk mencegah dan mengobati ikan mas yang terinfeksi bakteri A.
hydrophil, selain itu juga dalam penelitian Setyowati et al., (2014), perendaman
ektrak daun jambu biji telah digunakan untuk mengobati ikan patin yang diinfeksi
oleh bakteri Edwardsiella tarda.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan disajikan pada Tabel 3.2. sebagai berikut:
Tabel 3.2. Bahan yang digunakan
Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan
Ikan Patin 10 ekor Digunakan untuk uji coba praktikum
Air 20 Liter Sebagai media hidup ikan
Pelet Komersil Protein Untuk pemberian pakan ikan
30%
Daun jambu biji - Digunakan untuk uji coba sebagai obat
herbal
Bakteri - Bakteri uji
Edwardsiella tarda
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Persiapan Wadah Pemeliharaan
Sebelum dilakukan pemeliharaan, wadah pemeliharaan dipersiapkan terlebih
dahulu. Wadah pemeliharaan yang digunakan yaitu akuarium. Sebelu digunakan
akuarium dibersihkan terlebih dahulu agar lumut atau kotoran ynag menempel
hilang. Setelah akuarium bersih, kemudian akuarium diisi dengan air bersih.
Keterangan :
FCR = Konversi pakan
F = Jumlah pakan yang diberikan (g)
Wo = Bobot rata-rata individu pada awal pemeliharaan (g)
Wt = Bobot rata-rata individu pada akhir pemeliharaan (g)
D = Bobot rata-rata ikan mati (g)
4.2. Pembahasan
Hasil yang kami dapatkan selama kegiatan praktikum yaitu penggunaan daun
jambu biji yang ditambahkan ke dalam pakan terhadap kesehatan ikan patin
(Pangasius sp.) yang diinfeksi bakteri edwarsiella tarda berpengaruh terhadap
kesehatan lele patin maupun terhadap pertumbuhan bagi ikan. Bobot mutlak yang
kami dapatkan adalah 1.59 g dan panjang mutlaknya yaitu 1.74 cm. Pemeliharaan
ikan patin yang terinjeksi oleh bakteri edwarsiella tarda memiliki
kelangsungungan hidup 100% karena ikan pemeliharaan tidak ada yang
mengalami kematian. dalam praktikum ini ikan mengalami hal yang baik
walaupun sudah diberi bakteri. Meningkatnya pertumbuhan ikan patin pasca
penginjeksian bakteri edwarsiella tarda disebabkan oleh adanya pengobatan ikan
terhadap tumbuhnya bakteri edwarsiella tarda dengan menggunakan daun jambu
biji yang ditambahkan pada pakan. Gejala klinis ikan patin yang terkena bakteri
edwardsiella tarda dapat berupa ikan mengalami borok, dan insang yang rusak.
Gejala eksternal ikan yang terserang Edwardsiellosis pada infeksi ringan, hanya
menampakkan luka-luka kecil. Ukuran luka sebesar 3–5 mm dan luka tersebut
berada disamping bagian belakang badan (posterio-lateral). Gejala klinis selama
penelitian ikan patin diamati pasca diinfeksi bakteri E. tarda, mengalami
perubahan dalam tingkah laku dan perubahan morfologi. Perubahan tingkah laku
terjadi pada semua perlakuan diantaranya respon pakan menurun, berenang
lambat dan mendekati aerasi. Hal ini sependapat dengan Plumb (1999), yang
menyatakan ikan terinfeksi bakteri akan kehilangan nafsu makan dan penurunan
respon makan yang disebabkan kerusakan organ hati. Ikan yang terkena penyakit
Edwardsiellosis akan memperlihatkan tanda-tanda pergerakan renang melambat
dan mati, warna kulit memucat, terdapat lendir yang berlebihan, terdapat luka,
pembengkakan serta peradangan dari anus sampai pangkal ekor dan peradangan
dibagian mulut serta dibagian tubuh ikan lain seperti bagian sirip punggung, dada
dan ekor berwarna kemerahan. Bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit
Septicemia yang sering disebut dengan Edwardsiellosis, penyakit ini menyerang
pada bagian kulit ditandai oleh luka apabila tergores akan mengeluarkan bau
busuk (Ali et al., 2014).
Kandungan daun jambu biji lainnya adalah saponin termasuk kedalam
golongan senyawa triterpenoid sebagai antimikroba. Saponin terdapat didalam
daun jambu biji, penggunaan saponin yang sesuai dapat berfungsi dengan baik
dan membantu dalam pembentukan kollagen yaitu protein struktur berperan
dalam proses penyembuhan dan sebagai antiseptik dan pembersih, saponin
termasuk kedalam kelompok yang bersifat antibakteri dengan mengganggu
permeabilitas membran sel bakteri dapat menyebabkan kerusakan dan
menyebabkan keluarnya berbagai komponen yang ada pada sel bakteri yaitu
protein, asam nukleat dan nukleotida (Darsana et al., 2012).
BAB 5
KESIMPULAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil adalah:
1. Ikan patin (Pangasius sp.) yang diinfeksi bakteri edwarsiella tarda
berpengaruh terhadap kesehatan lele patin maupun terhadap pertumbuhan
bagi ikan.
2. Bobot mutlak ikan yang didapatkan adalah 1.59 g dan panjang mutlaknya
yaitu 1.74 cm.
3. Gejala klinis ikan patin yang terkena bakteri edwardsiella tarda dapat
berupa ikan mengalami borok, dan insang yang rusak.
4. Saponin yang terdapat didalam daun jambu biji dapat berfungsi dengan
baik dan membantu dalam pembentukan kollagen.
5. Kollagen ialah protein berstruktur yang berperan dalam proses
penyembuhan dan sebagai antiseptik dan pembersih.
DAFTAR PUSTAKA
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhymurium terhadap ekstrak daun
jambu biji (Psidium guajava L.). Bioscientiae. Volume I, No. 1, Program
Studi Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat.
Asniatih, Idris, M. dan Sabilu, K. 2013. Studi histopatologi pada ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila.
Program Studi Budidaya Perairan FPIK Universitas Halu Oleo Kampus
Tridharma Kendari.
Espelid, S., Hjelmeland K., & Jorgensen T. 1987. The spesificity of atlantic
salmon antibodies made against the fish pathogen Vibrio salmonicida
establishing the surface protein VS-P1 as the dominating antigen.
Developmental and Comparative Imunology. 11, 529-537.
Fachry AR., Sastrawan RMA. dan Svingkoe G. 2012. Kondisi optimal ekstraksi
tanin dari daun jambu biji menggunakan pelarut etanol. Prosiding SNTK
TOPI, Pekanbaru, 11 Juli 2012.
Haposh dan Hasanah, Y. 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan:
USU Press.
Hardjawinata K., Sufiawati I., Djustiana N., Muchtaridi dan Dewi S. O. 2009.
Ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava) sebagai obat kumur untuk
pengobatan gingivitis pada wanita. Peneliti Badan Litbang Pertanian.
Universitas Padjadjaran.
Janda, J. M., Abbot, S. L., Bystrom. S. K., Cheung. W. K., Power. C., Kokka R.
P., and Tamur, K. 1991. Pathogenic Properties of Edwardsiella species.
Journal of Clinical Microbiology. 29 (9), 8 p.
Kurniawati, A. 2006. Formulasi gel antioksidan ekstrak daun jambu biji (Psidium
guajava L) dengan menggunakan aquapec HV-505. Skripsi. Jurusan
Farmasi FMIPA Unpad. 64 hlm.
Maryani dan Rosita. 2006. Efektivitas ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava
L.), daun sambiloto (Andrographis paniculata), dan daun sirih (Piper betle
L.) dalam menanggulangi infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan
mas (Cyprinus carpio L.). Journal of Tropical Fisheries. 1(2), 132-139
Musalam, Y. 2001. Pemanfaatan Saponin Biji Teh Pembasmi Hama Udang. Pusat
Penelitian Perkebunan Gambung. Kabupaten Bandung.
Ode, I. 2013. Kajian sistem imunitas untuk pengendalian penyakit pada ikan dan
udang. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate).
6(2), 41-43.
PPUK. 2010. Pembenihan Ikan Patin. Direktorat Kredit, BPR Dan UMKM Biro
Pengembangan BPR Dan UMKM. 9696, 2–3.
Rumimpunu, A., Andaki, J. A., & Manoppo, V. E. N. 2017. Potensi
pengembangan usaha budidaya ikan patin (Pangasius sp.) di desa tatelu
kabupaten minahasa utara. Akulturasi: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan,
5(9).
Salasia, S. I. O., Sulanjari, D. dan Ratnawati, A. 2001. Studi hematologi ikan air
tawar. Biologi. 2(12), 710-723.
Saragih, A. A., Henni, S. dan Iesje, L. 2014. Identifikasi bakteri patogen pada ikan
selais (Ompok hypopthalmus) yang tertangkap di Sungai Kampar Desa
Teratak Buluh Provinsi Riau.
Setyowati, E., Slamet B. P. dan Sarjito. 2014. Pengaruh perendaman ekstrak daun
jambu biji (Psidium guajava. L) terhadap kelulushidupan dan histologi hati
ikan patin (Pangasius hypophtalamus) yang diinfeksi bakteri Edwardsiella
tarda. Journal of Aquaculture Management and Technology. 3(4), 174-182.
Yuli, S., & Harris, H. 2017. Tingkat serangan ektoparasit pada ikan patin
(Pangasius hypopthalmus) yang dibudidayakan dalam keramba jaring apung
di sungai musi palembang. Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Budidaya
Perairan. 12(2).
LAMPIRAN
Bobot ikan patin
Bobot Mutlak
No Awal (gr) Akhir (gr)
1. 14 16,5
2. 14,2 15
3. 12 13,5
4. 13 14,2
5. 13,7 15,6
6. 12,4 14,2
7. 14 15,5
8. 12 13,6
9. 12 13,3
10. 14 15,8
Rata- 13,13 14.72
rata