Anda di halaman 1dari 3

1.

Jelaskan menurut kelompok anda bagaimana hubungan antara


developmental learning disabilities dengan academic learning disabilitas
Jawab:

developmental learning adalah kseulitan belajar yang berhubungan dengan


perkembangan mencakup gangguan perhatian, ingatan, motorik, persepsi
berbahasa dan berpikir, sedangkan academic learning disabilitas adalah
kesulitan belajar akademik yang mencakup kesulitan belajar matematika,
menulis, berhitung, dan membaca. Kesulitan belajar perkembangan dapat
mempengaruhi proses penerimaan, menginterpretasikan, dan merespon
stimulus dari lingkungan. Sebagai contoh bagi anak berkesulitan belajar
disini, sebelum anak dapat belajar menulis, ia harus memiliki keterampilan
atau kemampuan tertentu (sebagai prasyarat) seperti koordinasi mata-tangan,
mengingat dan kemamapuan mengurutkan. Sedangkan untuk belajar
membaca anak membutuhkan kemampuan membedakan stimulus visual dan
auditori, mengingat, asosiasi dan mengonsentrasikan perhatiannya. Dengan
demikian hubungan antara developmental learning disabilities dengan
academic learning disabilitas saling berkaitan, karna jika seseorang anak
mengalami kendala pada perkembangannya akan berpengaruh juga pada
proses belajar akademiknya.

2. Menurut kelompok anda faktor mana yang paling dominan yang menjadi
penyebab seseorang mengalami kesulitan belajar
Jawab:

Menurut kelompok saya pada modul 8.7 ada beberapa faktor yang
menyebabkan seseorang megalami kesulitan belajar. Tapi yang paling
dominan dari ke tiga faktor tersebut adalah faktor organis/biologis. Pada
halaman 8.7 juga sudah dijelaskan secara tegas dikemukakan oleh roos
(1976), siegel dan gold (1982), serta painting (1983), bahwa kesulitan
belajar khusus disebabkan oleh disfungsi system saraf yang disebabkan oleh:
1) Cedera otak pada masa perkembangan otak
2) Ketidak seimbangan zat-zat kimiawi didalam otak
3) Gangguan perkembangan saraf
4) Keterlambatan proses perkembangan individu
Banyak jugaa para ahli yang meyakini bahwa timbulnya kesulitan belajar
khusus pada anak disebabkan adanya disfungsi dari system saraf pusat.
Buktu adanya gangguan dari system saraf pusat terlihat dari studi yang
dilakukan oleh E. Roy Jhon dan kawan-kawan (1989) dengan menganalisis
hasil electro encephalogram (EEG) dan ditemukan adanya kelainan pada
gelombang otak. Demikian pula penelitian (CT Scans) ditemukan adanya
gangguan saraf pada anak mengalami kesulitan belajar khusus

3. Menurut kelompok anda, apabila anda menemukan siswa yang memiliki


prestasi reendah atau prestasinya dibawah rata-rata teman sekelasnya,
padahal siswa tersebut tidak mengalami tunagrahita, apa yang harus anda
lakukan
Jawab:
Menurut kelompok kami jika kita menemukan siswa yang memiliki prestasi
rendah atau prestasinya dibawah rata-rata hal yang pertama kita lakukan
adalah mengamatinya, apakah gangguan yang terjadi pada anak siswa
tersebut merupakan gangguan internal atau eksternal, dan apakah gangguan
tersebut bersifat ringan atau berat. Jika gangguan tersebut bersifat ringan
mungkin dengan memberikan sedikit perhatian atau latihan belajar pada
siswa tersebut sudah cukup. Sedangkan jika mungkin gangguan tersebut
bersifat berat maka harus dilakukan pengamatan tindak lanjut pada siswa
tersebut. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah
1) Melakukan observasi (9.4)
2) Melakukan wawancara(9.7)
3) Melakukan tes sederhana(9.7)

4. Jelaskan bagaimana langkah dalam melakukan teknik observasi pada siswa


yang menderita ABK!
Jawab:

Agar observasi yang kita lakukan dapat membantu munculnya dugaan bhwa
seorang anak menderita kelainan, kita perlu melengkapi dengan lembar
observasi meskpun meskipun sifatnya sangat informal. Lembar observasi ini
dapat kita buat sndiri dengan cara mencantumkan karakteristik fisik dari
ABK dari semua jenis sebagai indicator perilaku. jika lembar observasi
dibuat dengan cermat maka, anda akan peka terhadap munculnya kelainan di
kelas anda . kepekaan terhadap anak merupakan salah satu syarat
keberhasilan identifikasi. Guru yang peka terhadap perilaku anak akan
segera melihat adanya kelainan pada anak tersebut, sehingga ia dapat
memfokuskan perhatian pada perilaku anak. Dengan demikian proses
identifikasi dapat dilakukan dengan cara: melihat gejala, melakukan
observasi cermat, menduga.

Anda mungkin juga menyukai