Laporan Tutor Mater Ii Kasus 2
Laporan Tutor Mater Ii Kasus 2
KASUS II
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
NAMA : AINUN JARYAH
NPM : 019.01.3620
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
TAHUN AJARAN 2020/2021
KASUS II
Seorang perempuan umur 25 tahun datang kepoli kandungan dengan keluhan
tidak haid sejak 2 bulan yang lalu, nyeri perut bagian bawah dan ada spotting
berwarna coklat, hasil pemeriksaan fisik ditemukan keadaan ibu lemah,
compos mentis,tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit,
konjungtiva pucat, skala nyeri 6 dan adanya nyeri goyang porsio.
KATA SULIT
1. Spotting
2. Konjungtiva pucat
3. Goyang porsio
4. Haid
2. Konjungtiva pucat
Apa penyebab konjungtiva pucat?
Konjungtiva pucat terjadi karena mengalami penurunan jumlah sel darah
merah yang bisa menyebabkan anemia dengan tanda gejala konjungtiva anemis.
3. Goyang porsio
Apa itu goyang porsio?
Nyeri goyanh parsio yaitu proses peradangan pada daerah parsio serviks uteri.
4. Haid
Apa itu haid?
Menstruasi adalah proses keluarnya darah dari vagina yang terjadi diakibatkan
siklus bulanan alami pada tubuh wanita. Siklus ini merupakan proses organ
reproduksi wanita untuk bersiap jika terjadi kehamilan. Persiapan ini ditandai dengan
penebalan dinding rahim (endometrium) yang berisi pembuluh darah.
A. Pengertian KET
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan masalah bagi kaum
wanita, di mana ovum yang telah dibuahi sperma berimplantasi dan tumbuh di
luar kandungan. Dalam 20 tahun ini ada kecenderungan peningkatan angka
kejadian kehamilan ektopik di dunia, tetapi angka kejadian Kehamilan Ektopik
Terganggu (KET) masih sulit untuk diperkirakan secara tepat. Di Amerika Serikat
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan 20% dari semua kehamilan, di
Hongkong Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) hanya 0,77% dari kehamilan
yang ada, dan 1,88% di Eropa Utara (Suparman, 2001). Kehamilan Ektropik
Terganggu adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium.(Mansiper ,2000;267) .
C. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui.Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini
ialah sebagai berikut :
• Faktor tuba,yaitu salpingtis,perlekatan tuba,kelainan konginetaltuba,
pembedehan sebelumnya,endometiosis,t umor yang mengubah bentuk tuba dan
kehamilan ektopik sebelumnya
• Kelainan zigot,yaitu kelainan kromosomdan malformasi
• Faktor ovarium yaitu miograsi luar ovum dan pembesaran ovarium.
• Penggunaaan hormone eksogen
• Factor lain,antara lain aborsi tuba dan pemakaian IUD
(Dr.Rustam Mochtar,synopsis Obstetri,2000).
D. Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba
(lokasi tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium,
rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi
tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Pada keadaan yang
pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit
mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi. Pada
implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot yang telah
bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua,
yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping
dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di
tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang, dan perkembangannya tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat
implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.Seperti kehamilan
normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami hipertrofi akibat pengaruh
hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda
Hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometrium pun berubah menjadi desidua,
meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometrium menjadi hipertrofik,
hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuol. Perubahan
selular demikian disebut sebagai reaksi AriasStella.Karena tempat implantasi pada
kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat
kehamilanektopik tersebut akan terkompromi. Abortus ke dalam lumen tuba lebih
sering terjadi pada kehamilan pars ampullaris, sedangkan ruptur lebih sering
terjadi pada kehamilan pars isthmica. Pada abortus tuba, bila pelepasan hasil
konsepsi tidak sempurna atau tuntas, maka perdarahan akan terus berlangsung.
Bila perdarahan terjadi sedikit demi sedikit, terbentuklah mola kruenta. Tuba akan
membesar dan kebiruan (hematosalping), dan darah akan mengalir melalui ostium
tuba ke dalam rongga abdomen hingga berkumpul di kavum Douglas dan
membentuk hematokel retrouterina. Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya
ruptur tuba terjadi lebih awal, karena pars isthmica adalah bagian tuba yang paling
sempit. Pada kehamilan di pars interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16
minggu) karena lokasi tersebut berada di dalam kavum uteri yang lebih
akomodatif, sehingga sering kali kehamilan pars interstitialis disangka sebagai
kehamilan intrauterin biasa. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars
interstitialis cepat berakibat fatal karena suplai darah berasal dari arteri uterina dan
ovarika. Oleh sebab itu kehamilan pars interstitialis adalah kehamilan ektopik
dengan angka mortalitas tertinggi.
Kerusakan yang melibatkan kavum uteri cukup besar sehingga
histerektomi pun diindikasikan. Ruptur, baik pada kehamilan fimbriae, ampulla,
isthmus maupun pars interstitialis, dapat terjadi secara spontan maupun akibat
trauma ringan, seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin
terekspulsi ke luar lumen tuba, masih terbungkus selaput amnion dan dengan
plasenta yang masih utuh, maka kehamilan dapat berlanjut di rongga abdomen.
Untuk memenuhi kebutuhan janin, plasenta dari tuba akan meluaskan
implantasinya ke jaringan sekitarnya, seperti uterus, usus dan ligament (Mansjoer,
2002).
E. Manifestasi klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada
tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea,
dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif,
yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus
selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan
vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue,
nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi
diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat
dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi. Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada adnexa.
Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan
appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada
pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas
menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri
di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak
sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi
sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba
dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam
keadaan syok. Perdarahan per vagina menunjukkan terjadi kematian janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun
sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi
sebelum haid berikutnya.
H. Penyebab KET
Meskipun belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan kehamilan
ektopik, namun kondisi ini sering kali dikaitkan dengan kerusakan pada tuba
falopi, yaitu saluran yang menghubungkan indung telur dan rahim.
Kerusakan tuba falopi dapat disebabkan oleh:
Faktor genetik.
Bawaan lahir.
Ketidakseimbangan hormon.
Peradangan akibat infeksi atau prosedur medis.
Perkembangan organ reproduksi yang tidak normal.
I. Klasifikasi
Menurut Titus, klasifikasi pembagian tempat-tempat terjadinya kehamilan
ektopik.
Kehamilan tuba
Intertisial (2%)
Istmus (25%)
Ampula (17%)
Fimbriae (17%
Kehamilan Ovarial (0,5%)
Kehamilan Abdominal (0,1%)
Primer
Sekunder
Kehamilan tuba-ovarial
Kehamilan Intraligamenter
Kehamilan Servikal
Kehamilan Tanduk rahim rudimenter
J. Penatalaksanaan
Penangganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam
Tindakan demikian, beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangan
yaitu sebagai berikut :
Pengkajian
a. Menstruasi terakhir
b. Adanya bercak darah yang berasal dari vagina
c. Nyeri abdomen : kejang, tumpul
d. Jenis kontrasepti
e. Riwayat gangguan tuba sebelumnya
f. Tanda-tanda vial
g. Tes labolatorium : Ht dan Hb menurun
Diagnose keperawatan
1. Deficit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi
implantasi sebagai efek Tindakan pembedahan
2. Nyeri berhubungan dengab ruptur tuba falopi, pendarahan
intraperitoneal
3. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang
pemahaman atau tidak mengenal sumber-sumber informasi
Intervensi keperawatan
1. Diagnose 1 : Deficit volume cairan yang berhubungan dengan rupture
pada lokasi implantasi sebagai efek Tindakan pembedahan
Kriteria hasil : ibu menunjukkan kestabilan / perbaikan keseimbangan
cairan yang `dibuktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian
kapiler cepat, sensorium tepat, serta frekuensi dan berat jenis urine
adekuet.
INTERVENSI RASIONAL
1. evaluasi, laporkan, serta catat 1. perkirakan kehilangan darah
jumlah dan sifat kehilangan membantu membedakan diagnosis.
darah, lakukan perhitungan Setiap gram peningkatan berat
pembalut, kemudiaan timbang pembalut sama dengan kehilangan
pembalut. kira-kira 1 ml darah
2. lakukan tirah baring, 2. perdrahan dapat berhenti dengan
intruksikan ibu untuk reduksi ktifitas. Peningkatan
menghindari valsava manuver tekanan abdomen atau orgasme
dan koitus dapat merangsang perdarahan
3. posisikan ibu dengan tepat, 3. menjamin keadekuatan darah
telentang dengan panggul yang tersedia untuk otak,
ditinggikan atau posisi semi peninggian panggul menghindari
fowler kompresi vena kaya. Posisi semi
4. catat tanda-tanda vital, fowler memungkinan janin
pengisian kapiler pada dasar bertindak sebagai tampon
pupu, warna membrane mukosa 4. membantu menentukan beratnya
atau kulit suhu. Ukur tekanan kehilangan darah, meskipun
vena sentral bila ada sianosis dan perubahan pada
5. pantau aktivitas uterus, status tekanan darah dan nadi adalah
janin, dan adanya nyeri tekan tanda-tanda lanjut dari kehilangan
pada abdomen volume sirkulasi
6. hindari pemeriksaan rrektal 5. membantu menentukan sifat
atau vagina hemoragi dan kemungkinan akibat
7. pantau masukan atau keluaran dari peristiwa hemoragi
cairan. Dapatkan sampel urine 6. dapat meningkatkan hemoragi
setiap jam, ukur berat jenis 7. menentukan luasnya kehilangan
8. auskultasi bunyi nafas cairan dan menunjukkan perfusi
9. simpan jaringan atau hasil ginjal
konsepsi yang keluar 8. bunyi nafas adventitus
10. dapatkan pemeriksaan darah menunjukkan ketidak tepatan atau
cepat : HDL jenis dan kelebihan pergantian
pencocokan silang, titer Rh, 9. dokter perlu mengevaluasi
kadar fibrinogen, hitung kemungkinan retensi
trombosit, APTT, dan kadar LCC jaringan,pemeriksaan histologi
11. pasang kateter mungkin di perlukan
12. berikan laruan intra vena,
ekspander plasma, darah lengkap
atau sel-sel kemasan sesuai
indikasi
INTERVENSI RASIONAL
1. menjelaskan Tindakan dan 1. memberikan informasi,
rasional yang ditentukan untuk menjelaskan kesalahan konsep
kondisi hemoragia pemikiran ibu mengenai prosedur
2. berikan kesempatan bagi ibu yang dilakukan, menurunkan stress
untuk mengajukan pertanyaan dan yang berhubungan dengan
mengungkapkan kesalahan konsep prosedur yang diberikan
3. diskusikan kemungkinan 2. memberikan klarifikasi dari
implikasi jangka pendek pada konsep yang salah, identifikasi
ibu/janin dari keadaan pendarahan masalah-masalah dan kesempatan
4. tinjau ulang implikasi jangka untuk memulai mengembangkan
Panjang terhadap situasi yang ketrampilan penyesuaian
memerlukan evaluasi dan 3. memberikan informasi tentang
Tindakan tambahan kemungkinan komplikasi dan
meningkatkan harapan realitas dan
Kerjasama dengna aturan Tindakan
4. ibu dengan kehamilan ektopik
dapat memahami kesulitan
memepertahankan setelah
pegangkatan tuba/ovarium yang
sakit
Implementasi
Evaluasi