Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL MATERNITAS II

KASUS II

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
NAMA : AINUN JARYAH
NPM : 019.01.3620

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
TAHUN AJARAN 2020/2021

KASUS II
Seorang perempuan umur 25 tahun datang kepoli kandungan dengan keluhan
tidak haid sejak 2 bulan yang lalu, nyeri perut bagian bawah dan ada spotting
berwarna coklat, hasil pemeriksaan fisik ditemukan keadaan ibu lemah,
compos mentis,tekanan darah 90/60 mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit,
konjungtiva pucat, skala nyeri 6 dan adanya nyeri goyang porsio.

KATA SULIT
1. Spotting
2. Konjungtiva pucat
3. Goyang porsio
4. Haid

PERTANYAAN DAN JAWABAN DARI KATA SULIT


1. Spotting
 Apa itu spotting ?
Spotting yaitu bercak darah yang keluar setelah penggunaan alat kontrasepsi
suntik hormonal yang mengandung Progestin, akibat dari ketidak seimbangan hormon
dalam tubuh

 Apa saja gejala spotting ?

- Menstruasi tidak teratur


- Sakit perut
- Rasa terbakar atau nyeri saat buang air kecil
- Keputihan, kemerahan, atau gatal pada organ kewanitaan

 Apa penyebab spotiing berwarna coklat


penyebab bercak darah berwarna kecoklatan Darah yang berwarna kecoklatan
menandakan bahwa darah tersebut sudah tidak segar lagi alias darah lama. Awalnya
memang berupa darah segar yang berwarna merah cerah, namun berubah menjadi
kecoklatan atau semakin gelap ketika lama tertahan dalam rahim atau vagina dan tak
kunjung keluar.

 Bagaimana cara mengatasi spotting?


Perawatan untuk kondisi ini sangat tergantung pada faktor yang menjadi
penyebab terjadinya bercak. Beberapa kondisi bercak ada yang tidak serius, dan tidak
memerlukan pengobatan khusus.
Namun, apabila kondisi ini disebabkan adanya infeksi, maka dokter
kemungkinan besar akan memberikan obat antibiotik sebagai penanganannya.

2. Konjungtiva pucat
 Apa penyebab konjungtiva pucat?
Konjungtiva pucat terjadi karena mengalami penurunan jumlah sel darah
merah yang bisa menyebabkan anemia dengan tanda gejala konjungtiva anemis.

 Apa itu konjungtiva pucat ?


Konjungtiva ini merupakan selaput bening yang melapisi seluruh bagian
terdepan mata dan menjadi pelindung pada mata. Saat terjadi konjungtivitis atau
peradangan, mata akan terlihat merah dan berair serta terasa perih.

 Faktor resiko konjungtiva ?


- Menggunakan lensa kontak.

- Paparan dari seseorang yang terinfeksi virus atau bakteri konjungtivitis.

- Terpapar sesuatu yang membuat kamu alergi (konjungtivitis alergi).

3. Goyang porsio
 Apa itu goyang porsio?
Nyeri goyanh parsio yaitu proses peradangan pada daerah parsio serviks uteri.

 Apa penyebab nyeri pda goyang porsio?


penyebab nyeri goyang porsio yaitu Nyeri goyang pada serviks uteri
kemungkinan Diagnosis kehamilan ektopik (ectopic pregnancy) melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan ultrasonography. Pada anamnesis akan didapatkan gejala yang
menyerupai kehamilan yang bisa disertai atau tanpa keluhan perdarahan dan nyeri
perut bagian bawah

4. Haid
 Apa itu haid?
Menstruasi adalah proses keluarnya darah dari vagina yang terjadi diakibatkan
siklus bulanan alami pada tubuh wanita. Siklus ini merupakan proses organ
reproduksi wanita untuk bersiap jika terjadi kehamilan. Persiapan ini ditandai dengan
penebalan dinding rahim (endometrium) yang berisi pembuluh darah.

 Apa penyebab haid terlambat?


 Gangguan Tiroid
 kehamilan
 Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)
 Ketidakseimbangan Hormon
Menstruasi terlambat juga bisa disebabkan oleh hal lain, seperti stres,
merokok, penyakit tertentu, hingga efek samping kontrasepsi hormonal.

 Apa saja tanda dan gejala haid?


1. Kram perut. Kram perut adalah tanda-tanda akan haid yang paling khas.
2. Muncul jerawat.
3. Payudara terasa padat dan nyeri saat disentuh.
4. Kecapekan tapi susah tidur.
5. Sembelit atau diare.
6. Perut kembung.
7. Sakit kepala.

 Haid yang sehat itu seperti apa?


Darah haid yang normal atau sehat umumnya berwarna merah terang. Meski
begitu, seberapa merahnya akan bervariasi juga antar satu wanita dan yang lainnya —
tergantung pada tingkat kekentalan atau volume darah.

PEMBAHASAN LO ( KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU)

A. Pengertian KET
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan masalah bagi kaum
wanita, di mana ovum yang telah dibuahi sperma berimplantasi dan tumbuh di
luar kandungan. Dalam 20 tahun ini ada kecenderungan peningkatan angka
kejadian kehamilan ektopik di dunia, tetapi angka kejadian Kehamilan Ektopik
Terganggu (KET) masih sulit untuk diperkirakan secara tepat. Di Amerika Serikat
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan 20% dari semua kehamilan, di
Hongkong Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) hanya 0,77% dari kehamilan
yang ada, dan 1,88% di Eropa Utara (Suparman, 2001). Kehamilan Ektropik
Terganggu adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium.(Mansiper ,2000;267) .

Kehamilan Ektropik Terganggu adalah kehamilan dimana setelah


fertilisasi,implantasi terjadi diluar endometrium kavum uteri (Prawiroharjo
S,1999;12) Kehamilan Ektropik Terganggu adalah kehamilan yang terjadi bila
telur yang dibuahi berimplamtasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri
(Prawiroharjo S,2002;323) Kehamilan Ektropik Terganggu adalah kehamilan
dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopi 32 merupakan tempat
tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektropik,sebagian besar
kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga
perut ,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada
uterus (Sarwono Prawiroharjho,2005).
B. Epidiemologi
Insidens kehamilan ektopik yang sesungguhnya sulit ditetapkan. Meskipun
secara kuantitatif mortalitas akibat KET berhasil ditekan, persentase insidens dan
prevalensi KET cenderung meningkat dalam dua dekade ini. Dengan
berkembangan alat diagnostik canggih, semakin banyak kehamilan ektopik yang
terdiagnosis sehingga semakin tinggi pula insidens dan prevalensinya.
Keberhasilan kontrasepsi pula meningkatkan persentase kehamilan ektopik,
karena keberhasilan kontrasepsi hanya menurunkan angka terjadinya kehamilan
uterin, bukan kehamilan ektopik. Meningkatnya prevalensi infeksi tuba juga
meningkatkan keterjadian kehamilan ektopik. Selain itu, perkembangan teknologi
di bidang reproduksi, seperti fertilisasi in vitro, ikut berkontribusi terhadap
peningkatan frekuensi kehamilan ektopik. Di Amerika Serikat, kehamilan ektopik
terjadi pada 1 dari 64 hingga 1 dari 241 kehamilan, dan 85-90% kasus 33
kehamilan ektopik didapatkan pada multigravida (Hutabalian, 2011).

C. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui.Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini
ialah sebagai berikut :
• Faktor tuba,yaitu salpingtis,perlekatan tuba,kelainan konginetaltuba,
pembedehan sebelumnya,endometiosis,t umor yang mengubah bentuk tuba dan
kehamilan ektopik sebelumnya
• Kelainan zigot,yaitu kelainan kromosomdan malformasi
• Faktor ovarium yaitu miograsi luar ovum dan pembesaran ovarium.
• Penggunaaan hormone eksogen
• Factor lain,antara lain aborsi tuba dan pemakaian IUD
(Dr.Rustam Mochtar,synopsis Obstetri,2000).

D. Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba
(lokasi tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium,
rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi
tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Pada keadaan yang
pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit
mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi. Pada
implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot yang telah
bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua,
yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping
dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di
tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang, dan perkembangannya tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat
implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.Seperti kehamilan
normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami hipertrofi akibat pengaruh
hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda
Hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometrium pun berubah menjadi desidua,
meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometrium menjadi hipertrofik,
hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuol. Perubahan
selular demikian disebut sebagai reaksi AriasStella.Karena tempat implantasi pada
kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat
kehamilanektopik tersebut akan terkompromi. Abortus ke dalam lumen tuba lebih
sering terjadi pada kehamilan pars ampullaris, sedangkan ruptur lebih sering
terjadi pada kehamilan pars isthmica. Pada abortus tuba, bila pelepasan hasil
konsepsi tidak sempurna atau tuntas, maka perdarahan akan terus berlangsung.
Bila perdarahan terjadi sedikit demi sedikit, terbentuklah mola kruenta. Tuba akan
membesar dan kebiruan (hematosalping), dan darah akan mengalir melalui ostium
tuba ke dalam rongga abdomen hingga berkumpul di kavum Douglas dan
membentuk hematokel retrouterina. Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya
ruptur tuba terjadi lebih awal, karena pars isthmica adalah bagian tuba yang paling
sempit. Pada kehamilan di pars interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16
minggu) karena lokasi tersebut berada di dalam kavum uteri yang lebih
akomodatif, sehingga sering kali kehamilan pars interstitialis disangka sebagai
kehamilan intrauterin biasa. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars
interstitialis cepat berakibat fatal karena suplai darah berasal dari arteri uterina dan
ovarika. Oleh sebab itu kehamilan pars interstitialis adalah kehamilan ektopik
dengan angka mortalitas tertinggi.
Kerusakan yang melibatkan kavum uteri cukup besar sehingga
histerektomi pun diindikasikan. Ruptur, baik pada kehamilan fimbriae, ampulla,
isthmus maupun pars interstitialis, dapat terjadi secara spontan maupun akibat
trauma ringan, seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin
terekspulsi ke luar lumen tuba, masih terbungkus selaput amnion dan dengan
plasenta yang masih utuh, maka kehamilan dapat berlanjut di rongga abdomen.
Untuk memenuhi kebutuhan janin, plasenta dari tuba akan meluaskan
implantasinya ke jaringan sekitarnya, seperti uterus, usus dan ligament (Mansjoer,
2002).

E. Manifestasi klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada
tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea,
dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif,
yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus
selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan
vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue,
nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi
diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat
dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi. Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada adnexa.
Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan
appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada
pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas
menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri
di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak
sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi
sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba
dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam
keadaan syok. Perdarahan per vagina menunjukkan terjadi kematian janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun
sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi
sebelum haid berikutnya.

F. Tanda Gejala KET


 Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal.
 Menstruasi abnormal.
 Abdomen dan pelvis yang lunak.
 Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada
endometrium uterus.
 Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
 Kolaps dan kelelahan
 pucat
 Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
 Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
 Gangguan kencing

G. Factor risiko KET


 Kehamilan ektopik dapat dialami oleh setiap wanita yang telah akt ygif
berhubungan intim. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan ektopik, yaitu:
 Berusia 35 tahun atau lebih saat hamil.
 Memiliki riwayat radang panggul dan endometriosis.
 Menderita penyakit menular seksual, seperti gonore dan chlamydia.
 Mengalami kehamilan ektopik pada kehamilan sebelumnya.
 Mengalami keguguran berulang
 Pernah menjalani operasi pada area perut dan panggul.
 Pernah menjalani pengobatan terkait masalah kesuburan.
 Menggunakan alat kontrasepsi jenis spiral.
 Memiliki kebiasaan merokok.

H. Penyebab KET
Meskipun belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan kehamilan
ektopik, namun kondisi ini sering kali dikaitkan dengan kerusakan pada tuba
falopi, yaitu saluran yang menghubungkan indung telur dan rahim.
Kerusakan tuba falopi dapat disebabkan oleh:
 Faktor genetik.
 Bawaan lahir.
 Ketidakseimbangan hormon.
 Peradangan akibat infeksi atau prosedur medis.
 Perkembangan organ reproduksi yang tidak normal.

I. Klasifikasi
Menurut Titus, klasifikasi pembagian tempat-tempat terjadinya kehamilan
ektopik.

 Kehamilan tuba
 Intertisial (2%)
 Istmus (25%)
 Ampula (17%)
 Fimbriae (17%
 Kehamilan Ovarial (0,5%)
 Kehamilan Abdominal (0,1%)
 Primer
 Sekunder
 Kehamilan tuba-ovarial
 Kehamilan Intraligamenter
 Kehamilan Servikal
 Kehamilan Tanduk rahim rudimenter

J. Penatalaksanaan
Penangganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam
Tindakan demikian, beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangan
yaitu sebagai berikut :

 Kondisi ibu pada saat itu


 Keinginanibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya
 Lokasi kehamilan ektopik
 Kondisi anatomis organ pelvis
 Kemampuan Teknik bedah mkro dokter
 Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

 Pengkajian
a. Menstruasi terakhir
b. Adanya bercak darah yang berasal dari vagina
c. Nyeri abdomen : kejang, tumpul
d. Jenis kontrasepti
e. Riwayat gangguan tuba sebelumnya
f. Tanda-tanda vial
g. Tes labolatorium : Ht dan Hb menurun

 Diagnose keperawatan
1. Deficit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi
implantasi sebagai efek Tindakan pembedahan
2. Nyeri berhubungan dengab ruptur tuba falopi, pendarahan
intraperitoneal
3. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang
pemahaman atau tidak mengenal sumber-sumber informasi

 Intervensi keperawatan
1. Diagnose 1 : Deficit volume cairan yang berhubungan dengan rupture
pada lokasi implantasi sebagai efek Tindakan pembedahan
Kriteria hasil : ibu menunjukkan kestabilan / perbaikan keseimbangan
cairan yang `dibuktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian
kapiler cepat, sensorium tepat, serta frekuensi dan berat jenis urine
adekuet.

INTERVENSI RASIONAL
1. evaluasi, laporkan, serta catat 1. perkirakan kehilangan darah
jumlah dan sifat kehilangan membantu membedakan diagnosis.
darah, lakukan perhitungan Setiap gram peningkatan berat
pembalut, kemudiaan timbang pembalut sama dengan kehilangan
pembalut. kira-kira 1 ml darah
2. lakukan tirah baring, 2. perdrahan dapat berhenti dengan
intruksikan ibu untuk reduksi ktifitas. Peningkatan
menghindari valsava manuver tekanan abdomen atau orgasme
dan koitus dapat merangsang perdarahan
3. posisikan ibu dengan tepat, 3. menjamin keadekuatan darah
telentang dengan panggul yang tersedia untuk otak,
ditinggikan atau posisi semi peninggian panggul menghindari
fowler kompresi vena kaya. Posisi semi
4. catat tanda-tanda vital, fowler memungkinan janin
pengisian kapiler pada dasar bertindak sebagai tampon
pupu, warna membrane mukosa 4. membantu menentukan beratnya
atau kulit suhu. Ukur tekanan kehilangan darah, meskipun
vena sentral bila ada sianosis dan perubahan pada
5. pantau aktivitas uterus, status tekanan darah dan nadi adalah
janin, dan adanya nyeri tekan tanda-tanda lanjut dari kehilangan
pada abdomen volume sirkulasi
6. hindari pemeriksaan rrektal 5. membantu menentukan sifat
atau vagina hemoragi dan kemungkinan akibat
7. pantau masukan atau keluaran dari peristiwa hemoragi
cairan. Dapatkan sampel urine 6. dapat meningkatkan hemoragi
setiap jam, ukur berat jenis 7. menentukan luasnya kehilangan
8. auskultasi bunyi nafas cairan dan menunjukkan perfusi
9. simpan jaringan atau hasil ginjal
konsepsi yang keluar 8. bunyi nafas adventitus
10. dapatkan pemeriksaan darah menunjukkan ketidak tepatan atau
cepat : HDL jenis dan kelebihan pergantian
pencocokan silang, titer Rh, 9. dokter perlu mengevaluasi
kadar fibrinogen, hitung kemungkinan retensi
trombosit, APTT, dan kadar LCC jaringan,pemeriksaan histologi
11. pasang kateter mungkin di perlukan
12. berikan laruan intra vena,
ekspander plasma, darah lengkap
atau sel-sel kemasan sesuai
indikasi

2. Diagnose 2 : Nyeri berhubungan dengab ruptur tuba falopi, pendarahan


intraperitoneal
Kriteria hasil : ibu mendemostrasikan Teknik relaksasi, tanda-tanda vita
dalam batas normal, dan ibu tidak meringis.
INTERVENSI RASIONAL
1. tentukan sifat, lokasi dan 1. membantu dalam mendiagnosis
durasi nyeri, kaji kontraksi dan menentukan Tindakan yang akan
uterus hemoragi atau nyeri tekan dilakukan.
abdomen Ketidaknyamanan dihubungkan
2. kaji stress psikologi dengan aborsi spontan dan
ibu/pasien dari respon emosional molahidatidosa karena kontraksi
terhadap kejadian uterus yang mungkin di perberat oleh
3. berikan lingkungan yang infuse oksotoksin. Rupture
terang dan aktivitas untuk kehamilan ektopik mengakibatakan
menurunkan rasa nyeri, nyeri hebat, karena hemorogy
instruksikan klien untuk tersembunyi saat tuba falupi rupture
menggunakan metode relaksasi, kedalam abdomen.
misalnya nafas dalam, 2. ansietas sebagai respons terhadap
visualisasi distraksi, dan situasi darurat dapat memperberat
jelaskan prosedurnya ketidaknyamanan karena sindrom
4. berikan narkotik atau sedative ketegangan,ketakutan,dan nyeri
berikut obat-obat preoperative 3. dapat membantu dalam
bila prosedur pembedahan bila menurunkan tingkat ansietas dan
prosedur karenanya mereduksi
5. siapkan prosedur bedah bila ketidaknyamanan
terdapat indikasi 4. meningkatkan kenyamanan
menurunkan resiko komplikasi
pembedahan
5. Tindakan terhadap
penyimapangan dasar akan
menghilangkan nyeri.

3. Diagnose 3 : Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang


pemahaman atau tidak mengenal sumber-sumber informasi
Tujuan : ibu berpatisipasi dalam proses belajar belajar, mengungkapkan
dalam istilah sederhana, mengenai patofisiologi dan implikasi linik

INTERVENSI RASIONAL
1. menjelaskan Tindakan dan 1. memberikan informasi,
rasional yang ditentukan untuk menjelaskan kesalahan konsep
kondisi hemoragia pemikiran ibu mengenai prosedur
2. berikan kesempatan bagi ibu yang dilakukan, menurunkan stress
untuk mengajukan pertanyaan dan yang berhubungan dengan
mengungkapkan kesalahan konsep prosedur yang diberikan
3. diskusikan kemungkinan 2. memberikan klarifikasi dari
implikasi jangka pendek pada konsep yang salah, identifikasi
ibu/janin dari keadaan pendarahan masalah-masalah dan kesempatan
4. tinjau ulang implikasi jangka untuk memulai mengembangkan
Panjang terhadap situasi yang ketrampilan penyesuaian
memerlukan evaluasi dan 3. memberikan informasi tentang
Tindakan tambahan kemungkinan komplikasi dan
meningkatkan harapan realitas dan
Kerjasama dengna aturan Tindakan
4. ibu dengan kehamilan ektopik
dapat memahami kesulitan
memepertahankan setelah
pegangkatan tuba/ovarium yang
sakit

 Implementasi

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keprawatan


yang telah disusun pada tahap perencanaan ( Setiadi 2012 ).

 Evaluasi

Merupakan langkah terakhir dari proses perawatan dengan cara melakukan


identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan
yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan
keperawatan pada criteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002.Ilmu kebidanan post op KET: Pendekatan Praktek.Edisi Revisi


Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Brunner and suddart.(2011).Textbook of Medical Surgical Nursing.Sixth Edition.J.B.
Lippincott Campany, Philadelpia.
Brooker, Christine. 2001.Kamus Saku Keperawatan Ed.31EGC : Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10.Jakarta :
EGC.
Doenges, Marilynn E. (2011).Rencana Asuhan Keperawatan Jakarta: EGC
Manuaba, I,B,G, 2004”Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetri Dan Ginekologi”
Jakarta: EGC
Perry,& Potter. (2006) Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Edisi 4.Jakarta:
EGC
Potter & Perry, 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2, EGC, Jakarta.
Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Sepilian P Vicken. Ectopic Pregnancy. August 17, 2007. Diunduh dari
http://www.emedicine.com. April 2008

Anda mungkin juga menyukai