Anda di halaman 1dari 22

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR PM 55 TAHUN 2019
TENTANG
KOMPONEN BIAYA DAN PENDAPATAN YANG DIPERHITUNGKAN DALAM
KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK KAPAL PERINTIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (3)


Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 48 Tahun
2018 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pelayanan
Publik Kapal Perintis, perlu diatur komponen biaya
produksi kegiatan pelayanan publik kapal perintis;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Perhubungan tentang Komponen Biaya dan
Pendapatan yang Diperhitungkan dalam Kegiatan
Pelayanan Publik Kapal Perintis;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang


Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
- 2 -

3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 48 Tahun


2018 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Pelayanan
Publik Kapal Perintis (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1756);
4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 122 Tahun
2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 728);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
KOMPONEN BIAYA DAN PENDAPATAN YANG
DIPERHITUNGKAN DALAM KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK
KAPAL PERINTIS.

Pasal 1
Perhitungan komponen biaya dan pendapatan dilakukan
sebagai upaya efisiensi biaya subsidi dan mempersiapkan
angkutan perintis menjadi komersial secara bertahap sesuai
dengan pertumbuhan kineija pengangkutan serta
memberikan kesempatan kepada penyelenggara angkutan
perintis agar lebih mandiri dalam membiayai pengoperasian
kapal.

Pasal 2
(1) Perhitungan besaran komponen biaya pengoperasian
kapal perintis untuk kegiatan pelayanan publik kapal
perintis oleh perusahaan angkutan laut nasional badan
usaha milik negara dan swasta dilakukan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip efektifitas, efisiensi,
kewajaran, dan akuntabilitas.
(2) K om ponen biaya pengoperasian kapal perintis yang
diperhitungkan dalam kegiatan pelayanan publik kapal
perintis merupakan biaya operasional yang terdiri atas:
a. biaya tetap, meliputi biaya:
1. gaji anak buah kapal dan nakhoda;
2. makanan anak buah kapal dan nakhoda;
- 3 -

3. air tawar anak buah kapal dan nakhoda;


4. asuransi kapal;
5. fumigasi kapal;
6. penyusutan;
7. perawatan kapal harian;
8. perawatan kapal tahunan (a n n u a l docking)-, dan
9. perawatan kapal kondisi darurat; dan
b. biaya tidak tetap, meliputi biaya:
1. bahan bakar minyak;
2. pelumas;
3. air tawar penumpang;
4. premi asuransi anak buah kapal dan nakhoda;
5. keselamatan muatan barang (asuransi);
6. pemasaran;
7. jasa kepelabuhanan; dan
8. overhead.

Pasal 3
(1) Komponen biaya dihitung dengan mempertimbangkan
aspek pencapaian kinerja pengangkutan setiap trayek
yang diukur dari tingkat keterisian (load factor)
penggunaan ruang penumpang dan muatan barang
tahun sebelumnya.
(2) Pengelompokkan perhitungan komponen biaya
berdasarkan tingkat keterisian (load factor) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. pencapaian tingkat keterisian (load factor) < 40%
(kurang dari atau sama dengan empat puluh persen)
dari penggunaan ruang penumpang dan/atau
muatan barang dalam 1 (satu) tahun;
b. pencapaian tingkat keterisian (load factor) > 40%
(lebih dari empat puluh persen) sampai dengan
< 60% (kurang dari atau sama dengan enam puluh
persen) dari penggunaan ruang penumpang
dan/atau muatan barang dalam 1 (satu) tahun; dan
c. pencapaian tingkat keterisian (load factor) > 60%
(lebih dari enam puluh persen) dari penggunaan
- 4 -

ruang penumpang dan/atau muatan barang dalam


1 (satu) tahun.
(3) Komponen biaya yang diperhitungkan untuk
pencapaian tingkat keterisian (load factor) <, 40%
(kurang dari atau sama dengan empat puluh persen)
sama dengan komponen biaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2).
(4) Komponen biaya yang diperhitungkan untuk
pencapaian tingkat keterisian (load factor) > 40% (lebih
dari empat puluh persen) sampai dengan < 60% (kurang
dari atau sama dengan enam puluh persen) terdiri atas:
a. biaya tetap, meliputi biaya:
1. gaji anak buah kapal dan Nakhoda;
2. asuransi kapal;
3. fumigasi kapal;
4. penyusutan;
5. perawatan kapal harian;
6. perawatan kapal tahunan (a n n u a l docking); dan
7. perawatan kapal kondisi darurat; dan
b. biaya tidak tetap, meliputi biaya:
1. bahan bakar minyak;
2. pelumas;
3. jasa kepelabuhanan; dan
4. keselamatan muatan barang (asuransi).
(5) Komponen biaya yang diperhitungkan untuk
pencapaian tingkat keterisian (load factor) > 60% (lebih
dari enam puluh persen) terdiri atas:
a. biaya tetap, meliputi biaya:
1. asuransi kapal;
2. fumigasi kapal;
3. perawatan kapal harian;
4. perawatan kapal tahunan (a n n u a l docking); dan
5. perawatan kapal kondisi darurat; dan
b. biaya tidak tetap, meliputi biaya:
1. bahan bakar minyak; dan
2. pelumas.
- 5 -

Pasal 4
(1) Komponen pendapatan merupakan nilai dari banyaknya
penumpang dan muatan barang yang diperhitungkan
dalam pembayaran kompensasi dikalikan dengan tarif
penumpang dan muatan barang yang ditetapkan oleh
Menteri.
(2) Pendapatan dari penumpang diperoleh dari uang
tambang penumpang yaitu jumlah penumpang per
voyage dikalikan dengan tarif penumpang sesuai
dengan tarif yang ditetapkan oleh Menteri.
(3) Pendapatan dari muatan barang diperoleh dari uang
tambang yaitu:
a. kelebihan berat/volume bagasi penumpang
dikalikan dengan tarif muatan barang;
b. berat/volume muatan barang dikali tarif muatan
barang.

Pasal 5
(1) Pendapatan lainnya merupakan nilai dari pendapatan
yang diperoleh dari selain uang tambang penumpang
dan barang yang berasal dari usaha lain yang
diperhitungkan dalam kegiatan pelayanan publik kapal
perintis.
(2) Pendapatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas:
a. sewa ruangan yang dipergunakan untuk kegiatan
usaha;
b. sewa ruang kamar kelas; dan
c. paket wisata.

Pasal 6
(1) Rincian komponen biaya dan pendapatan pengoperasian
kapal perintis yang diperhitungkan dalam kegiatan
pelayanan publik kapal perintis tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
- 6 -

(2) Perencanaan anggaran setiap komponen dihitung


berdasarkan formulasi dan kriteria sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 7
(1) Dalam melaksanakan pencairan anggaran kegiatan
pelayanan publik kapal perintis, Direktur Jenderal
Perhubungan Laut membentuk Tim Verifikasi.
(2) Direktur Jenderal dalam membentuk Tim Verifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendelegasikan
kepada Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut.
(3) Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melakukan verifikasi terhadap dokumen dan verifikasi
lapangan.
(4) Verifikasi dokumen dan verifikasi lapangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan
oleh konsultan pengawas yang diperoleh melalui
mekanisme penyedia jasa lainnya.

Pasal 8
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 2 Tahun 2017 tentang
Komponen Penghasilan dan Biaya yang Diperhitungkan
dalam Kegiatan Subsidi Penyelenggaraan Angkutan Laut
Perintis Melalui Mekanisme Pelelangan Umum (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 101) dan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 15 Tahun 2017 tentang
Komponen Penghasilan dan Biaya yang Diperhitungkan
dalam Kegiatan Subsidi Penyelenggaraan Angkutan Laut
Perintis Melalui Mekanisme Penugasan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 306), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan dan mempunyai daya laku surut sejak tanggal
1 Januari 2019.
Agar setiap orang m engetahuinya, m em erintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penem patannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 A gustus 2019

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BUDI KARYA SUMADI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 14 A gustus 2019

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 20 19 NOMOR 916


LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM 55 TAHUN 2019
TENTANG
KOMPONEN BIAYA DAN PENDAPATAN
YANG DIPERHITUNGKAN DALAM
KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK KAPAL
PERINTIS

RINCIAN KOMPONEN BIAYA DAN PENDAPATAN YANG DIPERHITUNGKAN


DALAM KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK KAPAL PERINTIS

. BIAYA OPERASIONAL
a. Biaya T etap
1) biaya gaji anak bu ah kapal dan nakhoda
a) Metode perhitungan anggaran:
gaji anak bu ah kapal dan nakhoda m enggunakan Standar ITWF
(International Transport Workers Federation) adalah perkalian
dari:
(jumlah hari dalam kontrak) x (jumlah anak buah kapal dan
nakhoda) x (gaji anak buah kapal dan nakhoda per hari)
Penjelasan:
(1) u n tu k kapal dengan GT 1500 s.d. 3 0 0 0 rata-rata gaji anak
bu ah kapal dan nakhoda perhari sebesar R p 4 45.0 64,00 per
awak kapal;
(2) u n tu k kapal dengan GT 500 s.d. 1499 rata-rata gaji anak
buah kapal dan nakhoda perhari sebesar R p 3 04.7 92,00 per
awak kapal;
(3) u n tu k kapal dengan GT 200 s.d. 499 rata-rata gaji anak
bu ah kapal dan nakhoda perhari sebesar R p 2 3 1.628,00 per
awak kapal.
b) Metode Pembayaran dalam Kontrak: Harga Satuan.
- 2 -

2) biaya m akanan anak bu ah kapal dan nakhoda


a) Metode perhitungan anggaran:
m akanan anak buah kapal dan Kom parador adalah perkalian
dari:
(jumlah hari dalam kontrak) x (jumlah anak buah kapal dan
nakhoda) x (biaya m akanan anak bu ah kapal dan nakhoda per
hari R p50.000,00).
b) Metode pem bayaran dalam kontrak: Harga Satuan.

3) biaya air tawar anak buah kapal dan nakhoda


a) Metode perhitungan anggaran:
air tawar anak bu ah kapal dan nakhoda adalah perkalian dari:
(jumlah hari dalam kontrak) x (jumlah anak buah kapal dan
nakhoda) x (jumlah kebutuhan air tawar dalam liter per orang
per hari) x (harga air tawar per liter)
Air tawar anak buah kapal dan nakhoda, ditetapkan 200 (dua
ratus) liter per hari per Awak Kapal disesuaikan dengan harga
yang berlaku di pelabuhan p a n gk alan /sin ggah kapal perintis.
b) Metode pem bayaran dalam kontrak: Harga Satuan.

4) biaya asuransi kapal


a) M etode perhitungan anggaran:
biaya asuransi kapal didapat dari:
1 % s.d. 2.5 % x harga kapal
Penjelasan:
biaya asuransi kapal selam a 1 (satu) tahun ditetapkan sebesar
1% s.d. 2.5 % dari harga kapal.
Biaya asuransi tersebut digunakan un tu k asuransi hull 85
machinery, kerangka kapal, oil pollution, dan asuransi lain yang
diwajibkan pem erintah.
b) Metode pem bayaran dalam kontrak: Harga Satuan.

5) biaya fum igasi kapal


a) Metode perhitungan anggaran:
biaya fum igasi kapal ditetapkan sebesar Rp 10.00 0.00 0,0 0
s.d .R p 2 5 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 per Tahun berdasarkan ukuran kapal dan
jen is bahan fum igasi yang digunakan.
b) Metode pem bayaran dalam kontrak: Harga Satuan.
- 3 -

6) biaya penyusutan
Biaya penyusutan m erupakan biaya yang dikeluarkan jik a kapal
yang digunakan bukan kapal milik negara.
a) Metode perhitungan anggaran:
biaya penyusutan kapal swasta didapat dari:
(5% x harga kapal) / 2 0 tahun
Biaya penyusutan tidak diperhitungkan un tu k usia kapal lebih
dari 20 tahun.
Biaya penyusutan un tu k kapal perintis m ilik Negara tidak
dihitung.
b) M etode pem bayaran dalam kontrak: Harga Satuan.

7) biaya perawatan kapal harian


Biaya perawatan kapal m erupakan biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan perbaikan dan pem eliharaan harian kapal selam a kapal
dioperasikan sebagai m ana jan gka waktu 1 (satu) tahun kalender,
a) Metode perhitungan anggaran:
biaya perawatan kapal didapat dari:
(GT kapal) x (biaya perbaikan dan pem eliharaan kapal)
Penjelasan:
biaya perawatan un tu k kapal negara dan swasta sebesar
Rp 1 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 per GT per tahun.
Bagi operator kapal yang m engoperasikan lebih dari 1 (satu) unit
kapal perintis dapat m enggunakan anggaran biaya perawatan
kapal lainnya dengan m enyam paikan pem beritahuan
penggunaan biaya perawatan kapal lainnya apabila anggaran
m elebihi dari realisasi biaya perawatan kapal tersebut kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
Biaya pekerjaan perawatan kapal perintis Milik Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut, meliputi:
( 1) biaya pengadaan suku cadang d a n /a ta u ja sa pem asangan
sesuai m asa pakai operasional atau perbaikan kapal;
(2) biaya pengadaan perlengkapan kapal seperti peralatan-
peralatan penunjang kapal yang tidak dicatat sebagai aktiva
tetap dan peralatan-peralatan lainnya;
(3) biaya pengadaan barang d a n /a ta u ja sa perangkat navigasi,
kom unikasi dan keselam atan kapal;
- 4 -

(4) biaya pengurusan dokum en dan sertifikasi kapal;


(5) biaya penerim aan Negara Bukan Pajak (PNBP) SIMLALA
(dim asukan pada biaya operasional);
(6) biaya perbaikan d a n /a ta u pengadaan fasilitas akom odasi
kapal;
(7) biaya m engem balikan kehandalan m esin kapal (repowering)
yaitu pem belian m esin induk d a n /a ta u m esin bantu;
(8) biaya emergency docking;
(9) perbaikan terhadap kerusakan atau kecelakaan kapal akibat
pengoperasian kapal dan tidak bersam aan dengan jadw al
pengedokan (perlimbungan) kapal yang sudah direncanakan.
b) Metode pem bayaran dalam kontrak: Harga Satuan.

8) biaya perawatan kapal tahunan (annual docking)


Biaya perawatan kapal tahunan adalah perawatan sem ua kegiatan
terhadap kapal yang dilakukan di atas galangan sehingga lunas
atau dasar kapal dapat terlihat dengan jelas,
a) Metode perhitungan anggaran:
dasar hu ku m yang melatar belakangi kegiatan docking kapal
perintis milik Negara ini harus dilaksanakan antara lain:
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 51 T ahun 2002 tentang
Perkapalan Pasal 53 dan 54;
(2) Peraturan Menteri Perhubungan Nom or KM 20 Tahun 2006
tentang Kewajiban bagi Kapal B erbendera Indonesia untuk
M asuk Kias pada Biro Klasifikasi Indonesia Pasal 2 ayat (1);
(3) Peraturan Direktur Jenderal P erhubungan Laut Nomor
HK. 1 0 3 / 1 /3 /D J P L -1 7 tanggal 17 Januari 2017 tentang
Prosedur Pengedokan (Pelimbungan) Kapal Berbendera
Indonesia.
Pekerjaan un tu k kegiatan pengedokan(pelim bungan) kapal
perintis milik Negara, meliputi:
( 1) m obilisasi dari pangkalan ke tem pat dock dan
penyeberangan ke pangkalan kem bali;
(2) pelayanan um u m dan pengedokan;
(3) konstruksi badan kapal dibawah d a n /a ta u diatas garis air;
(4) sistem propulsi, kem udi, m esin dan kelistrikan;
(5) peralatan tam bat dan bongkar m uat kapal (DeckMachinary)-,
- 5 -

(6 ) sistem perpipaan, kran, pom pa dan tangki-tangki;


(7) lain-lain yang meliputi biaya survey dan sertifikasi BKI,
adm inistrasi dan sertifikasi kesyahbandaran, sea trial dan
compasseren.

R encana anggaranbiaya perawatan tahunan dihitung dengan


rum us sebagai berikut:
(GT Kapal) x (Rata-Rata Biaya PerGT) x (Faktor Um ur Kapal) x
(Faktor GT)

RANGE % Kenaikan RANGE % Kenaikan


Y Y
UMUR (Faktor Usia) GT (Faktor GT)
0 - 5 1 .2 33 .813 .27 0 1,00 5 0 - 500 1 .8 7 7 .7 7 5 .2 4 6 0,64 500
6 - 10 1 .6 81 .230 .31 7 1,36 10 5 0 1 -1 0 0 0 1 .7 1 0 .0 2 0 .1 4 5 0,61 1000
11-15 2 .1 2 8 .6 4 7 .3 6 4 1,73 15 1001-1500 1 .5 4 2 .2 6 5 .0 4 5 0,56 1500
16 - 20 2.5 7 6 .0 6 4 .4 1 1 2,09 20 1501-2000 1 .3 74 .509 .94 4 0,51 2000
21 - 25 3 .0 2 3 .4 8 1 .4 5 8 2,4 5 25 2 0 0 1 -2 5 0 0 1 .2 06 .754 .84 4 0,44 2500
> 25 3 .4 7 0 .8 9 8 .5 0 5 2,81 30 2 5 0 1 -3 0 0 0 1 .0 38 .999 .74 3 0,35 3000
Rata-rata biaya per GT Rp 1.905.372

b) Metode pem bayaran dalam kontrak: harga satuan dibayarkan


setelah perawatan kapal tahunan dilaksanakan.
c) Tata cara verifikasi adm inistrasi dan teknis perawatan kapal
tahunan (perlimbungan) kapal-kapal perintis milikNegara diatur
tersendiri dalam Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan
Laut.

9) biaya perawatan kapal kondisi darurat


a) Biaya perawatan kapal darurat m erupakan biaya yang
dikeluarkan u n tu k kegiatan perbaikan dan pem eliharaan kapal
dalam keadaan darurat yang disebabkan kondisi force
majeure/ keadaan kahar yang dinyatakan oleh instansi
berw enang sesuai ketentuan perundang-undangan.
b) M etode perhitungan anggaran:
biaya perawatan kapal didapat dari:
berdasarkan hasil penilaian dari surveyor independen atau
instansi yang berkom peten sesuai ketentuan perundang-
undangan.
c) Metode pem bayaran dalam kontrak: Harga Satuan.
- 6 -

b. B iaya T idak T etap


1) biaya bahan bakar m inyak (BBM)
M erupakan kom pon en biaya subsidi yang digunakan untuk
m em biayai bahan bakar m esin induk dan m esin bantu term asuk
biaya angkut.
M esin Induk
a) M etode perhitungan anggaran:
R um us:
FCt = M CR(0,70 x HP) x SFOC x 24 x 10 6 x 1,05 to n /h a ri
MCR = Maximum Continuous Ratting
(daya nom inal m otor in d u k /b a n tu yang dihitung 0,70
x HP)
SFOC = Spesific Fuel Oil Consumption.
SFOC dihitung atas dasar kondisi m esin baru dengan
toleransi kebutuhan sebesar 185 g r / H P /jam .
M engingat kapal tidak baru lagi dan karena penuaan
m esin, kon sum si bahan bakar berdasarkan SFOC,
diperhitungkan adanya kenaikan sebesar 10%.
24 = 24 jam
10-6 = Perubahan dari gram ke ton
1 05 = Faktor yang m em perhitungkan kebutuhan bahan
>
bakar akibat kebocoran karena penuaan mesin.
atau kon sum si bahan bakar dalam satuan liter (FC1)
dapat dihitung sebagai berikut:
FCI = FCt x 103 x Liter/H ari
0,86 '

dim ana:
103 = Perubahan dari Ton ke kg
B e ra t
0,86 B e ra t Je n is HSD

= Perubahan dari kg ke ltr


Penjelasan:
( 1) m erupakan hasil perkalian dari:
(Frekuensi atau ju m lah voyage) x (lama m esin induk
beroperasi per voyage) x (konsum si BBM dalam Ton per hari)
x (Harga BBM per Ton)
- 7 -

(2) lam a m esin induk beroperasi per voyage didapat dari:


(lama pelayaran dalam 1 (satu) round voyage) - (Lama kapal
perintis di pelabuhan pangkal dan pelabuhan singgah)
(3) k on su m si BBM dalam Ton per hari didapat dari rum us:
FCt = MCR (0,70 x HP) x SFOC x 24 x 10 6 x 1,05 to n /h r
(4) u n tu k harga BBM atau HSD adalah harga standar dari
Pertamina yang ditetapkan Pemerintah
P rovin si/K abu paten /K ota setem pat ditam bah biaya angkut
dari depot ke kapal;
(5) u n tu k kapal perintis milik Negara ju m lah m esin induk
ditetapkan sebanyak 2 (dua) unit, sedangkan un tu k kapal
perintis milik swasta ju m lah m esin indukditetapkan
sebanyak 1 (satu) unit.
b) M etode pem bayaran dalam kontrak: Harga Satuan.
c) Data d u ku n g pem bayaran:
(1) quotation dari pertam ina (BBM subsidi);
(2) berita acara bunker;
(3) invoice dari Pertamina.

Mesin B antu
a) M etode perhitungan anggaran:
R um us:
FCt = MCR (0,70 x HP) x SFOC x 24 x 1O'6x 1,05 ton/hr
MCR = Maximum Continuous Ratting
(daya nom inal m otor in d u k /b a n tu yang dihitung 0,7 0 x
HP)
SFOC = Spesifics Fuel Oil Consumption (SFOC)dihitung atas
dasar kondisi m esin baru dengan toleransi kebutuhan
sebesar 185 g r/H P /ja m .
M engingat kapal tidak baru lagi dan karena penuaan
m esin, kon sum si bahan bakar berdasarkan SFOC,
diperhitungkan adanya kenaikan sebesar 10%.
24 = 24 jam
10‘6 = perubahan dari gram ke ton
1,05 = faktor yang m em perhitungkan kebutuh an bahan bakar
akibat kebocoran karena penuaan m esin.
- 8 -

Atau kon sum si bahan bakar dalam satuan liter (FC1)


dapat dihitung sebagai berikut:

FCI = FCt x 103 x — L iter/H ari

dim ana :
103 = Perubahan dari Ton ke kg
1 _ B e ra t
0,86 B e ra t Je n is HSD

= Perubahan dari kg ke ltr


Penjelasan :
(1) Harga bahan bakar m inyak (HSD), didasarkan pada harga
standar BBM bersubsidi Pertamina atau harga standar yang
ditetapkan Pemerintah P rop in si/K abu p a ten /K ota setem pat,
ditam bah dengan biaya angkut BBM dari depot ke kapal
yang terjadi di setiap pelabuhan pangkalan dan pelabuhan
singgah kapal perintis berikutnya;
(2) m erupakan hasil perkalian dari:
(frekuensi atau ju m lah voyage) x (lama m esin bantu
beroperasi per voyage) x (konsum si pelum as dalam liter per
hari) x (harga pelum as per liter)
(3) lama m esin bantu beroperasi per voyage didapat dari:
(lama pelayaran dalam 1 round voyage) - (lama kapal perintis
di pelabuhan pangkal dan pelabuhan singgah)
(4) sedangkan K onsum si pelum as dalam liter per hari didapat
dari rum us:
-0,89
i - x (2 gr/H P/Jarri) x 24 jam x MCR x 10_3x 1,05 = Lt/Hr

(5) un tu k harga pelum as adalah harga standar dari Pertamina


yang ditetapkan Pemerintah P rovin si/K abu paten /K ota
setem pat ditam bah ongkos angkut dari darat ke kapal;
(6 ) u n tu k kapal perintis milik Direktorat Jenderal ju m lah m esin
bantu ditetapkan sebanyak 2 (dua) unit, sedangkan untuk
kapal perintis milik swasta ju m lah m esin bantu ditetapkan
sebanyak l(satu) unit.
b) M etode pem bayaran dalam kontrak: Harga Satuan.
c) K om ponen biaya subsidi BBM berlaku un tu k seluruh trayek.
- 9 -

2) biaya pelum as
Mesin induk
a) M etode perhitungan anggaran:
R um us:
1
(2 g r/H P /Jam ) x 24 jam x MCR x 10 3x 1,05 = Lt/Hr

Keterangan:
1 B erat
0,89 B erat Jenis Pelumas
Penjelasan:
( 1) m erupakan hasil perkalian dari:
(frekuensi atau ju m lah voyage) x (lama m esin induk
beroperasi per voyage) x (konsum si pelum as dalam liter per
hari) x (harga pelum as per liter)
(2) lam a m esin indukberoperasi per voyage didapat dari:
(lama pelayaran dalam 1 round voyage) - (lama kapal perintis
di pelabuhan pangkal dan pelabuhan singgah)
(3) sedangkan konsum si pelum as dalam liter per hari didapat
dari rum us:

(2 g r/H P /Jam ) x 24 jam x MCR x 10“ 3x 1,05 = Lt/Hr

(4) u n tu k harga pelum as adalah harga standar dari Pertamina


yang ditetapkan Pemerintah P rovin si/K abu paten /K ota
setem pat ditam bah ongkos angkut dari darat ke kapal.
b) Metode pem bayaran dalam kontrak: Harga Satuan.

Mesin bantu
a) Metode perhitungan anggaran:
R um us:

~^—x
0,89
(2 g r/H P /Jam ) x 24 jam x MCR x 10-3x 1,05 = Lt/Hr

Keterangan:
1 B erat
0,89 B erat Jenis Pelumas
Penjelasan:
(1) Harga pelum as, didasarkan pada harga standar PERTAMINA
atau harga standar yang ditetapkan Pemerintah
P rop in si/K abu p a ten /K ota setem pat, ditam bah dengan
- 10 -

o n g k o s /b ia y a angkut dari darat ke kapal yang terjadi di


setiap pelabuhan pangkalan kapal perintis;
(2) m erupakan hasil perkalian dari:
(frekuensi atau ju m lah voyage) x (lama m esin bantu
beroperasi per voyage) x (konsum si pelum as dalam liter per
hari) x (harga pelum as per liter)
(3) lama m esin bantu beroperasi per voyage didapat dari:
karena m esin bantu baik selam a kapal berlayar m aupun saat
sedang sandar di pelabuhan pangkal dan pelabuhan singgah
selalu beroperasi m aka lama m esin bantu beroperasi sam a
dengan lama pelayaran dalam 1 (satu) round voyage,
sedangkan kon su m si pelum as dalam liter per hari didapat
dari ru m u s sam a dengan rum us pada m esin induk, dengan
ju m la h m esin bantu distandarkan sebanyak 2 (dua) unit
terdiri dari 1 (satu) unit cadangan, dan 1 (satu) unit
beroperasi terus.
b) Metode Pem bayaran dalam Kontrak: Harga Satuan.
c) K om ponen biaya subsidi Pelum as berlaku u n tu k seluruh trayek.

3) biaya air tawar penum pang


a) M etode perhitungan anggaran:
(1) kebutuh an air tawar penum pang sebesar 150 liter per hari,
dengan w aktu sesuai jalu r trayek yang dilayari.
(2) harga air tawar disesuaikan dengan harga yang berlaku
di pelabuhan pangkal/ singgah kapal perintis.
(3) perhitungan air tawar penum pang adalah:
Ju m lah voyage x jum lah asum si pen um pan g x jum lah
kebutuh an air tawar penum pang per hari x harga air tawar
yang disesuaikan di pelabuhan pan gk al/sin ggah .
b) M etode pem bayaran dalam kontrak: harga satuan.
c) K om ponen biaya subsidi air tawar berlaku u n tu k seluruh trayek.

4) biaya prem i asuransi anak buah kapal dan nakhoda


a) Metode perhitungan anggaran:
Premi asuransi jiw a untuk anak bu ah kapal dan nahkoda
diberikan sebesar 2% x Penghasilan M uatan Barang dan
Penum pang.
b) Metode pem bayaran dalam kontrak: Harga Satuan.
-11 -

5) biaya keselam atan m uatanbarang (asuransi)


a) Metode perhitungan anggaran:
Biaya keselam atan m uatan barang adalah biaya asuransi
pen um pan g dan m uatan barang yang diberikan sebesar 2% dari
penghasilan penum pang dan m uatan barang.
b) M etode pem bayaran dalam kontrak: Harga Satuan.

6) biaya pem asaran


a) M etode perhitungan anggaran:
Biaya pem asaran ditetapkan sebesar:
2% x penghasilan m uatan barang dan pen um pan g
Biaya pem asaran digunakan un tu k biaya spanduk, baliho, iklan,
videoklip, dan prom osi lainnya.
b) M etode pem bayaran dalam kontrak: Harga Satuan.

7) biaya ja s a kepelabuhanan
a) M etode perhitungan anggaran:
m erupakan biaya labuh, tambat, pandu, tunda, ram bu, mooring
boat, dan biaya alur yang dihitung berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Penjelasan:
hasil perkalian dari:
Frekuensi atau ju m lah voyage x Biaya pelabuhan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan x ju m la h pelabuhan
singgah.
b) M etode pem bayaran dalam kontrak: Harga Satuan. 8

8) biaya overhead
a) M etode perhitungan anggaran :
biaya Overhead ditetapkan sebesar:
(5%) x biaya tetap [fixed cost)
Biaya overhead m erupakan biaya pen unjang un tu k kelancaran
u sa h a perusahaan dan biaya operasional perusahaan
(management), meliputi:
( 1) gaji pegawai non anak buah kapal;
(2) biaya um um kantor cabang;
(3) beban rapa t/a k om odasi;
- 12 -

(4) beban perjalanan dinas;


(5) beban listrik, air dan telepon;
(6 ) beban adm inistrasi k a n tor/ alat tulis kantor; dan
(7) beban inventaris.
b) Metode pem bayaran dalam kontrak: Harga Satuan.

2. PENDAPATAN
a. Metode perhitungan pendapatan:
Pendapatan:
(Jum lah Penum pang x Tarif Penumpang) + (B erat/volu m e Muatan
Barang x Tarif Barang) + Pendapatan lainnya

b. Pendapatan m uatan barang (uang tam bang m uatan barang)


Uang tam bang m uatan barang per voyage:
jum lah m uatan barang per voyage x tarif m uatan barang per T /M 3
Uang tam bang m uatan barang per tahun:
(frekuensi atau ju m la h voyage dalam satu tahun) x (jumlah m uatan
barang per voyage) x (tarif m uatan barang per T / M3)
Jum lah m uatan barang m erupakan realisasi m uatan barang pada
tahun anggaran sebelum nya dan tarif m uatan barang berdasarkan
Keputusan Menteri Perhubungan tentang Tarif Penum pang dan Uang
Tam bang Angkutan Laut Perintis.
Pendapatan yang diperoleh dari uang tam bang m uatan barang diakui
sebagai pendapatan yang m engurangi nilai subsidi.
Uang tam bang m uatan barang diperoleh dari:
(1) M uatan barang bawaan penum pang yang m elebihi batas ketentuan
berat 50 kg d a n /a ta u volum e 0,33 m 3per orang (Over Bagasi).
(2) M uatan barang non bagasi penum pang
M uatan barang bawaan penum pang dan baw aan non penu m pan g
dilaporkan oleh operator m enggunakan aplikasi berbasis sistem
teknologi inform asi yang ter -update setiap voyage. Data final
m uatan barang sebelum di input m endapatkan validasi dari
nakhoda d a n /a ta u kepala cabang perusahaan pelayaran dan KSOP/
UPP.
Data final m uatan setiap voyage wajib m enam pilkan data realisasi
setiap ruas pada trayek bersangkutan.
- 13 -

c. Pendapatan pen um pan g (uang tam bang penum pang)


M erupakan hasil perkalian dari :
Uang tam bang penum pang:
(jumlah m uatan penum pang per voyage) x (tarif penum pang per orang)
Pendapatan yang diperoleh dari uang tam bang pen um pan g diakui
sebagai pendapatan yang m engurangi nilai subsidi.
Data pen um pan g dilaporkan oleh operator m enggunakan aplikasi
berbasis sistem teknologi inform asi yang ter -update setiap voyage. Data
final pen um pan g sebelum di input m endapatkan validasi dari nakhoda
d a n /a ta u kepala cabang perusahaan pelayaran dan KSOP/UPP.
Data final penum pang setiap voyage wajib m enam pilkan data realisasi
setiap ruas pada trayek bersangkutan.
Tarif penum pang diatur berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan
tentang Tarif Penum pang dan Uang Tam bang Angkutan Laut Perintis.

d. Pendapatan lainnya:
( 1) sewa ruangan yang dipergunakan untuk kegiatan usaha;
(2) sewa ruang kam ar kelas; dan
(3) paket-paket wisata.
Data yang diperoleh dari pendapatan lainnya dilaporkan oleh operator
m enggunakan aplikasi berbasis sistem teknologi inform asi yang
terupdate setiap voyage. Data penghasilan lainnya sebelum di input
m endapatkan validasi dari nakhoda d a n /a ta u kepala cabang
perusahaan pelayaran dan KSOP/UPP.3

3. KOMPENSASI KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK


a) Metode perhitungan:
K om pensasi Kegiatan Pelayanan Publik Kapal Perintis:
Biaya Produksi - Pendapatan
Biaya Produksi = Biaya Operasional + Profit Margin
Profit Margin ditetapkan sebesar:
(10%) x (Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap)
Kom pensasi per hari Dihitung dari kom pensasikegiatan pelayanan
publik per ta h u n /ju m la h hari dalam kontrak.
b) Metode pem bayaran
Pembayaran kom pensasi dilakukan berdasarkan realisasi pelaksanaan
pervoyage.
- 14 -

c) Satuan u n tu k m enghitung penum pang dan m uatan barang


Satuan penum pang: Jum lah orang
Satuan m uatan barang: B erat/volum e m uatan barang dalam Kg, Ton,
dan M3-

4 . CLUSTER BIAYA BERDASARKAN LOAD FACTOR

R E V I S I P M 15 D A N 0 2 T A H U N 2 0 1 7
B IA Y A P M 15 T A H U N 2 0 1 7 PM 02 T A H U N 2017
> 60% >40% - < 60% <40%

1. B ia y a g a ji a n a k b u a h 1. B ia y a g a ji a n a k 1. B ia y a asu ra n si 1. B ia y a g a ji a n a k 1. B ia y a g a ji a n a k b u a h
k ap al d a n n a k h o d a ; buah kapal dan k a p a l; b u ah k ap al dan kapal dan n a k h od a ;
2. B ia y a tu n ja n g a n a n a k nakhoda; 2. B ia y a fu m ig a s i nakhoda; 2. B ia y a m a k a n a n a n a k
bu a h k a p a l d an 2. B ia y a tu n ja n g a n k a p a l; 2. B ia y a a su ra n si b u a h k ap al d an
nakhoda; a n a k b u a h k a p a l d an 3. B ia y a p e ra w a ta n k a p a l; nakhoda;
3. B ia y a nakhoda; k a p a l h a ria n ; 3. B ia y a fu m ig a s i 3. B ia y a a ir ta w a r an ak
k e s e h a ta n /k e s e ja h te r a a 3. B ia y a 4. B ia y a p e ra w a ta n k a p a l; b u a h k a p a l d an
n anak buah kapal dan k e s e h a t a n /k e s e ja h te k a p a l ta h u n a n ; 4. B i a y a p e n y u s u ta n nakhoda;
nakhoda; raan a n a k b u a h 5. B ia y a p e ra w a ta n (.jika k a p a l y a n g 4. B ia y a p e ra w a ta n kap al
4. B ia y a m a k a n a n a n a k kapal dan n ak h od a; k a p a l k o n d is i d ig u n a k a n b u k a n h a ria n ;
buah kapal dan 4. B ia y a m akan an darurat. k a p a l m ilik 5. B ia y a a su ra n si k a p a l;
nakhoda; a n a k b u a h k a p a l dan n e g a r a ); 6. B ia y a fu m ig a s i k a p a l;
5. B ia y a a ir ta w a r an ak nakhoda; 5. B i a y a p e ra w a ta n dan
TETAP
b u a h k a p a l d an 5. B i a y a a ir ta w a r k a p a l h a ria n ; 7. B ia y a p e n y u s u ta n ;
nakhoda; a n a k b u a h k a p a l dan 6. B ia y a p e ra w a ta n 8. B ia y a p e ra w a ta n kap al
6. B ia y a c u c ia n a n a k nakhoda; k a p a l ta h u n a n ; ta h u n a n ;
b u a h k a p a l d an 6. B ia y a c u c ia n a n a k 7. B ia y a p e ra w a ta n 9. B ia y a p e ra w a ta n kap al
nakhoda; b u a h k a p a l d an k a p a l k o n d is i k o n d is i darurat.
7. B ia y a p e ra w a ta n nakhoda; d arurat.
k a p a l; 7. B i a y a p e ra w a ta n
8. B ia y a a su ra n si k a p a l; k a p a l;
d an 8. B ia y a a su ra n si
9. B ia y a fu m ig a s i k a p a l. k a p a l;
9. B i a y a fu m ig a s i
k a p a l; d a n
10. B ia y a p e n y u s u ta n .

R E V IS I P M 15 D A N 0 2 T A H U N 2 0 1 7
B IA Y A P M 15 T A H U N 2 0 1 7 PM 0 2 T A H U N 2 0 1 7
> 60% > 40% - < 60% < 40%

T ID A K 1. B ia y a B a h a n B a k a r 1. B ia y a B a h a n B a k a r 1. B ia y a b a h a n 1. B ia y a b a h a n 1. B ia y a b a h a n b a k a r
TETAP M in y a k (B B M ) M in y a k (B B M ); b a k a r m in y a k b a k a r m in y a k m in y a k (B B M );
2 . B ia y a p e lu m a s ; 2 . B ia y a p e lu m a s ; (B B M ); (B B M ); 2 . B ia y a p e lu m a s ;
3 . B ia y a a ir ta w a r 3 . B ia y a a ir ta w a r 2 . B ia y a p e lu m a s . 2 . B ia y a p e lu m a s; 3 . B ia y a a ir ta w a r
penum pang; penum pang; 3 . B ia y a j a s a penum pang;
4 . B ia y a p re m i 4. B ia y a p r e m i a s u r a n s i k e p e la b u h a n a n ; 4 . B ia y a p re m i
a s u ra n s i a n a k b u a h an ak b uah kapal dan 4 . B ia y a a s u ra n s i a n a k b u a h
kapal dan nakhoda; nakhoda; k e s e la m a ta n kapal dan nakhoda;
5 . B ia y a p re m i 5. B ia y a k e s e la m a ta n m u a ta n b a ra n g . 5 . B ia y a k e s e la m a ta n
a s u ra n s i b a ra n g ; m u a ta n b a ra n g ;
penum pang; 6. B ia y a p e m a s a ra n ; 6 . B ia y a p e m a s a ra n ;
6 . B ia y a k e s e la m a ta n 7. B ia y a j a s a 7 . B ia y a j a s a
b a ra n g ; k e p e la b u h a n a n ; d a n k e p e la b u h a n a n ;
7 . B ia y a p e m a s a ra n ; 8. B ia y a o v e rh e a d . dan
8 . B ia y a j a s a 8 . B ia y a o v e rh e a d .
k e p e la b u h a n a n ; d a n
9 . B ia y a o v e rh e a d .
- 15 -

5 . RUMUS KETERISIAN (LOAD FACTOR) PENUMPANG

LFp = x 100%

Keterangan:
LFp Load Factor Penum pang (%)
p l , p2, p3... Ju m lah Penum pang setiap ruas dalam trayek
Kp Kapasitas angkut penum pang
n ju m la h ruas per trayek

6. RUMUS KETERISIAN (LOAD FACTOR) MUATAN BARANG

LFb = x 100%

Keterangan:
LFb Load Factor m uatan barang (%)
b l , b2, b3... Ju m lah barang setiap ruas dalam trayek
Kb Kapasitas angkut barang
n ju m la h ruas per trayek

7. RUMUS KETERISIAN (LOAD FACTOR) PENUMPANG DAN MUATAN


BARANG
( LFp+ LFb\
LFpb = -------) x 100%

Keterangan:
LFpb Keterisian (Load Factor) penum pang dan m uatan barang (%)
LFp Keterisian (Load Factor) penum pang(% )
LFb Keterisian (Load Factor) m uatan Barang (%)

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BUDI KARYA SUMADI

.sesuai dengan aslinya


lO HUKUM,

HERPRIARSONO

Anda mungkin juga menyukai