Anda di halaman 1dari 17

IT’S OKAY TO ASK: UPAYA PENURUNAN

ANGKA KEMATIAN IBU UNTUK MEWUJUDKAN


KEHIDUPAN SEHAT DAN SEJAHTERA DI
KALIMANTAN TENGAH TERINTEGRASI APLIKASI
M-HEALTH

KARYA ILMIAH YANG DIAJUKAN UNTUK


MENGIKUTI PEMILIHAN MAHASISWA
BERPRESTASI TINGKAT UNIVERSITAS

OLEH:

FIDELA AMADEA DYNA SETYAJI (193020801067)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian seorang wanita dalam kehamilan dan persalinan secara global


dianggap sebagai tragedi individu dan pelanggaran hak asasi manusia.
Kematian yang terjadi pada ibu hamil rentan terjadi di negara berpenghasilan
rendah dan menengah, tidak diragukan lagi bahwa kematian ibu adalah
ketidakadilan yang mengerikan. Masalah kesehatan ini mendesak untuk
diselesaikan, khususnya bagi negara miskin dan berkembang termasuk
Indonesia. Indonesia sendiri masih menempati urutan kedua di Asia Tenggara
dalam jumlah kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu
indikator yang dapat menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu
negara. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal oleh suatu
penyebab kematian terkait gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak
termasuk kecelakaan atau kasus insidental) selama kehamilan, melahirkan dan
dalam masa 42 hari setelah melahirkan tanpa memperhitungkan lama
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup (KH) (Kemenkes RI dan Measure DHS
ICF International, 2013).
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2015 AKI
dunia diperkirakan 216 per 100.000 KH (WHO, 2018) sedangkan berdasarkan
hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) AKI di Indonesia tahun 2015
yaitu sebanyak 305 kematian ibu per 100.000 KH (Kemenkes RI, 2018). Di
Provinsi Kalimantan Tengah jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan pada
tahun 2019 sebanyak 166 per 100.000 KH (Dinkes Provinsi Kalteng, 2020).
Angka ini masih jauh dari target Sustainable Development Goals (SDGs) yang
mematok AKI kurang dari 70 per 100.000 KH pada tahun 2030. AKI yang
tinggi dikaitkan dengan ketidaksetaraan gender dan sistem kesehatan secara
keseluruhan baik dari kemampuan maupun kualitas pelayanan kesehatan.
Tingginya AKI serta lambatnya penurunan angka ini menunjukkan bahwa
pelayanan kesehatan ibu sangat mendesak untuk ditingkatkan baik dari segi
jangkauan maupun kualitas.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator Sustainable
Development Goals (SDGs) goals ketiga. Dalam Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/SDGs, target AKI adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2030. AKI dilihat sebagai proksi untuk pembangunan, pemberdayaan
perempuan, dan pembangunan ekonomi dan sosial. Beberapa penelitian telah
menunjukkan efek langsung dan jangka panjang dari kematian ibu pada fungsi
rumah tangga, efek pada bayi baru lahir atau anak hidup lainnya, efek pada
anggota keluaga, pendidikan terputus, dan penurunan ekonomi. Sebuah
kelompok kolaboratif dari Family Care International, International Center of
Research on Women dan Kenya Medical Research Institute dalam
penelitiannya melakukan penelitian tentang biaya sebenarnya dari kematian
ibu. Penemuan yang mencolok dari penelitian ini adalah sentralisasi
perempuan/ibu pada semua aspek masyarkat. Ibu benar-benar sebagai pusat
rumah tangga, produksi, reproduksi, hubungan sosial, sosialisasi anak, penjaga
moralitas, pendidikan dan kesehatan; jika dia meninggal, semua fungsi yang
terkait dengan perannya menderita. Para penyintas harus berusaha menutupi
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh sang ibu, tetapi seringkali dibutuhkan
banyak orang untuk mengisi sebagian peran sebagai ibu yang hilang.
Penelitian lain tentang kesehatan ibu dan HIV/AIDS menunjukkan
hubungan antara kematian ibu dan kesehatan bayi baru lahir, komplikasi
kehamilan dan persalinan mempengaruhi neonates dan meningkatkan risiko
lahir mati dan kematian neonatal. Bayi yang selamat namun ibunya tidak
mengalami masalah nutrisi karena kurangnya ASI atau makanan pendamping
yang tidak bergizi sering kali akan membunuh bayi atau meningkatkan risiko
stunting. Anak-anak yang ibunya meninggal mengalami putus sekolah dan
pendidikan menjadikan mereka korban kemiskinan, terutama anak perempuan,
mereka mengambil peran sebagai ibu, saat mereka remaja terjebak dalam
situasi pernikahan dini, pernikahan paksa, melahirkan dini, dan siklus ini akan
terus berulang. Kecenderungan kasus kematian ibu ini menjadi tantangan bagi
seluruh stakeholder yang berkecimpung di bidang kesehatan. Hal ini juga
mencerminkan mutu pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, ibu bersalin dan
melahirkan, memerlukan perhatian dan pengelolaan program dari pemerintah
daerah.Provinsi Kalimantan Tengah sendiri dalam menyongsong SDGs goals
ke tiga target satu diprediksi masih cukup jauh untuk mencapai target AKI.
Tingginya AKI di Kalimantan Tengah juga menandakan bahwa
kurangnya pemerataan pelayanan kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah.
Melihat pentingnya penurunan AKI untuk menunjukkan kualitas kesehatan
Indonesia perlu dilakukan pemerataan pelayanan kesehatan guna mencapai
kehidupan sehat dan sejahtera ada tahun 2030. Sejauh ini upaya-upaya seperti
program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi, kelas ibu hamil,
program kemitraan bidan dan dukun, serta rumah tunggu kelahiran telah
dilakukan pemerintah provinsi Kalimantan Tengah namun program-program
yang dilakukan kurang optimal baik dari sosialisasi program kepada
masyarakat maupun pelaksanaan program yang dirasa kurang komprehensif.
Keberadaan dukun bayi sebagai mitra dari bidan juga perlu dikaji ulang.
Persalinan dengan penolong dukun bayi masih begitu tinggi di beberapa
Kabupaten seperti Kabupaten Murung Raya, Barito Selatan, Gunung Mas, dan
Pulang Pisau. Kenaikan jumlah penolong proses kelahiran oleh dukun bayi
terjadi di Kabupaten Barito Utara dari 11,97% menjadi 15,55% (BPS
Kabupaten Barito Utara, 2019) dan Kabupaten Gunung Mas dari 16,87%
menjadi 18,40% (BPS Kalteng, 2020). Hal ini menjadi bukti yang kuat bahwa
pelaksanaan program kemitraan bidan dan dukun bayi kurang begitu efektif.
Perlu adanya kajian ulang bahwa bidan adalah penolong utama proses
kelahiran dan dukun hanyalah pendamping proses kelahiran.
Fasilitas kesehatan yang minim menjadi masalah penting yang harus
diselesaikan. Hanya ada dua rumah sakit bersalin di Kalimantan Tengah yang
kedua-duanya berada di Ibu Kota Provinsi (BPS Kalteng, 2020). Perbandingan
jumlah dokter dan penduduk di Kalimantan Tengah juga belum memenuhi
standar WHO. Terdapat 854 dokter dengan 2,71 juta penduduk (BPS Kalteng,
2020) atau dengan kata lain rasio dokter dan penduduk adalah 1: 3.173 dan
masih jauh dari standar rasio dokter penduduk versi WHO yaitu 1:2.500.
Mengingat wilayah Kalimantan Tengah yang memiliki 11 sungai besar dan
pola pemukiman penduduk cenderung mengikuti pola aliran sungai. Perlu
adanya fasilitas kesehatan yang memiliki mobilitas di Daerah Aliran Sungai.
Selain itu, edukasi dan sosialisai program-program pemerintah yang belum
menyeluruh, memerlukan gerakan baru yang melibatkan seluruh lapisan
masyarakat guna mencapai target yang diinginkan. Optimalisasi program-
program kelas hamil dan rumah tunggu kelahiran harus segera dilaksanakan
guna menekan angka kematian ibu. Peningkatan kualitas maupun kuantitas dari
tenaga medis juga perlu diperhatikan.
Perlu sinergi yang kuat dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan
masyarakat dalam upaya menurunkan AKI. Suatu program yang menjangkau
seluruh masyarakat tak terkecuali masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran
Sungai sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan ini. It’s okay to
Ask merupakan program yang komprehensif dan sangat ideal untuk di terapkan
di wilayah Kalimantan Tengah yang memiliki banyak sungai besar. It’s okay
to ask berarti bahwa tidak apa-apa meminta bantuan kepada orang lain baik
dari masyarakat kepada pemerintah dalam hal ini tenaga kesehatan maupun
pemerintah ke masyarakat dalam seperti kader, dukun bayi, dan masyarakat
umum untuk mengedukasi masyarakat. Seluruh lapisan masyrakat bersama-
sama bersinergi dalam program ini guna hasil yang lebih komprehensif.
It’s Okay to Ask terdiri dari beberapa layanan seperti penyediaan
fasilitas kesehatan berupa klinik apung yang juga berfungsi sebagai ambulans
apung terintegrasi dengan aplikasi mHealth, optimalisasi kemitraan bidan
dengan kader dan dukun bayi, serta program gerakan edukasi yang
komprehensif dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan latar
belakang di atas penulis memutuskan untuk mengajukan sebuah ide atau
gagasan “It’s Okay to Ask: Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu Untuk
Mewujudkan Kehidupan Sehat dan Sejahtera di Kalimantan Tengah
Terintegrasi Aplikasi m-Health”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat diuraikan beberapa rumusan
masalah sebagai beriukut:
1. Bagaimana konsep It’s Okay to Ask: Upaya Penurunan Angka Kematian
Ibu Untuk Mewujudkan Kehidupan Sehat dan Sejahtera di Kalimantan
Tengah?
2. Bagaimana gambaran implementasi It’s Okay to Ask: Upaya Penurunan
Angka Kematian Ibu Untuk Mewujudkan Kehidupan Sehat dan Sejahtera
di Kalimantan Tengah?
3. Bagaimana analisis kelayakan It’s Okay to Ask: Upaya Penurunan Angka
Kematian Ibu Untuk Mewujudkan Kehidupan Sehat dan Sejahtera di
Kalimantan Tengah?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran It’s Okay to Ask: Upaya Penurunan
Angka Kematian Ibu Untuk Mewujudkan Kehidupan Sehat dan Sejahtera
di Kalimantan Tengah.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep It’s Okay to Ask: Upaya Penurunan Angka
Kematian Ibu Untuk Mewujudkan Kehidupan Sehat dan Sejahtera di
Kalimantan Tengah.
2. Untuk mengetahui gambaran implementasi It’s Okay to Ask: Upaya
Penurunan Angka Kematian Ibu Untuk Mewujudkan Kehidupan Sehat
dan Sejahtera di Kalimantan Tengah.
3. Untuk mengetahui analisis kelayakan It’s Okay to Ask: Upaya
Penurunan Angka Kematian Ibu Untuk Mewujudkan Kehidupan Sehat
dan Sejahtera di Kalimantan Tengah.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang It’s Okay to
Ask: Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu Untuk Mewujudkan
Kehidupan Sehat dan Sejahtera di Kalimantan Tengah.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Memberikan gagasan yang solutif atas It’s Okay to Ask: Upaya
Penurunan Angka Kematian Ibu Untuk Mewujudkan Kehidupan Sehat
dan Sejahtera di Kalimantan Tengah.
2. Menjadi referensi bagi pemerintah, masyarakat, maupun ilmuan tentang
atas It’s Okay to Ask: Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu Untuk
Mewujudkan Kehidupan Sehat dan Sejahtera di Kalimantan Tengah.
BAB II TELAAH PUSTAKA

2.1 Angka Kematian Ibu di Kalimantan Tengah


Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu
selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan,
persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain
seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Setiap
periode kehamilan hingga masa nifas berisiko mengalami kematian maternal
apabila mengalami komplikasi. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang
terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Angka Kematian Ibu
Maternal (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan
pada sektor kesehatan. Gambaran AKI di Provinsi Kalimantan Tengah dari
tahun 2015 hingga tahun 2019 dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1 Angka Kematian Ibu di Kalimantan Tengah 2015-2019

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2020


Dari grafik tersebut dapat kita lihat bahwa AKI meningkat pada tahun
2018 dan 2019. Padahal sejak tahun 2015 hingga 2017 pemerintah sudah
berhasil menurunkan AKI. Perlu adanya kajian ulang terkait program yang
sudah ada, jika pemerintah lalai bukan tidak mungkin AKI tahun-tahun
berikutnya akan Kembali meningkat.
2.2 Penyebab Kematian
Penyebab kematian ibu juga terjadi karena penanganan yang kurang
baik dan tepat, adanya faktor tiga terlambat (3T) yaitu terlambat mengenali
tanda bahaya, terlambat merujuk dan terlambat mendapat pelayanan yang
optimal. Faktor tersebut merupakan penyebab tidak langsung, namun menjadi
penyebab mendasar dalam kematian ibu. Keterlambatan pertama dalam
merujuk yang harus segera dicegah agar tidak menyebabkan keterlambatan
berikutnya yaitu terlambat mengambil keputusan keluarga dan terlambat
mengenali tanda bahaya dalam kehamilan. (Sumarni dan Anasari, 2014).
Adapun faktor pelayanan kesehatan disebabkan oleh belum mantapnya
jangkauan pelayanan KIA dan penanganan kelompok berisiko, masih
rendahnya cakupan Ante Natal Care dan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, keterlambatan penanganan adekuat, akses pelayanan kesehatan
(jarak, biaya, waktu dan transportasi) yang tidak terjangkau.
Penyebab kematian dan kesakitan ibu dan bayi telah dikenal sejak dulu
dan tidak berubah banyak. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan pasca
lahir, eklamsia, infeksi, aborsi tidak aman, partus macet, dan sebab-sebab lain
seperti kehamilan ektopik dan mola hidatidosa. Keadaan ini diperkuat dengan
kurang gizi, malaria, dan penyakit-penyakit lain seperti tuberkulosis, penyakit
jantung, hepatitis, asma, atau HIV. Pada kehamilan remaja lebih sering terjadi
komplikasi seperti anemia dan persalinan preterm. Sementara itu, terdapat
berbagai hambatan yang mengurangi akses memperoleh pelayanan kesehatan
maternal bagi remaja, kemiskinan, kebodohan, kesenjangan hak asasi pada
remaja perempuan, kawin pada usia muda, dan kehamilan yang tidak
diinginkan. Kematian pada bayi baru lahir disebabkan oleh tidak adekuatnya
dan tidak tepatnya asuhan pada kehamilan dan persalinan, khususnya pada saat-
saat kritis persalinan. Konsumsi alkohol dan merokok merupakan penyebab
kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir yang seharusnya dapat dicegah.
Ibu perokok berhubungan dengan komplokasi seperti perdarahan, ketuban
pecah dini, dan persalinan preterm. Juga dapat berakibat pertumbuhan janin
terhambat, berat badan lahir rendah, serta kematian janin. Konsumsi alkohol
selama kehamilan berhubungan 15 dengan abortus, lahir mati, prematuritas, dan
kelainan bawaan fetal alcohol syndrome. (Saifudin, 2005).
Menurut Saifudin (2002) kematian ibu dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1. Kematian obstetri langsung (direct obstetric death) yaitu kematian ibu
yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang
timbul akibat tindakan atau kelalaian dalam penanganan. Komplikasi
yang dimaksud antara lain perdarahan antepartum dan postpartum,
preeklamsia/eklamsia, infeksi, persalinan macet, dan kematian pada
kehamilan muda.
2. Kematian obstetri tidak langsung (indirect obstetric death) adalah
kematian ibu yang disebabkan oleh suatu penyakit yang sudah diderita
sebelum kehamilan atau persalinan yang berkembang dan bertambah
berat yang tidak berkaitan dengan penyebab obstetri langsung.
Kematian obstetri tidak langsung ini misalnya disebabkan oleh penyakit
jantung, hipertensi, hepatitis, malaria, anemia, tuberkulosis, HIV/AIDS,
diabetes dan lain-lain.
Sementara itu penyebab kematian ibu di Kalimantan Tengah sendiri
penyebab kematian ibu tahun 2019 paling banyak disebabkan oleh perdarahan.
Secara lebih lengkap dijelaskan oleh gambar 2.2 berikut.
Gambar 2.2 Penyebab Kematian Ibu di Kalimantan Tengah
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2020
Kabupaten/kota dengan jumlah kasus kematian ibu tertinggi adalah
Kotawaringin Timur sebanyak 16 kasus dan Kabupaten Murung Raya
sebanyak 10 kasus. Gambaran kasus kematian ibu per kabupaten/kota dapat
dilihat pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Jumlah Kasus Kematian Ibu Menurut Kabupaten/Kota di
Kalimantan Tengah Tahun 2019

2.3 Identifikasi Potensi dan Kebutuhan Lingkungan di Provinsi Kalimantan


Tengah
Provinsi Kalimantan Tengah memiliki 11 sungai besar yang dapat dilayari
seperti Sungai Jelai, Arut, Kumai, Lamandau, Mentaya, Katingan, Kahayan,
Kapuas, Barito, Sebangau dan tidak kurang dari 33 sungai kecil/anak sungai,
keberadaannya menjadi salah satu ciri khas Provinsi Kalimantan Tengah (Dinas
Kehutanan Kalteng, 2020). Sungai-sungai di Kalimantan Tengah merupakan
urat nadi perekonomian sebagai lahan mata pencaharian, sebagai tempat
bermukim sekaligus sebagai prasarana transportasi masyarakat yang sangat
besar pengaruhnya di dalam pola sosial dan budaya masyarakatnya (Hamidah et
all, 2013). Kondisi pemukiman di Kalimantan Tengah ditinjau dari pola
pembentukannya pada umumnya membentuk linier, hal ini sangat dimaklumi
mengingat kondisi fisik Kalimantan Tengah yang banyak dilalui sungai.
Berdasarakan kondisi tersebut penambahan fasilitas kesehatan berupa klinik
sekaligus ambulans apung dinilai dapat membantu upaya penurunana AKI.

2.4 Upaya Pengendalian Angka Kematian Ibu


Untuk mengurangi AKI telah dilakukan berbagai upaya diantaranya
meningkatkan kesehatan ibu dimasyarakat dengan :
1. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
2. Kelas ibu hamil
3. Program kemitraan bidan dan dukun serta
4. Rumah tunggu kelahiran.

Disamping itu juga dengan meningkatkan kesehatan ibu di fasilitas


pelayanan kesehatan dasar dan rujukan dengan :

1. Pelayanan Antenatal terpadu (HIV-AIDS, TB dan Malaria, Gizi dan


Penyakit tidak menular)
2. Pelayanan KB berkualitas dan berkesinambungan
3. Pertolongan persalinan, nifas dan KB oleh tenaga kesehatan.

Jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Kalimantan


Tengah pada tahun tahun 2019 sebanyak 82 kasus lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah kasus pada tahun 2018 sebanyak 81 kasus. Trend kasus
kematian ibu dalam beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi, dalam
beberapa tahun terakhir sedikit mengalami penurunan jumlah kasus, namun
pada tahun 2018 mengalami peningkatan, ini menjadi tantangan bagi seluruh
stakeholder yang berkecimpung di bidang kesehatan. Berbagai upaya yang
telah dilakuakan dirasa kurang optimal untuk itu diperlukan upaya yang lebih
terbarukan lagi untuk menurunkan angka kematian ibu. Gambaran
perkembangan jumlah kasus kematian di Provinsi Talimantan Tengah tahun
2015 – 2019 dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini.

Gambar 2.4 Perkembangan Jumlah kasus Kematian Ibu di Provinsi


Kalimantan Tengah Tahun 2015 – 2019
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2020
2.5 Solusi Penurunan Angka Kematian Ibu
Solusi-solusi berikut dapat dilakukan untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu:
1. Peningkatan Jumlah Fasilistas Kesehatan terutama untuk Rumah
Sakit Bersalin
2. Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Tenaga Kesehatan
3. Optimalisasi program pemerintah yaitu:
a. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi
b. Kelas ibu hamil
c. Program kemitraan bidan dan dukun serta
d. Rumah tunggu kelahiran.
4. Gerakan Edukasi secara Komprehensif yang diikuti dengan Aksi
Nyata tentang:
a. Bahaya pernikahan dan melahirkan usia dini
b. Penggunaan alat kontrasepsi
c. Pentingnya periksa kehamilan
d. Gizi selama kehamilan dan lain-lain
Dari seluruh solusi-solusi di atas, penambahan fasilitas kesehatan yang
mencerminkan keunikan Kalimantan Tengah sangat diperlukan, untuk itu
penulis memiliki solusi It’s Okay to Ask sebagai Upaya Penurunan Angka
Kematian Ibu di Kalimantan Tengah. It’s Okay to Ask terdiri dari:
1. Penyediaan fasilitas kesehatan berupa klinik bersalin apung
yang sekaligus berfungsi sebagai ambulans apung
2. Penggunaan aplikasi mHealth sebagai sarana untuk memanggil
ambulans dan platform edukasi kehamilan
3. Optimalisasi kemitraan bidan dengan dukun dan kader
4. Gerakan It’s Okay to Ask yang dilakukan oleh seluruh lapisan
masyarakat untuk saling mengedukasi.
2.6 Prinsip mHealth pada Era Revolusi Industri 4.0
Saat ini sektor telekomunikasi berkembang pesat karena adanya
kemajuan teknologi global khususnya di bidang smartphone dan internet yang
hampir seluruh lapisan masyarakat memilikinya. Salah satu bentuk kemajuan
dalam telekomunikasi adalah berkembangnya aplikasi mobile berbasis
smartphone. Perkembangan ini juga membawa perubahan besar dalam
berbagai bidang termasuk bidang kesehatan. Terdapat aplikasi kesehatan yang
menyediakan informasi kepada pengguna tentang kesehatan. Aplikasi ini dapat
diintegrasikan dengan program It’s Okay to Ask untuk memberikan edukasi
mengenai kehamilan sekaligus dapat digunakan untuk memanggil ambulans
apung,
Memanfaatkan teknologi yang tepat pencarian lokasi pada smartphone
yaitu Global Positioning System (GPS) yang sudah bisa di jalankan di
smartphone, ambulans apung dapat segera datang ke lokasi yang diminta.
Aplikasi ini menyediakan tombol darurat yang berfungsi untuk memanggil
ambulans apung 24 jam bagi masyarakat pesisir sungai yang mengalami
kondisi gawat darurat seperti persalinan yang tidak bisa dilakukan secara
normal dan membutuhkan operasi untuk mendapatkan pelayana kesehatan
berupa transportasi menuju fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Selain itu,
ambulans apung juga merupakan sebuah klinik sehingga dilengkapi dengan
peralatan dan tenaga medis yang menjaga kestabilan kondisi pasien untuk
kepentingan keselamatan pasien. Selain itu, menurut laporan dari lembaga riset
digital marketing Emarketer 2018, jumlah pengguna aktif smartphone di
Indonesia mencapai lebih dari 100 juta orang (Kemkominfo, 2018). Hal ini
menjadikan vitur mHealth memiliki prospek implementasi yang sangat baik
khususnya dalam membantu menekan AKI.
BAB III Analisis dan Sintesis

Dinas Kesehatan + Dinas


Perhubungan + Dinas Kominfo +
Donatur (jika ada)

Klinik sekaligus Kemitraan Kader Gerakan It’s Okay to


Ambulans Apung dan Dukun Bayi Ask

Fasilitas Klinik:
• Lokasi Strategi
• Stetoskop
• Iklan Layanan edukasi dan
• Sphgmomanometer
Masyarakat pelayanan
• Thermometer
• Poster kesehatan
• Timbangan bayi dll

3.1 Konsep It’s Okay to Ask


Pelayanan kesehatan yang termuat dalam It’s Okay to Ask adalah:
1. Penyediaan Klinik Apung
Mengingat persebaran penduduk di Kalimantan Tengah
yang mengikuti pola aliran sungai, diperlukan jangkauan yang lebih
luas untuk memeratakan fasilitas kesehatan. Klinik apung ini
sekaligus berfungsi sebagai ambulans apung. Ambulans apung
berfungsi sebagai sarana untuk mencapai fasilitas kesehatan yang
lebih baik apabila terdapat pasien gawat darurat yang memerlukan
pertolongan. Klinik sekaligus ambulans apung ini berfungsi untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif. Klinik dan
ambulans ini dilengkapi dengan pusat bersalin normal, pemeriksaan
kehamilan, konsultasi kehamilan, dan pelayanan setelah melahirkan,
serta pemasangan dan konsultasi KB. Klinik sekaligus ambulans ini
beroperasi dengan seorang dokter, seorang bidan, dua orang
perawat, dan seorang nahkoda kapal.
Melalui aplikasi mHealth yang dapat diakses 24 jam
masyarakat pada daerah aliran sungai yang mengalami kondisi
gawat darurat seperti persalinan perdarahan yang memerlukan
operasi caesar dapat meminta pertolongan untuk ambulans apung
kemudian tenaga kesehatan akan menjemput bola alias mendatangi
pasien secara langsung dan membawa pasien ke fasilitas kesehatan
yang lebih baik. Dengan adanya klinik apung sekaligus ambulans
apung diharapkan angka kematian ibu dapat diturunkan.
2. Kemitraan dengan Kader dan Dukun Bayi.
Upaya ini sudah dilaksanakan sebelumnya namun terlihat
kurang optimal, berdasarkan data dari Badan Statistik Kabupaten
Barito Utara terdapat kenaikan pertolongan proses kelahiran yang
ditolong oleh dukun bayi dari 11,97% pada tahun 2018 menjadi
15,55% pada tahun 2019 (BPS Kabupaten barito Utara, 2019). Hal
ini menunjukan kurangnya keterlibatan tenaga medis yang berisiko
meningkatkan angka kematian ibu. Program kemitraan kader dan
dukun bayi memerlukan pembaruan, perlu dilakukan edukasi
kembali bahwa dukun bayi hanyalah pendamping bukan penolong
utama. Kader dan dukun bayi akan lebih difokuskan pada
pendampingan masa kehamilan dan setelah kehamilan guna
memberikan dukungan sekaligus edukasi kepada ibu hamil. Kader
dan dukun bayi juga dikerahkan untuk melakuakn deteksi dini
stunting, mengingat 4 dari 10 anak di Kalimantan Tengah terkena
stunting.
Upaya melibatkan kader dan dukun bayi dalam deteksi dini
stunting pada balita, tidak lepas dari peran mereka dalam kehidupan
bermasyarakat. Kader dan dukun bayi tersebut lebih sering
berinteraksi dengan ibu hamil, ibu bayi dan balita di lingkungan
sekitarnya. Pelatihan yang diberikan diawali dengan pemberian
materi mengenai konsep seribu hari pertama kehidupan (1000
HPK). Definisi dan pengenalan tentang stunting dilanjutkan dengan
Sosialisasi dan praktik cara deteksi dini stunting untuk kader dan
dukun paraji serta Sosialisasi tentang pencegahan stunting secara
lebih mendalam.
Metode pelatihan dilakukan dengan ceramah, diskusi dan
tanya jawab, praktik serta pemutaran film
bertemakan stunting. Pada akhir kegiatan, peserta akan dipandu
untuk membuat rencana tindak lanjut pasca-pelaksanaan pelatihan
dalam bentuk setiap peserta pelatihan diminta untuk
mensosialisasikan sekurang-kurangnya 5 keluarga dilingkungannya,
sehingga di akhir kegiatan diharapkan sebanyak 150 keluarga sudah
terpapar tentang stunting dengan baik.
3. Gerakan It’s Okay to Ask
Bekerja sama dengan tenaga kesehatan, pemerintah, kader,
dukun bayi, serta masyarakat umum yang tergabung dalam berbagai
organisasi dari kaum terpelajar, gerakan ini digalangkan untuk
mengedukasi masyarakat terkhusus ibu hamil dan wanita. Gerakan
It’s Okay to Ask juga menjadi wadah bagi sesama ibu hamil untuk
saling memotivasi. Edukasi yang diberikan dapat dilakukan baik
secara online maupun offline, di masa pandemi ini edukasi secara
offline dapat dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang
ketat guna mengurangi penyebaran virus corona.
Edukasi online dilakukan melalui berbagai media sosial
seperti Instagram, WA, Tiktok, Twitter, Youtube, dan masih banyak
lagi. Edukasi dilakukan dengan penyebaran poster edukasi, siaran
langsung membahas suatu topik, pembuatan akun sosial media yang
berisi konten edukasi.
Edukasi-edukasi dan penyuluhan yang diberikan di
antaranya:
1. Penyuluhan Bahaya Pernikahan dan Melahirkan Usia
Dini
2. Penyuluhan tentang cara menyusui dan perawatan
bayi yang benar
3. Penyuluhan tentang gizi bagi ibu hamil, ibu
menyusui dan KB setelah persalinan
4. Penyuluhan tentang penanganan permasalahan
kesehatan bayi dan anak balita

Setelah kegiatan edukasi dan penyuluhan akan dilanjutkan dengan


aksi nyata seperti pembagian tablet zat besi untuk ibu hamil dan pembagian
makanan bergizi untuk ibu hamil.
3.2 Analisis Kelayakan It’s Okay to Ask

Strength Weakness Threats:


Oportunities:
1. Jangkauan 1. Memerlukan 1. Adanya
waktu yang lama 1. Mempermudah kemarau yang
area yang
untuk sosialisasi, masyarakat mempersempi
luas
edukasi, dan mendapatkan t jangkauan
2. Akses
penyuluhan layanan kapal
layanan
2. Penolakan dari kesehatan 2. Adanya
kesehatan
dukun bayi 2. Belum adanya pelaporan
yang
3. Kesulitan dalam klinik dan kondisi gawat
komprehens
SDM kader dan ambulans apung darurat palsu
if
relawan gerakan serupa
It’s Okay to Ask 3. Relevan dengan
4. Kesulitan SDM goals SDGs
dokter klinik
apung

3.3 Gambaran Implementasi It’s Okay to Ask


1. Tahap Persiapan
Mengajukan proposal untuk Dinas Kesehatan. Dinas
Komunikasi dan Informatika serta Dinas Perhubungan atau
donatur, untuk penyediaan kapal. Menghimpun data penyakit
guna persiapan obat, ketersesdiaan obat, ketersediaan tenaga
medis, dan edukasi masyarakat. Menentukan lokasi, waktu, dan
sasaran dari masing-masing program It’s Okay to Ask.
2. Tahap Sosialisasi
Menyebarluaskan informasi program It’s Okay to Ask
melalui media sosial, iklan TV lokal, poster, baliho dan lain-lain.
3. Tahap Pelaksanaan
Mengorganisir informasi dari data yang diperoleh salah
satunya sebagai data awal guna dibandingkan dengan hasil
selama 1 bulan program dilaksanakan.
4. Tahap Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilakukan dengan dengan memberikan update
penyakit, update jumlah ibu hamil, risiko penyakit, dan strategi
pencegaham setiap satu bulan sekali. Seentara itu, Evaluasi
dilakukan dengan memberikan penilaian dari berjalannya
program ini pada stakeholder yang menjalankan, serta penilaian
dari masyarakat melalu kuesionar tertutup guna perbaikan
sistem program.
3.4 Gambaran Klinik dan Ambulans Apung

3.5 Jadwal dan Perkiraan


1. Tahap Persiapan: 30 Juni 2021-30 September 2021
2. Tahap Sosialisasi: 1 Oktober 2021-1 Desember 2021
3. Tahap Pelaksanaan: 2 Desember 2021-2 Desember 2022
4. Tahap Evaluasi: 3 Desember 2022-31 Desember 2022

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI


4.1 Simpulan

1. Konsep dari program ini adalah memberikan pelayanan kesehatan


berfokus pada Klinik sekaligus Ambulans Apung kepada masyarakat
pesisir sungai dan daerah aliran sungai di Kalimantan Tengah serta
menyediakan edukasi tentang kehamilan dan persalinan melalui kader,
dukun, bayi, dan masyarakat umum. It’s Okay to Ask adalah program
kerja sama dimana pemerintah dan masyarakat saling membantu guna
mewujudkan kehidupan sehat dan sejahtera.
2. Gambaran implementasi program It’s Okay to Ask adalah melalui
program Klinik Apung sekaligus Ambulans Apung, Kemitraan Kader
dan Dukun Bayi, serta Gerakan It’s Okay to Ask.
3. Program It’s Okay to Ask memiliki kelebihan jangkauan yang luas dan
menyeluruh. Namun juga memiliki kekurangan dalam sosialisasi,
penyusunan regulasi, biaya, dan pengaduan situasi gawat darurat palsu.

4.2 Rekomendasi

1. Kepada masyarakat disarankan agar dapat menggunakan fasilitas


kesehatan dan aplikasi mHealth dengan bijak dan tidak membuat
pengaduan palsu.
2. Kepada pemerintah disarankan untuk mengkaji dan mengevaluasi
secara rutin program ini serta berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
DAFTRA PUSTAKA

Anasari, T., & Sumarni. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian


Mastitis Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, 4.
Badan Pusat Statistik, BKKBN, KEMENKES, dan Measure DHS ICF
International. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012,
Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: BPS, BKKBN, KEMENKES, dan
Measure DHS ICF International.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Barito Utara. (2020). Statistik Daerah Kabupaten
Barito Utara 2020. Available at:
https://barutkab.bps.go.id/publication/downloadapi.html?data=4C9pSFz7d
EO1%2BbOXFGZN6sKaJYCwDkkONZcNqmkqezGiwBxeVBaac0RmJ8
s3yQRF4arB5sL%2FC8xJe%2BvkIPsiaqVp4KDv6IOT%2Fle7NdkZZ1M
%3D&tokenuser=
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah. (2020). Provinsi Kalimantan
Tengah Dalam Angka 2020. Available at:
https://kalteng.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve=YjdhNGIz
NTE1MGFkNWZkMTUxMjMwYzQ4&xzmn=aHR0cHM6Ly9rYWx0Z
W5nLmJwcy5nby5pZC9wdWJsaWNhdGlvbi8yMDIwLzA0LzI3L2I3YT
RiMzUxNTBhZDVmZDE1MTIzMGM0OC9wcm92aW5zaS1rYWxpbW
FudGFuLXRlbmdhaC1kYWxhbS1hbmdrYS0yMDIwLmh0bWw%3D&t
woadfnoarfeauf=MjAyMS0wNS0yMiAxMToyNDoyNQ%3D%3D
Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah. Kondisi Daerah [Internet].
hal. 1. Tersedia pada: https://dishut.kalteng.go.id/page/37/kondisi-daera
KEMKOMINFO (2018) Indonesia Raksasa Teknologi Digital Asia.
Available at: https://kominfo.go.id/content/detail/6095/indonesia-raksasa-
teknologi-digital-asia/0/sorotan_media.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah. (2020). Profil Kesehatan Provinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2019. Available at:
https://www.dinkes.kalteng.go.id/downlot.php?file=Profil%20Dinas%20K
esehatan%20Prov.Kalteng%20Tahun%202019.pdf
Saifuddin (2006) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Marternal dan
Neonatal. Jakarta. Tridasa Printer.
Saifuddin, A.B. (Ed) (2002) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
WHO (2016) WorldHealthStatistics.http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/206
498/1/9789241565264_eng.pdf.

Anda mungkin juga menyukai