Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH ZISWAF DALAM ISLAM DAN DALAM KONTEKS INDONESIA SERTA


PERUNDANG-UNDANGAN

(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Administrasi Manejemen Ziswaf)

Dosen Pengampu : Dr. Syarifah Gustiwati Mukri M.E.I

Disusun Oleh :

Durrotul Faridah

M. Didin Sholahudin

Saefi Hirzul Yamani

PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS IBN KHALDUN

BOGOR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat allah swt. Yang maha kuasa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini tepat pada waktunya meskipun dalam bentuk dan isinya yang sangat sederhana. Harapan
kami semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun
pedoman, juga untuk menambah pengetahuan dan juga pengalaman yang bermanfaat bagi para
pembaca, sehingga kedepannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini dengan
menjadi lebih baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir semoga Allah yang Maha Kuasa
senantiasa meridhai segala urusan kita. Aamiin.

Bogor, 16 Oktober 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Lantar Belakang

Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Ziswaf

B. Pengertian Lembaga Pengelolaan Zakat

C. Peraturan Pemerintahan Dalam Pengelolaan Ziswaf

D. Jenis Dana Yang di Kelola Lembaga Pengelola Zakat

E. Tujuan Lembaga Pengelolaan Ziswaf

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUANAN

A. Latar belakang
Zakat merupakan harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan
usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syari’at
Islam.Pengelolaan zakat yang baik dan optimal dapat menjadi potensi yang cukup besar
bagi umat Islam. Pengelolaan bagi bangsa Indonesia khususnya umat Islam telah lama
dilaksanakan sebagai dorongan pengamalan dan penyempurnaan agamanya. Seiring
dengan timbulnya kesadaran bahwa umat Islam yang mayoritas, membuat zakat menjadi
sumber dana yang potensial, maka dibuatlah perundang-undangan sebagai landasan
hukum pengelolaan zakat agar zakat tersebut dapat berfungsi secara optimal. Untuk
melaksanakan pengelolaan zakat yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan peraturan yang lainnya seperti fatwa MUI, maka diperlukan adanya
pemahaman yang jelas oleh masyarakat. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan
membahas mengenai Peraturan Pemerintah Menyangkut Pengeloaan Zakat, Infaq,
Shodaqoh Dan Wakaf (ZIZWAF). Kemudian, penulis akan menyertakan tentang sejarah
berdirinya lembaga pengelolaan zakar yang ada di Indonesia, yaitu salah satunya
Lembaga Amil Zakat (LAZ)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah singkat tentang berdirinya lembaga pengelolaan ZISWAF ?
2. Apa pengertian Lembaga pengelolaan Zakat ?
3. Peraturan pemerintah dalam pengelolaan ZISWAF di Indonesia /
4. Jenis dana yang di kelola lembaga pengelolaan zakat ?
5.  Apa tujuan dari Lembaga pengelolaan ZISWAF ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Ziswaf

Lembaga Pengelola Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf yang selanjutnya disingkat LP-
ZISWAF adalah Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA), Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Badan
Wakaf Daerah (BAWAFDA) yang dibentuk berdasarkan peraturan daerah ini.

BAZDA adalah organisasi pengelola zakat, infaq dan shodaqoh yang dibentuk oleh
Pemerintah yang terdiri dari unsur Masyarakat dan Pemerintah dengan tugas mengumpulkan,
mendistribusikan dan mendayagunakan zakat, infaq dan shodaqoh sesuai dengan ketentuan
agama. LAZ adalah organisasi pengelola zakat, Infaq dan shodaqoh yang dibentuk oleh
masyarakat yang kepengurusannya ditentukan, dibina dan dilindungi oleh Pemerintah Daerah.

Lembaga Pengelolaan Zakat adalah kata lain dari Badan Amil Zakat (BAZ), intuisi
sebelumnya bisa disebut dengan BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqoh), yang
dimaksud dengan Badan Amil Zakat (BAZ) menurut UU 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat adalah: organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur
masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendaya
gunakan zakat sesuai dengan ketentuan Agama. BAZIZ adalah Lembaga swadaya masyarakat
yang mengelola penerimaan, pengumpulan, penyaluran dan pemanfaatan zakat, infaq, shodaqoh
secara berdaya guna berhasil guna.

Perbedaan persepsi ini, maka dalam UU Nomor 38 Tahun 1999 pasal 1 ayat 2, selain Badan
Amil Zakat dilengkapi pula dengan Lembaga Amil Zakat yang sama pengertiannya dengan
BAZIS yang dikemukakan SKB. Dengan demikian, dalam struktur organisasi pengelolaan zakat
menurut UU Nomor 38 Tahun 1999 dibedakan antara Badan Amil Zakat dengan Lembaga Amil
Zakat. Perbedaannya adaah alau BAZ dibentuk oleh pemerintah sedangkan LAZ dibentuk atas
prakasa masyarakat.
Pengelolaan zakat oleh amil zakat telah dicontohkan sejak zaman Rasulullah SAW dan para
khulafaur ar-Rasyidin. Salah satu contohnya adalah ketika Nabi Muhammad SAW mengutus
Muadz bin Jabal ke Yaman dan pada saat beliau menjadi Gubernur Yaman, beliau pun
memungut zakat dari rakyat dan disini beliau bertindak sebagai amil zakat sebagaimana sabda
Rasulullah SAW:

“Rasulullah sewaktu mengutus sahabat Mu’adz bin Jabal ke negeri Yaman (yang telah
ditaklukkan oleh Islam) bersabda : Engkau datang kepada kaum ahli kitab, ajaklah mereka
kepada syahadat, bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya
Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka telah taat untuk itu, beritahukanlah bahwa
Allah mewajibkan kepada mereka melakukan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Jika
mereka telah taat untuk itu, beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka
menzakati kekayaan mereka. Zakat itu diambil dari yang kaya dan dibagi-bagikan kepada yang
fakir-fakir. Jika mereka telah taat untuk itu, maka hati-hatilah (jangan mengambil) yang baik-
baik saja) bila kekayaan itu bernilai tinggi, sedang dan rendah, maka zakatnya harus meliputi
nilai-nilai itu. Hindari doanya orang yang madhlum (teraniaya) karena diantara doa itu dengan
Allah tidak terdinding (pasti dikabulkan). (HR Bukhari). Melihat pentingnya zakat dan
bagaimana Rasulullah SAW telah mencontohkan tata cara mengelolanya, dapat disadari bahwa
pengelolaan zakat bukanlah suatu hal yang mudah dan dapat dilakukan secara individual. Agar
maksud dan tujuan zakat, yakni pemerataan kesejahteraan dapat terwujud pengelolaan dan
pendistribusian zakat harus dilakukan secara melembaga dan terstruktur dengan baik. Hal inilah
yang kemudian menjadi dasar berdirinya berbagai Lembaga Pengelola Zakat.

B. Pengertian Lembaga Pengelolaan Zakat

Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) merupakan sebuah institusi yang bertugas dalam
pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah baik yang dibentuk oleh pemerintah seperti BAZ,
maupun yang dibentuk oleh masyarakat dan dilindungi oleh pemerintah seperti LAZ. Bahwa
Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengkoordinasian dalam
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Berdasarkan peraturan perundang-
undangan di Indonesia terdapat dua jenis lembaga pengelola zakat, yaitu Badan Amil Zakat
(BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Untuk dapat mengumpulkan zakat dan mendistribusikannya untuk kepentingan mustahik.
Pada tahun 1999 dibentuk Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat, yaitu Undang-undang No.
38 Tahun 1999. Undang-undang ini kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Agama
(KMA) Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-undang Pengelolaan Zakat dan
Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Zakat. Sebelumnya pada tahun 1997 juga keluar Keputusan Menteri Sosial
Nomor 19 Tahun 1998 yang memberi wewenang kepada masyarakat yang menyelenggarakan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin untuk melakukan pengumpulan dana maupun
menerima dan menyalurkan zakat, infak dan sedekah. Diberlakukannya beragam peraturan
tersebut telah mendorong lahirnya berbagai Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) di Indonesia.
Kemunculan lembaga-lembaga itu diharapkan mampu merealisasikan potensi zakat di Indonesia.

Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah institusi pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk atas
prakarsa masyarakat yang bergerak dalam bidang dakwah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan
umat Islam. Adapun institusi yang menguusi zakat yang lain adalah Badan Amil Zakat yaitu
organisasi pengelola zakat yang di bentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan
pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat sesuai
dengan ketentuan agama.

C. Peraturan Pemerintah Dalam Pengelolaan Ziswaf

Ketentuan mengenai peraturan pemerintah mengenai pengelolaan zakat, infaq, shodaqoh dan
wakaf (ZISWAF) di indonesia telah di atur dalam perundang-undangan dan Fatwa MUI. Selama
ini pengelolaan zakat pun telah memiliki peraturan berdasarkan UU 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat adalah: [4]organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah terdiri
dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan
mendaya gunakan zakat sesuai dengan ketentuan Agama. Dengan demikian, dalam struktur
organisasi pengelolaan zakat menurut UU Nomor 38 Tahun 1999 dibedakan antara Badan Amil
Zakat dengan Lembaga Amil Zakat. Perbedaannya adalah kalau BAZ dibentuk oleh pemerintah
sedangkan LAZ dibentuk atas prakasa masyarakat. Sedangkan ZISWAF itu sendiri adalah:

1. Zakat yang berupa Zakat Mal dan Zakat Fitrah adalah Harta yang Wajib
disisihkan/dikeluarkan ditunaikan oleh seorang Muslim atau badan yang dimiliki oleh
orang Muslim sesuai dengan Ketentuan Agama, untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya. Zakat Mal adalah bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim atau
badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya. Zakat Fitrah adalah sejumlah bahan makanan pokok
yang dikeluarkan pada bulan Ramadhan oleh setiap orang muslim bagi dirinya dan bagi
orang yang ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk sehari pada
Hari Raya Idul Fitri.
2. Infaq dan shodaqoh adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan di luar
zakat untuk kemaslahatan umum melalui Badan Amil Zakat Daerah atau Lembaga Amil
Zakat.
3. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan
umum menurut syariah.
4. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
5. Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang Muslim yang berkewajiban
menunaikan zakat. Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima Zakat.

Oleh karena Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat ini dinilai
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga
perlu diganti. Maka dibenntuklah UU No. 23 Tahun 2011. Pengelolaan zakat yang diatur
dalam Undang-Undang ini meliputi kegiatan perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan.
Dalam UU No. 23 Tahun 2011, pengertian zakat terdapat pada Pasal 1 Ayat (1), yang
berbunyi:
Zakat merupakan harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syari’at Islam.

Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2011 disebutkan bahwa Asas-asas Lembaga Pengelola
Zakat adalah syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan
akuntabilitas. Zakat yang dimaksud di sini adalah zakat mal dan zakat fitrah. Adapun yang
termasuk dalam zakat mal meliputi zakat emas, perak, dan logam mulai lainnya; uang dan surat
berharga lainnya; perniagaan; pertanian, perkebunan, dan perhutanan; peternakan dan perikanan;
pertambangan; perindustrian; pendapatan dan jasa; dan rikaz. (Pasal 4 Ayat (1) dan (2))

Undang-undang ini mempunyai implikasi yang sangat luas bagi lembaga pengelolaannya.
Pengelolaan tersebut secara umum mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatannya
berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha-usaha yang
produktif. Oleh karena itu, untuk mewujudkan optimalisasi pengelolaannya, badan amil zakat
senantiasa dituntut untuk amanah, profesionalisme, transparansi dan akuntabilitas serta
kemandirian sebagai sebuah industri publik menuju masyarakat yang sejahtera, berdayaguna dan
bertaqwa.

Untuk menjamin pengelolaan zakat sebagai amanah agama, dalam undang-undang ini
ditentukan adanya unsur pembinaan dan unsur pengawasan yang terdiri dari ulama, kaum
cendekia, masyarakat, dan pemerintah serta adanya sanksi hukum terhadap pengelola yang tidak
sesuai denga ketentuan. Ketentuan mengenai zakat di Indonesia selain diatur dalam perundang-
undangan juga berdasarkan pada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Di antara fatwa-fatwa
tersebut meliputi:

a. Fatwa tentang intesifikasi pelaksanaan zakat yang disidangkan pada tanggal 26 Januari
1982, menetapkan:
1) Penghasilan dari jasa dapat dikenakan zakat apabila samapi nisab dan haul.
2) Yang berhak menerima zakat hanya delapan ashnaf yang tersebut dalam Al-Qur’an
pada surat at-Taubah ayat 60. Apabila salah satu ashnaf tidak ada, bagiannya diberikan
kepada ashnaf yang ada.
3) Untuk kepentingan dan kemaslahatan umat Islam, maka yang tidak dapat dipungut
melalui saluran zakat, dapat diminta atas nama infaq atau shadaqah.
4) Infaq dan shadaqah yang diatur pungutannya oleh Ulil Amri, untuk kepentingan
tersebut di atas, wajib ditaati oleh umat Islam menurut kemampuannya.

b. Fatwa tentang mentasharufkan dana zakat untuk kegiatan produktif dan kemaslahatan
umat. Ditetapkan pada tanggal 2 Februari tahun 1982, yang berisi bahwa zakat yang
diberikan kepada fakir miskin dapat bersifat produktif. Dana zakat atas nama
Sabilillah boleh ditasarufkan guna keperluan maslahah'ammah (kepentingan umum).
c. Fatwa tentang pemberian zakat untuk beasiswa. Ditetapkan pada tanggal 19 Februari
1996, yang ketentuannya terlampir dalam surat fatwa No. Kep.-120/MU/II/1996. Dalam
surat tersebut disebutkan bahwa memberikan uang zakat untuk keperluan pendidikan,
khususnya dalam bentuk beasiswa, hukumnya adalah SAH, karena termasuk dalam
ashnaf fi sabilillah.

D. Jenis Dana Yang di Kelola Lembaga Pengelola Zakat


Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) menerima dan mengelola berbagai jenis dana, yaitu:
1. Dana Zakat. Ada dua jenis dana zakat yang dikelola oleh LPZ, yaitu dana zakat
umum dan dana zakat dikhususkan. Dana zakat umum adalah dana zakat yang
diberikan oleh muzakki kepada LPZ tanpa permintaan tertentu. Sedangkan dana zakat
dikhususkan adalah dana zakat yang diberikan oleh muzakki kepada LPZ dengan
permintaan dikhususkan, misalnya untuk disalurkan kepada anak yatim. Zakat sendiri
dibedakan menjadi dua yaitu zakat fitrah dan zakat mal.
2. Dana Infaq/Shadaqah. Seperti dana zakat, dana infaq/shadaqah terdiri atas dana
infaq/shadaqah umum dan dana infaq/shadaqah khusus. Dana infaq/shadaqah umum
adalah dana yang diberikan para donatur kepada LPZ tanpa persyaratan apapun.
Sedangkan dana infaq/shadaqah dikhususkan adalah dana yang diberikan para
donatur kepada LPZ dengan berbagai persyaatan tertentu, seperti untuk disalurkan
kepada masyarakat di wilayah tertentu.
3. Dana Wakaf. Wakaf adalah menahan diri dari berbuat sesuatu terhadap hal
yangmanfaaatnya diberikan kepada orang tertentu dengan tujuan yang baik.
4. Dana Pengelola. Dana pengelola adalah hak amil yang digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional lembaga yang bersumber dari:
a. Hak amil dari dana zakat.
b. Bagian tertentu dari dana infaq/shadaqah.
c. Sumber lain yang tidak bertentangan dengan syariah.
Sedangkan mekanisme pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian
serta pendayagunaan zakat. Oleh Karena itu, untuk optimalisasi pendayagunaan zakat
diperlukan pengelolaan zakat oleh lembaga amil zakat yang professional dan mampu.
mengelola zakat secara tepat sasaran. Pada prinsipnya, pendayagunaan hasil pengumpulan
zakat untuk mustahik zakat dilakukan persyaratan:
1. Hasil pendapatan dan penelitian kebenaran mustahik delapan asnaf, antara lain:
a. Fakir, yaitu orang yang selalu tidak mampu memenuhi kebutuhan makan
dalam sehari.
b. Miskin, yaitu orang yang kurang bisa memenuhi kebutuhan, tetapi masih bisa
mengusahakan.
c. Amil, yaitu orang yang diberi tugas untuk mengelola zakat.
d. Mu’alaf, yaitu orang yang baru masuk Islam.
e. Ghorim, yaitu orang yang terbebani banyak hutang melebihi jumlah hartanya.
f. Sabilillah, yaitu orang yang berperang dijalan Allah, meskipun kaya.
g. Ibnu Sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal selama dalam perjalanan dengan
tujuan baik.
2. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi kebutuhan dasar
secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan.
3. Mendahulukan mustahik dalam wilayah masing-masing.

E. Tujuan Lembaga Pengelolaan Ziswaf


Setiap berdirinya suatu kelembagaan pasti memiliki tujuan tertentu, dalam hal
inipun dengan didirikannya lembaga pengelolaan ZISWAF karena memiliki tujuan.
Adapun tujuan dari lembaga pengelolaan ZISWAF antara lain:
1. Mengangkat harkat dan martabat fakir miskin dan membantunya keluar dari
kesulitan dan penderitaan.
2. Membantu pemecahan masalah yang dihadapi oleh para mustahik.
3. Menjembatani antara yang kaya dan yang miskin dalam suatu masyarakat.
4. Meningkatkan syiar Islam.
5. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara.
6. Mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial dalam masyarakat.
7. Hikamah Ibadah Zakat.
Setiap dari tujuan yang baik pastilah terdapat hikmah, apabila prinsip-prinsip
pengelolaan dan tujuan pengelolaan zakat dilaksanakan dipegang oleh amil zakat baik itu
berupa badan atau lembaga, dan zakat, infak, dan sedekah dikelola dengan manajemen
modern dengan tetap menerapkan empat fungsi standar manajemen, tampaknya sasaran
zakat, infak maupun sedekah akan tercapai.
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan makalah yang berjudul peraturan pemerintah menyangkut pengelolaan


lembaga zakat, infaq dan shodaqoh dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sejarah munculnya Pengelolaan zakat oleh amil zakat telah dicontohkan sejak zaman
Rasulullah SAW dan para khulafaur ar-Rasyidin. Salah satu contohnya adalah ketika
Nabi Muhammad SAW mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman dan pada saat beliau
menjadi Gubernur Yaman, beliau pun memungut zakat dari rakyat dan disini beliau
bertindak sebagai amil zakat. Melihat pentingnya zakat dan bagaimana Rasulullah SAW
telah mencontohkan tata cara mengelolanya, dapat disadari bahwa pengelolaan zakat
bukanlah suatu hal yang mudah dan dapat dilakukan secara individual. Agar maksud dan
tujuan zakat, yakni pemerataan kesejahteraan dapat terwujud pengelolaan dan
pendistribusian zakat harus dilakukan secara melembaga dan terstruktur dengan baik. Hal
inilah yang kemudian menjadi dasar berdirinya berbagai Lembaga Pengelola Zakat.
2. Pengelolaan zakat atau lembaga ZISWAF adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
peng-koordinasian dalam pegumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan, di Indonesia terdapat dua jenis Lembaga
Pengelola Zakat, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
3. Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2011 disebutkan bahwa Asas-asas Lembaga
Pengelola Zakat adalah syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum,
terintegrasi, dan akuntabilitas.

Sedangkan tujuan pengelolaan zakat berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 2011 adalah
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan meningkatkan
manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

4. Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) menerima dan mengelola berbagai jenis dana, yaitu
dana zakat, dana Infaq/Shadaqah, dana wakaf dan dana pengelola. Sedangkan mekanisme
pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.

DAFTAR PUSTAKA

http://ibnu-soim.blogspot.com/2013/05/bab-i-lembaga-amil-zakat

Ali, Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press,
2006). h. 23

Darajat Zakaria.,Zakat Pembersih Harta Dan Jiwa. Cet IV. (Jakarta: Yayasan
Pendidikan Islam Ruhama, 1993) h.56

Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Pedoman Zakat, (Semarang: PT Pustaka Rizki


Putra, 1997), h.79

Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani


Press, 2002), h. 97

Maghfiroh, Mamluatul, Zakat, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2007). h.68

Anda mungkin juga menyukai