Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERMASALAHAN DAN ADMINISTRASI ZISWAF DI INDONESIA


Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Administrasi Manejemen ZISWAF

Dosen Pengampu : Dr. Syarifah Gustiawati Mukri M.E.I.

Disusun oleh :

Nala Ratih (191105020024)

Gilang Subagya

Adzim

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM

UNIVERSITAS IBN KHALDUN

BOGOR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan bagi pembaca dalam membahas pengertian, dasar hukum serta hikmah ZISWAF
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
Latar Belakang..........................................................................................
Rumusan Masalah.....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................
2.1 Permasalahan Administrasi Zakat.............................................................
2.2 Permasalahan Administarsi dan manajemen Wakaf...................................
BAB III PENUTUP........................................................................................
Kesimpulan......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius yang
menyangkut dimensi kemanusiaan. Kemiskinan tetap merupakan masalah yang tidak bisa dianggap
mudah untuk dicarikan solusinya karena sudah ada sejak lama dan menjadi kenyataan yang hidup di
tengah masyarakat. Dalam hubungan ini, isu-isu kesenjangan dan ketimpangan sosial-ekonomi semakin
mencuat ke permukaan.
Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak sedikit umat yang jatuh
peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu seperti sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran
itu mendekati pada kekufuran. Agama Islam telah menawarkan beberapa doktrin bagi manusia yang
berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia
serta kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di akhirat. Ayat-ayat Alquran mengingatkan agar harta
kekayaan tidak hanya terbatas sirkulasinya pada sekelompok orang kaya saja.
Orang-orang bertakwa adalah mereka yang menyadari bahwa dalam harta kekayaan yang mereka
memiliki terdapat hak-hak orang lain di dalamnya. Perhatian penuh harus diberikan kepada lapisan
masyarakat yang belum dapat hidup wajar sebagai manusia. Untuk membantu masyarakat miskin, banyak
lembaga keuangan terutama lembaga keuangan syariah, seperti lembaga amil zakat yang memberikan
bantuan berupa dana ZISWAF (Zakat, Infak, Shadaqah, Wakaf). Berkaitan dengan dana ziswaf, terutama
dana zakat, lembaga amil zakat tidak hanya menyalurkan zakat yang bersifat konsumtif tetapi zakat yang
bersifat produktif atau biasa disebut dengan zakat produktif.
Perkembangan ziswaf di Indonesia adalah satu dekade terakhir sangat menggembirakan baik dari
sisi penghimpunan maupun pendayagunaan. Dana zakat, infak, shadaqah, wakaf yang berhasil dikelola
menunjukkan tren peningkatan yang sangat signifikan dari waktu ke waktu. Tren serupa juga tercatat
dalam penyaluran dan pendayagunaan ZISWAF, Indonesia Zakat and Development Report (IZDR)
mencatat terdapat peningkatan yang signifikan dalam penyaluran dana ziswaf, dari sekitar 42 milyar
rupiah pada tahun 2004 menjadi sekitar 226 milyar pada tahun 2008, atau pertumbuhan ratarata sepanjang
periode 2004-2008 mencapai 67,2% per tahun (IZDR, 2013).
Menurut Public Interest Research and Advocacy Center atau PIRAC (2012), dalam rilis hasil
surveinya mengatakan potensi dana zakat di Indonesia, yang populasinya sekitar 87 persen muslim,
sangat besar hingga mencapai 9,09 triliun rupiah pada tahun 2007. Potensi ini meningkat 4,46 triliun
dibanding tahun 2004 yang potensinya hanya sebesar 4,45 triliun. Berbeda dengan PIRAC, Alfath (2006)
mengatakan bahwa potensi ziswaf di Indonesia mencapai 20 triliun pertahun. Namun dari jumlah itu yang
tergali baru 500 miliar pertahun.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan Zakat


Zakat memiliki potensi yang besar menanggulangi permasalahan di Indonesia dalam seperti
penanggulangan kemiskinan, akses pendidikan dan kesehatan bagi para mustahik zakat, namun
implementasi zakat Indonesia dihadapkan kepada sejumlah permasalahan. Sudewo (2004) memaparkan
hal-hal yang secara umum menjadi problem dalam pengumpulan zakat yang maksimal yakni: regulasi dan
political will yang kurang mendukung, ketidakpercayaan para muzaki terhadap lembaga pengelola zakat
yang ada baik swasta maupun terutama pemerintah, hingga masalah internal organisasi pengelola zakat
sendiri, seperti kurang accountable, lack of transparency, dan masalah manajerial. Hasil penelitian
Indrijatiningrum (2005) menyatakan bahwa beberapa persoalan utama zakat adalah gap yang sangat besar
antara potensi zakat dan realisasinya, hal ini disebabkan masalah kelembagaan pengelola zakat dan
masalah kesadaran masyarakat, serta masalah system manajemen zakat yang belum terpadu. Untuk
mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan strategi yang dapat mengatasi ancaman dan tantangan yang
dihadapi dan memperbaiki kelemahan OPZ secara keseluruhan. Prioritas kebijakan yang perlu dilakukan
yaitu penerapan sanksi bagi muzaki yang tidak berzakat, meningkatkan kualitas sumber daya manusia
untuk meningkatkan keprofesionalismean, kredibilitas, akuntabilitas, dan transparansi OPZ; dan
menyinergikan pelaksanaan sistem pajak dan zakat secara nasional. Skenario terbaik dalam meningkatkan
potensi zakat adalah melalui reformasi perundang-undangan (Indrijatiningrum:2005).
Selanjutnya Huda, Anggraini dan Ali (2014) dalam penelitiannya bahwa terdapat
tiga macam prioritas masalah pengelolaan zakat yang dibagi berdasarkan lembaga pemangku kepentingan
(stakeholder) pengelolaan zakat, yaitu:
1. Prioritas masalah yang ada dalam regulator adalah:
1) perbedaan pendapat
(khilafiyah) mengenai fikih zakat;
2) rendahnya koordinasi antara regulator dengan OPZ;
3) rendahnya peran Kementerian Agama dalam pengelolaan zakat; dan
4) zakat belum menjadi obligatory system.
2. Prioritas masalah pada OPZ adalah:
1) jumlah Lembaga Amil Zakat yang terlalu banyak;
2) mahalnya biaya promosi;
3) rendahnya efektivitas program pendayagunaan zakat;
4) rendahnya sinergi antar stakeholder zakat; dan
5) terbatasnya sumber daya manusia (SDM) amil zakat.
3. Prioritas masalah pada muzaki/mustahik adalah:
1) mustahik yang cenderung Konsumtif;
2) rendahnya kepercayaan muzaki kepada OPZ dan regulator;
3) rendahnya kesadaran muzaki dalam menunaikan zakat secara benar sesuai syariat; dan
4) rendahnya pengetahuan muzaki tentang fikih zakat.
Huda, Anggraini dan Ali (2014) menjelaskan solusi pengelolaan zakat yang dibagi berdasarkan
lembaga pemangku kepentingan (stakeholder) pengelolaan zakat, yaitu:
1. Prioritas solusi regulator adalah:
1) keteladanan pejabat dalam menunaikan zakat sesuai syariat;
2) kewajiban audit eksternal;
3) meningkatkan fungsi pengaturan dan pengawasan;
4) meningkatkan peran Majelis Ulama Indonesia (MUI);
5) sertifikasi amil; dan
6) standarisasi dan akreditasi OPZ.
2. Prioritas solusi OPZ adalah:
1) management training dan kerja sama
dengan perguruan tinggi dalam memenuhi kebutuhan amil profesional;
2) membangun sinergi antar stakeholder zakat;
3) memperluas jaringan OPZ;
4) peningkatan efektivitas program pendayagunaan zakat;
5) peningkatan transparansi dan akuntabilitas;
6) standarisasi zakat nasional.
3. Prioritas solusi muzaki/mustahik adalah:
1) kaderisasi dai zakat;
2) kemudahan layanan;
3) perbaikan materi zakat dalam pelajaran sekolah;
4) pemberian penghargaan bagi yang menunaikan zakat dan hukuman (punishment) bagi yang tidak
menunaikan zakat padahal telah wajib zakat;
5) pengangkatan sosialisasi dan edukasi zakat kepada masyarakat; dan
6) menjadikan zakat sebagai gaya hidup masyarakat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah dan Sukmana (2014) menyatakan bahwa
permasalahan zakat dibagi menjadi dua kategori yaitu masalah internal dan masalah eksternal, yaitu:
1. Masalah Internal, yaitu:
1) kurangnya profesionalisme para pegawai,
2) pendistribusian zakat yang sulit untuk tepat sasaran dan transparansi ke masyarakat yang masih
kurang,
3) minimnya kinerja OPZ,
4) kurangnya tunjangan para pegawai maupun struktural dan biaya operasional untuk melakukan
tugas,
5) peran serta pimpinan yang masih belum maksimal.
2. Masalah Eksternal, yaitu:
1) kuranya kepercayaan masyarakat (muzaki),
2) kurangnya peran serta ulama dalam memberikan dukungan kepada muzaki untuk menyalurkan
zakatnya ke Baznas,
3) secara keseluruhan mayoritas masyarakat masih belum mengenal Baznas secara lebih dekat,
4) belum adanya Perda yang mengatur bahwa zakat harus disalurkan melalui lembaga khususnya
Baznas,
5) kesadaran masyarakat masih kurang dalam mengeluarkan zakatnya.

Permasalahan Zakat dan Wakaf di Baznas Kota Malang


 Kurangnya SDM
 Tidak memiliki kewenangan dalam pengelolaan zakat
 keberlangsungan pemberdayaan mustahiq
Solusi
 Menambah dan menguatkan SDM yang dimiliki
 Memaksimalkan pengelolaan dana infaq untuk keperluan produktif
 Pemberdayaan mustahiq
Permasalahan Zakat dan Wakaf di MAsjid Al-Ikhlas Malang
 Minimnya Sumber Daya Manusia dalam Lazis Al-Ikhlas
 Rendahnya Kesadaran Masyarakat
 Teknologi yang Digunakan Kurang Memadai
 Sulit Bergabung dengan BAZNAS
Solusi Permasalahan Zakat dan Wakaf

 Sosialisasi berupa pentingnya berzakat


 Memberi contoh baik dulu dengan melakukan santunan
 Mencari tenaga yang bersedia mengelola lazis

2.2 Permasalahan Wakaf


Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara secara mendalam dengan para pakar dan
praktisi di bidang wakaf di Kabupaten Banjarengara, maka dapat dikumpulkan masalah yang
menyebabkan pengelolaan tanah wakaf belum produktif menjadi tiga kelompok, yaitu masalah sumber
daya manusia, masalah kelembagaan, dan masalah pemerintah. Masalah sumber daya manusia terbagi
menjadi tiga aspek, yaitu pemahaman masyarakat masih tradisional, nazhir kurang kreatif, dan
kemampuan manajerial nazhir masih rendah. Masalah kelembagaan terbagi menjadi dua aspek, yaitu
peran BWI Kabupaten Banjarnegara belum optimal dan rendahnya koordinasi dengan lembaga terkait.
Masalah pemerintah terbagi menjadi tiga aspek, yaitu kurangnya bantuan fasilitas dan dana, legalisasi
tanah wakaf, dan kurangnya dukungan dan peran pemerintah. Berdasarkan hasil pengolahan data,
prioritas utama masalah yang menyebabkan pengelolaan wakaf di Kabupaten Banjarnegara belum
produktif adalah masalah sumber daya manusia dengan nilai geometric mean (GMk) sebesar 0.38,
sedangkan prioritas kedua adalah masalah kelembagaan dengan nilai GMk sebesar 0.31. Masalah yang
menjadi prioritas terakhir adalah masalah pemerintah dengan nilai GMk sebesar 0.30.
. Dari data tersebut menunjukkan bahwa masalah yang paling besar memengaruhi pengelolaan
wakaf di Kabupaten Banjarnegara adalah masalah sumber daya manusia, sehingga masalah sumber daya
manusia perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar dari masalah yang lainnya. Menurut salah satu
pakar mengatakan bahwa sumber daya manusia merupakan faktor yang paling penting dalam
mengembangkan wakaf produktif. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2016).
Perhitungan rater agreement menghasilkan nilai Kendall‟s coefficient of concordance atau nilai W
sebesar 0.36, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesepakatan para pakar terhadap persoalaan pengelolaan
wakaf cenderung bervariatif.
Masalah sumber daya manusia
Sumber daya manusia yang dimaksud di sini adalah wakif, nazhir, dan para pelaku yang terkait
dengan wakaf yang lain. Sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam
mengembangkan wakaf karena sebagai pelaku pengembang wakaf. Hasil dari pengolahan data dapat
dilihat pada Gambar 5 yang menunjukkan bahwa prioritas utama pada aspek masalah sumber daya
manusia adalah kemampuan manajerial nazhir masih rendah dengan nilai geometric mean (GMk) sebesar
0.34. Prioritas masalah kedua dalam aspek sumber daya manusia adalah masalah nazhir kurang kreatif
dengan nilai GMk sebesar 0.34. Prioritas masalah ketiga adalah pemahaman masyarakat masih tradisional
dengan nilai GMk sebesar 0.31. Perhitungan rater agreement menghasilkan nilai Kendall‟s coefficient of
concordance atau nilai W sebesar 0.28. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesepakatan para pakar wakaf
terhadap masalah yang menyebabkan wakaf belum berkembang pada aspek sumber daya manusia
bervariasi.
Masalah kelembagaan
Lembaga wakaf muncul bersamaan dengan lahirnya masyarakat muslim sebagai sebuah
komunitas keagamaan yang umumnya memerlukan fasilitas-fasilitas peribadahan dan pendidikan untuk
menjamin kelangsungannya seperti masjid, mushalla, dan pesantren (Huda, 2013). Pada masa kini
lembaga-lembaga wakaf muncul juga dikarenakan untuk mengelola harta wakaf agar produktif.
Kelembagaan yang dimaksud di sini adalah lembaga yang berkaitan tentang wakaf, seperti BWI, lembaga
nazhir, KUA, dan lembaga lain yang terkait dengan wakaf. Hasil dari pengolahan data dapat dilihat pada
Gambar 6 yang menunjukkan bahwa prioritas utama pada aspek masalah kelembagaan adalah peran BWI
Kabupaten Banjarnegara belum optimal dengan nilai geometric mean (GMk) sebesar 0.51. Prioritas
masalah kedua dalam aspek kelembagaan adalah masalah rendahnya koordinasi dengan lembaga terkait
dengan nilai GMk sebesar 0.48. Perhitungan rater agreement menghasilkan nilai Kendall‟s coefficient of
concordance atau nilai W sebesar 0.04. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesepakatan para pakar dan
praktisi wakaf terhadap masalah yang menyebabkan wakaf belum berkembang pada aspek kelembagaan
sangat bervariatif.
Masalah pemerintah
Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas Presiden dan
para menteri. Lembaga pemerintah yang membawahi urusan wakaf di Kabupaten Banjarnegara adalah
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banjarnegara bagian syariah.
Solusi
Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara secara mendalam dengan para pakar di bidang
wakaf di Kabupaten Banjarnegara maka dapat dikumpulkan solusi dari permasalahan wakaf yang terbagi
menjadi tiga kelompok, yaitu solusi sumber daya manusia, solusi kelembagaan, dan solusi pemerintah.
Berdasarkan hasil pengolahan data, prioritas utama solusi untuk meningkatkan pengelolaan wakaf secara
produktif di Kabupaten Banjarnegara adalah solusi sumber daya manusia dengan nilai geometric mean
(GMk) sebesar 0.37, sedangkan prioritas kedua adalah solusi pemerintah dengan nilai GMk sebesar
0.309. Solusi yang menjadi prioritas terakhir adalah solusi kelembagaan dengan nilai GMk sebesar 0.307.
BAB III
KESIMPULAN
Orang-orang bertakwa adalah mereka yang menyadari bahwa dalam harta kekayaan yang mereka
memiliki terdapat hak-hak orang lain di dalamnya. Perhatian penuh harus diberikan kepada lapisan
masyarakat yang belum dapat hidup wajar sebagai manusia. Untuk membantu masyarakat miskin, banyak
lembaga keuangan terutama lembaga keuangan syariah, seperti lembaga amil zakat yang memberikan
bantuan berupa dana ZISWAF (Zakat, Infak, Shadaqah, Wakaf). Berkaitan dengan dana ziswaf, terutama
dana zakat, lembaga amil zakat tidak hanya menyalurkan zakat yang bersifat konsumtif tetapi zakat yang
bersifat produktif atau biasa disebut dengan zakat produktif.
Perkembangan ziswaf di Indonesia adalah satu dekade terakhir sangat menggembirakan baik dari
sisi penghimpunan maupun pendayagunaan. Dana zakat, infak, shadaqah, wakaf yang berhasil dikelola
menunjukkan tren peningkatan yang sangat signifikan dari waktu ke waktu. Tren serupa juga tercatat
dalam penyaluran dan pendayagunaan ZISWAF, Indonesia Zakat and Development Report (IZDR)
mencatat terdapat peningkatan yang signifikan dalam penyaluran dana ziswaf, dari sekitar 42 milyar
rupiah pada tahun 2004 menjadi sekitar 226 milyar pada tahun 2008, atau pertumbuhan ratarata sepanjang
periode 2004-2008 mencapai 67,2% per tahun (IZDR, 2013).

DAFTAR PUSTAKA

http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/manajemen/article/view/1533/1125
http://eprints.walisongo.ac.id/7729/1/132111104.pdf
file:///C:/Nala%20Ratih%20III/Administrasi%20dan%20Manajemen%20ZISWAF/267064-analisis-
prioritas-solusi-permasalahan-p-98acacf9.pdf

Anda mungkin juga menyukai