Makalah Tentang Ejaan Bahasa Indonesia
Makalah Tentang Ejaan Bahasa Indonesia
OLEH :
BILLI PRAMUJA
Kelas IX F
Bahasa adalah sebuah lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang digunakan
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa
merupakan alat komunikasi yang sempurna. Dalam penyampaiannya mutlak
susunan kalimat dan sebagainya menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan.
Dengan ditulisnya laporan Karya Tulis ini semoga menjadi pelajaran dan
bermanfaat bagi kita semua, dan kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang
membangun untuk laporan ini, agar tercapainya laporan yang lebih baik lagi untuk
kedepannya.
ii
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Banyak diantara kita yang masih banyak menggunakan kata dan susukan
kalimat yang masih salah dalam beberapa forum. Ada saatnya kita
menggunakan kalimat-kalimat baku, dan ada saatnya pula kita menggunakan
kalimat nonbaku.
Hal ini perlu untuk diperhatikan. Ketika penggunaan kalimat telah sesuai
namun penggunaan ejaannya masih belum benar, ini dapat mengakibatkan
kesalahpahaman, atau bahkan informasi yang hendak disampaikan tidak dapat
diterima dengan baik oleh pendengar. Ejaan sangat diperlukan, baik untuk
komunikasi secara lisan atau bahkan tulisan.
B. RUMUSAN MASALAH
1
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II
MATERI
A. LANDASAN TEORI
2
B. SEJARAH SINGKAT EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan ditinjau dari dua segi, meliputi segi khusus dan segi umum. Secara
khusus, ejaan dapat diartikan sebagai perlambangan bunyi-bunyi bahasa
dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun
menjadi kata, kelompok kata atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti
keseluruhan ketentuan yang mengatur perlambangan bunyi
Contoh:
1. Sayang – Sajang
2. Yakin – Jakin
3
3. Saya – Saja
Contoh:
1. Umum – Oemoem
2. Sempurna - Sempoerna
Contoh:
1. Rakyat – Ra’yat
2. Bapak – Bapa’
3. Rusak – Rusa’
Contoh:
1. Jakarta – Djakarta
2. Raja – Radja
3. Jalan – Djalan
4
e) Huruf “c” ditulis dengan “tj”
Contoh:
1. Pacar – Patjar
2. Cara – Tjara
3. Curang – Tjurang
2. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan k dalam
Ejaan Republik.
3. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
5
4. Huruf e taling dan pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
5. Tanda trema (“) dalam Ejaan Van Ophuysen dihilangkan dalam Ejaan
Republik.
Oemoer Umur
Ma’loem
Rata-rata Maklum
ẽkor
Rata2,Rata-rata
ekor
6
Hal-hal yang diperhatikan dalam Ejaan EYD:
1. Perubahan Huruf
Nj Nyata, sunyi
Kh
Ch Akhir, khwatir
2. Huruf f, v dan z merupakan unsur serapan dari bahasa asing yang telah
diresmikan pemakaiannya.
Misal:
Khilaf Zakat
Fisik Universitas
7
4. Penulisan di- sebagai awalan dibedakan dengan di yang merupakan
kata depan. Sebagai awalan, di- di tulis serangkai dengan unsur yang
menyertainya, sedangkan di sebagai kata depan ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.
Misal:
di- Di
dicuci Dikantor
dibelikan Di belakang
dilatarbelakangi Di tanah
Misal:
8
a. Pemakaian huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring
b. Penulisan kata
1. Pemenggalan Kata
9
2. Penulisan Kata Depan dan Partikel
Dipisah Digabung
di pasar ditangkap
di rumah dikubur
Dipisah Digabung
10
4. Penulisan Kata Ulang
Gabungan kata adalah bentuk terikat yang tidak mandiri sebagai kata,
tetapi memiliki arti penuh.
11
6. Penulisan Bentuk Singkatan dan Akronim
3. Singkatan ukuran
4. Akronim
12
Stabil Menstabilkan/ Penstabil/ penyetabil
menyetabilkan
8. Penulisan Angka
Untuk menyatakan bilangan tingkat, harus diberi awalan ke- dan garis
penghubung (-) sehingga penulisannya sebagai berikut:
abad ke-20
Untuk angka Romawi tidak perlu menggunakan awalan ke- dan garis
penghubung.
13
Contoh: juara II
abad XX
1) Penggunaan tanda titik pada singkatan nama orang, nama gelar dan
nama lembaga
4) Penggunaan tanda titik dua (:) dan kutip (“...”) pada kalimat langsung
14
10. Kata-kata Berejaan Kembar
a) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Kemarin engkau terlambat,” katanya.
“Besok pagi,” kata Ibu, “Dia akan berangkat”.
c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda,
Islam, Kristen
15
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar,
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Irian Jaya
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan
dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
16
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang
yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
g) Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris
17
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang
tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberangi selat
pergi ke arah tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
18
garam inggris
gula jawa
pisang ambon
j) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi
kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan
nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan,
serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi sebuah republik
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menurut undang-undang yang berlaku
k) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
19
l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
20
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
21
22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penggunaan ejaan dengan baik dan benar perlu untuk diperhatikan dan
dipahami dengan benar. Penggunaan ejaan tersebut tentunya sangat penting
23
dalam beberapa keadaan. Missal pembuatan makalah, laporan dan atau
sebagainya. Penanaman penggunaan yang benar perlu untuk diberikan sedini
mungkin pada siswa-siswa, agar tidak terjadi penyalahgunaan yang lumrah
terjadi pada masyarakat umumnya.
24
DAFTAR PUSTAKA