Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Teori graf merupakan salah satu cabang ilmu matematika yang banyak digunakan
untuk mempermudah suatu penyelesaian masalah. Dengan merepresentasikan persoalan
ke dalam bentuk graf, maka persoalan dijelaskan secara lebih sederhana. Pada abad ke –
18, Euler memperkenalkan dasar pengembangan teori graf. Pada saat itu di kota
Koningsberg, terdapat suatu sungai yang membelah kota menjadi empat daratan yang
terpisah. Daratan tersebut dihubungkan oleh tujuh jembatan. Warga kota tersebut ingin
melewati setiap jembatan tepat satu kali dan kembali lagi ke tempat awal. Euler
membuktikan, dengan menggunakan suatu bentuk representasi tertentu, bahwa hal itu
tidak mungkin. Bentuk representasi itu berkembang menjadi teori graf yang kita kenal
saat ini.
Suatu graf G terdiri dari gabungan himpunan tak kosong titik V(G) dan himpunan
sisi E(G) yang menghubungkan titik – titik pada G. Banyaknya anggota pada himpunan
titik dinyatakan sebagai p ,|p|>0, dan banyaknya anggota himpunan sisi pada graf G
dinyatakan sebagai q ,|q|≥ 0, Banyak titik atau sisi pada graf disebut sebagai kardinalitas
graf. Suatu pelabelan (labeling) pada graf adalah suatu pemetaan yang memetakan suatu
himpunan dari elemen – elemen pada graf ke suatu himpunan bilangan bulat positif.
Pada umumnya domain dari pemetaan ini adalah himpunan titik (pelabelan titik),
himpunan sisi (pelabelan sisi), atau himpunan titik dan himpunan sisi (sehingga
pelabelan ini disebut Pelabelan total).
Pada tahun 1980 Graham dan Sloane memperkenalkan pelabelan harmonis yang
berawal dari masalah pada error-correcting code. Pelabelan harmonis memiliki beberapa
aplikasi, salah satunya untuk pembagian saluran radio. Misalkan tersedia sebanyak
saluran frekuensi, titik – titik pada graf merepsentasikan stasiun komunikasi dan sisi
pada graf tersebut merepresentasikan jalur komunikasi dari satu stasiun ke stasiun yang
lain. Dengan memberikan label berbeda pada setiap stasiun, setiap jalur komunikasi
dapat memperoleh saluran frekuensi dengan menjumlahkan label dua stasiun yang
berkomunikasi yang menghasilkan label berbeda (Graham dan Sloane, 1980).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa kelebihan dari kedua buku?
2. Apa kelemahan dari kedua buku?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui kelebihan kedua buku.
2. Mengetahui kekurangan kedua buku.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 RINGKASAN BUKU I
1. DEFINISI GRAF
Secara matematis, graf didefenisikan sebagai berikut:
Graf G didenisikan sebagai pasangan himpunan (V, E), ditulis dengan notasi G = (V,
E), ayng dalam hal ini V adalah himpunan tidak kosong dari simpul-simpul (vertices
atau node) dan E adalah himpunan sisi (edges atau arcs) yang menghubungkan
sepasang simpul.

Definisi diatas menyatakan bahwa V tidak boleh kosong, sedngkan E boleh


kososng. Jadi, sebuah graf dimungkinkan tidak mempunyai sisi satu buah pun, tetapi
simpulnya harus ada, minimal satu. Graf yang hanya mempunyai satu buah simpul
tanpa sebuah sisi pun dinamakan graf trivial.
Simpul pada graf dapat dinomori dengan huruf, seperti a, b, c, d, …, v , w, …,
dengan bilangan asli 1, 2, 3, …, atau gabungan keduanya. Sedangkan sisi yang
menghubungkan simpul u dengan simpul v dinyatakan dengan pasangan (u, v) atau
dinyatakan dengan lambing e 1 ,e 2 ,…. Dengan kata lain, jika e adalah sisi yang
menghubungkan simpul u dengan simpul v, maka e dapat ditulis sebagai
e = (v, v)
Secara geometri graf digambarkan sebagai sekumpulan noktah (simpul) di
dalam bidang dwimatra yang dihubungkan dengan sekumpulan garis (sisi).

2. JENIS-JENIS GRAF
Graf dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori (jenis) bergantung pada sudut
pandang pengelompokannya. Pengelompokan graf dapat dipandang berdasarkan ada

2
tidaknya sisi ganda atau sisi kalang, berdasarkanjumlah simpul, atau berdasarkan
orientasi arah pada sisi.
Berdasarkan ada tidaknya gelang atau sisi ganda pada suatu graf, maka secara umum
graf dapat digolongkan menjadi dua jenis:
 Graf sederhana (simple graf)
Graf yang tidak mengandung gelang maupun sisi ganda dinamakan graf sederhana.
Pada graf sederhana, sisi adalah pasangan tak terurut (unondered pairs). Jadi menuliskan
sisi (u, v) sama saja dengan (v, u). kta dapat juga mendefinisikan graf sederhana G = (V,
E) terdiri dari himpunan tidak kosong simpul-simpul dan E adalah himpunan pasangan
tak terurut yang berbeda yang disebut sisi.
 Graf tak sederhana (unsimple graf)
Graf yang mengandung sisi ganda aatau gelang dinamakan graf tak sederhana
(unsimple graf). Ada dua macam graf tak sederhana, yaitu graf ganda (multigraph) dan
graf semu (pseudograph). Graf ganda adalah graf yang mengandung sisi ganda. Sisi
ganda yang menghubungkan sepasang simpul bias lebih dari dua buah. Sisi ganda dapat
diasosiasikan sebagai pasangan tak terurut yang sama. Kita dapat juga mendefinisikan
graf ganda G = (V, E) terdiri dari himpunan tidak kosong simpul-simpul dan E adalah
himpunan ganda (multiset) yang mengandung sisi ganda. Graf semu adalah graf yang
mengandung gelang (loop). Graf semu lebih umum daripada graf ganda, karena sisi
ganda pada graf semu dapat terhubung ke dirinya sendiri. Jumlah simpul pada graf
disebut kardinalitas graf, dan dinyatakan dengan n = |V|, dan jumlah sisi dinyatakan
dengan m = |E|.
Berdasarkan orientasi arah sisi, maka secara umum graf dibedakan atas 2 jenis:
 Graf tak-berarah (undirected graph)
Graf yang sisinya tidak mempunyai orientasi arah disebut graf tak Pada graf tak-
berarah. Pada graf tak-berarah, urutan pasangan simpul yang dihubungkan tidak
diperhatikan. Jadi, (u, v) = (v, u) adalah sisi yang sama. Tiga buah Graf pada
Gambar 8.3 adalah graf tak-berarah. Pada jaringan telepon, sisi pada graf berarah

3
menyatakan bahwa saluran telepon dapat beroperasi pada dua arah.

Gambar 8.3

 Graf berarah (directed graph atau digraph)


Graf yang setiap sisinya diberikan orientasi arah disebut sebagai graf
berarah. Kita lebih suka menyebut sisi berarah dengan sebutan busur (arc). Pada
graf berarah, (u , v ) dan (v, u) menyatakan dua buah busur yang berbeda, dengn
kata lain (u , v )≠ (v , u) . Untuk busur (u , v ), simpul u dinamakan simpul asal
(initial vertex) dan simpul v dinamakan simpul terminal (terminal vertex) pada
Gambar 8.4(a) adalah contoh graf berarah. Pada G 4 , dapat dibayangkan sebagai
saluran telepon tidak dapat beroperasi pada dua arah. Saluran hanya beroperasi
pada arah yang ditunjukkan oleh anak panah. Jadi, sebagai contoh berbagai
saluran telepon (1, 2) tidak sama dengan saluran telepon (2, 1). Graf berarah
sering dipakai untuk menggambarkan aliran proses, peta lahu lintas suatu kota
(jalan searah atau dua arah), dan sebagainya. Pada graf berarah, gelang
diperbolehkan, tetapi sisi ganda tidak.

Gambar 8.4

4
3. TERMINOLOGI DASAR

Gambar 8.5 tiga buah graf


 Bertetangga (adjacent)
DEFINISI Dua buah simpul pada graf tak berarah G dikatakan bertetangga bila
keduanta terhubung langsung dengan sebuah sisi. Dengan kata lain, u bertetangga
dengan v jika (u, v) adalah sebuah sisi pada graf G.

Pada graf berarah, sisi kita sebut busur. Jika (u, v) adalah busur maka u dikatakan
bertetangga dengan v dan v dikatakan bertetagga dari u.
 Bersisian (incident)
DEFINISI Untuk sembarang sisi e = (u, v), sisi e dikatakan bersisian dengan simpul
u dan simpul v.

 Simpul terpencil (isolated vertex)


DEFINISI Simpul terpencil ialah simpul yang tidak mempunyai sisi yang bersisian
dengannya. Atau, dapat juga dinyatakan bahwa simpul terpencil adalah simpul yang
tidak satupun bertetangga dengan simpul-simpul lainnya.

 Graf kosong ( null graph atau empty graph)


DEFINISI Graf yang himpunan sisinya merupakan himpunan kosong disebut sebagai
graf kosong dan ditulis sebagai N n , yang dalam hal ini n adalah jumlah simpul.

 Derajat (degree)
DEFENISI Derajat suatu simpul pada graf tak-berarah adalah jumlah sisi yang
bersisian dengan simpul tersebut.

5
Alasan mengapa gelang mengkontribusikan dua untuk derajat simpulnya adalah
karena gelang direpresentasikan sebagai (v, v), dan simpul v bersisian dua kali pada sisi
(v, v). simpul yang berderajat satu disebut anting-anting (pendant vertex). Dengan kata
lain, anting-anting hanya bertetangga dengan sebuah simpul. Pada graf berarah, derajat
suatu simpul dibedakan menjadi sua macam untuk mencerminkan jumlah busur dengan
sebuah simpul tersebut sebagai simpul asala dan jumlah busur dengan simpul tersebut
sebagai simpul terminal.

DEFENISI Pada graf berarah, derajat simpul v dinyatakan dengan d ¿ (v ) dan d out ( v)
yang dalam hal ini
d ¿ (v ) = derajat-masuk (in-degree) = jumlah busur yang masuk ke simpul v
d out ( v) = derajat-keluar (out-degree) = jumlah busur yang keluar dari simpul v
Dan
d(v) = d ¿ (v ) + d out ( v)

Gambar 6.
Graf dengan derajat setiap simpul masing-masing 2, 3, 3, 4, 4
TEOREMA untuk sembarang graf G, banyaknya simpul yang berderajat ganjil selalu
genap.

 Path

DEFINISI Lintasan yang panjangnya n dari simpul awal v 0 ke simpul tujuan v n di


dalam garf G ialah barisan berselang-seling simpul-simpul dan sisi-sisi yang
terbentuk v 0,e 1, v 0, e 1, v1 , e 2 , v 2 , … , en , v n sedemikian sehingga
e 1=( v 0 v 1 ) ,e 2=( v 1 v 2 ) ,… , e n=( v n−1 v n ) adalah sisi ganda dari graf G.

Jika graf yang dtinjau adalah graf sederhana, maka kita cukup menuliskan lintasan
sebagai barisan simpul-simpul saja: v 0, v1 , v 2, … , v n−1 , v n, karena antara dua buah
simpul berurutan di dalam lintasan tersebut hanya ada satu sisi. Pada graf yang
mengandung sisi ganda, kita hrus menulis lintasan sebagai barisan selang-seling antara
simpul dan sisi menghindari kerancauan sisi mana dari sisi-sisi ganda yang dilalui.
Catatlah bahwa simpul dan sisi yang dilalui di dalam lintasan boleh berulang. Sebuah

6
lintasan dikatkan lintasan sederhana (simple path) jika semua simpulnya berbeda (setiap
sisi yang dilalui hanya satu kali). Lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang
sama disebut lintasan tertutup (closed path), sedangkan lintasan yang tidak berawal dan
berakhir pada simpul yang sama disebut lintasan terbuka (open path).
 Siklus (Cycle) Atau Sirkuit (Circuit)
DEFINISI Lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama disebut
sirkuit atau siklus.

 Terhubung (connected)
Keterhubungan dua buah simpul adalah penting dalam graf. Dua buah simpul u dan
simpul v dikatakan terhubung jika terdapat lintasan dari u ke v. jika dua buah simpul
terhubung maka pasti simpul yang pertama dapat dicapai dari simpul yang kedua. Dua
simpul terminal pada jaringan computer hanya dapat berkomunikasi bila keduanya
terhubung. Jika setiap pasangan simpl di graf terhubung, maka graf tersebut kita
katakana graf terhubung. Secara formal, definisi garf terhubung adalah sebagai berikut:
DEFINISI graf tak berarah G disebut graf terhubung jika untuk setiap pasang simpul
u dan v di salam himpunan V terdapat lintasan dari u ke v. jika tidak, maka G graf tak
terhubung.

Gambar 7.
Graf tak berarah tak terhubung
Sebagai catatan, garf yang hanya terdiri atas satu simpul saja tetap kita katakan
terhubung, karena simpul tunggalnya terhubung dengan dirinya sendiri, juga dikatakan
graf terhubung.
Pada graf berarah, definisi garf terhubung kita rumuskan sebagai berikut:

7
DEFINISI graf berarah G dikatakan terhubung jika graf tak-berarahnya terhubung
(graf tak-berarah dari G diperoleh dengan menghilangkan arahnya).

Keterhubungan dua buah simpul pada graf berarah dibedakan menjadi terhubung
kuat dan terhubung lemah. Dua simpul, u dan v pada graf berarah G disebut terhubung
kuat jika terdapat lintasan berarah daru u ke v, dan juga sebaliknya lintasan berarah dari
v ke u. jika u dan v tidak terhubung kuat tetapai tetap terhubung pada graf tak
berarahnya, maka u dan v dikatakan terhubung lemah.
DEFINISI graf berarah G disebut graf terhubung kuat apabila setiap pasang simpul
sembarang vi dan vi di G terhubung kuat. Kalau tidak, G disebut garf terhubung
lemah.

Gambar 8.
(a) garf terarah berhubung kuat, (b) garf terarah berhung lemah
 Upagraf (subgraph) dan komplemen upagraf

DEFINISI misalkan G = (V, E) adalah sebuah graf. G 1=(V 1 , E1 ) adalah upagraf dari
G jika V 1 ⊆ V dan E1 ⊆ E

DEFINISI komplemen dari upagraf G1terdapat garf G adalah G 2=(V 2 , E2 )


sedemikiam sehingga E1=E−E1 dan V 2adalah himpunan simpul yang anggota-
anggota E2bersisian dengannya.

8
Gambar 9.
Jika graf tidak terhubung, maka graf tersebut terdiri atas beberapa komponen
terhubung. Komponen terhubung adalah upagraf terhubung dari graf G yang tidak
terdapat di dalam upagraf terhubung dari G yang lebih besar. Ini berarti setiap
komponen terhubung di dalam graf G salaing lepas.

 Upagraf merentang (spanning subgraph)

DEFINISI upagraf G 1=(V 1 , E1 ) dari G = (V, E) dikatakan upagraf merentang jika


V 1=V (yaitu G1mengandung semua simpul dari G.

Gambar 10.

 Cut-set
DEFINISI cut-set dari graf terhubung G adalah adalah himpunan sisi yang bila
dibuang dari G menyebabkan G tidak tehubung. Jadi, ct-set selalu menghasilkan dua
buah komponen yang terhubung.

9
Nama lain untuk cut-set adalah jembatan. Jembatan adalah himpunan sisi yang
apabila dibuang dari graf menyebabkan graf tersebut tidak terhubung. Yang harus
diingat, di dalam cut-set tidak boleh mengandung himpunan yang juga cut-set, sehingga
cut-set yang dimasksudkan adalah fundamental cut-set.

Gambar 11 .
 Graf Berbobot (Weighted Graph)
DEFINISI graf berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberi sebuah harga (bobot).

Bobot pada setiap sisi dapat berbed-beda bergantung pada masalah yang
dimodelkan dengan graf. Bobot dapat menyatakan jarak antara dua buah kota, biaya
perjalan antara dua buha kota, waktu tempuh pesan dari sebuah simpul komunikasi ke
simpul komunikasi lain, ongkos produksidan sebagainya.

10
2.2 RINGKASAN BUKU II
Meskipun tulisan pertama tentang teori graf berawal pada 1736 (lihat Contoh
6.2.16) dan beberapa temuan penting dalam teori graf diperoleh pada abad kesembilan
belas, tetapi baru pada sekitar 1920 minat akan teori graf' berkembang. Akhirnya, teks
pertama tentang teori graf ([König]) muncul pada 1936. Tidakers diragukan lagi, salah
satu alasan bagi minat akan teori graf iniWaterbury adalah penerapannya dalam banyak
bidang, termasuk ilmu kom puter, kimia, riset operasi, teknik kelistrikan, bahasa, dan
ekonomi.
Pembahasan kita awali dengan beberapa istilah dan contoh- contoh dasar graf.
Selanjutnya kita bahas beberapa konsep pen- ting dalam teori graf, termasuk lintasan
dan siklus. Algoritma lintasan terpendek disajikan yang secara efisien menemukan
sebuah lintasan terpendek di antara dua titik yang diberikan. Duaye masalah graf klasik,
keberadaan siklus Hamilton dan masalah perjalanan wiraniaga, akan kita bahas pada
bagian selanjutnya.yang Setelah membahas cara menyajikan graf, kita mempelajari per-
tanyaan kapan dua graf sama secara esensial (yakni, kapan dua graf dikatakan
isomorfik) dan kapan sebuah graf dapat digambar pada bidang datar tanpa bersilangan
pada rusuk-rusuknya. Kita mengakhiri bab ini dengan sebuah solusi berdasarkan pada
model graf untuk teka-teki Penyimpangan Sesaat (Instant Insanity puzzle).

2.2.1 PENDAHULUAN

11
DEFINISI 2.2.1.1
Sebuah graf (atau graf takterarah) G terdiri dari suatu himpunan V dari verteks-
verteks (simpul-simpul) dan suatu himpunan E dari rusuk-rusuk (atau busur-busur)
sedemikian rupa sehingga setiap rusuk e ∈ E dikaitkan dengan pasangan verteks tak
terurut. Jika terdapat sebuah rusuk e yang menggubungkan verteks v dan w, kita tulis e
= (v, w) atau e = (w, v). Dalam konteks ini, (v, w) menyatakan sebuah rusuk antara y
dan w dalam sebuah graf terarah bukan sebuah pasangan dikaitkan dengan pasangan
verteks tak terurut.
Sebuah garf terarah atau digraph G terdiri dari suatu himpunan V dari verteks-
verteks (atau simpul-simpul) dan suatu himpunan E dari rusuk-rusuk (atau busur-busur)
sedemikian rupa sehingga setiap rusuk e ∈ E menghubungkan pasangan verteks terurut.
Jika terdapat sebuah rusuk tunggal e yang menghubungkan pasangan terurut (v. w) dari
verteks-verteks, kita tuliskan e = (v, w), yang menyatakan sebuah rusuk dari v ke w.
Sebuah rusuk e dalam sebuah graf (tak terarah atau terarah) yang menghubungkan
pasangan verteks v dan w dikatakan insiden pada v dan w, serta v dan w dikatakan
insiden pada e dan disebut veteks-verteks damping (adjacent vertices).
Jika G merupakan sebuah graf (tak terarah atau terurah) dengan verteks-verteks V
dan rusuk-rusuk E, kita tulis G = (V, E). Apabila tidak disebutkan secara khusus,
himpunan E dan V diasumsikan terhingga dan V diasumsikan tidak kosong.

DEFINISI 2.2.1.2
Graf lengkap dengan n verteks, dinyatakan dengan K n, adalah graf sederhana dengan n
vertex yang di dalamnya terdapat sebuah rusuk di antara setiap pasang vertex yang
berbeda.
DEFINISI 2.2.1.3
Sebuah graf G = (V, E) terdiri dari dua bagian (dwi pihak) jika himpunan verteks V
dapat dibagi menjadi dua subhimpunan V 1 dan V 2 sehingga setiap rusuk dalam E
insiden pada satu verteks di V 1 dan satu verteks dalam V 2 .

2.2.2 LINTASAN DAN SIKLUK


Jika kita menganggap verteks-verteks dalam sebuah graf sebagai kota-kota dan
rusuk-rusuk sebagai jalan, sebuah lintasan berhubungan dengan sebuah perjalanan
berawal pada suatu kota, melalui beberapa kota, dan berakhir di suatu kota. Kita awali
dengan definisi formal dari lintasan.
DEFINISI 2.2.2.1

12
Misalkan v 0 dan v n adalah verteks-verteks dalam sebuah graf. Sebuah lintasan dari v 0
ke v n dengan panjang n adalah sebuah barisan berselang-seling dari n + 1 verteks dan n
rusuk yang berawal dengan verteks v 0 dan berakhir dengan verteks v n.

( v 0 , e 1 , v 1 , e 2 , v 2 , e 3 , … , v n −1 , e n , v n )
Dengan rusuk e i insiden pada verteks vi −1 dan vi untuk i = 1, …, n.
DEFINISI 2.2.2.2
Sebuah graf G dikatakan tersambung jika diketahui sembarang verteks v ke w di G,
maka terdapat sebuah lintasan dari v ke w.
DEFINISI 2.2.2.3
Misalkan G adalah sebuah graf dan misalkan v adalah sebuah verteks di G. subgraf G
dari G yang terdiri dari semua rusuk dan verteks di G yang terkandung dalam suatu
lintasan yang berawal daei v disebut komponen dari G yangf mengandung v.
DEFINISI 2.2.2.4
Misalkan v dan w adalah verteks-verteks di sebuah graf G. Sebuah lintasan sederhana
dari v ke w adalah lintasan dari v ke w tanpa pengulangan verteks. Sebuah sirkuit adalah
lintasan dengan panjang tak nol dari v ke v tanpa pengulangan rusuk. Sebuah siklus
sederhana adalah sirkuit dari v ke v, kecuali untuk verteks awal dan akhir akhir yang
keduanya sama dengan v, tidak terdapat pengulangan verteks.
TEOREMA 2.2.2.1
Jika sebuah graf G mempunyai siklus Euler maka G tersambung dan setiap verteks
mempu- myai derajat genap.
Pembuktian. Andaikan bahwa G mempunyai sebuah siklus Euler. Kita ketahui dalam
Subbab 6.1 bahwa setiap verteks di G mempunyai derajat genap. Jika v dan w adalah
verteks-verteks di G, bagian dari siklus Euler yang membawa kita dari v ke w menjadi
sebuah lintasan dari v ke w. Oleh karena itu, G tersambung.
TEOREMA 2.2.2.2
Jika G adalah sebuah graf tersambung dan setiap verteks mempunyai derajat genap,
maka G mempunyai sebuah siklus Euler.
TEOREMA 2.2.2.3
Sebuah graf mempunyai sebuah lintasan tanpa rusuk yang berulang mengandung semua
rusuk dan verteks jika dan hanya verteks v dan w yang mempunyai derajat ganjil. dari v
ke w (v hanya jika graf tersebut tersambung serta hanya verteks v dan w yang
mempunyai derajat ganjil.

13
Pembuktian. Andaikan sebuah graf mempunyai sebuah lintasan P tanpa rusuk-rusuk
yang berulang dari v ke w yang mengandung semua rusuk dan verteks. Graf tersebut
tentu saja ter- sambung. Jika kita tambahkan sebuah rusuk dari v ke w, graf yang
dihasilkan mempunyai siklus Euler, katakanlah, lintasan P bersama-sama dengan rusuk
tambahan. Menurut Teorema 2, setiap verteks mempunyai derajat genap. Dengan
memindahkan rusuk tambahan mengakibatkan hanya derajat v dan w yang masing-
masing berkurang 1. Jadi, graf aslinya, v dan w mempunyai derajat ganjil dan semua
verteks yang lain berderajat genap Kebalikannya dibahas sebelum pernyataan dari
teorema tersebut.

2.2.3 ISOMORFISME GRAF


Instruksi berikut disampaikan pada dua orang yang tidak dapat saling melihat
kertas masing-masing: "Gambar dan berilah label lima verteks a, b, c, d, dan e.
Hubungkan a dan b, b dan c, c dan d, d dan e, serta a dan e." Graf-graf yang dihasilkan
terlihat pada Gambar 1. Gambar- gambar ini tentu saja mendefinisikan graf yang sama
meskipun mercka muncul tidak serupa. Graf-graf seperti itu dikatakan isomorfik
(isomorphic).

DEFENISI 2.2.3.1
Graf G1dan G 2adalah isomorfik jika terdapat fungsi satu-satu pada, f dari verteks-
verteks pada G1ke verteks-verteks pada G 2 dan fungsi satu-satu pada g dari rusuk-rusuk
pada G1 pada G2, sehingga sebuah rusuk e insiden pada f(v) dan f(w) di G 2. Pasangan
fungsi f dan g isomorfisme dari G1pada G 2 .
TEOREMA 2.2.3.1
Misalkan G1 dan G 2, adalah graf sederhana. Pernyataan-pernyataan berikut adalah
ekuivalen.
(a) G1, dan G 2, isomorfik

(b) Terdapat fungsi satu-satu dan pada f dari himpunan verteks G1 ke himpunan verteks
G2 yang memenuhi: Verteks v dan w berdampingan di G1 jika dan hanya jika verteks
f(v) dan f(w) berdampingan di G 2.
Pembuktian. Berdasarkan Definisi 1 (a) mengakibatkan (b).
Kita buktikan bahwa (b) mengakibatkan (a). Andaikan terdapat fungsi satu-satu,
pada f dari n verteks , ke himpunan verteks G1ke himpunan verteks G 2 yang memenuhi:
verteks v dan w berdampingan di G1jika verteks f(v) dan f(w) berdampingan di G2 .

Kita definisikan sebuah fungsi g dari rusuk-rustuk di G1 ke rusuk-rusuk di G 2


dengan aturan

14
G((v, w)) = (f(v), (f(w)).
Oleh karena G1 dan G 2 graf sederhana, kedua graf tersebut tidak mempunyai
rusuk-rusuk paralel sehingga notasi ( v ' , w' ) dengan jelas mendesain sebuah rusuk.
Perhatikan bahwa daerah hasil dari g merupakan sebuah subhimpunan rusuk-rusuk pada
G 2 karena, jika ( v, w) sebuah rusuk di G1 , v dan w berdampingan, yang berdampingan,
yang pada gilirannya mengakibatkan f(v) dan f(w) berdampingan yakni, f(v), f(w)
merupakan sebuah rusuk di G 2.
TEOREMA 2.2.3.2
Graf sederhana G1 dan G2 isomorfik jika dan hanya jika untuk suatu urutan verteks-
verteksnya, matriks-matriks kedampingannya sama.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU

3.1.1 KELEBIHAN BUKU I:

1. Buku ini memiliki contoh soal yang mudah dipahami pada setiap materi.
2. Buku ini sangat cocok digunakan oleh mahasiswa yang sedang mendalami teori
graf.
3. Buku ini cocok digunakan oleh dosen sebagai buku acuan yang mudah
dipahami.

15
4. Buku ini disusun dengan dasar teori yang diperlukan akan tetapi buku ini
disusun secara praktis dengan bahasa yang mudah dipahami.
5. Buku ini dilengkapi dengan gambar yang lengkap sesuai dengan materi.

3.1.2 KELEBIHAN BUKU II

1. Buku ini disajikan secara runtut sehingga dapat mengantar pembaca secara
sistematis.
2. Adanya pembuktian rumus atau teorema-teorema sehingga setiap penjabaran
yang ada tidak terlalu sulit dipahami.
3. Buku ini menyediakan banyak defenisi dan teorema untuk membantu
pembacanya dalam memahami materi yang di sampaikan.
4. Buku ini juga menyediakan pembuktian untuk membuktikan teorema yang
diberikan.
5. Buku ini juga memberikan beberapa contoh- contoh latihan.

3.1.3 KELEMAHAN BUKU I:

1. Buku ini memiliki contoh soal yang sedikit sehingga pembaca hanya bisa belajar
sedikit.

3.1.4 KELEMAHAN BUKU II:

1. Bahasa yang digunakan sulit untuk dipahami.


2. Penyelesaian contoh soalnya kurang membantu, karena bahasa yang digunakan
ribet
3. Materi tentang teori graf dalam buku ini terbatas.

3.2 KESIMPULAN
Buku I dan II menampilkan materi pembelajaran secara detail dan
komprehensif, dimana materi pada buku dijabarkan per sub bab dan dijelaskan
sesuai tingkat keluasan materi itu sendiri. Kedua buku ini juga mengilustrasikan
tulisan atau contoh sehingga pemahaman pembaca tidak akan setengah-
setengah. Ukuran huruf dan warna pada penulisan juga memudahkan

16
keterbacaan tulisan. Kedua buku ini cocok sebagai sumber belajar mandiri
karena selain menjabarkan materi tetapi juga dapat dijadikan pedoman dalam
pengembangan pembelajaran teori graf.

DAFTAR PUSTAKA

1. Graham, R.L., & Sloan, N.J., (1980), On Additive Bases and Harmonius
Graphs. SIAM. Alg. Discrete Meth.
2. Munir, Rinaldi, (2005) Matematika Diskrit, Penerbit Informatika.
3. Johnsonbaugh, Richard, (2003), Matematika Diskrit, Penerbit Informatika.
Bandung.

17

Anda mungkin juga menyukai