Anda di halaman 1dari 15

Konsekuensi Ekonomi dan Positive Accounting Theory (PAT)

Disusun Oleh :

1. Andrini Akbar : 1802124187


2. Cici Rahmaati : 1802124043
3. Nur Aina : 180211
4. Nurul Aida Natasya : 1802124152
5. Widy Rahma Putri : 1802123959

Dosen Pengampu : Rofika,SE,M.Si.,Ak


Mata Kuliah : Teori Akuntansi Keuangan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS RIAU
2021
KONSEKUENSI EKONOMI DAN POSITIVE ACCOUNTING THEORY (PAT)

1. Lahirnya Konsekuensi Ekonomi

Munculnya Teori Konsekuensi Ekonomi disebabkan karena gagalnya Teori

pasar modal efisien menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori pasar modal efisien,

suatu perubahan akuntansi direaksi oleh pasar hanya apabila perubahan akuntansi

tersebut berpengaruh terhadap arus kas perusahaan .

Economic consequences diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas

perubahan kebijakan akuntansi walaupun perubahan kebijakan akuntansi tersebut

tidak berpengaruh secara langsung terhadap arus kas. Karena itu, economic

consequences merupakan salah satu anomali pasar modal efisien . Teori akuntansi

positif (PAT) adalah penjelasan terhadap adanya economic consequences.Konsekuensi

ekonomi adalah konsep yang menegaskan, meskipun implikasi dari teori pasar

sekuritas efisien, bahwa pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi / memberi

dampak pada nilai perubahaan.

Salah satu akun yang paling persuasif dari keberadaan konsekuensi ekonomi

yang muncul pada artikel yang dibuat oleh Zeff (1978) yang berjudul “The Rise of

Economic Consequence”. Zeff mendefinisikan konsekuensi ekonomi sebagai dampak

dari laporan akuntansi pada perilaku pengambilan keputusan bisnis, pemerintah dan

kreditur (Scott, 1997). Inti dari definisi tersebut adalah bahwa laporan akuntansi yang

dapat memengaruhi keputusan yang sebenarnya dibuat oleh manajer dan lainnya,

bukan sekadar mencerminkan hasil keputusan tersebut.

Zeff (1978) mendokumentasikan beberapa contoh di Negara Amerika di mana

bisnis, asosiasi industri, dan pemerintah berusaha untuk mempengaruhi, atau tidak
mempengaruhi, standar akuntansi yang ditetapkan oleh Accounting Principles

Board (pendahulu FASB) dan pendahulunya, Committee on Accounting

Procedure (CAP). Campur tangan dari pihak ini, menurut Zeff (1978) sangat

memperumit pengaturan standar akuntansi. Jika kebijakan akuntansi tidak menjadi

masalah, pilihan kebijakan tersebut akan secara tegas diatur oleh badan pengaturan

standar, akuntan dan auditor yang bertugas untuk mengimplementasikan standar

tersebut. Akibat dari hal tersebut, model akuntansi tradisional yang didasarkan pada

konsep-konsep seperti pencocokan biaya dan pendapatan, realisasi, dan konservatisme

akan dapat diterapkan dan tidak ada orang lain selain pihak yang terlibat untuk peduli

terhadap kebijakan khusus apa yang digunakan. Dengan kata lain, pilihan kebijakan

akuntansi akan netral dalam pengaruhnya.

Sebagai contoh argumen konsekuensi ekonomi, Zeff (1978), membahas upaya

yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan A.S untuk mengimplementasikan

akuntansi penggantian biaya selama 1947 sampai 1948. Dalam hal ini, konstituen

pihak ketiga yang melakukan intervensi adalah para manajemen yang berpendapat

mendukung penggantian amortisasi biaya untuk meningkatkan argumen mengenai

pajak yang lebih rendah dan kenaikan upah yang lebih rendah, serta untuk melawan

persepsi publik mengenai profitabilitas berlebih. Argumen pasar yang efisien adalah

bahwa intervensi tersebut tidak diperlukan karena pasar akan melihat melalui 

tingginya pendapatan bersih yang dilaporkan dan diproduksi oleh amortisasi biaya

historis selama inflasi. Jika demikian, seharusnya tidak perlu untuk “mengingatkan”

pengguna dengan adopsi dari penggantian formal amortisasi biaya. Sangat menarik

untuk dicatat bahwa CAP merebut posisinya pada tahun 1948 dan menegaskan

kembali akuntansi biaya historis.


Zeff (1978) melanjutkan dengan menguraikan respon dari badan pengaturan

standar untuk berbagai intervensi. Salah satu responnya adalah untuk memperluas

representasi dibadan pengaturan standar sendiri, misalnya, Institut Eksekutif

Keuangan (Financial Executive Institute) yang mewakili manajemen pada Yayasan

Akuntansi Keuangan (Financial Accounting Foundation) serta penggunaan exposure

draft atas standar baru yang diusulkan ebagai perangkat untuk memungkinkan

berbagai konstituen untuk mengomentari perubahan kebijakan akuntansi yang

diusulkan.

Menurut Zeff (1978), badan pengaturan standar menghadapi dilema karena

untuk mempertahankan kredibilitas dengan akuntan, mereka perlu untuk menetapkan

kebijakan akuntansi yang sesuai dengan model akuntansi keuangan dan konsep

pencocokan tradisional dan realisasi. Namun, seperti konsep dasar biaya historis

jarang memimpin pada pilihan kebijakan akuntansi yang unik karena laba bersih tidak

ditemukan sebagai konstruksi ekonomi yang jelas di bawah kondisi non-ideal dan

tidak ada teori yang jelas untuk mengatur bagaimana kebijakan akuntansi harus

digunakan, selain persyaratan jelas bahwa beberapa pertukaran antara relevansi

dan reliability yang merupakan hal penting. Ini membuka perdebatan bagi konstituen

lain untuk masuk ke berbagai tindakan mengenai kebijakan akuntansi yang mereka

sukai. Singkatnya, badan penetapan standar harus beroperasi tidak hanya dalam

domain teori akuntansi, tetapi juga dalam aspek politik. Zeff (1978) mengacu pada

tindakan “menyeimbangkan secara halus” (delicate balancing) yang artinya, tanpa

teori untuk memandu pilihan kebijakan akuntansi, kita harus menemukan beberapa

cara untuk mencapai konsensus tentang kebijakan akuntansi.


Contohnya adalah manajemen mempermasalahkan perlakuan

terhadap unrealized gain/loss dari translation yang dimasukkan dalam perhitungan

rugi laba. Kinerja, yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan gaji dan bonus,

menjadi rendah. Berbeda dari translation gain dan loss, manajer tidak keberatan

atas transaction gain dan loss dimasukkan ke rugi laba.

2. Hubungan Antara Teori Pasar Efesiensi Dan Konsekuensi Ekonomi

Teori pasar sekuritas yang efisien tidak meramalkan reaksi harga terhadap

perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempengaruhi probabilitas jaminan dan

aliran kas. Dengan kata lain, teori pasar yang efisien menyiratkan pentingnya

pengungkapan penuh, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi. Meskipun

demikian, begitu pengungkapan penuh terhadap kebijakan akuntansi dilakukan, pasar

akan menafsirkan nilai sekuritas perusahaan berdasarkan kebijakan yang dipakai.

 Jika dilihat dari pengguna laporan keuangan, manajemen dan investor, tentu

akan bereaksi terhadap perubahan kebijakan akuntansi. Berbagai reaksi dirumuskan

dalam konsep konsekuensi ekonomi.  Karena itu, kebijakan akuntansi berpotensi

mempengaruhi keputusan manajemen yang sebenarnya, termasuk keputusan untuk

mengintervensi, baik mendukung atau menentang usulan standar akuntansi

Ada hubungan antara teori pasar efisiensi dengan konsekuensi ekonomi. Hal

ini menunjukkan adanya anomali dari teori pasar efisien bahwa pasar tidak akan

bereaksi harga sahamnya selama informasi yang tersaji tidak mempengaruhi aliran

kas. Konsep konsekuensi ekonomi berkaitan dengan:

1) Masalah kepemilikan.

2) Kebijaksanaan akuntansi tidak bertentangan dengan pengalaman akuntansi

Konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan “mengapa’ berbeda.


Dalam tiga area penting dalam pilihan kebijakan akuntasi, dapat dilihat bahwa

ketiga unsur utama dari pengguna laporan keuangan antara manajemen, pemerintah dan

investor telah bereaksi pada perubahan kebijakan akuntansi. Kekuatan reaksi manajemen

terlihat mengejutkan bahkan ketika melibatkan daya tarik otoritas pemerintah untuk

mengintervensi atas namanya. Reaksi yang beragam dirangkum dalam konsep

konsekuensi ekonomi dengan pilihan kebijakan akuntansi bisa walaupun efek cash

flow tidak hadir.

Teori pasar efisien memrediksi tidak ada reaksi harga sekuritas pada perubahan,

kebijakan akuntansi dan tidak memengaruhi profitabilitas dengan dasar arus kas (Scott,

1997).  Jika tidak ada reaksi harga sekuritas (tidak ada perubahan dalam biaya modal

perusahaan) maka manajemen dan pemerintah harus memperhatikan secara khusus

tentang kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan (Scott, 1997).

Dengan kata lain, teori pasar efisien mengimplikasikan pentingnya pengungkapan

penuh termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi (Scott, 1997). Namun, adanya

pengungkapan penuh atas kebijakan akuntansi yang dibuat oleh perusahaan maka akan

mengakibatkan pasar menginterpretasikan nilai sekuritas perusahaan yang berhubungan

dengan kebijakan yang digunakan dan tidak akan dipermainkan oleh beragam pendapatan

bersih yang dilaporkan yang timbul dari kebijakan akuntansi yang berbeda. (Scott, 1997).

Jadi, kebijakan akuntansi memiliki potensi untuk mempengaruhi keputusan riil

manajemen termasuk keputusan untuk mengintervensi baik untuk atau menentang standar

akuntansi yang diusulkan. Adanya poin dalam konsekuensi ekonomi memberikan fakta

perubahan utama sekuritas digambarkan dengan oleh teori pasar sekuritas efisien.
3. An Empirical Evaluation Of Accounting Of Accounting Income Numbers by Ball And

Brown (Journal Of Accounting Research,1989)

Pada tahun 1968, Ball dan Brown mengawali penelitian empiris berbasis pasar

modal, hasil penelitian ini sebagai pelopor dalam menimbulkan paradigma penelitian

akuntansi keuangan dan manajemen keuangan berbasis pasar modal. Penelitian

monumental Ball dan Financial Management, and Accounting Research Accounting

Data as Measurement Accounting Data as Information Nonstrategic Setting Strategic

Setting Effects Other than Security Price Effects on Mean Return: Event Studies

Effects on Variance of Return Voluntary Disclosure Accrual Management Choice Of

Accounting Analysts Behavior Accounting Information Methodologi cal Issues

Intraday Return Market Efficiency Information Content of Prices E arnings Response

Coefficients Non-Accounting Information Event Studies in Finance Stock Price

Behavior Assets Pricing Capital Structur 6 Brown (1968), memfokuskan pada

hubungan informasi laba akuntansi terhadap nilai saham.

Penelitian ini mengambil fokus data atas laba tahunan selama lebih dari

sembilan tahun yaitu antara tahun 1957 sampai tahun 1965 , dengan meneliti sampel

dari 261 perusahaan yang terdaftar dalam New York Stock Exchange (NYSE).

Penelitian ini menekankan pada isi informasi laba terhadap pengeluaran komponen-

komponen laporan keuangan yang informatif, hal ini didasarkan bahwa laba

perusahaan di NYSE diumumkan di media utama untuk pengeluaran laporan tahunan

aktual sehingga sangat mudah sekali untuk menentukan laporan informasi tersebut

pertama kalinya menjadikan informasi publik.

Tugas dari Ball dan Brown yang pertama, adalah menghitung isi informasi

pendekatan. Perhitungan yang dipakai yaitu apakah laba yang diterima lebih besar

daripada apa yang diharapkan pasar (Good News / GN) atau kurang dari yang
diharapkan (Bad News / BD) dengan menggunakan dua perwakilan. Wakil pertama

berdasarkan pada “accounting beta” yaitu jika, pada tahun-tahun laba pada suatu

perusahaan berhubungan dengan laba perusahaanperusahaan yang lain dengan cara

khusus, kemudian pengetahuan tentang hubungan masa lalu tersebut bersama dengan

pengetahuan laba dan perusahaan-perusahaan lain pada tahun tersebut, memberikan

keyakinan untuk laba perusahaan pada saat itu. Jadi terpisah dari pengaruh keputusan.

Wakil kedua memperkirakan harapan pasar dan pendapatan pada saat ini adalah sama

dengan pendapatan aktual pada tahun lalu, jika ada pendapatan yang tidak diharapkan,

itu hanya perubahan pada pendapatan saja.

Ball dan Brown meneliti data setiap perusahaan yang digunakan sebagai

sampel dan setiap pengeluaran penghasilan dari perusahaan digolongkan kedalam GN

atau BN, relatif atau harapan. Langkah kedua yaitu mengevaluasi laba pasar pada

saham-saham yang dimiliki perusahaan sampel dalam waktu berdekatan dengan

pengumuman penghasilan. Sebagian besar hal ini dilakukan berdasar pada prosedur

laba abnormal. Perbedaannya, harga terletak pada penggunaan laba triwulan, yaitu

mengakulasikan aktual return dimana 0.0015 dianggap hasil dari abnormal return dari

0.006.

Studi penelitian Ball dan Brown selanjutnya mengulangi kalkulasi abnormal

return surat berharga untuk wide window setiap 11 bulan yang mendahului dan 6

bulan yang mengikuti dimana ernings diumumkan (bulan 0), dengan mengkalkulasi

rata-rata abnormal return setiap bulan selama 18 bulan wide window. Hasil ini

ditunjukkan dalam lampiran 1 yang menunjukkan hubungan antara perubahan tingkat

kembalian dan perubahan laba, dan laba tahunan tidak meningkat secara tinggi sebagai

satu sumber informasi pada suatu waktu tertentu meskipun bukti tersebut konsisten

dengan informasi mengenai laba, sehingga informasi laba triwulan dalam satu tahun
dapat berfungsi sebagai prediksi untuk laba tahunannya. Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1)laba bersih untuk mengukur earning,

2)laba bersih per lembar saham (earning per share) untuk mengukur earning

3)laba bersih per lembar saham (earning per share) dengan pendekatan time series.

Semua variabel memberikan hasil umum yang sama, bagian tertinggi yaitu

rata-rata kumulatif dari abnormal return untuk pengumuman GN earning dalam

pengujian sampel, bagian dasar menunjukkan hal yang sama untuk BN

pengumuman perusahaan.

4. Deskripsi Positive Accounting Theory (PAT)

Watts dalam Deegan (2014:206) mengatakan bahwa sejarah munculnya PAT

disebabkan oleh perubahan aliran bisnis di AS pada tahun 1950-an dan 1960-an.

Pergeseran paradigma dihubungkan dengan perubahan dalam aliran bisnis AS di akhir

tahun 50an dan awal tahun 60an. Laporan tentang pendidikan bisnis ditetapkan oleh

Yayasan Ford dan Carnegie Corporation of New York adalah katalis bagi perubahan

tersebut Membuat dan menguji hipotesa dipandang sebagai penting bagi penelitian

yang bagus.

Positive theory merupakan teori yang berusaha untuk menjelaskan dan

memprediksikan fenomena tertentu. Seperti yang dinyatakan Watts dan Zimmerman

dalam Scott (2015:284) tentang PAT yakni Teori akuntansi positif (PAT) berkaitan

dengan prediksi tindakan seperti pilihan kebijakan akuntansi oleh perusahaan dan

bagaimana perusahaan akan merespon standar akuntansi baru yang sedang diajukan

Selain itu munculnya PAT juga disebabkan oleh adanya kemajuan fasilitas

dalam menghitung sehingga memudahkan proses analisa data dalam jumlah besar
yang digunakan dalam penelitian PAT seperti yang dinyatakan oleh dinyatakan

Watts dan Zimmerman dalam Deegan (2014:206) bahwa komputer dan basis data

mesin yang dapat dibaca (CRSP dan Compustat) menjadi tersedia di tahun 60an.

Dan, sebagian dalam merespon terhadap biaya yang turun dari pekerjaan

empiris, keuangan dan teori positif ekonomi menjadi tersedia bagi pemakaian peneliti

akuntansi. Ini mengarah pada perkembangan penelitian akuntansi positif dan pada

peneliti yang terlatih dalam metodologi teori positif. Adanya kritik terhadap teori

akuntansi normatif juga menjadi alasan munculnya PAT.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa “teori” dalam akuntansi tidak

lebih dari sekedar sebuah proposisi normatif. Teori akuntansi hampir sepenuhnya

berisikan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh para akuntan. Bahkan Jensen

menambahkan bahwa riset akuntansi tidak ilmiah dikarenakan fokus riset akuntansi

sebatas pada definisional dan terlampau normatif. Dari beberapa alasan yang telah

dikemukakan di atas merupakan awal mula munculnya PAT dalam dunia akuntansi.

5. Tiga Hipotesis PAT

Watts dan Zimmermen dalam makalahnya yang berjudul “Positive Accounting

Theory: A Ten Years Perspective” (1990) mengemukakan tiga hipotesis dari PAT

yaitu:

1. The bonus plan hypotheses. Hipotesis ini mengemukakan bahwa manajer akan

memilih prosedur akuntansi yang akan menggeser pendapatan di masa mendatang ke

periode sekarang dengan tujuan untuk mendapatkan bonus.

2. Hipotesis perjanjian hutang. Hipotesis ini mengemukakan bahwa bagi perusahaan

yang akan melanggar perjanjian hutang, maka manajer akan memiliki kemungkinan

akan memilih prosedur akuntansi yang menggeser pendapatan periode mendatang ke


periode sekarang sehingga meningkatkan laba bersih dan akhirnya menghindari

kesalahan teknis.

3. Hipotesis biaya politik.Hipotesis ini mengemukakan bahwa perusahaan yang

memiliki profitabilitas tinggi akan cenderung menggeser pendapatannya dari periode

ini ke periode mendatang untuk menghindari adanya biaya politis. Ketiga hipotesis ini

membentuk komponen yang penting dari PAT dan akan mengarah pada prediksi yang

dapat diuji secara empiris.

6. Penelitian Berkaitan Dengan PAT

Sejak kemunculannya pada tahun 1970-an, Riyono (1996) mengemukakan

bahwa PAT telah melahirkan beberapa penelitian penting untuk mengeksplorasi

praktek akuntansi dan perilaku pihak terkait dalam suatu organisasi secara empiris.

Penelitian empiris mengenai PAT pertama kali dilakukan oleh Ball dan Brown pada

tahun 1968 serta Beaver pada tahun yang sama telah berhasil memberikan bukti

empiris bahwa pengumuman laba berpengaruh terhadap harga saham dan juga volume

perdagangan saham suatu perusahaan. Kedua karya inilah yang menjadi acuan bagi

penelitian-penelitian PAT pada masa mendatang.

1) Scott (2015:290-293) mengemukakan beberapa penelitian dari PAT yaitu

antara lain: Penelitian Lev (1979), Lev tidak membuat rekomendasi apapun

tentang bagaimana perusahaan dan investor harus bereaksi terhadap eksposure

draft dari SFAS 19. Lev hanya menekankan pada bagaimana investor bereaksi

pada prospek perusahaan minyak dan gas yang menggunakan metode full-cost

untuk berpindah pada metode succesfull-effort. Jadi studi Lev membantu kita

memahami mengapa perusahaan yang berbeda memilih kebijakan akuntansi

yang berbeda dan mengapa sejumlah manajer keberatan terhadap perubahan


dalam kebijakan tersebut serta mengapa investor bereaksi pada dampak

potensial dari perubahan kebijakan akuntansi atas income bersih.

2) Penelitian Healy (1985) yang menguji tentang hypotheses bonus plan. Healy

menemukan bukti bahwa manajer perusahaan yang mempunyai rencana bonus

akan mengadopsi secara sistematis kebijakan akrual untuk memaksimalkan

bonusnya.

3) Penelitian Sweeney (1994) mengenai hypotheses debt covenant. Sweeney

menemukan bahwa perjanjian yang paling sering dilanggar berhubungan

dengan pemeliharaan modal kerja dan ekuitas pemegang saham, sedangkan

rasio hutang terhadap ekuitas dan rasio cakupan bunga tidak terlalu sering

dilanggar.

4) Penelitian Jones (1991)meneliti tentang hypotheses political cost. Jones

menemukan bahwa perusahaanmenurunkan income bersih yang dilaporkannya

selama investigasi keringanan/pembebasan impor. Ini terkait dengan aspek

biaya politik.

7. Positive Accounting Theory by Watt,R.L.and J.L Zimmerman

Gagasan PAT yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmermen tidak hanya

kontroversial tetapi juga menimbulkan kritik dan sanggahan dari berbagai pihak.

Ekowati (2006) mengemukakan bahwa terdapat beberapa kritikan yang ditujukan bagi

PAT yang dipandang dari berbagai perspektif yaitu:

a. Perspektif Metode Riset Ball dan Foster pada tahun 1982; Holthausen dan

Leftwich pada tahun 1983 dan McKee et.al pada tahun 1984 dalam Ekowati

(2006) mengemukakan bahwa metode riset yang dilakukan oleh Watts dan

Zimmermen lemah dalam reduksi kekuatan tes. Tes pada PAT kurang kuat
dikarenakan masalah-masalah yang berkaitan dengan spesifikasi model,

masalah-masalah yang menspesifikasikan variabel sebelah kiri dan kanan, dan

variabelvariabel yang dihilangkan. Sedangkan Lev dan Ohlson pada tahun

1982 dalam Ekowati (2006) memandang PAT tidak dapat digunakan untuk

model multipersonal, multiperiod equilibria, juga terdapat kesenjangan antara

strategic consedirations dan pendekatan game theory yang dijadikan basis

pengembangan teori formal. Kemudian Houlthausen dan Leftwich pada tahun

1983 melihat terdapat dikotomi problematik dari variabel dependen yang

mempresentasikan persetujuan atau ketidaksetujuan dalam penentuan standar

akuntansi. McKee, Bell dan Boatsman pada tahun 1984 juga memandang

bahwa terdapat bias identifikasi statistik dalam studi Watts dan Zimmermen.

b. Perspektif Metodologi Riset Watts dan Zimmermen mengemukakan bahwa

PAT merupakan teori yang mengandung nilai. Cristenson (1983) mengkritik

pendapat Watts yang menyatakan bahwa “Teori positif dalam penetapan

standart akuntansi adalah penting untuk memastikan bahwa preskripsi yang

diberikan oleh teori normatif memang benar dan layak untuk diterapkan”.

(Watts dan Zimmermen, 1978). Cristenson (1983) juga menambahkan bahwa

pertanyaan-pertanyaan riset positif hanya terpaku pada pendekatan sosiologi

bukan pada teori akuntansi, hal ini dikarenakan deskripsi dan prediksi hanya

mengenai perilaku akuntan dan manajer, bukan pada perilaku entitas-entitas

akuntansi.

c. Perspektif Lingkup di luar Riset Sterling mengganggap PAT tidak memenuhi

syarat sebagai ilmu yang utuh tetapi hanya dianggap sebagai “cottage

industri”. Dari segi praktik akuntansi, PAT bertujuan untuk menjelaskan dan

memprediksi. Konsep ini mendefinisikan fenomena akuntansi sebagai


konstruksi matematik yang digunakan untuk mempresentasikan bentuk-bentuk

informasi akuntansi. Bagi Sterling, konstruk ini dianggap hanya

menggambarkan katakata dan angka-angka yang dapat dilihat dalam bentuk

riil dan kejadian nyata. Watts dan Zimmermen mengatakan bahwa akuntan

akan berusaha memaksimalkan kepentingan individu. Boland dan Gordon

mengkritik bahwa dalam teori ekonomi sendiri, maksimalisasi kepentingan

individu tidak dapat sepenuhnya dilakukan karena juga harus

mempertimbangkan kepentingan bersama.

Selain itu, kritik terhadap PAT dari Watts dan Zimmermen juga datang

dari Milne (2001) yang mengemukakan penelitian akuntansi positif telah

sedikit menawarkan pemahaman kita tentang pengungkapan perilaku sosial

perusahaan, tapi untuk alasan yang berbeda.Hal itu menunjukkan teori

akuntansi positif gagal untuk menawarkan bukti substantif apa pun untuk

mendukung pandangan bahwa perusahaan menggunakan laporan tahunan

pengungkapan sosial dalam mengejar kekayaan kepentingan mereka sendiri.

Bahkan, di hampir semua kasus penelitian empiris pengaturan untuk menguji

teori akuntansi positif sebagai dasar untuk pengungkapan sosial perilaku telah

gagal untuk mengikuti argumen dari Watts dan Zimmerman.

Anda mungkin juga menyukai