Teater Koma ' Sampah - Sampah Kota ' - Amaya

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 1

Teater Koma “ Sampah Sampah Kota “

Lakon ini berkisah sepasang suami-istri bernama Jian dan Juhro yang hidup terlunta-lunta di
kolong jembatan. Juhro sedang hamil tua, sedangkan Jian hanya bekerja sebagai kuli angkut
sampah untuk memenuhi kebutuhan istrinya. Meskipun berada dalam kondisi yang
serbakekurangan, mereka hidup bahagia. Sang suami bekerja dengan giat untuk menghidupi sang
istri dan calon bayi yang dikandungnya, serta sebisa mungkin berusaha memegang prinsip
hidupnya, yaitu menjadi orang yang jujur.
Di kolong jembatan ada Mbah Kung dan istrinya, Puci yang menjadi sesepuh di tempat itu yang
selalu memberi upeti pada hansip agar tidak digusur. Ada juga Tarba , Bakul , dan Kentong yang
menjadi tetangga Jian dan Juhro. Selain itu, ada Bordes yang sangat senang menghasut para kuli
angkut sampah untuk memberontak pada para mandor.
Kehidupan kolong jembatan rutin dipantau para mandor yang korup, mereka menyelidiki satu
per satu, dan mengupayakan berbagai cara agar para kuli itu tunduk pada mereka. Suatu hari
mereka menemukan satu ide, yaitu menjebak salah satu kuli untuk diperkarakan. Mereka ingin
semua kuli akan semakin tunduk dan patuh pada mereka ketika menyaksikan kekuasaan mereka
bekerja saat memutuskan suatu perkara.
Suatu hari, Para Pemutus menjatuhkan tas berisi uang yang amat banyak di sekitar tempat Jian
bekerja. Jian dipilih sebagai orang yang akan dijebak. Ia dijebak dengan tas berisi uang yang
dijatuhkan para mandor. Jian Panik, mengambil tas tersebut atau mengembalikannya, apalagi
sang istri segera melahirkan dan membutuhkan banyak biaya. Dia bertanya-tanya dalam hati,
siapakah pemilik tas tersebut. Tapi, setelah pergumulan hebat, Jian merasa uang tersebut harus
dikembalikan kepada pemiliknya. Dan ini, bagi Para Pemutus, sudah merupakan sebuah
pemberontakan.
Meskipun tas itu dikembalikannya, ia tetap ditahan. Peristiwa itu memicu Bordes untuk
menggerakan massa menuntut kebebasan Jian. Seketika Jian menjadi sosok pahlawan. Para
Mandor tidak suka dan meminta Jian untuk memilih: mengakhiri hidupnya sendiri atau
menunggu vonis yang akan diberikan.

Catatan tambahan :
Lakon ini ditulis oleh N. Riantiarno dan telah dipentaskan oleh Teater Koma pada 1979. Setelah
40 tahun berlalu, Teater Koma kembali mementaskan lakon ini dengan arahan Rangga
Riantiarno yang berperan sebagai sutradara.

Anda mungkin juga menyukai