Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

LANDASAN TEORI

1.1 Definisi

Definisi kata perancangan dan sekolah:


- Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta
tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut tingkatannya, ada) --
dasar, -- lanjutan, -- tinggi; (menurut jurusannya, ada) . (KBBI, 2011)
- Sekolah Islam Terpaduadalah sekolah yang mengimplementasikan konsep
pendidikan Islam berlandaskan AlQur’an dan As Sunnah. Konsep
operasional SIT merupakan akumulasi dari proses pembudayaan,
pewarisan dan pengembangan ajaran agama Islam, budaya dan peradaban
Islam dari generasi ke generasi. (JSIT, 2003)
2.2 Tinjauan Umum
2.2.1 Permendiknas No.24 tahun 2007
Menurut Permendiknas No.24 tahun 2007, mengatur sarana sekolah
antara lain:
1. Perlengkapan lain adalah alat mesin kantor dan peralatan tambahan
yang digunakan untuk mendukung pembelajaran di sekolah.
2. Teknologi informasi dan komunikasi adalah satuan perangkat keras
dan lunak yang berkaitan dengan akses dan pengelolaan informasi
dan komunikasi.
3. Lahan adalah bidang permukaan tanah yang di atasnya terdapat
prasarana SD, SMP dan/atau SMA meliputi bangunan, lahan
praktik, lahan untuk prasarana penunjang, dan lahan pertamanan.
4. Bangunan adalah gedung yang digunakan untuk menjalankan
fungsi SD, SMP dan/atau SMA.
5. Ruang kelas adalah ruang untuk pembelajaran teori dan praktik
yang tidak memerlukan peralatan khusus.
6. Ruang perpustakaan adalah ruang untuk menyimpan dan
memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka.
7. Ruang Bina Persepsi Bunyi dan Irama adalah ruang untuk latihan
mengembangkan kemampuan memanfaatkan sisa pendengaran

1
2

dan/atau perasaan vibrasi untuk menghayati bunyi dan rangsang


getar di sekitarnya, serta mengembangkan kemampuan berbahasa
khususnya bahasa irama bagi peserta didik tunarungu.
8. Ruang keterampilan adalah ruang untuk pelaksanaan pendidikan
keterampilan untuk mengembangkan kemampuan vokasional
peserta didik berkebutuhan kusus yang dirancang sesuai dengan
ketunaan yang dialami.
9. Ruang pimpinan adalah ruang untuk pimpinan melakukan kegiatan
pengelolaan SD, SMP dan/atau SMA.
10. Ruang guru adalah ruang untuk guru bekerja di luar kelas,
beristirahat dan menerima tamu.
11. Ruang tata usaha adalah ruang untuk pengelolaan administrasi SD,
SMP dan/atau SMA.
12. Tempat beribadah adalah tempat warga SD, SMP dan/atau SMA
melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing
pada waktu sekolah.
13. Ruang UKS adalah ruang untuk menangani peserta didik yang
mengalami gangguan kesehatan dini dan ringan di SD, SMP
dan/atau SMA.
14. Ruang konseling/asesmen adalah ruang untuk peserta didik
mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan dengan
pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir, serta sebagai
ruang untuk kegiatan dalam menggali data kemampuan awal
peserta didik sebagai dasar layanan pendidikan selanjutnya.
15. Ruang organisasi kesiswaan adalah ruang untuk melakukan
kegiatan kesekretariatan pengelolaan organisasi peserta didik.
16. Jamban adalah ruang untuk buang air besar dan/atau kecil.
17. Gudang adalah ruang untuk menyimpan peralatan pembelajaran di
luar kelas, peralatan SD, SMP dan/atau SMA yang tidak/belum
berfungsi, dan arsip SD, SMP dan/atau SMA.
18. Ruang sirkulasi adalah ruang penghubung antar bagian bangunan
SD, SMP dan/atau SMA.
3

19. Tempat berolahraga adalah ruang terbuka atau tertutup yang


dilengkapi dengan sarana untuk melakukan pendidikan jasmani dan
olah raga.
20. Tempat bermain adalah ruang terbuka atau tertutup untuk peserta
didik dapat melakukan kegiatan bebas.
21. Rombongan belajar adalah kelompok peserta didik yang terdaftar
pada satu satuan kelas.
2.2.2 Standar Lahan Sekolah Dasar Negeri Jakarta
Adapun standarisasi pemerintah yang mengacu pada Permendiknas
nomor 24 tahun 2007 mengenai Sekolah Dasar, sebagai berikut.
1. Lahan SD, SMP dan SMA memenuhi ketentuan luas lahan
minimum sebagai berikut.
Tabel 2.1 Ketentuan Luas Minimum Sekolah
No Banyak Luas lahan minimum (m2)
Rombongan Bangunan satu Bangunan dua lantai
Belajar lantai
1 6 1170 640
2 12 1700 900
3 18 2200 1150
4 24 2670 1390
Sumber : Permendiknas No.24 tahun 2007

2. Luas lahan yang dimaksud dalam Tabel 1 adalah luas lahan efektif
yang dapat digunakan untuk mendirikan bangunan dan tempat
bermain/berolahraga.
3. Lahan terletak di lokasi yang memungkinkan akses yang mudah ke
fasilitas kesehatan.
4. Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan
dan keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan
dalam keadaan darurat dengan kendaraan roda empat.
5. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam
garis sempadan sungai dan jalur kereta api.
6. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut.
- Pencemaran air, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20
Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
- Kebisingan, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara KLH Nomor
94/MENKLH/1992 tcntang Baku Mutu Kebisingan.
4

- Pencemaran udara, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara KLH


Nomor 02/MEN KLH/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku
Mutu Lingkungan.
7. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota atau rencana lain yang lebih rinci dan mengikat,
dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah Daerah
setempat.
8. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin
pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu
minimum 20 tahun.

2.2.3 Standar Luas Bangunan Sekolah Dasar Negeri Jakarta

Adapun standarisasi pemerintah yang mengacu pada Permendiknas


nomor 24 tahun 2007 mengenai Sekolah Dasar, sebagai berikut.
1. Bangunan SD, SMP, dan SMA memenuhi ketentuan luas lantai
bangunan minimum sebagai berikut.
Tabel 2.1 Ketentuan Luas Lantai Sekolah
No Banyak Luas lantai bangunan minimum (m2)
Rombongan Bangunan satu Bangunan dua lantai
Belajar lantai
1 6 350 380
2 12 510 540
3 18 660 690
4 24 800 830
Sumber : Permendiknas No.24 tahun 2007

2. Bangunan memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri dari:


- Bangunan maksimum 30 %;
- Koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum bangunan
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah;
- Jarak bebas bangunan yang meliputi garis sempadan bangunan
dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan/atau
jaringan tegangan tinggi, jarak antara bangunan dengan batas-batas
persil, dan jarak antara as jalan dan pagar halaman yang ditetapkan
dalam Peraturan Daerah.
5

3. Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan berikut.


- Memiliki konstruksi yang stabil dan kukuh sampai dengan
kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan
hidup dan beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu
kemampuan untuk menahan gempa dan kekuatan alam lainnya.
- Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk
mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.
4. Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan berikut.
- Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan
pencahayaan yang memadai.
- Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan meliputi saluran
air bersih, saluran air kotor dan/atau air limbah, tempat sampah,
dan saluran air hujan.
- Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan
dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
5. Bangunan memenuhi persyaratan aksesibilitas berikut
- Menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan
nyaman untuk penyandang cacat yang memiliki kesulitan mobilitas
termasuk pengguna kursi roda.
- Dilengkapi dengan fasilitas pengarah jalan (guiding block) untuk
tunanetra.
6. Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan berikut.
- Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang
mengganggu kegiatan pembelajaran.
- Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan yang baik.
- Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.
7. Bangunan dapat memiliki lebih dari satu lantai jika disediakan
tangga dan ramp untuk pengguna kursi roda yang
mempertimbangkan kemudahan, keamanan, dan keselamatan.
8. Bangunan dilengkapi sistem keamanan berikut.
- Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur
evakuasi jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya.
- Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi
penunjuk arah yang jelas.
6

9. Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 900


watt.
2.2.4 Kelengkapann Sarana dan Prasarana
Adapun standarisasi pemerintah yang mengacu pada Permendiknas
nomor 24 tahun 2007mengenai Sekolah Dasar, sebagai berikut:

Tabel 2.3 Kelengkapan Sarana dan Prasarana SD


No Komponen Sarana dan Prasarana SD
1 Ruang Pembelajaran Umum
1.1 Ruang Kelas
1.2 Ruang Perpustakaan
2 Ruang Pembelajaran Khusus
2.1 Ruang Keterampilan
2.2 Laboraturium Bahasa
2.3 Laboraturium Komputer
2.4 Laboraturium IPA
3 Ruang Penunjang
3.1 Ruang Kepala Sekolah
3.2 Ruang Guru
3.3 Ruang tata usaha
3.4 Ruang Keamanan
3.5 Tempat Beribadah
3.6 Ruang UKS
3.7 Ruang Konseling
3.8 Ruang Organisasi Kesiswaan
3.9 Toilet
3.10 Gudang
3.11 Ruang Sirkulasi
3.12 Tempat Bermain dan Berolahraga
3.13 Lapangan Upacara
Sumber : Permendiknas No.24 tahun 2007

2.2.5 Kurikulum SDIT


Kurikulum SDIT diatur pada PP No.55 tahun 2007 mengenai
Pendidikan Agama dan Keagamaan. Berikut dapat diimbuhkan:
1. Sekolah Islam Terpadu adalah Sekolah yang memadukan
kurikulum nasional (Diknas) dengan kurikulum selain kurikulum
nasional dan kurikulum pesantren (materi pelajaran keislaman).
Sekolah Islam Terpadu adalah anggota dari JSIT ( Jaringan
Sekolah Islam Terpadu) Indonesia yang merupakan organisasi
masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan, bersifat non
7

partisan, nirlaba dan terbuka dalam arti siap bekerja sama dengan
pihak manapun selama mendatangkan maslahat dan manfaat bagi
anggota serta berkesesuaian dengan visi, misi, tujuan dan sasaran
JSIT Indonesia. Anggota JSIT Indonesia adalah sekolah Islam
Terpadu dan sekolah lainnya yang menjadikan Islam sebagai
landasan ideal, konsepsional, dan operasional.
2. Landasan Islam dalam nilai-nilai moral spriritual yang ditanamkan
harus bersifat integral, tidak dikotomis. Dengan pendekatan ini,
semua mata pelajaran dan semua kegiatan sekolah tidak lepas dari
bingkai ajaran dan pesan nilai Islam. Pelajaran umum seperti IPA,
IPS, bahasa, jasmani/kesehatan, keterampilan dibingkai dengan
pijakan, pedoman dan panduan Islam.
3. Dalam pendidikan ada unsur psikologi dan spiritual yang tidak
dapat diabaikan dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan spiritual
diperlukan karena Islam merupakan agama yang bertumpu pada
suatu keyakinan. Keyakinan inilah yang menggerakkan segala
aktifitas dan perilaku manusia yang beriman. Sebagaimana
dikemukakan dalam tujuan pendidikan, bahwa tujuan utama
pendidikan adalah membentuk moral manusia yang bertumpu pada
keyakinan hidup. Keyakinan hidup itu harus nampak pada sikap
hidup dan perilaku hidup yang berkualitas dan memberi manfaat
terhadap kehidupan yang dikemas dalam rahmatan lil’alamin,
hidup dengan moralitas.
4. Metode Pendidikan Sekolah Islam Terpadu diselenggarakan
berdasarkan konsep “one for all”. Artinya, dalam satu atap sekolah
peserta didik akan mendapatkan pendidikan umum, pendidikan
agama, dan pendidikan keterampilan. Pendidikan umum mengacu
kepada kurikulum nasional yang dikembangkan oleh Kementrian
Pendidikan Nasional. Pendidikan agama menekankan pendidikan
aqidah, akhlak, dan ibadah yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-
hari, menumbuhkan perilaku shaleh di dalam lingkungan sekolah
masyarakat. Adapun pendidikan keterampilan dikemas dalam
kegiatan ekstrakurikuler yang menyediakan beragam pilihan
8

kegiatan yang seluruhnya mengacu pada prinsip-prinsip


keterampilan hidup (life skill).
5. Model pembelajaran di sekolah islam terpadu yakni:
- Diskusi
- Praktek Pembelajaran
- Visitasi
- Metode belajar sinektik atau kreatif
- Belajar berbantuan komputer yang berkendali dan terarah
6. Dan segala bentuk metode pembelajaran di atas tidak akan
maksimal jika tidak didukung oleh alat pendidik, karena
bagaimanapun alat pendidikan memiliki andil besar dalam konsep
sekolah Islam Terpadu, diantara alat pendidikan yang harus ada di
dalam sekolah Islam Terpadu yaitu :
- Pembiasaan
- Keteladanan
- Kasih sayang
- Kesabaran
- Kemitraan
- Respek
- Kepedulian
- Ecouraging
7. Dalam Sekolah Islam Terpadu, muatan kurikulum sama dengan
sekolah pada umumnya. Mata pelajaran yang disampaikan terdiri
dari mata pelajaran yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Namun
dalam Sekolah Islam Terpadu terdapat kegiatan pengembangan diri
yang wajid diikuti oleh seluruh siswa. Bidang pengembangan
antara lain seperti:
- Life Skill : Merupakan penguasaan terhadap dasar-dasar teknik
komputer baik menyangkut hardware (perangkat keras) dan
software (perangkat lunak).
- Pramuka SIT : Merupakan mata pelajaran pilihan wajib bagi siswa.
Aspek ruang lingkup mata pelajaran kepanduan meliputi: ruhiyah
(kerohanian), jasadiyah (fisik), faniyah (skill), tsaqofiyah
9

(wawasan), qiyadah wal jundiyah (kepemimpinan), ukhuwah


(persaudaraan).
- Tahsin Tahfidz : Bertujuan mengajarkan siswa kemampuan
membaca Al-Quran dengan baik dan benar, dan melanjutkannya
dengan kemampuan menghafalnya (tahfidzul qur’an).
- Pendampingan : Bertujuan untuk membentuk dan mengarahkan
siswa agar memiliki pribadi yang Islami (sakhsiyah islamiyah),
meningkatkan peran serta dan inisiatif para siswa untuk menjaga
dan membina diri sehingga terhindar dari pengaruh dan budaya
yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
8. MABIT (Malam Bina Iman dan Takwa)
9. Outbond
10. Fieldtrip
11. Sekolah Islam Terpadu memiliki karakteristik utama yang
memberikan penegasan akan keberadaanya. Karakteristik yang
dimaksud adalah :
- Menjadikan Islam sebagai landasan filosofis.Mengintegrasikan
nilai Islam ke dalam bangunan kurikulum.Menerapkan dan
mengembangkan metode pembelajaran untuk mengoptimalisasi
proses belajar mengajar.
- Mengedepankan qudwah hasanah dalam membentuk karakter
peserta didik.
- Menumbuhkan biah solihah dalam iklim dan lingkungan sekolah :
menumbuhkankemaslahatan dan meniadakan kemaksiatan dan
kemungkaran.
- Melibatkan peran serta orang tua dan masyarakat dalam
mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
- Mengutamakan nilai ukhuwah dalam semua interaksi antar warga
sekolah.
- Membangun budaya rawat, resik, runut, rapi, sehat dan asri.
- Menjamin seluruh proses kegiatan sekolah untuk selalu berorientasi
pada mutu.
- Menumbuhkan budaya profesionalisme yang tinggi dikalangan
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
10

2.3 Tinjauan Khusus


2.3.1 Fleksibilitas Arsitektur
Fleksibilitas Arsitektur yang telah lama dikenalkan sebagai anti
modernis merupakan sebuah konsep lama yang dapat dikembangkan kembali
dalam perancangan sekolah. Seperti yang dikatakan Kronenburg (2007) bahwa
fleksibel dalam bangunan ini dimaksudkan untuk menanggapi perubahan dan
bereaksi pada bentukan bangunan itu sendiri, beradaptasi dengan perubahan
yang baru,sehingga bangunan nantinya tidak bersifat stagnan.
Fleksibilitas yang ditawarkan sebagai konsep baru untuk dunia
pendidikan. Dalam penelitian kali ini akan dilakukan analisa lebih lanjut
terhadap konsep fleksibilitas yang terkait dengan ruang. Adaptasi dengan
lingkungan sangat diperlukan. Bentuk-bentuk khusus yang dirancang atau
spesifik pada suatu tempat saja sangat tidak dianjurkan karena dianggap tidak
mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Bentuk yang khusus atau spesifik
ini diartikan bagainana sebuah desain dikondisikan pada tapak yang spesifik,
padahal tapak dan lokasi tersebut bersifat unstagnan atau memiliki potensi
dapat berubah. Pertimbangan pada tapak memang diperlukan, tetapi kesadaran
bahwa sebuah tapak juga bersifat dinamis perlu diperhitungkan, sehingga
bangunan yang dirancang nantinya tidak akan ”mati” dalam lingkungannya
sendiri.
Fleksbilitas arsitektur ini dengan menggunakan berbagai macam solusi
dalam mengatasi perubahan-perubahan aspek terbangun di sekitar tapak
membuatnya dapat dianalisa pada kajian temporer yaitu dimana fleksibilitas
arsitektur ini dapat berubah sesuai dengan yang pengguna butuhkan. Sifat
temporer ini dapat dianalisa pada tiga aspek temporal dimension yang
diungkapkan oleh Carmona, et al (2003) :
1. Time Cycle and Time management : Aktivitas selalu berubah
sesuai dengan ruang maupun sesuai dengan waktu. Disinilah
arsitek sebagai pencipta ruang dapat menciptakan ruang yang dapat
berubah mengikuti waktu kegiatannya.
2. Continuity and Stability : Walaupun lingkungan selalu berubah dari
waktu ke waktu sebuah keberadaan desain seharusnya mampu
beradaptasi dengan perubahan-perubahan lingkungan tersebut,
sehingga keberlanjutan desain yang diharapkan dari sebuah karya
11

arsitektur memiliki fungsi optimal yang stabil dalam bereaksi


dengan lingkungan terbangun.
3. Implemented Over Time : Bagaimana desain nantinya bukan
bekerja di jamannya saja tetapi juga justru bisa melampaui
jamannya. Sehingga pemikiran-pemikiran yang inovatif harus terus
dihadirkan untuk menghadirkan strategi yang dapat mengatasi
segala perubahan akan lingkungan.
Fleksibilitas memiliki 3 konsep yang berbeda dalam tiap-tiap
penafsirannya. Yaitu flexibility by technical means, flexibility by spatial
redundancydan flexibility by open plan (Hill,2003 : 30-41).
1. Flexibility By Technical Means : Flexibility by technical means
diartikan oleh Hill bagaimana konsep fleksibilitas dalam sebuah
bangunan merupakan sebuah perlakuan teknis yang berbeda,
dengan cara perlakuan-perlakuan pada elemen-elemen arsitektur
dengan fungsi ruangan yang tetap tetapi elemen-elemen
dinding,atap maupun lantai dapat dibongkar pasang sesuai dengan
penambahan ataupun pengurangan yang diinginkan. Struktur
bangunan yang ringan, sehingga dapat dilakukan bongkar pasang
pada desain. Berbeda dengan Hill, DeGory (1998) mengatakan
bahwa fleksbilitas dalam artian teknikal merupakan sebuah kondisi
ruangan dimana desain yang diperlakukan untuk sebuah ruangan
adalah sama (tanpa dituntut adanya elemen-elemen arsitektur yang
bersifat fleksibel). Hanya saja fungsi ruangan tersebut yang dapat
dilakukan secara fleksibel, sebuah ruangan yang tidak ditetapkan
fungsi khusus dalam menciptakan sebuah desain, sehingga ruangan
tersebut memiliki fungsi yang berbeda sesuai dengan
penggunaannya. Fleksibilitas yang diartikan disini tidak dengan
penerjemahan dalam elemen-elemen desainnya, bagaimana dapat
memberikan kebebasan dalam menciptakan pandangan aural
maupun visual.
2. Flexibility By Spatial Redundancy & Open Plan : DeGory (1998)
menulis bahwa sebuah karya arsitektur dapat dikatakan fleksibel
jika dapat memiliki nilai yang berbeda mengikuti perbedaan
lingkungan sekitarnya. Fleksibilitas yang dikemukakan Hill dalam
12

Actions of Architecture ini adalah Fleksibilitas yang dicapai


dengan penciptaan ruang yang besar, dengan bergantian fungsi
ruangan. Spatial redundancy ini pernah diajukan oleh Rem Koolhas
untuk perancangan the Arnhem Koepel Prison pada tahun 1979.
Penghadiran luasan ruang yang besar seperti yang dilakukan
Koolhas pada penjara Arnhern merupakan sebuah contoh bangunan
arsitektur yang menginginkan sebuah fleksibilitas arsitektur. Ini
didasarkan bagaimana dalam tiap kurun waktu ruangan dapat
berubah sesuai dengan tuntutan fungsi yang diinginkan.
1. Flexibility by open plan: Pengaplikasiannya lebih condong
persamaannya ke arah flexibility by spatial redundancy. Seperti
yang dikatakan Evan dalam Hill (1998) bahwa salah satu desain
dari Andrea Palladio di tahun 1556 yaitu Palazzo Antonini, Udine
ini, bersifat fleksibel dengan pengorganisasian ruang yang saling
berhubungan. Sehingga jika dibutuhkan sebuah tuntutan
penggantian fungsi ruang dapat berubah suatu waktu dengan
meminimalkan transformasi ruang.
Day (2002) menyatakan bahwa tempat merupakan sesutau yang
dinamis bukan statis. Baik dalam rupa seimbang maupun ketidak seimbangan
karena pengaruh maslah sosial yang ikut mempengaruhi definisi ebuah tempat.
Structural Transformation merupakan salah satu metode teknik open plan,
contohnya dengan teori Free Repositioning of the functional zones yaitu
kemampuan untuk mereposisikan beberapa fungsi yang bereda dengan satu
struktur bangunan. Seperti pergeseran tembok atau pergeseran suatu ruangan.
Reconfiguration of one functional zone yaitu kemampuan untuk rekonfigurasi
ruang dari satu fungsi menjadi fungsi baru atau seperti multifunctional room.
Internal Rearangment seperti partisi interior yang bebas yang membagi suatu
ruangan menjadi beberapa ruangan penunjangnya.
2.3.2 Structural Transformation
Durmicevic (2006) menulis bahwa Structural Transformation adalah
sistem transformasi bangunan yang mengacu pada konfigurasi sistem struktur
bangunan yang fleksibel. Sehingga konsep bentuk, volume, wujud dan
fasadnya dapat berubah berdasarkan perubahan fisik dari struktur ataupun
13

selubung yang meliputinya. Konsep ini erat kaitannya dengan kinetic atau
gerakan-gerakan membuka, menutup, meluas dan menyempit.
Metode Structural Transformation memiliki beberapa aspek cara,
antara lain:
1. Free Repositioning of The Functional Zones : Kemampuan untuk
menambahkan dari beberapa fungsi ruang menjadi beberapa fungsi
yang bereda dengan satu struktur bangunan permanen dan struktur
fleksibel yang ditambahkan pada struktur utama bangunan .
Contohnya pada apartemen yang melakukan infill skeleton yang
pada awalnya memiliki satu struktur utama berupa modul satu
ruang, dan dapat menambahkannya dengan memasukan modul
ruang – ruang baru pada struktur utama ruang tersebut. Sehingga
pada awal mula ruang apartemen tersebut memiliki 2 fungsi saja
menjadi bertambah, menjadi 3 atau 4 fungsi didalamnya.

Gambar 2.1 Free Repositioning of The functional Zones


Sumber : Buku Transformable Building Structure 2006
2. Reconfiguration of One Functional Zone : Kemampuan memecah
satu fungsi ruang menjadi dua atau tiga fungsi lainnya, atau biasa
dikenal dengan multifunctional room. Hal ini dapat dilakukan
dengan ada bagian ruang yang dapat bergerak yang mengacu pada
struktur utama ruang atau dengan memasukan komponen baru
seperti partisi atau fasad bangunan yang dapat terbuka dan
menutup. Contoh penggunaan metode ini seperti menggunakan
tembok geser atau tembok lipat.
14

Gambar 2.2 Reconfiguration of One Functional Zone


Sumber : Archdaliy.com, diakses pada 5 Oktober 2017
3. Internal Rearangment : Partisi interior yang bebas yang membagi
suatu ruangan menjadi beberapa ruangan penunjangnya. Contohnya
partisi interior pada kantor yang membagi ruangan menjadi
beberapa fungsi lainnya. Partisi interior juga dapat berupa meja
atau lemari, pada kantor di Jerman menggunakan movable office
sebagai partisi.

Gambar 2.3 Movable Office


Sumber : Buku Transformable Building Structure 2006

4. Extendibility : Kemampuan untuk memperluas ruang baik secara


horizontal maupun vertikal. Contohnya dengan menggunakan
modul IFD pada struktur bangunan yang bergerak, modul tersebut
dapat berupa tembok yang tergabung dengan slab lantai dan
ceilingnya, berupa suatu masa beton atau kayu. Modul tersebut
dapat berada didalam struktur utama yang memiliki trek di
dalamnya. Sehingga modul ruangan dapat didorong keluar ruangan.
Seperti konsep kantilever pada bangunan.

Gambar 2.4 Modul IFD


Sumber : Buku Transformable Building Structure 2006
15

2.4 Studi Banding


2.4.1 SD Muhammadiyah 12

Gambar 2.5 SD Muhammadiyah 12

SD Muhammadiyah 12 berlokasi di Tangerang Selatan, didirikan pada


tahun 1992. Sekolah ini memiliki luasan lahan 4000m2 dengan bangunan tiga
lantai, sekolah menerima program pendidikan mulai dari taman kanak-kanak
hingga sekolah menengah atas dalam satu lingkungan sekolah. Sekolah
memiliki fasilitas yang lengkap diantaranya adalah ruang guru, ruang tata
usaha, ruang kelas, lapangan, masjid, perpustakaan, toilet, ruang UKS,
laboraturium komputer, dan Laboraturium IPA. Sekolah ini menggunakan pola
cluster sebagai pola ruangan. Memiliki dua gubahan masa dengan sirkulasi
radial. Dan pola kelas model kotak.
2.4.2 SDIT Az Zahra

Gambar 2.6 SDIT Az-Zahra


SDIT Az-Zahra berlokasi di Serpong, diantara pemukiman penduduk.
Sekolah ini didirikan tahun 2005 dengan visi menetapkan Al-Quran sebagai
pedoman pendidikan guna pembangunan ahlak dari siswa siswinya
dimasadepan. Sekolah ini memiliki luasan 2000 m2 dibangun 3 lantai. Dengan
bentuk bangunan seperti L guna merespon sisi barat bangunan yang panas.
Sekolah ini memiliki fasilitas yang lengkap dimulai dari lapangan, tempat
parkir, kelas, lab komputer, lab IPA dan mushola. Sekolah ini jugamemiliki
perpustakaan kecil. Gaya bangunan seperti bangunan tropis pada umumnya
dengan atap pelana dan tembok beton. Sirkulasi manusia pada sekolah ini liner
dan radial. Dan memiliki pola kelas model kotak.
16

2.4.3 Sekolah Alfa Omega

Gambar 2.7 Sekolah Alfa Omega

Sekolah Alfa Omega berlokasi di kosambi, sebagai bentuk sekolah yang


mengambil konsep material vernakular atau material lokal yaitu bambu dan
nipam. Pada bangunan sekolah ini diberikan banyaknya ruangan komunal
untuk merespon kegiatan- kegiatan sekolah yang banyak dimulai dari kegiatan
pendidikan berdasarkan kurikulum hingga kegiatan penunjang seperti
ekstrakulikuler. Bangunan ini memiliki luas 11.400 m2 dengan beberapa
gubahan masa. Dirkulasi pada sekolah ini dihubungkan dengan jembatan-
jembatan berupa sirkulasi linear. Model dari kelas model yang dapat berubah –
ubah dari model kotak ke model U. Bangunan ini menggunakan pola cluster
sebagai pola ruangan.
2.4.4 M.A.C / Made In Earth

Gambar 2.8 Made In Earth


Sumber : Archdaliy.com, diakses pada 5 Oktober 2017

Made in earth merupakan contoh dari sarana pendidikan yang


dibangun karena kebutuhan pendidikan yang mendesak. Bangunan ini
dibangun di desa Tamil Nandu di India. Sebagai Hub Centre, bangunan ini
digunakan unutk pendidikan anak-anak sekitar yang kebanyakan dari mereka
tidak memiliki kesempatan untuk memiliki pendidikan formal. Bangunan
dibuat berbentuk lingkaran tanpa pembatas lagi didalam ruangan. Bangunan
dibuat dengan material produk lingkungan sekitar. Guna memperkerjakan
penduduk desa sekitar. Bangunan ini menggunakan cara open plan untuk
mengoptimalkan kegiatan – kegitan pendidikannya dengan kebutuhan ruang
17

yang berbeda-beda. Bangunan ini memiliki sirkulasi bangunan linear, dengan


pegaturan pola ruangan dengan pola linier.
2.5 Studi Literatur
2.5.1 House Sharifi-ha

Gambar 2.9 House Shariifi-ha, Tehran


Sumber : Archdaily.com, diakses pada 5 Oktober 2017

Rumah Sharifi-ha, menggabungkan teknologi modern dan desain


tradisional Iran. Lahan bangunan di lantai empat ini 1.400 m2. Rumah tersebut
merupakan gagasan arsitek Alireza Taghaboni dan Next Office. Modul ruang
yang dapat berputar menggunakan modul F-Box yaitu sistem struktur modul
IFD yang fleksibel, yang mengacu pada struktur utama bangunan. Fitur utama
bangunan adalah area yang dapat ditransformasikan di lantai kedua, ketiga dan
keempat - mereka dapat ditransformasikan dengan satu sentuhan tombol,
tergantung pada kondisi cuaca pada saat itu. Rumah itu memiliki tiga teras
dalam bentuk konsol berbentuk kotak kayu, yang bisa dibuka dalam cuaca
hangat dan kemudian ditutup saat cuaca dingin. Saat dibuka, konsol berbentuk
kotak ini dapat sangat meningkatkan main living room, karena dapat diubah
menjadi area teras yang luas, dan saat ditutup, mereka menjadi ruang nyaman.
Dibandingkan menggunakan jendela besar, arsitek menempatkan ruang terbuka
di bagian tengah bangunan, sehingga sinar matahari bisa menembus rumah
melalui atap kaca.
Saat merancang mekanisme konsol mobile, arsitek menggunakan
teknologi yang sama yang ditemukan di pameran mobil untuk menaikan mobil
tersebut dan yang digunakan untuk memindahkan view pada jendela set teater.
Rumah itu memiliki tujuh lantai. Bagian bawah bangunan rumah menjadi
tempat parkir dan ruang utilitas. Dua lantai berikutnya dirancang dengan
berbagai aktivitas sosial dan keluarga, yaitu kebugaran dan kesehatan , bagian
ini menampung kolam renang dalam ruangan. Lantai ketiga dan keempat
ditujukan untuk penggunaan pribadi. Rumah yang tidak biasa ini telah menjadi
18

tempat wisata yang cukup menarik di Teheran, karena ini merupakan contoh
pemikiran kreatif dan desain inovatif yang sangat baik.
2.5.2 NEXT 21

Gambar 2.10 Sistem NEXT 21


Sumber : Jurnal CRIOCM International Symposium 2006

Apartemen di Osaka ini menggunakan sistem IFD sebagai bentuk


sistem struktur bangunan yang teori awalnya berupa kantilever. Dengan sistem
IFD ini struktur bangunan dibuat dengan bentukan modul bangunan berupa G-
Load-Bearing Service Core yang dimana berfungsi untuk menahan beban pada
struktur bangunan yang tetap, tetapi pada muka fasad tembok bangunan yang
berupa plester dapat ditarik keluar sehingga bangunan menjadi lebih luas.

Gambar 2.11 NEXT 21


Sumber : Jurnal CRIOCM International Symposium 2006

Bangunan ini menggunakan sistem IFD berupa F-Box yaitu berupa


tembok modular yang dapat dipasang.
2.5.3 All I Own House

Gambar 2.12 All I Own House


Sumber : Archdaily.com, diakses pada 5 Oktober 2017
19

Apartemen ini berlokasi di Madrid, merupakan hasil penggabungan


Tembok Geser dan movable interior partition berupa lemari modular, yang
memiliki trek dibawahnya dan pada sisi pinggir lemari. Proyek ini merupakan
proyek renovasi interior apartemen tipe studio. Yang sebelumnya hanya
memiliki tiga fungsi bangunan yaitu kamar mandi, tempat tidur dan dapur
menjadi memiliki 6 atau 7 fungsi bangunan di dalamnya.
2.5.4 Biobombastic

Gambar 2.13 Biobombastic


Sumber : Archdaily.com, diakses pada 5 Oktober 2017

Biobombastic adalah proyek apartemen oleh studi arsitek BIO yang


berlokasi di Madrid. Apartemen ini menggunakan konsep kertas origami.
Tembok dibuatdapat dilipat karena berupa partisi yang dapat bergerak. Trek
mengacu pada lantai dan langit - langit ruangan, tersambung pada satu sisi
bagian tembok tetap, sehingga tembok tersebut dapat bergerak. Apartemen
dijual dalam bentuk studio, sehingga seperti kosongan. Disekitarnya yang
menetap seperti pantry dan ruang kamar mandi. Material tembok menggunakan
sambungan kayu dan PVC.

Gambar 2.14 Denah Biobombastic


Sumber : Archdaily.com, diakses pada 5 Oktober 2017

Seperti terlihat pada gambar denah Biobombastic ruangan dapat di


konfigurasikan menjadi 4 bentuk perubahan fungsi. Bagian tepi apartemen
yang memiliki kebutuhan akan plumbing dibuat menetap sebagai struktur
utama ruang.
20

2.6 Kesimpulan Studi Banding dan Studi Literatur


Studi banding dilakukan untuk memperoleh Sirkulasi Manusia, Pola Ruang, dan
bentuk Fleksibilitas Arsitektur untuk mendukung desain Sekolah pada site yang terbatas
dalam penerapan yang lebih tepat. Berikut studi perbandingan sekolah:
Tabel 2.4 Perbandingan Sekolah
Perbandingan SD SDIT Az Zahra Sekolah Alfa Made In Earth
Muhammadiyah Omega
12

Sirkulasi Radial Radial Radial Linear


Manusia

Pola Kelas Kotak dan U Kotak Lingkaran Lingkaran

Fungsi Masjid dan Kelas Kelas dan Aula Kelas Ruang Komunal
Pendidikan
Utama

Fleksibilitas Reconfiguration Reconfiguration Reconfiguration Reconfiguration


Arsitektur of one functional of one of one of one
zone dengan functional zone functional zone functional zone
tembok lipat pada dengan tembok dengan ruang dengan ruang
kelas lipat pada kelas komunal komunal

Studi Literatur dilakukan untuk memperoleh variabel Structural


Transformation, Struktur dan Kegunaan konsep fleksibilitas arsitektur pada
bangunan tersebut. Berikut studi perbandingan bangunan fleksibilitas arsitektur:
Tabel 2.5 Perbandingan Bangunan Fleksibilitas Arsitektur
Perbandingan House Sharifi- NEXT21 All I Own Biobombastic
ha House

Reconfiguratio   
n of One
Functional
Zone

Internal 
Rearangment

Extendibility 

Struktur Modul Ruangan Modul Ruangan Tembok Geser Tembok


F-Box G-Load-Bearing dan Lemari Lipat
Service Core Geser

Kegunaan Reconfiguration Reconfiguration Reconfiguration Reconfigurati


Fleksibilitas of one functional of one functional of one on of one
Arsitektur zone dengan zone dengan functional zone functional
tembok lipat tembok lipat pada dengan ruang zone
21

pada kelas kelas komunal


55

Anda mungkin juga menyukai