Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MEDIKAL MEDAH

“ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR”

DISUSUN OLEH :

1. Kholifah Rosdiana Fitriani 23181002


2. Lisinta Ferawati Dato 23181003
3. Rifka Friskilla Nee 231913007

AKADEMI KEPERAWATAN ANTARIKSA


TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Fraktur dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit Fraktur. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta 23 Maret 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan  yang
disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen
tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk
memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open
Rreduktion wityh Internal Fixation).
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus
pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat
yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%.
Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan
khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang
terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral
terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini.
Ratusan orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di
negara ini, kasus kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan
pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. Menurut data
kepolisian Republik Indonesia Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399
kejadian, dengan kematian mencapai 9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan
8.694 mengalami luka ringan. Dengan data itu, rata-rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan
lalu lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal dunia. Adapun di Sulawesi Selatan,
jumlah kecelakaan juga cenderung meningkat di mana pada tahun 2001 jumlah korban
mencapai 1717 orang, tahun selanjutnya 2.277 orang, 2003 sebanyak 2.672 orang. Tahun
2004, jumlah ini meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari sampai
September, jumlah korban mencapai 3.620 orang dengan korban meninggal 903 orang.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah
tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka,
yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar,
dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.
Secara umum, fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk
kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui
dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan
bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau belakang.
Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam
kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur
vertebra. Fraktur ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah,
tangan, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai
atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup
tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa itu fraktur
2. Untuk mengetahui Apa saja etiologi dari fraktur
3. Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi dari fraktur
4. Untuk mengetahui Apa saja manifestasi klinik dari fraktur
5. Untuk mengetahui Bagaimana anatomi fisiologi dari fraktur
6. Untuk mengetahui Apa saja komplikasi fraktur
7. Untuk mengetahui Bagaimana penanganan fraktur
8. Untuk mengetahui Bagaimana konsep askep dari fraktur

C. Manfaat
1. Manfaat bagi institusi : Manfaat praktis bagi instansi akademik yaitu dapat
digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien fraktur.
2. Manfaat bagi mahasiswa: Makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan menambah wancana keilmuan bagi mahasiswa dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur.
3. Memahami konsep penyakit fraktur dalam hubungannya mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II dalam keperawatan.
BAB II
TINJAUAN LITERLATUR

A. Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004:
840).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. (Brunner & Suddarth. 2001 : 2357).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183).
Patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang
rawan yang disebabkan oleh kekerasan.(Oswari, 2000 : 144)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut Linda
Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Documentation menyebutkan bahwa
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama yang
diterangkan dalam buku Luckman and Sorensen’s Medical Surgical Nursing Suatu
keadaan diskontinuitas jaringan struktural pada tulang (Price 1985). Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan (Purnawan junadi 1982).

B. Etiologi

1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu
jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur
patologis.
Penyebab Fraktur adalah :
a. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang
ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot : Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang
terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan
penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan. (Brunner & Suddart, 2002)

C. Patofisiologi dan Pathway

Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma Baik itu
karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak
langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga
bisa karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon,
karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi.
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan
ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-
sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran
darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di
tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala
untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang
baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru
mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan
dengan pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke
ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol
pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total
dapat berakibat anoksia jaringan yang mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun
jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth,
2002: 2287)

Etiologi

Trauma (langsung atau tidak langsung), patologi

Fraktur (terbuka atau tertutup)

Kehilangan integritas tulang Perubahan fragmen tulang Fraktur terbuka ujung tulang
kerusakan pada jaringan dan menembus otot dan kulit
pembuluh darah

Luka
Ketidakstabilan posisi
Perdarahan lokal
fraktur, apabila organ fraktur
digerakkan
Gangguan
integritas kulit
Fragmen tulang yang patah Hematoma pada daerah fraktur
menusuk organ sekitar
Kuman mudah masuk
Aliran darah ke daerah distal
berkurang atau terhambat
Gangguan rasa
nyaman nyeri Resiko tinggi
(warna jaringan pucat, nadi infeksi
lemas, cianosis, kesemutan)
Sindroma kompartemen
keterbatasan aktifitas

Defisit perawatan diri Kerusakan neuromuskuler

Gangguan fungsi organ distal

Gangguan mobilitas fisik


D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas.
Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5,5 cm
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan
lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa
jam atau beberapa hari setelah cedera.

E. Anatomi Fisiologi

a. Struktur Tulang
Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran,
tapi mereka masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut
Periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan dibawah
periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut benang sharpey,
yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan
tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat
yang disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap sistem
terdiri atas kanal utama yang disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari
matriks tulang disebut Lamellae, ruangan sempit antara lamellae disebut
Lakunae (didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap sistem kelihatan
seperti lingkaran yang menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang
panjang dan di dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke
tulang melalui Kanal Volkman. Pembuluh darah inilah yang mengangkut
nutrisi untuk tulang dan membuang sisa metabolisme keluar tulang. Lapisan
tengah tulang merupakan akhir dari sistem Haversian, yang didalamnya
terdapat Trabekulae (batang) dari tulang.Trabekulae ini terlihat seperti spon
tapi kuat sehingga disebut Tulang Spon yang didalam nya terdapat bone
marrow yang membentuk sel-sel darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas
dua macam yaitu bone marrow merah yang memproduksi sel darah merah
melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel
lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat Embolism
Syndrom (FES).
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast.
Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang
baru. Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast
adalah sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak
maupun yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang
disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen, protein,
karbohidrat, mineral, dan substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai
media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang
daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam kalsium
organik (kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan
aliran darah dalam tulang antara 200 – 400 ml/ menit melalui proses
vaskularisasi tulang (Black,J.M,et al,1993 dan Ignatavicius, Donna. D,1995).
b. Tulang Panjang
Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya
bundar dan sering menahan beban berat (Ignatavicius, Donna. D, 1995).
Tulang panjang terdiriatas epifisis, tulang rawan, diafisis, periosteum, dan
medula tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan tempat menempelnya
tendon dan mempengaruhi kestabilan sendi. Tulang rawan menutupi seluruh
sisi dari ujung tulang dan mempermudah pergerakan, karena tulang rawan
sisinya halus dan licin. Diafisis adalah bagian utama dari tulang panjang yang
memberikan struktural tulang. Metafisis merupakan bagian yang melebar dari
tulang panjang antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini merupakan daerah
pertumbuhan tulang selama masa pertumbuhan. Periosteum merupakan
penutup tulang sedang rongga medula (marrow) adalah pusat dari diafisis
(Black, J.M, et al, 1993)
F. Komplikasi
1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal
3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang
berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada
suatu tempat.
5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah.
Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki
usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.
7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada
individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak
mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau
trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil
8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam.
Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat
9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis
iskemia.
10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem
saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin
karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability. (Corwin, Elizabeth
J.(2000)

G. Penanganan Fraktur
1. Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non pembedahan
agar immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi.
a. Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama
untuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling
(mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak
bawah.
b. Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya
menggunakan plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam
bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang
perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.
c. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang
menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi
dilakukan dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang
dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk
imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini.
d. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini
mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan
imobilisasi.
2. Penatalaksanaan pembedahan.
a. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan
K-Wire (kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.
b. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction
internal Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan
melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant
pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
a. X-Ray
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3
dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2
proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu
diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk
memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi.
Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi
kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan
permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray: Bayangan jaringan
lunak. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau
biomekanik atau juga rotasi. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
b. Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang
lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan
kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja
tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
c. Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan
pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan
akibat trauma.
d. Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena
ruda paksa.
e. Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang
rusak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
c. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-
5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat
pada tahap penyembuhan tulang.
3. Pemeriksaan lain-lain
a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
b. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
c. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
d. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
e. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
f. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur (Brunner dan
Suddarth. (2001)

I. Konsep Asuhan Keperawaatan


1. Pengkajian
1) Identitas Pasien

a. Riwayat Penyakit Sekarang


Nyeri pada daerah Fraktur, Kondisi fisik yang lemah, tidak bisa
melakukan banyak aktivitas, mual, muntah, dan nafsu makan
menurun, (Brunner & suddarth, 2002)
b. Riwayat Penyakit dahulu
Ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan
mempengaruhi proses perawatan post operasi, (Sjamsuhidayat &
Wim Dejong)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Fraktur bukan merupakan penyakit keturunan akan tetapi adanya
riwayat keluarga dengan DM perlu di perhatikan karena dapat
mempengaruhi perawatan post operasi

2) Pola Kebiasan

a. Pola Nutrisi : Tidak mengalami perubahan, namun beberapa


kondisi dapat menyebabkan pola nutrisi berubah, seperti nyeri yang
hebat, dampak hospitalisasi
b. Pola Eliminasi : Pasien dapat mengalami gangguan eliminasi BAB
seperti konstipasi dan gangguan eliminasi urine akibat adanya
program eliminasi
c. Pola Istirahat : Kebutuhan istirahat atau tidur pasien tidak
mengalami perubahan yang berarti, namun ada beberapa kondisi
dapat menyebabkan pola istirahat terganggu atau berubah seperti
timbulnya rasa nyeri yang hebat dan dampak hospitali
d. Pola Aktivitas : Hampir seluruh aktivitas dilakukan ditempat tidur
sehingga aktivitas pasien harus dibantu oleh orang lain, namun
untuk aktivitas yang sifatnya ringan pasien masih dapat
melakukannya sendiri,
e. Personal Hygiene : Pasien masih mampu melakukan personal
hygienenya, namun harus ada bantuan dari orang lain, aktivitas ini
sering dilakukan pasien ditempat tidur.
f. Riwayat Psikologis : Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas,
selain itu dapat juga terjadi ganggguan konsep diri body image,
psikologis ini dapat muncul pada pasien yang masih dalam
perawatan dirumah sakit.
g. Riwayat Spiritual : Pada pasien post operasi fraktur tibia riwayat
spiritualnya tidak mengalami gangguan yang berarti
h. Riwayat Sosial : Adanya ketergantungan pada orang lain dan
sebaliknya pasien dapat juga menarik diri dari lingkungannya
karena merasa dirinya tidak berguna
i. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah
riwayat kesehatan dikumpulkan, pemeriksaan fisik yang lengkap
biasanya dimulai secara berurutan dari kepala sampai kejari kaki.
3) Inspeksi : Pengamatan lokasi pembengkakan, kulit pucat, laserasi,
kemerahan mungkin timbul pada area terjadinya faktur adanya spasme
otot dan keadaan kulit.
4) Palpasi : Pemeriksaan dengan perabaan, penolakan otot oleh sentuhan
kita adalah nyeri tekan, lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit
biasanya terdapat nyeri tekan pada area fraktur dan di daerah luka
insisi.
5) Perkusi : Perkusi biasanya jarang dilakukan pada kasus fraktur.
6) Auskultasi ; Pemeriksaan dengan cara mendengarkan gerakan udara
melalui struktur berongga atau cairan yang mengakibatkan struktur
solit bergerak. Pada pasien fraktur pemeriksaan ini pada areal yang
sakit jarang dilakukan, (Brunner & Suddarth, 2002)

2. Diagnosa
1. Nyeri akut
2. Kerusakan integritas jaringan  b.d fraktur
3. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitar fraktur, kerusakan
rangka neuromuskuler
4. Resiko infeksi b/d tindakan invasif

3. intervensi

Perencanaan
Diagnosis
NOC NIC
Nyeri akut NOC : Managemen Nyeri
v  Pain Level
-      Kaji nyeri secara
v  Pain control
komprehensif termasuk lokasi,
v  Comfort level
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
Kriteria Hasil :
-      Observasi reaksi nonverbal
·   Mampu mengontrol
dari ketidaknyamanan
nyeri (tahu penyebab
-      Ajarkan tentang teknik non
nyeri.
farmakologi, tehnik relaksasi
·   Mampu menggunakan
-      Berikan analgetik untuk
tehnik nonfarmakologi
mengurangi nyeri
untuk mengurangi
-      Kolaborasikan dengan dokter
nyeri, mencari bantuan)
jika ada keluhan dan tindakan
·   Melaporkan bahwa
nyeri tidak berhasil
nyeri berkurang dengan
-      Atur posisi pasien yang
menggunakan
nyaman  
manajemen  nyeri
·   Wajah rileks
·   Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
·   Tanda vital dalam
rentang normal
Perencanaan
Diagnosis
NOC NIC
Kerusakan integritas NOC : NIC :
jaringan  b.d fraktur Tujuan: kerusakan -     Kaji ulang integritas luka dan
integritas jaringan dapat observasi terhadap tanda
diatasi setelah tindakan infeksi atau drainage
perawatan. -          Monitor suhu tubuh
·         Kriteria hasil: -    Lakukan perawatan kulit,
 Penyembuhan luka dengan sering pada patah
sesuai waktu tulang yang menonjol
·          Tidak ada -          Lakukan alih posisi,
laserasi, integritas pertahankan kesejajaran tubuh
kulit baik -          Kolaborasi pemberian
antibiotic

Perencanaan
Diagnosis
NOC NIC
Kerusakan mobilitas NOC : NIC :
fisik b.d cedera Tujuan : kerusakan -          Pertahankan tirah baring
jaringan sekitar mobilitas fisik dapat dalam posisi yang
fraktur, kerusakan berkurang setelah diprogramkan
rangka dilakukan tindakan -          Tinggikan ekstrimitas yang
neuromuskuler keperaawatan sakit
Kriteria hasil -          Instruksikan klien/bantu
NOC : dalam latihan rentang gerak
·         Meningkatkan pada ekstrimitas yang sakit dan
mobilitas pada tak sakit
tingkat paling -          Beri penyangga pada
tinggi yang ekstrimit yang sakit diatas dan
mungkin dibawah fraktur ketika
·         Mempertahankan bergerak
posisi fungsinal -          Jelaskan pandangan dan
·         Meningkaatkan keterbatasan dalam aktivitas
kekuatan /fungsi
yang sakit
·         Menunjukkan
tehnik mampu
melakukan aktivitas

Perencanaan
Diagnosis
NOC NIC
Resiko infeksi b/d NOC : Infection Control (Kontrol
tindakan invasif v  Immune Status infeksi)
v  Risk control -      Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain
Kriteria Hasil : -      Gunakan sabun antimikrobia
v  Klien bebas dari tanda untuk cuci tangan
dan gejala infeksi -      Cuci tangan setiap sebelum
v  Menunjukkan dan sesudah tindakan
kemampuan untuk keperawatan
mencegah timbulnya -      Gunakan sarung tangan
infeksi sebagai alat pelindung
v  Jumlah leukosit dalam -      Pertahankan lingkungan
batas normal aseptik selama pemasangan alat
-      Tingkatkan intake nutrisi
-      Berikan terapi antibiotik bila
perlu

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi)
-      Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
-      Monitor hitung granulosit, WBC
-      Monitor kerentanan terhadap
infeksi
-      Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
-      Berikan perawatan kulit  pada
area epidema
-      Inspeksi kulit dan membran 
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
-      Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
-      Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
-      Dorong masukan cairan
-      Dorong istirahat
-      Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
-      Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
-      Ajarkan cara menghindari infeksi
-      Laporkan  kecurigaan infeksi
-      Laporkan  kultur positif

4. Implementasi

Implementasi merupakan salah satu unsur pertahapan dari keseluruhan


pembangunan sistem komputerisasi, dan unsur yang harus dipertimbangkan
dalam pembangunan sistem komputerisasi yaitu masalah perangkat lunak
(software), karena perangkat lunak yang digunakan haruslah sesuai dengan
masalah yang akan diselesaikan, disamping masalah perangkat keras
(hardware) itu sendiri.

5. Evaluasi

TGL/jam dx EVALUASI (SOAP)


14/05/2010 1 S: klien mengatakan nyeri berkurang
21.50 O: Ekspresi wajah tenang
A:  Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
22.50 2. S: Klien mengatakan pemenuhan kebutuhan sehari
hari masih sdikit dibantu.
O: Pemenuhan kebutuhan  klien sebagian dibantu.
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
00.00 3. S: Klien mengatakan cukup nyaman pada posisinya
O: keadaan klien membaik
A: Masalah teratasi.
P: intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap.
Etiologi

1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu
jauh.
3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.

B. Saran
1. Sebaiknya pasien dibantu keluarga dalam melakukan aktivitas pasca operasi.

2. Sebaiknya pasien mengkonsumsi nutrisi tinggi protein untuk mempercepat


penyembuhan luka
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal BedahEdisi8 Volume2. Jakarta : EGC
Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medical Bedah, Edisi 8, EGC, Jakarta
Corwin, Elizabeth J.(2000). Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta.
NANDA, 2005 – 2006, Nursing Diagnosis : Definitions and Classifications, Philedelphia,
USA
Syamsuhidayat. (2004). Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai