Dosen Pengampu
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan
pengetahuan selama dalam menyusun sebuah Laporan Pendahuluan ini dengan
judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan”. Terwujudnya laporan
ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
1. Bapak Adiytia Suparna, S.kep., Ners., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I.
2. Orang tua yang selalu mendukung, memberi nasehat, semangat dan do’a
yang tiada putus-putusnya.
3. Segala pihak yang ikut serta dalam memberikan bantuan, semangat serta
do’a untuk kelancaran tugas kita.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR
A. Definis................................................................................................... 1
B. Etiologi................................................................................................. 1
C. Fatofisiologi.......................................................................................... 2
D. Pathway................................................................................................. 5
E. Manifestasi Klinis................................................................................. 7
F. Klasifikasi............................................................................................. 8
G. Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 10
H. Komplikasi ........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian.............................................................................................. 16
D. Intervensi .............................................................................................. 25
3
LAPORAN PENDAHULUAN
4
banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam endothelium
dari dinding pembuluh arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran
darah ke otot jantung menjadi berkurang ataupun berhenti,
sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek
dominan dari jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan
nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang.
Pembentukan plak lemak dalam arteri memengaruhi pembentukan
bekuan aliran darah yang akan mendorong terjadinya serangan
jantung. Proses pembentukan plak yang menyebabkan pergeseran
arteri tersebut dinamakan arteriosklerosis. (Hermawatirisa,
2014:hal 2)
Awalnya penyakit jantung di monopoli oleh orang tua. Namun,
saat ini ada kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien di
bawah usia 40 tahun. Hal ini biasa terjadi karena adanya
pergeseran gaya hidup, kondisi lingkungan dan profesi masyarakat
yang memunculkan “tren penyakit”baru yang bersifat degnaratif.
Sejumlah prilaku dan gaya hidup yang ditemui pada masyarakat
perkotaan antara lain mengonsumsi makanan siap saji yang
mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok,
minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan
stress. (Hermawatirisa, 2014:hal 2)
5
Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai
dengan disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat
terjadi setelah cedera pada sel endotel atau dari stimulus lain,
cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas terhadap
berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan triglesirida,
sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak
menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat
merusak pembuluh darah. (Ariesty, 2011:hal 6).
Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan
imun, termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan
monosit, serta trombosit ke area cedera, sel darah putih melepaskan
sitokin proinflamatori poten yang kemudian memperburuk situasi,
menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit ke area lesi,
menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan B, dan
melepaskan senyawa kimia yang berperan sebagai chemoattractant
(penarik kimia) yang mengaktifkan siklus inflamasi, pembekuan
dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area cedera, sal darah putih akan
menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif endotelial yang
bekerja seperti velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap
sel darah putih, pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit
dan neutrofil mulai berimigrasi di antara sel-sel endotel keruang
interstisial. Di ruang interstisial, monosit yang matang menjadi
makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin, yang
meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga
merangsan ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan sel otot
polos tumbuh di tunika intima. (Ariesty, 2011:hal 6).
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika
intima karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap
indikasi dini kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila
cedera dan inflamasi terus berlanjut, agregasi trombosit meningkat
dan mulai terbentuk bekuan darah (tombus), sebagian dinding
6
pembuluh diganti dengan jaringan parut sehingga mengubah
struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan
kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan parut,
pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit dan proliferasi
sel otot polos sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan
menyempit. Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-arteri koroner
akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon
terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi
iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel
miokardium sehingga menggunakan glikolisis anerob untuk
memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energi ini
sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam laktat
sehinga menurunkan pH miokardium dan menyebabkan nyeri yang
berkaitan dengan angina pectoris. Ketika kekurangan oksigen pada
jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan iskemia
miokard yang tidak tertasi maka terjadilah kematian otot jantung
yang di kenal sebagai miokard infark. Patofisiologi Penyakit
Jantung Koroner zat masuk arteri Arteri Proinflamatori
Permeabelitas Reaksi inflamasi Cedera sel endotel Sel darah putih
menempel di arteri imigrasi keruang interstisial pembuluh kaku &
sempit Aliran darah Pembentukan Trombus monosit makrofag
Lapisan lemak sel otot polos tumbuh Nyeri Asam laktat terbentuk
MCI Kematian. (Ariesty, 2011:hal 6).
7
pembuluh darah
spasme -
Ateroskelerosi
D. Pathway
Aliran O2 koronia menurun
Makan- makanan
Latihan fisik berat
vosokontriksi
dingin
Perjalanan terhadap Aliran O2
meningkat ke
mesentrikus
at
meningk
jantung
Keb.O2
Aliran O2 jantung
meningkat
Adrenalin
stress
menurun
Jantung kekurangan
O2
iskhemia
Nyeri b/d
Kontraksi jantung
menurun
Nyeri akut
Diperlukan
Takut mati
pengetahuan tinggi
Curah jantung
menurun
cemas
komplikasi
Perlu menghindari
8
E. Manifestasi klinis
4. Pusing
9
Menurut,( Putra S, dkk, 2013: hal 4) Klasifikasi PJK :
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan penunjang
sandapan prekordial.
12
Sumber: Ekgindonesia.blogspot.com: (2015)
14
suara untuk menghasilkan gambar jantung,
selama ekokardiogram dapat ditentukan
apakah semua bagian dari dinding jantung
berkontribusi normal dalam aktivitas
memompa. Bagian yang bergerak lemah
mungkin telah rusak selama serangan
jantung atau menerima terlalu sedikit
oksigen, ini mungkin menunjukkan
penyakit arteri koroner (Mayo Clinik, 2012
hal 43).
f) Kateterisasi jantung
Keteterisasi jantung atau angiografi adalah
suatu tindakan invasif minimal dengan
memasukkan kateter (selang/pipa plastik)
melalui pembuluh darah ke pembuluh
darah koroner yang memperdarahi jantung,
prosedur ini disebut kateterisasi jantung.
Penyuntikkan cairan khusus ke dalam
arteri atau intravena ini dikenal sebagai
angiogram, tujuan dari tindakan
kateterisasi ini adalah untuk mendiagnosa
dan sekaligus sebagai tindakan terapi bila
ditemukan adanya suatu kelainan (Mayo
Clinik, 2012: hal 43).
g) CT scan (Computerized tomography
Coronary angiogram)
Computerizedtomography Coronary
angiogram/CT Angiografi Koroner
adalah pemeriksaan penunjang yang
dilakukan untuk membantu
memvisualisasikan arteri koroner dan suatu
15
zat pewarna kontras disuntikkan melalui
intravena selama CT scan, sehingga dapat
menghasilkan gambar arteri jantung, ini
juga disebut sebagai ultrafast CT scan yang
berguna untuk mendeteksi kalsium dalam
deposito lemak yang mempersempit arteri
koroner. Jika sejumlah besar kalsium
ditemukan, maka memungkinkan
terjadinya PJK (Mayo Clinik, 2012: hal
43).
h) Magnetic resonance angiography (MRA)
Prosedur ini menggunakan teknologi MRI,
sering dikombinasikan dengan penyuntikan
zat pewarna kontras, yang berguna untuk
mendiagnosa adanya penyempitan atau
penyumbatan, meskipun pemeriksaan ini
tidak sejelas pemeriksaan kateterisasi
jantung (Mayo Clinik, 2012: hal 44).
16
8. Perikarditis
9. Kematian mendadak (Karikaturijo, 2010: hal 11 ).
DAFTAR PUSTAKA
17
Risa Hermawati, Haris Candra Dewi.2014. Penyakit Jantung
Koroner. Jakarta: Kandas media (Imprint agromedia pustaka).
Annisa dan anjar.Jurnal GASTER Vol. 10 No. 1 /Februari 2013
18
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.D
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
No RM : 201309
Usia : 38 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : TNI
Lama bekerja :+
19
Pendidikan terahir : SMA
Pekerjaan : IRT
2. Keluhan utama
Klien mengatakan badan pasien sejak hari jumat . Klien juga mengeluh
batuk + 2 hari yang lalu dan sesak ,dahak warna putih (+) tapi tidak keluar
darah (-),pilek (-),mual (+) ,muntah 2x (+) BAB biasa ,BAK lama (+) ,kaki
terasa linu ,hingga pada akhirnya tgl 25-05-2020 pukul 10.00 wib di bawa
ke UGD RS.
6. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum cukup
20
GCS 4 5 6
N = 87 x/m
S = 368 oC
RR = 21 x/m
- Kepala
-Lesi (-)
- Benjolan (-)
- Pendarahan (-)
-Benjolan abnormal
- Mata
- perdarahan (-)
-pandsngan jelas
21
-pembengkakan (-)
Hidung
-sekresi (-)
-epistaksis (-)
-Massa (-)
-Mulut
- Perdarahan (-)
- Bicara jelas
- Lesi (-)
- Grimace (+)
- Batuk (+)
-Telinga
-Perdarahan (-)
22
- Serumen (+)
-Massa (-)
- Telinga
- Perdarahan (-)
- Serumen (+)
- Massa (-)
- Leher
- Lesi (-)
- Dada/thorax :
23
-Normal chest
- Lesi (-)
Palpasi:
Aukulturasi: Paru-paru
Rhonky wheezing
-Abdomen :
Perkusi : Timpani
Genetalia:
Kekuatan otot 3 3
24
3 3
Akral
CRT < 2dtk
Edema +
Diaforesis / keringat (+)
Lemah (+)
1. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
------ : Serumah
X : Meninggal
: Pasien
7. Pemeriksaan penunjang
HB 14,0
LEUKOSIT 2500
PCV 41,3
TROMBOSIT 94.000
Urin Lengkap
SG 1,015
PH 5
LELI 25/ul +
NIT PO5
25
PRO 75 mg/dl +
GLUI 50 Mg/ dl +
KET Neg
ubg 8 mg/dl +++
bil 3 mg/dl ++
ery 25/ul ++
Sedimen
eritrosit 0-2/ipb
leukosit 0-1/ipd
kristal Uric acid 1-3/ ipk
ephitel Ginjal 0-1/ipk
silinder Granular cast 0-1 /ipk
Lain-lain
kateri Coccus
candida Neg
tricomonas Neg
spermatozoa Neg
a. Data Obyektif
2) Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum : Baik.
- Kesadaran : Composmentis
- Tinggi badan : Normal >149 cm.
- Berat badan : 50 Kg
- Tekanan darah : 86/53 mmHg
- Pernapasan : 21x/menit
- Nadi : 87x/menit
- Temperatur : 36,8 °C
b. Data Psikologis
26
Pasien mengatakan tidak takut dengan keadaannya yang sekarang karena
pasien mengatakan hidup memang sudah ditakdirkan seperti ini.
c. Data Sosial
Keluarga pasien mengatakan hubungan pasien dikeluarga baik, dengan
tetangga atau tenaga kesehatan.
27
A. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Aliran O2 arteri Curah jantung
koronaria menurun menurun
Pasien mengatakan
sesak nafas
Jantung kekurangan
Sulit melakukan
O2
aktifitas yg berlebihan
Sering terbangun pada
malam hari karna sesak
Iskimia otot jantung
Do :
K/u : Lemah
Korelasi jantung
TTV : TD : 86/53 mmHg
menurun
N : 87/x mnt
S : 38 , oC
RR : 21 x/mnt
Curah jantung
menurun
2 Ds :- Klien mengatakan Beban kerja jantung Gangguan pola
sesak nafas meningkat nafas
-Sulit bergerak bebas
- Gelisah Kebutuhan O2
Do : - Berbaring di tempat Jantung meningkat
tidur
TTV : TD : 86/53mmHg Peningkatan respirasi
N : 87/x mnt
S : 36.8 oC Takipnea
RR : 21 x/m
Sesak : (+)
Gangguan pola nafas
O2 : (+)
28
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
N DIAGNOSA
TUJUAN RENCANA TINDAKAN
O KEPERAWATAN
1. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV
jantung kep selama 1 x 24 jam curah 2. Berikan posisi nyaman
berhubungan jantung kembali normal yaitu posisi semifowler
dengan aliran O2 dengan kriteria hasil: 3. Monoton output cairan
arteri koronaria 4. Kolaborasi dengan tim
Indikato Saat Tujuan
menurun menurun medik untuk pemberian
r dikaji
terapi
TTV 4 5
normal
Merasa 3 5
nyaman
Ket:
1: Parah
2: Berat
3:Sedang
4: Ringan
29
2. Gangguan pola Setelah di lakukan tindakan 1. Observasi TTV
nafas berhubungan keperawatan selama 1 kali 24 2. Memberikan posisi yang
dengan beban jam, pola nafas kembali efektif nyaman seperti posisi
kerja jantung dengan kriteria hasil: semifowler
meningkat 3. Ajarkan teknik relakasi
Indikato Saat Tujuan
dan distrasi
r dikaji
4. Berikan O2 yg cukup
TTV 2 5
Normal
Rasa 3 5
lsesak
berkurang
Ket:
1: parah
2: berat
3:sedang
4: ringan
30