Anda di halaman 1dari 2

Pegawai ASN bertugas:

    a.  melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat


Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
    b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
dan
    c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

PNS harus menjadi "Pelayan" Masyarakat


Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) masih menjadi mimpi sebagian besar angkatan kerja di Indonesia. Namun mimpi
ingin menjadi PNS tersebut tidak dibarengi dengan kesadaran moral bahwa ketika kelak mereka lulus tes dan diangkat menjadi
PNS maka mereka akan menjadi seorang "Pelayan" hingga maksimal umur yang ditentukan oleh undang-undang. Kenyataan
bahwa PNS adalah Pelayan masyarakat atau Pelayan Publik masih belum bisa diterima secara utuh oleh sebagian PNS yang
telah bertugas di instansi penyelenggara pelayanan publik. Mereka masih saja menganggap bahwa dirinya adalah orang yang
sangat berkuasa atas jabatannya tersebut, mereka lupa pada fungsi dan tugasnya yaitu melayani masyarakat yang datang
kepadanya.
 
Fungsi dan Tugas PNS dalam UU ASN
Sebagian besar  pendaftar  seleksi CPNS dan PNS yang telah bertugas masih belum paham benar tentang fungsi dan tugas
PNS sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Salah satu fungsi ASN adalah sebagai Pelayan Publik (Pasal 10 huruf b UU ASN)
dan salah satu tugas ASN adalah memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas (Pasal 11 huruf b UU ASN).
Dua pasal UU ASN tersebut sebaiknya secara sadar benar-benar direnungkan oleh pendaftar seleksi CPNS dan lebih penting
lagi dipahami oleh PNS yang telah diangkat dan bertugas. Karena mereka akan membaktikan dirinya sebagai Pelayan
masyarakat/Pelayan Publik ketika mereka bertugas di instansinya. Miris ketika mendengar berita masih ada oknum PNS yang
meminta imbalan atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Hal tersebut masih terjadi di kabupaten yang jauh dari
jangkauan pengawas eksternal atau media. Padahal PNS sebagai Aparatur Sipil Negara diberikan gaji yang pantas untuk
melaksanakan tugas Pelayanan Publik tersebut. Tindakan pungutan liar/meminta imbalan oleh oknum PNS tersebut
mencederai asas keprofesionalan yang ada di Pasal 4 huruf e Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
dan asas profesionalitas yang tertuang di Pasal 2 huruf b Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
PNS yang bertugas sebagai Pelayan Publik harus memahami betul fungsi dan tugasnya yaitu sebagai pelayan publik dan
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, bukannya malah minta dilayani oleh masyarakat dengan
meminta imbalan atas pelayanan yang diberikan.
 
Siapa "Pelayan" dan Siapa yang "Dilayani"?
Jika kita melihat dari kacamata Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dalam Pasal 1 angka 5 yang
menyatakan "Pelaksana pelayanan publik yang selanjutnya disebut Pelaksana adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap
orang yang bekerja di dalam Organisasi Penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan
pelayanan publik". Maka, bisa dikatakan setiap pejabat adalah pelaksana pelayanan publik dan setiap pegawai (PNS) adalah
pelaksana pelayanan publik. Bisa kita ambil contoh siapa Pelayan dan siapa yang dilayani. Misal, setiap Guru/Dosen berstatus
PNS adalah pelayan publik yang melayani murid/mahasiswanya di bidang pendidikan. Setiap Dokter/Perawat/Bidan berstatus
PNS adalah pelayan publik yang melayani masyarakat di bidang kesehatan. Setiap pegawai berstatus PNS di OPD/Dinas
adalah pelayan publik yang melayani masyarakat di instansinya masing-masing. Maka, secara sederhana menjadi PNS
hanyalah menjadi seorang "Pelayan". Pola pikir ini yang seharusnya dimiliki oleh tiap-tiap PNS ketika menjalankan tugasnya.
 
Pimpinan Ombudsman RI, Dadan S. Suharmawijaya dalam kunjungannya ke RSUD terbesar di Provinsi Lampung pada awal
bulan Oktober 2018 menemukan adanyastanding banner di RSUD tersebut yang isinya berupa ajakan kepada masyarakat
sebagai penerima layanan untuk menghargai dan memahami staf/tenaga kesehatan di RSUD tersebut ketika melakukan
pelayanan. Hal tersebut merupakan hal yang sangat aneh, menurutnya setiap orang yang datang ke rumah sakit adalah orang
yang sedang sakit, mana mungkin seorang yang sakit diminta untuk memahami seorang palayan publik yang seharusnya
melayani orang sakit. Mestinya kebalikan dari itu, setiap tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut yang harus
memahami dan menghargai setiap pasien yang datang untuk dilayani dengan baik. Karena tenaga kesehatan sudah "dilatih"
dan "terlatih" untuk menangani orang sakit. Tidak ada pelatihan bagi pasien/masyarakat untuk memahami dan menghargai
petugas medis/tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya. Ini adalah logika yang sudah terbalik yang dimunculkan oleh
RSUD terbesar di Provinsi Lampung tersebut.
 
Harapan kepada Pelayan Publik
Menjadi PNS adalah menjadi seorang "Pelayan" maka jangan meminta untuk dilayani ketika memberikan pelayanan kepada
penerima layanan. Kedepannya, setiap orang yang berstatus sebagai PNS diharapkan bisa menyadari bahwa dirinya adalah
seorang Pelayan Publik, jika kesadaran tersebut sudah muncul di setiap PNS, harapan tentang integritas dan moralitas PNS
yang semakin baik akan terwujud. Juga cita-cita pemberantasan korupsi akan segera tercapai. Saran kepada pendaftar seleksi
CPNS tahun 2018 ialah, siapkan hati dan mental untuk menjadi Pelayan Publik yang berintegritas, karena tugas Pelayanan
Publik di Republik ini sudah menanti anda. (ORI- Lampung)
ASN sudah mengikatkan diri kepada Birokrasi, maka dia harus loyal terhadap janjinya, loyal kepada public, dan
loyal melayani masyarakat tanpa melihat latar belakang politiknya” jelas  Ir. Dyah Lukisari, M.SI dalam
sambutannya

sikap netral atau impartial itu wajib, tugas utama ASN adalah pelayanan publik. Ini
harus diberikan secara adil dan tidak memihak. Perubahan besar akan dapat terjadi
ketika tercipta ASN profesional dalam melaksanakan kewajiban sebagai pelayan
masyarakat” jelas Komisioner KASN, Sri Hadiati Wara Kustriani, MBA

Anggota DPR RI, H. Abdul Kadir Karding, menambahkan, sikap netral ASN akan
memperbaiki birokrasi dan demokrasi Indonesia.
“Dalam konsepsi negara demokratis, netralitas ASN adalah salah satu prasyarat
mutlak mewujudkan tata Kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Ketidaknetralan
ASN berpengaruh pada tidak optimalnya tugas pelayanan publik dan dapat terjadi
polarisasi ASN ke dalam kutub-kutub kepentingan politik praktis, yang dapat memicu
timbulnya benturan dan konflik kepentingan” jelas anggota DPR dari Dapil Jawa
Tengah VI tersebut
Peserta yang terdiri dari Pimpinan OPD, KPU, Bawaslu se Provinsi Jawa Tengah,
Jawa Timur, D.I. Yogyakarta, Maluku, dan Maluku Utara serta Rektor dari beberapa
Universitas ini sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Hal ini terlihat dari banyaknya
pertanyaan yang diajukan oleh para peserta kepada para narasumber baik secara
langsung maupun secara virtual. (Humas KASN)

Mengikuti UU No. 5 Tahun 2014, bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) harus menjadi professional. Professional itu mengandung arti bahwa setiap
orang harus memiliki integritas kepada negara dan negeri Indonesia, serta memiliki etos kerja yang baik untuk bertanggung jawab atas setiap
tugas yang diberikan oleh negara kepada semua ASN. Juga harus memiliki keinginan untuk bekerja sebaik-baiknya, dan bekerja sama dengan
satu dan yang lain atau mengamalkan yang sudah menjadi budaya kita sekalian yakni gotong-royong. Karena itu dilaksanakan Diklat Prajabatan
untuk Golongan I, II, III dan K1-K2 yang selain sebagai salah satu syarat pengangkatan menjadi PNS, juga untuk memberikan pengetahuan dan
pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, serta pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan
negara, agar mampu melaksanakan tugas dan perannya sebagai pelayan masyarakat. Diklat ini dilaksanakan dari tanggal 3-10 November 2015
di Balai Diklat Wilayah IX, Surabaya. Hadir dalam acara tersebut Kepala Balai Diklat Wilayah IX, Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Manajemen Pusdiklat Manajemen dan Pengembangan Jabatan Fungsional, widyaiswara, fasilitator, serta peserta diklat yang berjumlah 122.

Peserta diklat kali ini banyak yang sudah lama berada di Kementerian PUPR, tapi baru saja diangkat menjadi PNS. Bagi sebagian besar atau
semuanya, menjadi PNS adalah hal yang sudah diimpikan sejak lama. Oleh karena itu, tetap dijalankan walaupun tidak kunjung ada
pengangkatan. Dalam arahannya, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Anita Firmanti, berpesan agar para peserta diklat
diharapkan untuk selalu bersyukur. Bersyukur itu mengandung arti senang tapi ada rasa tanggung jawab. Oleh karena itu, para peserta diklat
harus bertanggung jawab dan tidak menurun kinerjanya setelah diangkat menjadi PNS.

Keseluruhan pegawai Kementerian PUPR saat ini berjumlah 22.400 orang. Dahulu, Kementerian PUPR hanya berkesempatan menerima 150-
200 atau terkadang 400 orang dari hasil penjaringan umum per angkatan. Namun, yang pensiun sekitar 1500-2000 orang pertahun, sehingga
pegawai Kementerian PUPR cenderung menurun jumlahnya. Kemudian muncul ketetapan pemerintah untuk menambahkan K1-K2 sejumlah
2500 orang. Sementara itu, anggaran Kementerian PUPR terus mengalami peningkatan dari tahun 2005 (15 Trilyun), 2010 (37,37Trilyun), dan
tahun 2015 menjadi 118,5 Trilyun. Sehingga, pegawai PUPR harus memiliki produktifitas yang tinggi karena PUPR pekerjaannya terus
meningkat. Terlebih lagi dengan adanya penilaian kinerja yang menjadikan disiplin sebagai salah satu parameternya.
Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara (ASN) tidak mudah saat ini. Bila ada atasan yang memberi nilai bagus terus
padahal sebenarnya sebaliknya, sekarang sudah tidak bisa. Penilaian akan dilakukan secara 360 derajat. Atasan, teman, bawahan juga akan
menilai. Jadi artinya, ada penilaian kinerja. Bagi para pimpinan yang turut memberi nilai baik-baik saja bagi staffnya, dan tidak memberikan
laporan yang benar maka akan mendapat hukuman.

Amanat Menteri PUPR Basuki Hadimuljono bahwa, para peserta diklat prajab kali ini harus bekerja lebih keras, bergerak lebih cepat, bertindak
lebih tepat. Pandai saja tidak cukup. Smart is a must but not sufficient. Jujur, bertanggung jawab dan dapat dipercaya itu juga penting. Dengan
diadakannya diklat prajabatan kali ini diharapkan kiprah para ASN yang baru diangkat dapat memaksimalkan produktifitas Kementerian PUPR.
Menjadi ASN, itu menjadi pelayan publik. “Kita ini batur bukan ndoro, harus bisa membuat bagaimanapun caranya agar publik menjadi senang.
Pelayanan prima, itu yang diharapkan. Dimanapun bapak ibu berada bisa terus menciptakan pelayanan prima,” tukas Anita mengakhiri
sambutannya.
Untuk melihat dokumentasi kegiatan, KLIK DISINI

Anda mungkin juga menyukai