II. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui teknik anestesi
2. Mahasiswa mengetahui teknik injeksi
3. Mahasiswa mengetahui teknik pemasangan infus intravena
B. Injeksi
Injeksi untuk administrasi obat dilakukan diberbagai tempat
lokasi diantaranya peroral, intramuscular, subcutan, intraperitoneal,
intravena, sampai intraosseous. Administrasi peroral biasa dilakukan
pada hewan kecil dan dapat dilakukan oleh owner di rumah.
Biasanya digunakan obat berbentuk cair untuk mempermudah
administrasi peroral. Metode administrasi peroral dapat dipermudah
dengan menggunakan feeding tube atau crop tube (Aspinall, 2006).
Injeksi intravena adalah memasukkan obat kedalam vena
menggunakan needle. Injeksi intravena dilakukan ketika cairan obat
tidak dapat masuk melalui peroral, atau terjadi iritasi apabila
dilakukan topikal. Injeksi intramuskular adalah teknik memasukkan
obat kedalam jaringan otot. Injeksi intramuskular membuat obat
cepat disalurkan ke pembuluh darah (Jin et al., 2015).
Injeksi intraperitoneal sering digunakan ketika akan
dilakukan injeksi dengan jumlah besar karena injeksi intraperitoneal
merupakan metode yang aman, cepat, dan dapat diserap cepat.
Injeksi intraperitoneal umum digunakan dalam penelitian obat.
Secara umum, ketika tikus diinjeksikan intraperitoneal terindikasi
meningkatkan konsentrasi kortikosteron dan respon glukokortikoid
dalam plasma (Baek et al., 2015).
C. Infus
V. Kesimpulan
1. Anestesi adalah teknik untuk memblokir sistem syaraf untuk
menciptakan penanganan yang aman, meminimalisir stress, dan
mengurangi rasa sakit
2. Injeksi ada dibagi menjadi beberapa lokasi diantaranya intravena,
intramuskular, peroral, intraperitoneal, intraosseous, dan subcutan
3. Infus atau kateter intravena biasanya digunakan untuk terapi cairan
dalam penanganan
VI. Daftar Pustaka
Aspinall V. 2006. The Complete Textbook of Veterinary Nursing.
London: Elsevier
Baek J.M., Kwak S.C., Kim J.Y., Ahn S.J., dkk. 2015. Evaluation of a
Novel Technique for Intraperitoneal Injections in Mice. Lab
Animal 44(11): 1-5
Breton A. 2015. Step By Step Peripheral Catheter Placement.
Veterinary Team Brief.
Dharmayudha A.A.G.O., Gorda I.W., dan Wardhita A.A.G.J. 2010.
Perbandingan Efek Pemberian Anestesi Xylazin-Ketamin
Hidroklorida dengan Anestesi Tiletamin-Zolazepam Terhadap
Capillary Refill Time dan Warna Selaput Lendir pada Anjing.
Buletin Veteriner Udayana 2(1):21-27
Eldredge D.M., Carlson L.D., Carlson D.G., dan Giffin J.M. 2007.
Dog Owner’s Home Veterinary Handbook. New Jersey: Wiley
Publishing
Jin J., Zhu L., Chen M., Xu H., dkk. 2015. The Optimal Choice of
Medication Administration Route Regarding Intravenous,
Intramuscular, and Subcutaneous Injection. Patient Preference
and Adherence 9: 923-942
Lee J.A. dan Cohn L.A. 2017. Fluid Therapy for Pediatric Patients. Vet
Clin Small Anim 47: 373-382
Muir W.W. dan Hubbell J.A.E. 2013. Handbook of Veterinary
Anesthesia. Missouri: Elsevier
Orpet H. dan Welsh P. 2011. Handbook of Veterinary Nursing. UK:
Wiley-Blackwell
Pemayun I.G.A.G.P., Sindhu I.G.A.W., dan Wardhita A.A.G.J. 2018.
Indonesia Medicus Veterinus 7(6):652-663
Suartha I.N. 2010. Terapi Cairan pada Anjing dan Kucing. Buletin
Veteriner Udayana 2(2):69-83
Tello L. dan Freytes R.P. 2017. Fluid and Electrolyte Therapy During
Vomiting and Diarrhea. Vet Clin Small Anim 47: 505-519