Anda di halaman 1dari 10

JURNAL

PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN DITINJAU DARI


STUNTING DAN ASUPAN ZAT GIZI (PROTEIN, ZAT BESI)
DI PAUD MUTIARA HATI DESA SUMBERAGUNG
KECAMATAN NGANTANG
KABUPATEN MALANG

Oleh :

ERLY AYU SETIAWATI


NIM. 1741A0087

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2018
PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN DITINJAU DARI
STUNTING DAN ASUPAN ZAT GIZI (PROTEIN, ZAT BESI)
DI PAUD MUTIARA HATI DESA SUMBERAGUNG
KECAMATAN NGANTANG
KABUPATEN MALANG

(Development Of Children Under Five (3-5 Years) Old Reviewed From


Stunting And Nutritional Intake (Protein, Iron) In PAUD Mutiara Hati
Sumberagung Ngantang Malang)

Erly Ayu Setiawati 1 – Miftakhur Rohmah 2 , Retno Palupi Yonni Siwi 2


1
Mahasiswa Stikes Surya Mitra Husada Kediri
2
Dosen Stikes Surya Mitra Husada Kediri

ABSTRAK
Tingginya gangguan perkembangan pada anak diantaranya disebabkan oleh
stunting dan asupan zat gizi yang kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh stunting dan asupan gizi terhadap perkembangan anak usia
3-5 tahun di PAUD Mutiara Hati Desa Sumberagung Kecamatan Ngantang
Kabupaten Malang. Desain yang digunakan analitik korelasi dengan pendekatan
cross sectional. Populasinya adalah seluruh anak usia 3-5 tahun di PAUD Mutiara
Hati sejumlah 125 anak dan sampel 56 secara simple random sampling.
Pengumpulan data menggunakan tabel TB/U, lembar FFQ dan KPSP kemudian
dianalisis dengan Regresi Linear Berganda. Variabel independen yaitu stunting
dan asupan gizi, variabel dependen yaitu perkembangan anak. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar tinggi badan (stunting) anak termasuk kategori
normal yaitu 30 responden (53.6%), sebagian besar asupan zat gizi anak termasuk
dalam kategori baik yaitu 39 responden (69.6%), setengahnya memiliki status
perkembangan sesuai yaitu 28 responden (50%) dan ada pengaruh stunting dan
asupan gizi secara bersamaan terhadap perkembangan anak usia 3-5 tahun di
PAUD Mutiara Hati (Regresi Linear Berganda dengan p-value = 0.000 < 0.05
artinya H1 diterima). Anak dengan defisiensi asupan zat gizi berpotensi
mengalami stunting. Stunting dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan
meliputi gangguan fungsi kognitif, gangguan sistem imun, dan resiko menderita
infeksi. Asupan gizi yang seharusnya berperan menunjang perkembangan anak
berkurang akibat terpakai untuk mengatasi infeksi yang terjadi, hal ini yang
menyebabkan proses perkembangan anak terganggu akibat kekurangan asupan
gizi.

Kata kunci: Stunting, Asupan Gizi, Perkembangan


ABSTRACT
High rate of development disorders in children can be caused by stunting
and poor nutrient intake. Aim of this research was to find out the influence of
stunting and nutritional intake to development of children 3-5 years in PAUD
Mutiara Hati Sumberagung Ngantang Malang. Research design used correlation
analytic with cross sectional approach. Population was all of children 3-5 years
in PAUD Mutiara Hati amount 125 with 56 samples taken by simple random
sampling technique. Collecting data using the table of TB/U, Food Frequency
Questioner and KPS and then analyzed with Multiple Linear Regression. The
independent variables was stunting and nutritional intake, for dependent variable
was development. Result of this research obtained 30 respondent (53.6%) has
normal height, 39 respondent (69.6%) has good criteria of nutritional intake, 28
respondent (50%) has been detect with normal developments and there is
influence of stunting and nutritional intake to development of children 3-5 years
in PAUD Mutiara Hati (Multiple Linear Regression p-value = 0.000 < 0.05, so
H1 have been accepted). Children with nutritional intake deficiencies have a high
risk for stunting. Stunting can cause late development include decreased cognitive
function, decreased immune system and susceptibility to infection. Nutritional
intake that’s supposed to support child’s development becomes reduced due to
use to overcome infections, this is the reason why development process to be
disrupted due to lack of nutritional intake.

Key words: Stunting, Nutritional Intake, Development


PENDAHULUAN balita di Indonesia, yang mengalami
gangguan tumbuh kembang anak
Gangguan perkembangan anak
adalah 45,7% (Katharina, 2016).
meliputi gangguan perkembangan
Studi pendahuluan yang
motorik, gangguan perkembangan
dilakukan pada tanggal 9 Juli 2018,
bahasa, dan gangguan perkembangan
terdapat sejumlah 125 anak dengan
emosi serta perilaku (Rahardjo,
rentang usia 3-5 tahun di PAUD
2015). Perkembangan pada masa
Mutiara Hati, kemudian dilakukan
anak merupakan landasan bagi
pemeriksaan terhadap 10 anak yang
perkembangan pada usia selanjutnya.
dipilih secara acak dan diperoleh
Apabila tahapan ini dapat dilalui
hasil 60% (6 anak) termasuk dalam
anak, maka anak semakin mudah
kategori stunting dan 40% (4 anak)
melalui tahapan berikutnya (Istiany,
dalam kategori normal, untuk asupan
2014). Perkembangan setiap anak
gizi anak diperoleh hasil 60% (6
memiliki keunikan tersendiri dan
anak) memiliki asupan gizi kurang
kecepatan pencapaian perkembangan
dan 40% (4 anak) memiliki asupan
tiap anak berbeda. Kisaran waktu
gizi baik, untuk status perkembangan
pencapaian tiap tahap perkembangan
diperoleh 80% (8 anak) memiliki
umumnya cukup besar. Akan tetapi
perkembangan meragukan, 10% (1
seringkali orang tua tidak menyadari
anak) memiliki perkembangan
ketika buah hatinya mengalami
normal dan 10% (1 anak) mengalami
gangguan pada perkembangannya
penyimpangan perkembangan.
(Katharina, 2016).
Gangguan perkembangan pada
Beberapa tahun terakhir ini
anak dipengaruhi oleh faktor genetik
angka kejadian gangguan
dan lingkungan. Faktor genetik atau
perkembangan seperti keterlambatan
keturunan adalah faktor yang
motorik, berbahasa, perilaku,
berhubungan dengan gen yang
autisme dan hiperaktif semakin
berasal dari ayah dan ibu, sedangkan
meningkat, di Amerika Serikat
faktor lingkungan meliputi pra-natal
berkisar 12% sampai dengan 16,6%,
dan post-natal meliputi asupan gizi,
Thailand 24%, Argentina 22,5% dan
status kesehatan anak, budaya
di Indonesia antara 13% sampai
lingkungan, status sosial dan
dengan 18% (Yudianti, 2015).
ekonomi keluarga, iklim atau cuaca,
Prevalensi cacat perkembangan pada
serta aktifitas fisik anak (Rahardjo,
anak-anak di Amerika Serikat
2015). Kurang gizi yang terjadi pada
berdasarkan data National Health
masa anak ini bersifat irreversible,
Interview Surveys tahun 1997 - 2008
berdasarkan fakta inilah diperlukan
adalah 13,87%. Survey ini juga
perhatian yang lebih dalam tumbuh
menemukan sebanyak 15% anak usia
kembang di usia balita (Marmi,
3 - 17 tahun atau hampir 10 juta anak
2014). Kekurangan gizi kronis di
pada tahun 2006 - 2008 mengalami
masa lalu mengakibatkan gagal
cacat perkembangan (Hikmah,
pertumbuhan pada masa anak
2016). Sedangkan menurut data
(stunting), sehingga stunting
Dinkes RI (2010) jumlah anak usia
digunakan sebagai indikator jangka
balita di Indonesia mencapai 23,7
panjang untuk gizi kurang pada anak.
juta yaitu 10,4% dari total penduduk
Stunting berkorelasi dengan
Indonesia, dimana berdasarkan
gangguan pada perkembangan
cakupan pelayanan kesehatan balita
neurokognitif dan resiko menderita
dalam deteksi tumbuh kembang
penyakit tidak menular di masa mendeteksi dini tumbuh kembang
depan (Kemenkes RI, 2016). anaknya (Syahril, 2016). Skrining
Gangguan perkembangan pada merupakan prosedur rutin dan dapat
neurokognitif (kecerdasan otak) ini memberikan petunjuk dalam
tentu berakibat timbulnya berbagai pemeriksaan perkembangan anak
gangguan pada perkembangan sehari-hari kalau ada sesuatu yang
seperti gangguan perkembangan perlu mendapat perhatian
motorik berupa keterlambatan dalam (Widiaskara, 2017). Salah satu
kemampuan berjalan, gangguan skrining yang dapat dilakukan untuk
perkembangan bahasa berupa sulit mendeteksi gangguan pada
diajak berkomunikasi, serta perkembangan adalah dengan
gangguan perkembangan emosi serta menggunakan KPSP. KPSP atau
perilaku pada balita (Rahardjo, Kuesioner Pra Skrinning
2015). Akibat lain dari gangguan Perkembangan adalah suatu daftar
perkembangan pada anak adalah pertanyaan singkat yang ditujukan
munculnya berbagai kelainan pada kepada para orang tua dan
anak tersebut seperti anoreksia, dipergunakan sebagai alat untuk
gangguan tidur, temper tantrum, melakukan skrinning pendahuluan
thumb sucking, enuresis, autisme, perkembangan anak usia 3 bulan
syndrome asperger, GPPH, disleksia, sampai dengan 6 tahun. Bagi tiap
syndrome down dan retardasi mental golongan umur terdapat 10
(Soetjiningsih, 2016). pertanyaan untuk orang tua atau
Mengingat jumlah anak usia pengasuh anak (Hikmah, 2016).
balita di Indonesia sangat besar yaitu Berdasarkan latar belakang di
sekitar 10% dari seluruh populasi, atas maka peneliti tertarik untuk
maka sebagai calon generasi penerus melakukan penelitian dengan judul
bangsa, kualitas tumbuh kembang “Perkembangan Anak Usia 3-5
anak di Indonesia perlu mendapat Tahun ditinjau dari Stunting dan
perhatian serius yaitu mendapat gizi Asupan Zat Gizi (Protein dan Zat
yang baik, stimulasi yang memadai Besi) di PAUD Mutiara Hati Desa
serta terjangkau oleh pelayanan Sumberagung Kecamatan Ngantang
kesehatan berkualitas termasuk Kabupaten Malang”.
deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang BAHAN DAN METODE
(Kemenkes RI, 2014). Pelayanan
Peneliti melakukan pengukuran
deteksi dini tumbuh kembang pada
tinggi badan anak (TB) dilanjutkan
balita sejak dini akan merangsang
dengan menentukan status anak
perkembangan anak di kemudian
balita tersebut menderita stunting
hari dan dapat mendeteksi anak jika
atau tidak menggunakan tabel TB/U
terdapat penyimpangan. Indikator
(Kemenkes RI, 2011) dan melakukan
keberhasilan tahun 2010 diharapkan
wawancara pada orang tua responden
90% dari balita terjangkau oleh
untuk mengetahui asupan zat gizi
kegiatan stimulasi dan intervensi dini
(protein dan zat besi) anak
penyimpangan tumbuh kembang.
mengunakan food frequency
Sehingga diharapkan para ibu
questioner, serta melakukan
memberikan stimulus perkembangan
pemeriksaan perkembangan balita
bagi anaknya dan datang ke tenaga
dengan menggunakan lembar KPSP
kesehatan yang terdekat untuk
sesuai usia balita.
HASIL Tabel 3 Tabulasi Silang Stunting
dan Asupan Gizi Anak terhadap
Karakteristik Responden
Status Perkembangan Anak Usia
3-5 Tahun di PAUD Mutiara Hati
Tabel 1 Karakteristik Responden
Desa Sumberagung Kecamatan
Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Ngantang Kabupaten Malang
Usia Anak
Tanggal 17 s/d 21 September 2018
Karakteristik N %
Jenis Kelamin Status
Laki-Laki 26 46.4 Perkembangan Total
Perempuan 30 53.6 P M S
Usia N % N % N % N %
3 Tahun 28 50 Stunting
4 Tahun 22 39.2 Stunting 4 7.1 17 30.4 0 0 21 37.5
Normal 1 1.8 4 7.2 25 44.6 30 53.6
5 Tahun 6 10.8 Tinggi 0 0 2 3.5 3 5.4 5 8.9
Sumber : Hasil Analisa Data Total 5 8.9 23 41.1 28 50 56 100
Asupan
Karakteristik Variabel Gizi
Kurang 3 5.4 11 19.6 3 5.4 17 30.4
Baik 2 3.5 12 21.5 25 44.6 39 69.6
Tabel 2 Karakteristik Variabel
Total 3 8.9 23 41.1 28 50 56 100
Berdasarkan Stunting, Asupan
Sumber : Hasil Analisa Data
Gizi dan Perkembangan

Karakteristik N % Berdasarkan tabel 3 diketahui


Stunting hampir setengah responden dengan
Stunting 21 37.5 tinggi badan normal memiliki status
Normal 30 53.6 perkembangan sesuai yaitu sebanyak
Tinggi 5 8.9 25 responden (44.6%), dan hampir
Asupan Gizi setengah responden dengan asupan
Kurang 17 30.4 gizi baik memiliki status
Baik 39 69.6 perkembangan sesuai yaitu 25
Perkembangan responden (44.6 %) dari total 56
Penyimpangan 5 8.9 responden.
Meragukan 23 41.1
Sesuai 28 50 Tabel 4 Hasil Uji Regresi Linear
Sumber : Hasil Analisa Data Berganda

No Variabel P-Value
Hasil Uji Statistik 0.000
1 Stunting
2 Asupan Gizi 0.011
Hasil untuk uji statistik 3 Stunting dan
Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun 0.000
Asupan Gizi
ditinjau dari Stunting dan Asupan Zat
Sumber : Hasil Analisa Data
Gizi (Protein dan Zat Besi) di
PAUD Mutiara Hati Desa
Dari hasil analisis uji statistik
Sumberagung Kecamatan Ngantang
Regresi Linear Berganda dengan
Kabupaten Malang dengan uji
menggunakan bantuan Microsoft
regresi linear berganda dapat dilihat
Excel 2007 for windows diperoleh p-
pada tabel di bawah ini :
value = 0.000 < 0.05 artinya H1
diterima. Sehingga ada pengaruh yaitu sebanyak 39 responden
stunting dan asupan zat gizi (protein (69.6%) dari total 56 responden.
dan zat besi) terhadap perkembangan Memenuhi kebutuhan gizi anak
anak usia 3-5 tahun di PAUD dan memberikan stimulus merupakan
Mutiara Hati. hal yang perlu diprioritaskan oleh
orang tua, karena fase ini bersifat
PEMBAHASAN irreversible atau tidak dapat kembali
ke fase sebelumnya, sehingga gizi
Stunting pada Anak Usia 3-5
merupakan salah satu faktor utama
Tahun di PAUD Mutiara Hati
yang menentukan keberhasilan untuk
mencapai tumbuh kembang optimal.
Berdasarkan tabel 2 dapat
Mencukupi kebutuhan gizi anak bisa
diketahui bahwa sebagian besar
terlaksana dengan baik apabila ibu
responden memiliki tinggi badan
mengetahui kebutuhan gizi anak,
normal yaitu sebanyak 30 responden
cara pemenuhan asupan gizi anak,
(53.6%) dari total 56 responden.
upaya perbaikan asupan gizi serta
Stunting dapat terjadi mulai
berperan aktif dalam mendukung
janin masih dalam kandungan dan
pola kebiasaan makanan anak
baru nampak saat anak berusia dua
(Fikawati, 2017).
tahun. Asupan gizi yang kurang
Hasil penelitian diperoleh
dalam waktu cukup lama akibat
sebagian besar responden memiliki
pemberian makanan yang tidak
status asupan gizi baik, adapun
sesuai dengan kebutuhan gizi dapat
pendapat peneliti hal ini
menyebabkan masalah kurang gizi
menunjukkan bahwa ibu atau
kronis atau stunting (Trihono, 2015).
pengasuh anak mengetahui
Hasil dari penelitian dapat
kebutuhan gizi anak dengan baik
diketahui bahwa sebagian anak yang
meliputi cara pemenuhan asupan gizi
menjadi responden penelitian tidak
anak dan upaya perbaikan asupan
sedang mengalami malnutrisi kronis
gizi serta berperan aktif dalam
dalam waktu yang lama, adapun
mendukung pola kebiasaan makanan
pendapat peneliti hal ini karena anak
anak.
telah mendapat asupan gizi seimbang
dari yang diberikan oleh orang tua.
Perkembangan Anak Usia 3-5
Sehingga berdampak hanya sebagian
Tahun di PAUD Mutiara Hati
kecil responden dengan kategori
stunting dimana sebagian kecil
Berdasarkan tabel 2 dapat
responden ini berusia ≥ 3 tahun,
diketahui bahwa setengahnya dari
maka anak tersebut bukan lagi
seluruh responden memiliki status
sedang mengalami kegagalan
perkembangan sesuai dengan usia
bertumbuh melainkan telah menjadi
yaitu sebanyak 28 responden (50 %)
stunted.
dari total 56 responden.
Asupan Zat Gizi (Protein dan Zat Dari hasil tabulasi silang
Besi) pada Anak Usia 3-5 Tahun di menunjukkan bahwa sebagian
PAUD Mutiara Hati kecil responden dengan jenis
kelamin perempuan memiliki status
Berdasarkan tabel 2 dapat perkembangan sesuai yaitu sebanyak
diketahui bahwa sebagian besar 16 responden (28.6 %) dari total 56
responden memiliki asupan gizi baik responden dan sebagian kecil
responden dengan usia 3 tahun pada tahap selanjutnya dapat berjalan
memiliki status perkembangan dengan lebih baik.
meragukan yaitu sebanyak 14
responden (25%) dari total 56 Pengaruh Stunting dan Asupan
responden. Zat Gizi (Protein dan Zat Besi)
Perkembangan dapat diartikan terhadap Status Perkembangan
sebagai perubahan yang sistematis, Anak Usia 3-5 Tahun di PAUD
progresif dan berkesinambungan Mutiara Hati
dalam diri individu sejak lahir hingga
akhir hayatnya atau dapat diartikan Berdasarkan tabel 3 dapat
pula sebagai perubahan yang dialami diketahui bahwa hampir setengahnya
individu menuju tingkat kedewasaan responden dengan tinggi badan
atau kematangannya (Sudrajat, normal memiliki status
2008). perkembangan sesuai yaitu sebanyak
Adapun pendapat peneliti, 25 responden (44.6%), dan hampir
perkembangan pada anak laki-laki setengahnya responden dengan
dan perempuan berbeda karena asupan gizi baik memiliki status
tergantung fungsi dan gerak perkembangan sesuai yaitu 25
tubuhnya, selain itu juga karena responden (44.6 %) dari total 56
jumlah antara responden laki-laki responden. Berdasarkan tabel 4 hasil
dan perempuan sangat berbeda analisis uji statistik Regresi Linear
sehingga tidak bisa dikatakan anak Berganda dengan menggunakan
perempuan memiliki perkembangan bantuan Microsoft Excel 2007 for
yang lebih baik dari pada anak laki- windows diperoleh hasil Sig = 0.000,
laki ataupun sebaliknya. Selain itu karena 0.000 < 0.05 artinya H1
kemampuan perkembangan anak diterima. Sehingga ada pengaruh
juga akan semakin naik dengan stunting dan asupan zat gizi (protein
meningkatnya usia karena dan zat besi) terhadap perkembangan
kematangan fungsi tubuh dan anak usia 3-5 tahun di PAUD
ototnya. Melalui proses Mutiara Hati.
perkembangan anak akan bertambah Zat gizi memiliki fungsi
matang dalam segala aspek baik penting dalam perkembangan yaitu
fisik, emosi, intelektual maupun membentuk jaringan baru dan
psikososial. Apabila terjadi suatu memperbaiki sel jaringan otak yang
masalah dalam proses tersebut maka rusak. Pada usia anak, rentan terjadi
yang akan berakibat terhambatnya kurang asupan zat gizi akibat
anak mencapai tingkat rendahnya zat gizi yang dikonsumsi
perkembangan yang sesuai dengan oleh anak sehingga terjadi malnutrisi
usianya. Apabila gangguan ini kronik dengan kondisi anak menjadi
berlanjut maka akan menjadi suatu pendek (stunting) dan perkembangan
kecacatan yang menetap pada anak. otak suboptimal. Stunting berkaitan
Namun bila sejak dini gangguan dengan perkembangan otak anak,
tumbuh kembang sudah terdeteksi karena anak dengan stunting akan
maka dapat dilakukan suatu rawan terkena infeksi, zat gizi yang
intervensi sesuai kebutuhan anak. berfungsi untuk mendukung
Melalui intervensi yang dilakukan perkembangan sel-sel otak terfokus
sejak dini itulah perkembangan anak penggunaannya untuk mengatasi
infeksi yang mengakibatkan
kurangnya asupan gizi untuk terhadap perkembangan anak usia 3-
mematangkan sel-sel saraf pada otak 5 tahun di PAUD Mutiara Hati.
anak terutama di bagian cerebellum
dan menimbulkan terhambatnya Saran
perkembangan anak (Susanty, 2012). Kepada Tempat Penelitian,
Menurut peneliti stunting pada diharapkan bisa meningkatkan
anak dapat dicegah sejak dini fasilitas yang mampu meningkatkan
berawal dari kesadaran keluarga kualitas anak khususnya dalam hal
terutama ibu atau pengasuh anak. Ibu pemantauan perkembangan anak,
memiliki peran besar terhadap serta berkolaborasi dengan tenaga
kemajuan tumbuh kembang anaknya kesehatan (Puskesmas) dalam
dari stimulasi dan pengasuhan anak melaporkan dan menangani anak
yang tepat dan mengatur pola asupan dengan gangguan perkembangan.
gizi seimbang untuk balitanya. Kepada Masyarakat,
diharapkan dapat meningkatkan
SIMPULAN DAN SARAN pengetahuan tentang bahaya
Simpulan stunting, pentingnya kesehatan
khususnya asupan gizi pada anak,
Sebagian besar anak usia 3-5
memperbanyak informasi pola hidup
tahun di PAUD Mutiara Hati Desa
sehat dan pemahaman tentang
Sumberagung Kecamatan Ngantang
perkembangan anak. Masyarakat
Kabupaten Malang tinggi badan
juga harus aktif dalam
(stunting) termasuk dalam kategori
memanfaatkan pelayanan kesehatan
normal yaitu 30 responden (53.6%)
yang ada secara komprehensif untuk
dari total 56 responden.
mendeteksi adanya penyimpangan
Sebagian besar anak usia 3-5
perkembangan pada anak atau tidak.
tahun di PAUD Mutiara Hati Desa
Kepada Peneliti Selanjutnya,
Sumberagung Kecamatan Ngantang
diharapkan perlu adanya penelitian
Kabupaten Malang asupan zat gizi
lebih lanjut yang dilakukan di
(protein dan zat besi) termasuk
kemudian hari untuk mendapatkan
dalam kategori baik yaitu 39
data lebih akurat dengan cara
responden (69.6%) dari total 56
menggabungkan lebih banyak
responden.
variabel yang diukur dan waktu yang
Setengahnya dari anak usia 3-5
lebih lama sehingga perkembangan
tahun di PAUD Mutiara Hati Desa
anak lebih terpantau. Selain itu juga
Sumberagung Kecamatan Ngantang
bisa dengan menggunakan
Kabupaten Malang status
instrument DDTK lain dengan
perkembangan termasuk dalam
tingkat kesalahan yang lebih rendah
kategori sesuai usia yaitu 28
sehingga hasil penelitian lebih
responden (50%) dari total 56
akurat.
responden.
Hasil analisis uji statistik
KEPUSTAKAAN
Regresi Linear Berganda dengan
menggunakan bantuan Microsoft Fikawati, Sandra. 2017. Gizi Anak
Excel 2007 for windows diperoleh dan Remaja. Depok : Rajawali
hasil Significance = 0.000, karena Pers
0.000 < 0.05 artinya H1 diterima.
Sehingga ada pengaruh stunting dan Hikmah, Kholishatul. 2016. Analisis
asupan zat gizi (protein dan zat besi) Faktor - Faktor Risiko
Keterlambatan Perkembangan Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian
Anak Balita Di Kabupaten Pendekatan, Strategi. Metode,
Kudus. Jurnal Kebidanan. Vol. Teknik dan Model
5 No. 10 ISSN 2089-7669 Pembelajaran. Bandung : Sinar
Baru Algesindo
Istiany, A., Rusilanti. 2014. Gizi
Terapan. Bandung : Remaja Syahril, Suci. 2016. Hubungan
Rosdakarya Tingkat Pengetahuan Ibu Dan
Dukungan Tenaga Kesehatan
Katharina. T., Iit. K. 2016. Dengan Pelaksanaan Deteksi
Hubungan Antara Pengetahuan Dini Tumbuh Kembang
Ibu Dengan Sikap Terhadap (DDTK) Pada Anak Balita Di
Tumbuh Kembang Anak Usia Kelurahan Batuangtaba
0-24 Bulan. Jurnal Kebidanan. Wilayah Kerja Puskesmas
Vol. 6 No. 2 ISSN 2252-8121 Pagambiran Padang Tahun
2015. Jurnal Medika Saintika.
Kemenkes. 2011. Standar
Vol. 7 No 2 ISSN 2087-8508
Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak. Jakarta : Direktorat Susanty, M., Margawati. A. 2012.
Jenderal Bina Gizi dan Hubungan Derajat Stunting,
Kesehatan Ibu dan Anak Asupan Zat Gizi dan Sosial
Kementrian Kesehatan RI Ekonomi Rumah Tangga
dengan Perkembangan
Kemenkes RI. 2014. Pedoman
Motorik Anak Usia 24-36
Pelaksanaan Stimulasi Deteksi
Bulan di Wilayah Kerja
dan Intervensi Dini Tumbuh
Puskesmas Bugangan
Kembang Anak di Tingkat
Semarang. Journal of Nutrition
Pelayanan Kesehatan Dasar.
College. Vol.1, No.1
Jakarta: Departemen Kesehatan
RI Trihono, et al. 2015. Pendek
(Stunting) di Indonesia
Kemenkes. 2016. Situasi Gizi.
Masalah dan Solusinya.
Jakarta : Pusat data dan
Jakarta : Lemaga Penerbit
Informasi Kementerian
Balitbangkes
Kesehatan RI.
Widiaskara. L. G. A. P. V.,
Marmi. 2014. Gizi dalam Kesehatan
Windiani. I. G. A. T. 2017.
Reproduksi. Yogyakarta :
Prevalensi Keterlambatan
Pustaka Pelajar
Perkembangan Anak di Taman
Rahardjo, K., Marmi. 2015. Asuhan Kanak-Kanak Sabana Sari
Neonatus Bayi Balita dan Denpasar Barat. E-Jurnal
Anak Pra Sekolah. Medika. Vol. 6 No. 9 ISSN
Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2303-1395

Soetjiningsih., Ranuh, IG.N. Gde. Yudianti, Ika., Tyas. N . H. N. 2015.


2016. Tumbuh Kembang Anak. Status Gizi Dan Perkembangan
Jakarta : Penerbit Buku Bayi Usia 6-12 Bulan. Jurnal
Kedokteran EGC Informasi Kesehatan Indonesia
(JIKI), Vol. 1 No. 1 ISSN
2460-0334

Anda mungkin juga menyukai