Anda di halaman 1dari 3

Kritik Jalan Tol Jokowi, Said Didu:

Pencitraan Harus Kita Tutup


Jakarta - Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara Muhammad Said
Didu menyebut rampungnya pembangunan sejumlah ruas jalan tol di Indonesia
belakangan ini bukanlah prestasi pemerintahan Presiden Joko Widodo semata. "Jalan
tol ini selalu dibangga-banggakan, pencitraan berbasis kebohongan ini harus kita
tutup," ujar dia di Kantor Sekretariat Nasional Prabowo - Sandiaga, Selasa, 22 Januari
2019.

Said Didu berujar pembangunan jalan tol itu telah dirancang sejak tahun 1990-an alias
di era pemerintahan Presiden Soeharto. Bahkan lelang proyek-proyek jalan tol itu
sudah dilakukan sejak 1997. Sempat ada persoalan, proyek pembangunan itu kembali
dievaluasi pada 2004, yaitu di era pemerintahan Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono.

"Waktu itu bersama Pak JK (Wakil Presiden Jusuf Kalla) kami evaluasi satu per satu
ruasnya di kantor beliau," ujar Didu. Salah satu persoalan yang ditemukan adalah
adanya ruas yang dimiliki oleh pengusaha yang perusahaannya belum terdaftar.
"Bagaimana bisa? Padahal mendaftar itu biayanya hanya Rp 1 juta."

Setelah melakukan evaluasi, tutur Didu, pemerintah pun memanggil satu per satu
pengusaha pemilik ruas tol tersebut. "Ada yang mau menyerahkan, ada yang enggak
mau," kata dia. Persoalan tidak selesai di sana, pembangunan jalan tol baru bisa
dilaksanakan setelah adanya pembebasan lahan.

Pada akhirnya, Didu mengatakan Badan Pengatur Jalan Tol bisa merampungkan
kontrak seluruh ruas jalan tol pada 2013, yakni masih pada era pemerintahan
Presiden SBY. Barulah selepas itu, proyek bisa dikerjakan pada 2014. "Sekarang
dikalim seakan-akan... Padahal itu Said Didu presidennya pun tetap bisa," tutur Said
Didu.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan memastikan


bahwa pembangunan infrastruktur seperti jalan tol sangat penting untuk mewujudkan
pertumbuhan ekonomi. Hal ini disampaikan menanggapi banyaknya kritik terhadap
pemerintahan Jokowi yang terkesan jor-joran dalam membangun infrastruktur tapi
malah membebani perekonomian.
"Memang, orang tidak makan beton, itu betul. Tapi makanan lewat di atas beton itu
sehingga harga pangan turun," katanya di sela-sela meninjau percepatan
pembangunan proyek New Yogyakarta International Airport di Kulon Progo, Rabu
malam, 19 Desember 2018.

Dalam kesempatan itu Luhut menjelaskan selama Pemerintahan Jokowi - Jusuf


Kalla selama empat tahun belakangan ini sudah membangun jalan tol sepanjang 671
kilometer. Sementara bila dibandingkan dengan di masa orde baru, 216 kilometer
jalan tol yang terbangun.
Soal Kritik Pembangunan Jalan Tol,
Jokowi : Nanti Makan Semen Aspal,
Sakit Perut
JAKARTA--Berbagai kritikan dialamatkan kepada Presiden Joko Widodo
(Jokowi) lantaran kebijakannya yang membangun jalan tol hingga ke daerah-
daerah. Jokowi memastikan telah mendengar kritikan tersebut. Bahkan, kata dia,
ada orang yang menolak pembangunan jalan berbayar itu dengan menyatakan
bahwa tak ingin makan jalan tol.

"Ada yang menyampaikan. Pak, kami tidak setuju jalan tol. Kami tidak makan
jalan tol. Yang suruh makan jalan tol siapa?" kelakar Jokowi saat menghadiri
acara peringatan ke-72 tahun Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di kediaman
Ketua Majelis Pembina KAHMI Akbar Tandjung, Jakarta, Selasa (5/2/2019).

Jokowi juga berseloroh bahwa memakan aspal jalan tol akan mengakibatkan
sakit perut. "Nanti [kalau] makan semen aspal nanti sakit perut," katanya.

Jokowi menerangkan, selama ini kerja pemerintah tidak hanya membangun jalan
tol. Dia melanjutkan bahwa pemerintah juga membangun berbagai infrastruktur
hingga ke daerah.

"Jadi bukan yang gede-gede saja. Yang kecil-kecil juga yaitu lewat dana desa.
Membangun jalan kecil di desa dan itu sudah panjang sekali," ujarnya.

Kepala Negara mengatakan, pembangunan infrastruktur merupakan pondasi


dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang mempu bersaing dan
kesejahteraan masyarakat.

Dengan begitu, sambung dia, pemerintah akan terus konsisten dalam


melanjutkan pembangunan infrastruktur yang berkesinambungan itu. "Jangan
sampai kita melalui sesuatu setengah main. Kemudian kita berbelok lagi
memulai dari awal. Saya kira kalau ada keberlanjutan saya lihat bisa melonjatkan
bangsa ini menuju bangsa maju," katanya.

Anda mungkin juga menyukai