Oleh :
Golongan I / Kelompok 2
LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara menentukan mutu benih padi berdasar konsentrasi larutan uji
2. Mengetahui cara pembibitan tanaman padi menggunakan metode pembibitan
basah
BAHAN DAN METODE
2.2.2 Alat
1. Gelas Plastik 3 buah
2. Alat tulis
3. dan alat penunjang kegiatan praktikum lainnya.
3. Penyebaran Benih
1. Tahap Pekerjaan
Benih yang sudah siap disebar dimasukkan ke dalam gelas air mineral
kosong yang kemudian benih tersebut disebar pada bedengan yang telah
disediakan dengan hati-hati agar tidak tumpang tindih. Benih harus disebar
secara merata pada bedengan.
2. Pengamatan Hasil
Benih yang ada pada bedengan tersebar secara merata dari ujung bedengan
yang satu dengan ujung bedengan yang lain.
3. Keterangan
4. Pemeliharaan Benih
1. Tahap Pekerjaan
Benih yang tersebar pada bedengan secara merata kemudian ditutup dengan
jerami tidak boleh terlalu tebal dan harus dilakukan secara merata.
2. Hasil Pengamatan
Penyebaran jerami sudah merata dengan ketebalan lapisan yang cukup
3. Keterangan
3.2 Pembahasan
Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Komoditas yang paling sering
dibudidayakan untuk memnuhi kebutuhan pangan yakni padi. Padi merupakan salah
satu komoditas yang bahan tanamnya berupa benih. Benih merupakan fase yang
sangat menentukan pertumbuhan suatu komodita khususnya padi, untuk itu benih
harus memenuhi kriteria tertentu dan perlu diperhatikan dalam pemilihannya. Benih
padi yang buruk tentunya akan mempengaruhi kualitas padi dan menyebabkan hasil
panen menjadi rendah. Pemilihan benih yang baik tentunya sangat diperlukan untuk
menghasilkan bibit yang unggul. Bibit yang unggul tidak lepas dari proses
pembibitan. Tahap-tahap pembibitan dilakukan di Agrotechnopark Universitas
Jember yang berlokasi di Jubung.
Pembibitan merupakan salah satu upaya untuk menghasilkan bibit yang
unggul setelah memilih benih yang berkualitas. Pembibitan yang memenuhi standar
baku teknis maka akan menghasilkan bibit yang berkualitas unggul, begitupun
sebaliknya jika pembibitan dilakukan dengan tidak memperhatikan standar maka
akan menghasilkan kualitas bibit yang mimiliki kualitas rendah. Pembibitan
dibedakan menjadi dua yakni pembibitan basah dan pembibitan kering. Model
pembibitan yang digunakan saat praktikum yaitu pembibitan basah dimana
pembibitan tersebut dilakukan di lahan yang basah dan langsung di sawah. Umumnya
masyarakat melakukan pembibitan pada musim penghujan seperti yang dilakukan
saat praktikum kali ini karena sumber air yang melimpah sehingga bibit tidak
kekurangan air saat masa pertumbuhannya.
Tahap awal dari pembibitan yakni penyiapan benih. Benih yang digunakan
saat proses pembibitan pada praktikum lapang yaitu benih padi dengan varietas
Ciherang Benih Padi Premium SS. Benih padi pada varietas ini berwarna kuning
keemasan yang menjadi salah satu indikator bahwa benih tersebut berkualitas baik,
selain itu indikator benihyang berkualitas yaitu tebebas dari penyakit maupun
pathogen bawaan benih, sudah terpisah dari kotoran-kotoran yang ikut bersama
benih. Proses selanjutnya yaitu benih yang telah disortir dan telah diuji kesehatannya
kemudian direndam selama kurang lebih 24 jam, yang dimulai pada hari Kamis sore
tanggal 12 maret 2020 hingga Jumat sore tanggal 13 Maret 2020. Perendaman benih
dilakukan untuk memecah atau mengakhiri masa dormansi, namun pada varietas
tertentu memerlukan perlakuan yang berbeda (Ilyas dan Diarni, 2007).
Tahap selanjutnya yaitu penyiapan bedengan yang digunakan sebagai media
semai. Bedengan disiapkan dengan membagi lahan menjadi 12 bagian sesuai dengan
jumlah golongan yang ada pada mata praktikum Pengantar Teknologi Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Jember. Bedengan dibuat membentuk persegi panjang
dengan ukuran 1 m x 5 m. Bedengan satu dengan bedengan lain diberi sekat untuk
jalannya air, seperti penjelasan sebelumnya bahwa model pembibitan yang dilakukan
saat praktikum yakni model pembibitan atau persemaian basah sehingga bedengan
digenangi air dengan maksud tanah yang menjadi media semai menjadi lunak,
mematikan rumput-rumput yang tumbuh disekitar bedengan, dan memusnahkan
macam-macam serangga. Hasil pengamatan saat praktikum lapang menunjukkan
kondisi bedengan yang tergolong baik bertanah lunak dengan kapasitas air yang
memadai meskipun masih menyisakan serasah dan terdapat beberapa keong pada
bedengan tersebut, namun tidak mengganggu proses penyemaian benih, tahap
selanjutnya setelah persiapan bedengan selesai yakni penyebaran benih.
Penyebaran benih dilakukan pada hari Sabtu tanggal 14 Maret 2020.
Pembibitan mula-mula dilakukan dengan memasukkan benih yang telah selesai
direndam kedalam gelas air mineral yang kosong. Benih yang telah dimasukkan
kedalam gelas air mineral kemudian disebar ke bedengan yang telah disiapkan
sebelumnya. Penyebaran benih harus dilakukan dengan perlahan dan memastikan
benih tersebar merata dan tidak tumpang tindih karena hal tersebut akan
mempengaruhi pertumbuhan benih tersebut. Benih yang disebar saat praktikum sudah
merata dan sudah dipastikan tidak tumpang tindih dari ujung bedengan ke bedengan
yang lain, setelah memastikan semua benih merata tahap selanjutnya yakni proses
pemeliharaan.
Pemeliharaan dilakukan dengan maksud untuk menjaga kecukupan air dan
mencegah adanya kerusakan pada bibit, selain itu juga mencegah bibit dari gangguan
hama dan penyakit tanaman. Pemeliharaan bisa dilakukan dengan menjaga
ketersediaan air, dan menutupi permukaan benih yang telah disemai. Pemeliharaan
yang dilakukan saat praktikum yaitu menjaga keduanya dimana selain menjaga
ketersediaan air pada lahan praktikan juga menutupi benih yang telah disebar
menggunakan jerami. Jerami yang digunakan untuk menutupi benih yang telah tidak
boleh terlalu tebal dan tidak boleh terlalu tipis dan harus merata sehingga semua
tertutupi dengan baik. Pemeliharaan tidak hanya berhenti pada proses persemaian saja
namun berlanjut hingga panen. Benih yang disebar tentu akan memunculkan bibit
padi yang kemudian akan dipindah ke lahan yang sebenarnya melalui tahap
pencabutan dan pemindahan bibit di area pertanaman.
Pencabutan bibit umumnya dilakukan saat bibit berusia tidak terlalu muda dan
tidak terlalu tua, dengan alasan jika terlalu muda maka akan membutuhkan
pemeliharaan serta perawatan yang ekstra karena kondisi perakaran yang masih
sangat rentan. Petani dalam pencabutan bibit padi secara umum menggunakan dua
sistem yaitu sistem SRI (Standar Republik Indonesia) dan Konvensional. Sistem SRI
menggunakan bibit muda yang berumur 11-15 hari dalam pencabutannya sedangkan
sistem konvensional menggunakan bibit tua yang berumur sekitar 21 hari. Praktikum
ini menggunkan sistem konvensional yakni menggunakan bibit usia tua dengan
pertimbangan sistem perakaran yang kuat dan perawatan yang relatif mudah. Bibit
yang telah dicabut dari bedengan kemudian diikat untuk memudahkan pemindahan
bibit ke lahan. Pemindahan bibit dilakukan karena lahan untuk pembibitan dan
penanaman berbeda sehingga perlu dipindahkan ke lahan sebenarnya.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pembibitan tanaman padi harus menggunakan benih yang sudah dikelola dan
disertifikasi. Selain itu, lahan juga harus sudah dikelola dengan ketentuan dan
syarat tertentu.
2. Penyebaran benih ke bedengan harus menggunakan teknik yang benar, supaya
tidak terjadi tumpang tindih antar benih. Bedengan yang sudah dilakukan
penebaran benih harus ditutup dengan jerami agar suhu benih tetap terjaga serta
melindungi dari hujan.
4.2 Saran
Praktikum sebaiknya di lakukan pada pagi hari, agar mahasiswa tidak terlalu
kepanasan dan mengeluh.
DAFTAR PUSTAKA
Ariana, A.N., dan Abidin, Z. 2018. Rancang Bangun Sistem Irigasi Pembibitan
Pengkondisian Lahan Padi Berbasis ATMEGA328 dan Monitoring Jarak Jauh
dengan Radio Frekuensi 433 MHz. Jurnal Teknika. 10(1): 999-1004.
Halindra, Y.M., dkk. 2017. Perkecambahan Benih Padi (Oryza sativa L.) Lokal Asal
Kalimantan Barat Berdasarkan Tingkat Salinitas. Jurnal Protobiont. 6 (3) :
295 – 302.
Kharia S.K., et al. 2017.Tillage and Rice Straw Management Affect Soil Enzyme
Activities and Chemical Properties after Three Years of Conservation
Agriculture Based Rice-wheat System in North-Western India. International
Journal of Plant & Soil Science. 15(6): 1-13.
Muslim, M., dan Solestyono, R. 2017. Pengaruh Penggunaan Mulsa Plastik Hitam
Perak dengan Berbagai Bentuk dan Tinggi Bendengan pada Pertumbuhan
Tanaman Kubis Bunga (Brassica Oleacea Var. Botrytis L.). Jurnal of
Agriculture Science.2(2): 85-90.
Permana, Sigit. 2016. Antropologi Desa dan Pembangunan Berkelanjutan.
Deepublish: Yogyakarta.
Satriyas, I., dan Diarni, W. T. 2007. Persistensi dan Pematahan Dormansi Benih pada
Beberapa Variabel Padi Gogo. Agrista. 11(2).
Verma, S.K., et al. 2017. Seed-vectored endophytic bacteria modulate development
of rice seedlings. Journal of Applied Microbiology. 1(1): 1680-1691
Verma, S.K., et al. 2017. A novel fungal arsenic methyltransferase, WaarsM reduces
grain arsenic accumulation in transgenic rice (Oryza sativa L.). Journal of
Hazardous Materials. 344(2018): 626–634.
LAMPIRAN