PENDAHULUAN
1.4.1Manfaat Teoritis
Dari keempat penelitian di atas, tergambar dengan jelas letak perbedaan antara
penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti
laksanakan,walaupun bentuk kajianya sama yakni menggunakan pendekatan
sosiologis sastra. Adapun yang menjadi titik fokus penelitian ini adalah untuk
mendiskripsikan segala bentuk representatif sosial kehidupan masyarakat yang
berada pada Suku Bajo.
2.2.1 Representasi
Pemaknaan pada sesuatu dapat sangat berbeda dalam budaya atau kelompok
masyarakat yang berlainan karena pada masing-masing budaya atau kelompok
masyarakat tersebut ada cara-cara tersendiri dalam memaknai sesuatu.Masyarakat yang
berbeda dalam suatu kelompok budaya yang sama mengerti dan menggunakan nama
yang sama, yang telah melewati proses kesepakatan secara sosial. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa representasi merupakan suatu proses untuk memproduksi makna
dari konsep yang ada dipikiran kita melalui bahasa. Proses pemaknaan tersebut
tergantung pada kolompok masyarakat yang menjelaskan budaya tersebut.
Banyak sekali para ahli yang mendefinisikan pengertian mengenai sastra, Mursal
Ensten mendefinisikan “Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta
artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui
bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia
(kemanusiaan).” (1978:9). Di sisi lain Semi mengungkapkan “Sastra adalah suatu
bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan
menggunakan bahasa sebagai mediumnya.” (1988:8). Panuti Sudjiman mendefinisikan
“Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti
keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam bagian isi, dan ungkapannya.” (1986:68).
Plato dan Aristoteles mempunyai definisi tersendiri mengenai sastra, menurut Plato
“Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya
sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model
kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.” Sastra
sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.” diungkapkan
oleh Aristoteles. Menurut Engleton sendiri (1988:4), sastra yang disebutnya adalah
“Karya tulisan yang halus” (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa
harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan,
dipanjang tipiskan dan diterbitkan, dijadikan ganjil”.Dari beberapa definisi di atas,
maka dapat didefinisikansastra merupakan suatu bentuk karya seni baik berupa lisan
maupun tulisan yang berisi nilai-nilai dan unsur tertentu lainnya yang bersifat
imaginatif.
Dalam bahsa Yunani Literature, artinya huruf, tulisan. Kata itu pertama sekali
digunakan untuk tata bahasa dan puisi sebagai bahan perbandingan. Kata sastra dalam
bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta. Akar katanya Cas yang berarti
memberi petunjuk , mengarahkan, mengajarkan, mengajar. Akhiran Tra biasanya
menunjukan alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau
pengajaran.Sedangkan dalam KKBI kata sastra dituliskan sebagai (1) bahasa ( kata-kata,
gaya bahasa) yang dipakai didalam kitab-kitab ( bukan bahasa sehari-hari). (2)
Kesusastraan, karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lainya memilki ciri
keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan di dalam isi dan ungkapanya;
ragam sastra yang dikenal umu adalah novel, cerita pendek,drama, epik dan lirik. (3)
Kitab Suci (Hindu); kitab ( ilmu pengetahuan). (4). Pustaka; Kitab primbon ( berisi
ramalan). (5) tulisan atau huruf.
Dilihat dari arti kata secara luas, kata kelautan mungkin lebih cenderung
mengartikan laut sebagai wadah, yaitu sebagai hamparan air asin yang sangat luas yang
menutupi permukaan bumi, hanya melihat fisik laut dengan segala kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya. Dengan demikian, istilah maritim sesungguhnya lebih
komprehensif, yaitu tidak hanya melihat laut secara fisik, wadah dan isi, tetapi juga
melihat laut dalam konteks geopolitik, terutama posisi Indonesia dalam persilangan
antara dua benua dan dua samudera serta merupakan wilayah laut yang sangat penting
bagi perdagangan dunia.Pemahaman maritim merupakan segala aktivitas pelayaran dan
perniagaan, perdagangan yang berhubungan dengan kelautan atau disebut pelayaran
niaga, sehingga dapat disimpulkan bahwa maritim adalah terminologi kelautan dan
maritim berkenaan dengan laut, yang berhubungan dengan pelayaran, dan perdagangan
di laut.
Pengertian kemaritiman yang selama ini diketahui oleh masyarakat umum
adalah menunjukkan kegiatan di laut yang berhubungan dengan pelayaran dan
perdagangan, sehingga kegiatan di laut yang menyangkut eksplorasi, eksploitasi seperti
penangkapan ikan bukan merupakan kemaritiman.3Dalam arti lain, kemaritiman berarti
sempit ruang lingkupnya, karena berkenaan dengan pelayaran dan perdagangan laut.
Pengertian lain dari kemaritiman yang berdasarkan pada terminologi adalah mencakup
ruang dan wilayah permukaan laut, pelagik dan mesopelagik yang merupakan daerah
subur di mana pada daerah ini terdapat berbagai kegiatan seperti pariwisata, lalulintas,
pelayaran dan jasa-jasa kelautan. Sedangkan menurut pendekatan konsep ini, Indonesia
saat ini lebih tepat disebut sebagai negara kelautan, bukannya negara maritim, karena
selama ini Indonesia belum mampu sepenuhnya memanfaatkan laut secara maksimal.
Selama ini, ada beragam versi yang menerangkan asal-usul Suku Bajo. Versi
satu mengatakan dari Indonesia, versi lain mengatakan dari Filipina, Malaysia, dan
lainnya.Suku bajo merupakan salah satu suku terbesar di dunia karena hampir di semua
Negara terdapat suku bajo yang memiliki nama yang berbeda-beda. Di Indonesia nama
suku bajo yaitu bajau, bajao, bajo, bayo dan wajo.Di Malaysia disebut bajaw, Filipina
(sama), sedangkan di Eropa di sebut Bajau.Konon Suku Bajo berasal dari Laut Cina
Selatan. Versi lain menyebutkan nenek moyang mereka berasal dari Johor, Malaysia.
Mereka keturunan orang-orang Johor atau keturunan Suku Sameng yang ada di
semananjung Malaka Malaysia yang diperintahkan raja untuk mencari putrinya yang
kabur dari istana. Orang-orang tersebut mengarungi lautan ke sejumlah tempat sampai
ke PulauSulawesi. Kabarnya sang puteri berada di Sulawesi, menikah dengan pangeran
Bugis kemudian menempatkan rakyatnya di daerah yang sekarang bernama Bajoe.
Sedangkan orang-orang yang mencarinya juga lambat laun memilih tinggal di Sulawesi,
enggan kembali ke Johor.
Keturunan mereka lalu menyebar ke segala penjuru wilayah Indonesia semenjak
abad ke-16 dengan perahu. Itulah sebabnya mereka digolongkan suku laut nomadenatau
manusia perahu (seanomedic). Suku Bajo tak bisa lepas dari laut sekalipun mereka
sudah menetap di darat. Ketergantungan mereka dengan laut sangat tinggi. Budaya dan
cara hidup mereka masih lekat dengan aroma laut. Bila Suku Bajo merawat laut dengan
baik dan mengemas budaya serta cara hidupnya secara menarik, tentu dapat menjadi
suguhan wisata yang dapat menjaring wisatawan mancanegara maupun domestik.
Sastra Maritim
Suku Bajo?
Rumusan Masalah
Temua
n
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran Peneliti
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini, metode yang digunakan adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif.Rancangan kualitatif digunakan dalam analisis ini sebagai
upaya untuk mendeskripsikan informasi gejala atau kondisi sebagaimana
adanya.
Menurut Siswanto (2010:56-57) Penelitian sastra, sebagaimana penelitian
disiplin lain, bersandar pada metode yang sistematis. Hanya saja penelitian
sastra bersifat deskriptif, karena itu metodenya juga digolongkan ke dalam
metode deskriptif. Dengan metode deskriptif, seorang peneliti sastra dituntut
mengungkapkan fakta-fakta yang tampak atau data dengan cara memberi
deskripsi. Fakta atau merupakan sumber informasi yang menjadi basisanilasi.
Tetapi data harus diambil berdasar parameter yang jelas, Misalnya parameter
struktur. Untuk sampai ke pengambilan data yang akurat, dia harus melakukan
pengamatan yang cermat dengan bekal penguasaan konsep struktur secara baik.
3.2Objek Penilaian
Objek penilain merupakan hal yang paling penting dan harus ada dalam
suatu penilaian. Menurut Sudaryono ( dalam Siska 2013:18) menyatakan bahwa
objek adalah unsur yang dapat bersama-sama dengan sasaran penelitian
membentuk data. Objek penelitian dapat berupa individu, benda, bahasa,
maupun karya sastra budaya.
Berdasarkan paparan di atas, maka yang menjadi objek penelitian ini yakni
Sastra Maritim dalam Suku Bajo.
3.3 Sumber Data
a. Data primer, yakni data yang berasal dari sumber asli atau pertama, Yang
menjadi data primer dalam penelitian ini yaitu Sastra Maritim dalam Suku
Bajo.
b. Data Sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data dan sifatnya mendukung keperluan data primer.
Data sekunder ini diperoleh dari studi literatur berupa buku, skripsi,
dokumentasi, jurnal, internat dan laporan-laporan lainya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu; (1)
teknik dokumentasi, dan (2) teknik pencatatan, serta (3) wawancara melalui
wawancara. Ketiga teknik pengumpulan dat tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Teknik dokumentasi adalh pengumpulan data dengan car mengambil data
dari kehidupan sosial, dokumentas yang sesuai dengan masalah yang
diteliti.Untuk memperoleh data dari penelitian ini maka digunakan teknik
dokumentasi, yaitu besosialisasi, mendengarkan dan menyimak percakapan
serta kehidupan sehari-hari suku bajo.
2. Teknik pencatatan digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan agar
penelitian ini dapat dikaji secara mendalam, terhadap teori Sosiologis Sastra
dari berbagai bahan (literatur) sehingga menghasilkan temuan berdasarkan
tujuan penelitian.
3. Teknik wawancara digunakan untuk menentukan dan mengecek data serta
sumbet data untuk mencapai derajat kepercayaan (kredibilitas) dari sumber
data yang berbeda.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penenlitian kualitatif adalah “Human Instrumen” atau manusia
sebagai informasi maupun yang mencari data dan instrumen utama penelitian
kualitatif adalah penelitian itu sendiri sebagai ujung tombak pengumpul data
(instrumen) (Satori dan Komariah, 2017:90).
Berdasarkan pernyataan di atas, yang digunakan dalam penelitian ini
adalah instrumen tunggal yakni peneliti sendiri dengan menggunakan
beberapa instrumen , yaitu:
1. Alat tulis dan buku catatan yang berfungsi untuk mencatat data yang telah
diperoleh dan dianalisi.
2. Organisasi yang berfungsi sebagai sara untuk berkomunikasi dengan
masyarakat setempat tentang bahasa dan suku bajo.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti
konsep Milles dan Huberman (1992).
1. Tahap Reduksi Data
Tahap reduksi data yaitu pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi dasar kata yang muncul.
Peneliti melakukan catatan-catatan tertulis, baik yang diperoleh dari buku,
internet, maupun arsip dari skripsi terdahulu yang dikumpulkan kemudian
diseleksi sehingga data yang yang diperoleh lebih terpercaya dan akurat.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian yang paling sering digunakan pada data kualitatif adalah teks
naratif.
3. Kesimpulan
Kesimpulan adalah pengambilan keputusan dari hasil reduksi data dan
penyajian data, kemudian berdasarkan proses analisis yang dilakukan
disimpulkan hasil dalam bentuk kalimat.
4. Tringulasi Data
Penarikan kesimpulan hanyalah tindakan menentukan keakuratan data
primer dengan rujukan kepada konsep tertentu sebagai parameter. Untuk
memperoleh keabsahan, data temuan harus diuji lagi agar makin terpercaya.
Adapun teknik yang digunakan dalam proses validasi dikenal dengan nama
tringulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arum, Awiska Anggelina, 2019 Representasi Budaya Kaili dalam Lagu Hasan M.
Bahasyuan.
Purba, Antilan,2010 Sastra Indonesia Kontenporer.
Esten Mursal, 2000 Kesusastraan Pengantar Teori Sejarah Sastra
Kader, A, 2015 Pengelolah Kemaritiman Menuju Indonesia sebagai Poros Meritime.
https://journal.itltrisakti.ac.id/index.php/jmtranslog/article/view/75/118.
Efendi, Agig Nur.”Revitalitas Semangat Bahari Untuk Menyongsong indonesia
Sebagai Poros Maritim Duni Melalui Karya Sastra Melayu”.[ online] tersedia:
http://repositori.kemdikbud.go.id/11153/1/REVITALISASI%20SEMANGAT
%20BAHARI%20UNTUK%20MENYONGSONG%20INDONESIA.pdf. (Diakses
Tanggal 1 Maret 2021).
Lestari Erma.(2019).”Representasi Wujud Budaya di Masyarakat Multikulturalisme
Dalam Novel Burung-Burung Rantau Karya Y.B Mangun Wijaya.[ online ] Tersedia :
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/kembara/article/view/5176 ( Diakses
Tanggal 1 Maret 2021)
Islamiyah Fela Izzul, Ashif Az Zhafi (2019).” Representasi Tradisi Lempar Nasi di
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
ABSTRAK............................................................................................................. iv
ABSTRAK............................................................................................................. v
UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................. vi
DAFTAR ISI......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
2.2.1 Representasi........................................................................14
ARDIANSYAH
PROPOSAL
UNIVERSITAS TADULAKO
2021