Anda di halaman 1dari 15

CORPORATE CRIMINAL LIABILITY

Aristya Windiana Pamunak,S.H.MH.,LLM


• the concept creates a legal difficulty in
identifying a natural person who can be
considered to represent the controlling mind
of the board of directors or managers who
can be considered to act as this artificial legal
personality
Menurut Cristina de Maglie (Corporate Crime
and Sentencing: The Italian Solution), ada 3
jenis sanksi untuk korporasi :

• Financial sanctions (denda);


• Structural sanctions (pembatasan kegiatan
usaha; pembubaran korporasi);
• Stigmatising sanctions (pengumuman
keputusan hakim; teguran korporasi).
TP KORPORASI DALAM KUHP

TIDAK
MENGATUR
KUHP TINDAK
PIDANA
KORPORASI

KUHP masih menganut asas sociates delinquere non potest dimana


badan hukum atau korporasi dianggap tidak dapat melakukan tindak
pidana
UU Khusus
Undang-Undang Subversi (1963),
Undang-Undang Narkotika (1976),
Undang-Undang Tentang Lingkungan Hidup
(1997),
Undang-Undang Pemberantasa TP Korupsi, dan
Undang-Undang tentang Money Laundering
DALAM RANCANGAN KUHP
• dalam Penjelasan Umum Buku I Naskah Rancangan Undang-
Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RUU-KUHP)
1999-2000 dinyatakan: “Mengingat kemajuan yang terjadi
dalam bidang ekonomi dan perdagangan, maka subyek
hukum pidana tidak dapat dibatasi hanya pada manusia
alamiah (natural person), tetapi juga mencakup manusia
hukum (jurisical person) yang lazim disebut korporasi, karena
tindak pidana tertentu dapat pula dilakukan oleh korporasi
Dalam RKUHP, sebanyak tujuh pasal mengatur
pertanggungjawaban pidana korporasi. Tujuh
pasal tersebut yaitu Pasal 47, 48, 49, 50, 51, 52,
dan 53. Pasal 47 misalnya, menyatakan "Korporasi
merupakan subjek tindak pidana".
• 1. Korporasi mencakup baik badan hukum (legal entity) maupun non badan hukum

seperti organisasi dan sebagainya;

2. Korporasi dapat bersifat privat (private juridical entity) dan dapat pula bersifat

publik (public entity);

3. Apabila diidentifikasikan bahwa tindak pidana lingkungan dilakukan dalam

bentuk organisasional, maka orang alamiah (managers, agents, employess) dan

korporasi dapat dipidana baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama

(bi¬punishmentprovision);

4. Terdapat kesalahan manajemen korporasi dan terjadi apa yang dinamakan

breach of- a statutory or regulatory provision;

5. Pertanggungjawaban badan hukum dilakukan terlepas dari apakah orang-orang

yang bertanggung jawab di dalam badan hukum tersebut berhasil diidentifikasikan,

dituntut dan dipidana;


6. Segala sanksi pidana dan tindakan pada dasarnya dapat dikenakan pada korporasi,
kecuali pidana mati dan pidana penjara
7. Penerapan sanksi pidana terhadap korporasi tidak menghapuskan kesalahan
perorangan;
8. Pemidanaan terhadap korporasi hendaknya memperhatikan kedudukan korporasi
untuk mengendalikan korporasi, melalui kebijakan pengurus atau para pengurus
(corporate executive officers) yang memiliki kekuasaan untuk memutuskan (power of
decision) dan keputusan tersebut telah diterima (accepted) oleh korporasi tersebut.
BENTUK KEJAHATAN KORPORASI
environmental, worker death,
antitrust, bribery,
fraud, obstruction of justice,
food and drug, and

false statements, financial crimes


involving corporations
The main goals of criminal liability of
corporations are similar those of criminal law in
general:
1. The first characteristic of corporate criminal punishment is deterrence—
effective prevention of future crimes.
2. The second consists in retribution and reflects the society’s duty to punish
those who inflict harm in order to “affirm the victim’s real value.”
3. The third goal is the rehabilitation of corporate criminals.
4. Fourth, corporate criminal liability should achieve the goals of clarity,
predictability, and consistency with the criminal law principles in general.
5. The fifth goal is efficiency, reflected by the first three goals mentioned above,
but also by the costs of implementing the concept
STRICT LIABILITY
Menurut Curzon dalam buku yang ditulis oleh Muladi dan Barda Nawawi
“Teori-Teori dan Kebijakan Pidana”, adanya doktrin strict liability
didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut :
• 1. adalah sangat esensiil untuk menjamin dipatuhinya peraturan-peraturan
penting tertentu yang diperlukan untuk kesejahteraan masyarakat.
• 2. Pembuktian akan adanya mens rea akan menjadi sangat sulit untuk
pelanggaran–pelanggaran yang berhubungan dengan kesejahteraan
masyarakat itu.
• 3. Tingginya tingkat “bahaya sosial” yang ditimbulkan oleh perbuatan yang
bersangkutan
Vicarious Liability
• seseorang bertanggungjawab untuk perbuatan yang dilakukan oleh
orang lain, ketika keduanya termasuk dalam suatu bentuk kegiatan
gabungan atau kegiatan bersama
• doktrin ini dapat berlaku dengan didasarkan pada prinsip
pendelegasian wewenang atau "the delegation principle". Jadi, niat
jahat atau “mens rea” atau "a guilty mind" dari karyawan dapat
dihubungkan ke atasan apabila ada pendelegasian kewenangan dan
kewajiban yang relevan menurut undang-undang
IDENTIFICATION THEORY
atau “direct liability” (yang juga berarti nonvicarious),
• menyatakan bahwa para pegawai senior korporasi, atau
orang-orang yang mendapat delegasi wewenang dari mereka,
dipandang dengan tujuan tertentu dan dengan cara yang
khusus, sebagai korporasi itu sendiri, dengan akibat bahwa
perbuatan dan sikap batin mereka dipandang secara langsung
menyebabkan perbuatan-perbuatan tersebut, atau
merupakan sikap batin dari korporas
sanksi pidana bagi korporasi
Diatur dalam Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang, Pasal 5
• (1) Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap korporasi adalah pidana
denda, dengan ketentuan maksimum pidana denda ditambah 1/3
(satu per tiga).
• (2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
terhadap korporasi juga dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa
pencabutan izin usaha dan/atau pembubaran korporasi yang diikuti
dengan likuidasi

Anda mungkin juga menyukai