Anda di halaman 1dari 28

PENGANTAR KESELAMATAN TRANSPORTASI

MATERI X
Pencemaran Di Laut (MARPOL 73/78)

Oleh : Dr.Datep Purwa Saputra S.Sos.MM


Institut Transportasi dan Logistik Trisakti
2019
Marine Pollution 1973
(MARPOL 73 / 78)
KEPPRES NO 46 TAHUN 1986

MARPOL TERDIRI DARI PENCEGAHAN PENCEMARAN :


 ANNEX I : Akibat Tumpahan Minyak
 ANNEX II : Bahan-bahan cair beracun
 ANNEX III : Bahan terbungkus yang merugikan
 ANNEX IV : Akibat pembuangan got
 ANNEX V : Akibat dari sampah kapal
 ANNEX VI : Udara dari gas buang kapal
VIDEO PENCEMARAN LAUT OLEH KAPAL
Sejarah Konvensi Marpol
• Prakarsa awal th 1954 dari pemerintah Inggris yang melahirkan “OIL
POLLUTION CONVENTION” cara mencegah pembuangan campuran
minyak,pengoperasian kapal tanker dan minyak dari kamar mesin kapal .
• Sidang IMO tgl 8 sd 2 November 1973 menghasilkan “INTERNATIONAL
CONVENTION FOR THE PREVENTION OF OIL POLLUTION FROM SHIP “ th
1973
• Disempurnakan dengan “ TANKER SAFETY AND POLLUTION PREVENTION “
protocol th 1978,disebut MARPOL 73/78
• Indonesia telah meratifikasi MARPOL Convention 73/78 annex I dan Annex II
dengan Kepres no 46/th 1986

The Amoco Cadiz


Badai besar yang menerjang kawasan lautan Brittany Prancis membuat kapal Cadiz tergoncang
dan kemudian membuat muatan minyaknya tumpah ke lautan. Peristiwa yang terjadi pada
tahun 1978 ini membuat 1.604.500 barel minyak mencemari lautan
ISI DARI MARPOL 73/78
Consolidated 1997
• International Convention For Prevention
of Pollution From Ship 1973,mengatur
kewajiban dan tanggung jawab negara Atlantic Empress/Aegean Captain
negara yang telah meratifikasi konvensi Pada bulan Juli 1979, sebuah kapal tanker
konvensi yaitu mencegah pencemaran minyak Yunani Atlantic Empress
dan buangan barang barang atau bertabrakan dengan kapal lain Laut Karibia.
campuran cairan beracun dan berbahaya
dari kapal kapal. Bencana ini menewaskan 26 anggota kru
• Protocol 1978Peraturan tambahan dan menyebabkan pencemaran lingkungan
“Tanker Safety and Pollution Prevention oleh 287,000 ton minyak.
, bertujuan untuk meningkatkan
keselamatan kapal tanker dan
melaksanakan peraturan peraturan
pencegahan dan pengontrolan
pencemaran laut yang berasal dari kapal
terutama kapal tanker dengan
melakukan modifikasi dan petunjuk
tambahan untuk melaksanakan secepat
mungkin peraturan pencegahan
pencemaran yang dimuat didalam annex
konvensi.
Protocol I
Kewajiban melaporkan kecelakaan yang melibatkan barang beracun
dan berbahaya, kapal yang bertanggung jawab atas kejadian harus
melaporkannya, yang memuat keterangan sbb:
Nama kapal yang terlibat melakukan pencemaran
Waktu ,tempat dan jenis kejadian.
Jumlah dan jenis bahan pencemar yang tumpah.
Bantuan dan jenis penyelamatan yang dibutuhkan.

Protocol II
Arbitrase:
Penyelesaian perselisihan antar dua negara atau lebih negara anggota
mengenai interprestasi atau pelaksanaan isi konvensi (Article 10“
Setlement of Dispute).
Tugas dan Kewajiban Negara Anggota
 Menyetujui MARPOL 73/78.
 Memberlakukan annexes I s/d VI.
 Memberlakukan optimal ennexes dan melaksanakan administrasi hukum /maritim.
 Melarang pelanggaran - administrasi hukum /maritim.Membuat sanksi-administrasi hukum /maritim.
 Membuat petunjuk untuk bekerja - administrasi maritim.
 Memberitahu negara negara yang bersangkutan.
 Memberitahu IMO -administrasi maritim.
 Memeriksa kapal -administrasi maritim.
 Memonitor pelaksanaan - administrasi maritim
 Menghindari penahanan kapal
 Laporkan kecelakaan -administrasi hukum /maritim
 Menyediakan laporan dokumen ke IMO
 Memeriksa kerusakan kapal yang menyebabkan pencemaran dan melaporkannya - Memonitor pelaksanaan -
administrasi maritim
 Menghindari penahanan kapal
 Laporkan kecelakaaan – administrasi maritim
 Laporan kecelakaan -administrasi hukum /maritim
 Menyediakan laporan dokumen ke IMO ( article II) -administrasi maritim
 Memeriksa kerusakan kapal yang menyebabkan pencemaran dan melaporkannya -administrasi maritim
 Menyediakan fasilitas penampungan yang sesuai peraturan –administrasi maritim.
YURISDIKSI PEMBERLAKUAN MARPOL
Marpol 73/78 memuat wewenang dan sebagai jaminan yang relevan
bagi setiap negara anggota untuk memberlakukan dan melaksanakan
peraturan sebagai negara bendera kapal ,negara pelabuhan atau negara
pantai
1. Negara bendera kapal adalah negara dimana suatu kapal
didaftarkan.
2. Negara pelabuhan adalah negara dimana suatu kapal berada
dipelabuhan negara itu
3. Negara pantai adalah negara dimana suatu kapal berada didalam
zona maritim negara pantai tersebut
Memenuhi kewajiban dalam MARPOL 73/78 harus dipersiapkan pada
sektor:

A. Pemerintah.
B. Administrasi bidang maritim.
C. Administrasi bidang hukum.
D. Pemilik kapal.
E. Syahbandar
IMPLEMENTASI MARPOL 73/78
Administrasi maritim dalam melaksanakan tugasnya bertindak
sebagai:
1. Pelaksana IMO
2. Regulator ,implementasi regulasi
3. Pelatihan instruktur ,berwenang mengeluarkan sertifikat untuk surveyor.
4. Pelaksanaan survey kapal ( saat dibangun dan saat beroperasi oleh syahbandar
,surveyor/inspektur) ,survey report ,approval ,sertifikasi,merekor penerbitan sertifikat.
5. Monitoring fasilitas ,monitoring /menuntut pelanggaran MARPOL yang dilakukan oleh
kapal /pemilik kapal ,memberikan informasi kepada IMO sesuai permintaannya.
Amandemen Terhadap Marpol 73 Yang diaplikasikan
Pada Kapal Tanki
• SBT (Segregated Ballast Tank and their protective location).
• Sistem COW (crude oil washing system) untuk kapal kapal tangki
baru dan yang lama untuk pengganti SBT.
• Sistem tangki ballast bersih yang ditentukan (dedicated clean
ballast tank system) untuk tangki tangki minyak lama sebagai
pengganti SBT.
Persyaratan utama yang berhubungan dengan konstruksi dan
perlengkapan untuk mencegah pencemaran adalah :
• Ketentuan ketentuan sistem pemisah air berminyak untuk batasan
pembuangan minyak dari ruang permesinan.
• Tangki tangki limbah berminyak (oily Sludge) dalam ruang ruang mesin .
• Standar sambungan pembuangan (standard discharge connection) untuk
limbah berminyak (oily sludge) dan bilga dari ruangan permesinan.
• Tanki endap (slop tank) , sistem pengawasan, pemantauan pembuangan
minyak dan detector permukaan air / minyak untuk ruangan ruangan
muatan dari kapal tangki minyak.
• Pipa pembuangan ke luar kapal teratas dan sistem cerat (drainage system)
dari residu minyak untuk ruang-ruang muatan dari kapal – kapal tangki
minyak (oil tankers).
• Pembatasan ukuran dan penataan tangki-tangki muatan dari kapal-kapal
tangki minyak (oil tankers).
• Stabilitas kerusakan pada kondisi berbeban dari kapal-kapal tangki minyak
(oil tankers).
• Tangki-tangki balast terpisah ( Segregated ballast tanks) untuk kapal-kapal
tangki minyak (oil tankers) berukuran besar.
KETENTUAN MARPOL 73/78 ANNEX I
 Pembatasan pembuangan minyak,hanya dibolehkan
apabila :
1. Tidak pada spesial area seperti Laut Medeteranian,Laut Baltic ,Laut
Merah , Laut Hitam dan daerah teluk
2. Lokasi pembuangan > 50 mil dari darat
3. Pembuangan dilakukan waktu kapal sedang berlayar
4. Tidak membuang minyak> 30 liter/nautical mile
5. Tidak membuang minyak > 1:30.000 dari jml muatan.
 Monitoring dan kontrol pembuangan minyak apabila :
1. Kapal tanker dengan ukuran 150 GT harus dilengkapi dengan slop
tank (tanki penampungan campuran sisa sisa minyak )tanker
dengan DWT sama atau lebih 70.000 harus dilengkapi dengan slop
tank.
2. Sesuai reg 9 dipasang Oil Discharge Monitoring and control system.
Pengumpulan sisa minyak
Reg 17 Kapal GT=/>400 harus dilengkapi dengan Tank for oil Residus
(tanki penampungan disesuaikan dengan jarak pelayaran ,tipe mesin
dan harus disediakan ditempat tempat sbb :
1. Pelabuhan dan terminal dimana minyak dimuat.
2. Semua pelabuhan dan terminal dimana minyak selain minyak
mentah dimuat >100 ton/hari.
3. Semua daerah pelabuhan yang memiliki fasilitas galangan kapal dan
pembersih tanki.
4. Semua pelabuhan yang bertugas menerima dan memproses sisa
minyak dari kapal.
Peraturan Penanggulangan Pencemaran yang
Terjadi
• Reg 26 “SOPEP / Shipboard Oil Pollution Emergency Plan “ untuk
menanggulangi pencemaran yang mungkin terjadi maka tanker GT>/=
150 dan kapal barang =/> 400 harus membuat rencana darurat
penanggulangan pencemaran diatas kapal”.
OIL WATER SEPARATOR
Usaha Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran
Bahan Kimia Cair Beracun (ANNEX II)

1. Berlaku untuk semua kapal pengangkut bahan kimia cair


berbahaya dalam bentuk curah.
2. Kategori annex II adalah bahan kimia cair/pencuci tanki
muatan / ballast yang mengandung bahan kimia bila di
buang ke laut akan mengakibatkan bahaya besar (major
hazard)
Pencegahan polusi dari zat berbahaya yang diangkut oleh
kapal laut dalam bentuk kemasan / tertutup (Annex III)

Mulai diterapkan pada tanggal 1 July 1992.


 Annex III berisi tentang persyaratan umum untuk menerbitkan
suatu standar dalam packing, marking / penandaan, pelabelan,
dokumentasi, penyimpanan barang / pergudangan, batasan
kwantitas, perkecualian dan pemberitahuan untuk
mencegah polusi dari zat berbahaya.
 International Maritime Dangerous Goods (IMDG) Code, sejak tahun
1991 sudah termasuk ke mrine pollution.
Pencegahan pencemaran dari sewage/
kotoran yang dibuang oleh kapal Annex IV
Mulai diberlakukan sejak 27 September 2003. Annex IV berisi tentang
persyaratan untuk mengontrol polusi/pence maran laut yang
disebabkan oleh sewage yang dibuang ke laut. Revisi annex IV mulai
diberlakukan pada tahu 2004.
Peraturan Pelaksanaan dan ketentuan
pencegahan dan penanggulangan oleh
sampah dari kapal (Annex V)
• Pelaksana peraturan tersebut perlu diawasi dengan cara
pemeriksaan dokumen sebagai bukti sudah dilaksanakan.

Incenerator
Pencegahan pencemaran udara dari
permesinan kapal (ANNEX VI)

Diadopsi September 1997


Berlakunya: 19 Mei 2005 Peraturan dalam Annex VI
ini mengatur mengenai batas oksida sulfur (Sox) dan
nitrogen oksida (Nox) yang terkandung dalam emisi
dari gas buang mesin kapal dan melarang emisi yang
mengandung zat yang merusak ozon.
International Oil Pollution Prevention Certificate
(IOPP) Certificate
 Sesuai kententuan MARPOL 73/78 kapal-kapal tangki minyak
(tankers) dengan ukuran 150 GT dan keatas dan kapal-kapal lain
dengan ukuran 400 ton GT dan keatas yang melakukan pelayaran
internasional harus membawa Sertifikat Internasional Pencegahan
oleh Minyak ( IOPP ).
 IACS mulai melaksanakan survei dan sertifikat atas permintaan para
pemilik kapal sejak tahun 1981.
CIVIL LIABILITY CONVENTION
(CLC 69)
PENCEMARAN MINYAK OLEH
Application
KAPAL TANKER

POLLUTION
NEGARA ANGGOTA
DAMAGE
NEGARA BENDERA

NEGARA KEBANGSAAN
TIDAK TERMASUK
NON PERSISTENT OIL
STRICT LIABILITY
Pemilik tanker berkewajiban membayar ganti
kerugian akibat kerusakan/pencemaran oleh
tumpahan minyak akibat kecelakaan atau
luber/kelebihan kecuali :
1. Kerusakan akibat perang/bencana alam
2. Kerusakan akibat oleh sabotase pihak lain
3. Kerusakan yang diakibatkan oleh karena
pihak berwenanng tidak memiliki sarana
bantu navigasi dengan baik.
COMPULSORY INSURANCE
• Pemilik Tanker dengan DWT > 2000 Ton “Persisten” Oil
Di wajibkan mengasuransikan kapalnya

COMPULSORY INSURANCE
 Pembayaran Konpensasi sesuai dengan CLC hanya
dilakukan berdasarkan keputusan Pengadilan Negara
Anggota Konvensi Di mana tempat terjadinya
Pemcemaran
International Oil Pollution Compensation Fund
(Fund 71)
• Tujuan :
 Untuk mempersiapkan tambahan Konpensasi yang
tidak dapat di penuhi oleh Civil Liability Convention.
 Sebagai suplemen CLC maka Negara Anggota Konvensi
CLC boleh menjadi Anggota Fund Convention dan IOPC
Fund
• Tidak berlaku sesuai “street liability” CLC
• Pemilik tidak mampu memenuhi kewajiban sesuai CLC / biaya
tidak mencukupi tuntutan claim
• Kerusakan melebihi batas Liability (kewajiban) sesuai CLC
 Memberikan bantuan Administrasi & Fasilitas pada
Negara Anggota
Hubungan CLC Convention 69 & FUND
Convention 71
1. CLC 69 menentukan leabilitya atau kontribusi ataun kompensasi
dari pemilik kapal terhadap pencemaran yang datang nya dari
kapal dengan batas leability sekitar US$ 20 jt untuk kapal tanker
yang memuat persisten oil (minyak hitam).
2. FUND Convention 71 untuk memeberikan kompensasi ganti rugi
kerusakan akibat pencemaran bila dana dari CLC tidak
mencukupi.
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai