Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA

I. Konsep Teori Keluarga


A. Definisi keluarga
Menurut Suprajitno (2004), keluarga adalah terdapatnya ikatan
perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap dengan
peran masing-masing serta keterikatan dan tinggal disuatu tempat dibawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan dan terorganisasi serta
mempunyai tujuan dibawah asuhan kepala keluarga.
Menurut Sayekti (1994) dalam Setiadi (2008: 3) keluarga adalah suatu
ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa
yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri
atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) dalam Mubarak, dkk (2006:
255) keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu
kelompok atau unit terkecil yang mempunyai hubungan erat karena hubungan
darah atau dengan cara perkawinan atau pengangkatan, yang didalam
perannya masing-masing serta mempertahankan kebudayaan.

B. Struktur keluarga
Menurut Setiadi (2008:6-7) struktur keluarga menggambarkan bagaimana
keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga
terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:
1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam bebrapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga Kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, ada beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

C. Tipe keluarga
Menurut Setiadi (2008), tipe keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu
pengelompokkan secara tradisional dan modern.
1. Secara tradisional
a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari
ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keluarga.
b. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,
paman-bibi).
2. Secara modern
a. Traditional Nuclear, keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tinggal dalam 1
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu atau keluarga dapat bekerja diluar rumah.
b. Reconstituted Nuclear, pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam suatu ikatan perkawinan
lamanya maupun hasil dari perkawinan baru,satu/atau keduanya dapat
bekerja diluar rumah.
c. Niddle Age/Aging Couple, Suami sebagai pencari uang,istri dirumah/atau
kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
d. Dyadic Nuclear, Suami istri yang sudah beruur dan tidak mempunyai anak
yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
e. Single Parent, Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
f. Dual Carrier, Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
g. Commuter Married, Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal
terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
h. Single Adult, Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk kawin.
i. Three Generation, Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
j. Institusional, Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti-panti.
k. Comunal, Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogamy
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
l. Group Marriage, Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya
di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan
yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
m. Unmaried Parent and Child, Ibu dan anak dimana perkawinan tidak
dikehendaki anaknya diadopsi.

D. Peran keluarga
Menurut Effendy (2012), peranan dalam keluarga adalah sebagai berikut.
1. Peranan ayah: sebagai suami dari istri, ayah dari anak, sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan ibu: sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, mengurus rumah
tangga, pengasuh dan pendidik anaknya, perlindungan dan salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarga.
3. Peranan anak: anak melaksanakan peranan psikosoial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, dan spiritual.

E. Fungsi keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno
(2004), adalah sebagai berikut:
1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuat untuk mempersiapkan anggota keluarga
berdampingan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (Sociallization and social
placement function) adalah fungsi mengembangkan dari tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berdampingan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi (the reproduction function), yaitu keluarga berfungsi
untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan kesehatan (dalam Padila, 2012), yaitu selain keluarga
menyediakan makanan, pakaian, dan rumah, keluarga juga berfungsi
melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah
terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit. Keluarga juga
menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga professional. Kemampuan
ini sangat mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga.

F. Tugas keluarga
Menurut Effendy (2012) , Pada dasarnya tugas keluarga ada tujuh tugas pokok
sebagai berikut :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
6. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
Pendapat lain mengenai tugas keluarga dalam bidang kesehatan dikemukakan
oleh Mubarak (2006), adalah sebagai berikut:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga, keluarga perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan-peruahan yang dialami anggota keluarga,
kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, tugas ini merupakan
upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaan keluarga, tindakan yang dilakukan oleh keluarga
diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan diatasi.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, anggota keluarga
yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh perawatan
keluarga agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat, kondisi rumah haruslah dapat
menjadikan lambang kesenangan, keindahan, dan ketentraman serta dapat
menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat, keluarga atau
anggota keluarga harus dapat memanfaatkan sumber fasilitas kesehatan
yang ada di sekitar agar apabila mengalami masalah dengan penyakit
keluarga dapat berkonsultasi dan meminta bantuan.

G. Ciri-ciri keluarga
Menurut Effendy (2012) ciri-ciri keluarga meliputi :
1. Diikat dalam satu tali perkawinan
2. Ada hubungan darah
3. Ada ikatan batin
4. Ada tanggung jawab masing-masing keluarga
5. Ada pengambilan keputusan
6. Kerjasama diantara anggota keluarga
7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
8. Tinggal dalam satu rumah

II. Asuhan Keperawatan Keluarga


Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi :
A. Pengkajian
Pangkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan
informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga,
perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (yang digunakan sehari-hari),
lugas, dan sederhana. Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang
diperlukan, yaitu :
1. Membina hubungan yang baik. Hubungan yang baik antara perawat klien
(keluarga) merupakan modal utama pelaksanaan ashan keperawatan.
Hubungan tersebut dapat dibentuk dengan menerapkan komunikasi terapeutik
yang merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan kepada klien
untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya. Beberapa hal yang perlu
dilakukan:
a. Diawali dnegan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah
b. Menjelaskan tujuan kunjungan
c. Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu
keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga
d. Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan
e. Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi
jaringan perawat
2. Pengkajian awal. Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit
pelayanan kesehatan
3. Pengkajian lanjutan (tahap kedua). Pengkajian lanjutan adalah tahap
pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah
kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Di sini perawat
perlu mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah
kesehatan yang paling mendasar.
Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat menggunakan metode
wawancara, observasi fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada setiap
anggota keluarga, dengan menggunakan data sekunder (contoh: hasil
laboratorium, hasil foto rontgen, dan sebagainya). Dalam pengumpulan data
yang perlu dikaji adalah :
a. Data umum
Identitas kepala keluarga
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Umur
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Alamat dan nomor telepon
6) Komposisi Keluarga
Nama Umur Se Hub Pendidika Pekerjaan Keterangan
x dengan KK n

7) Genogram, genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus


tertera nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar.
8) Tipe keluarga, menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala
atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
9) Suku Bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
10) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yg
dapat mempengaruhi kesehatan.
11) Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga meliputi
rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga, jenis pengeluaran
keluarga tiap bulan, tabungan khusus kesehatan, barang (harta benda)
yang dimilki keluarga (perabot, transportasi).
12) Aktivitas rekreasi keluarga, rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan
saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi
tertentu namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga
ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini. Contohnya: Keluarga
bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama berumur 7 tahun dan
anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A berada pada
tahapan perkembangan keluarga dengan usia anak sekolah.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian biasa digunakan
terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, dijelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah, karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat
luas rumah, kondisi dalam dan luar rumah, kebersihan rumah, ventilasi
rumah, saluran pembuangan air limbah (SPAL), air bersih, pengelolaan
sampah, kepemilikan rumah, kamar mandi, dan denah rumah
2) Karateristik tetangga dan komunitas RW, menjelaskan mengenai
karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang meliputi
apakah ingin tinggal dengan satu suku saja, aturan dan kesepakatan
penduduk setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga, mobilitas geografis keluarga ditentukan
dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat serta dampak pindah rumah
terhadap kondisi keluarga (apakah menyebabkan stres)
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, menjelaskan
mengenai waktu digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana interaksinya dengan
masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga, yang termasuk pada sistem pendukung
keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas
yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas
mencangkup fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari
anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat.
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara berkomunikasi
antara anggota keluarga serta cara keluarga memecahkan masalah
2) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
dianut oleh keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi efektif, hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga, terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan
tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi, hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan, menjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota
keluarga yg sakit, sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-
sakit. Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas
kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan
terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
Hal-hal yang di kaji sejauhmana keluarga melakukan pemenuhan tugas
perawatan keluarga adalah:
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
yang perlu dikaji  adalah sejauhmana keluarga mengetahui mengenai
fakta2 dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan
gejala, faktor penyebab dan mempengaruhinya serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yg tepat,
c) Mengetahui sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya
(sifat, penyebaran,komplikasi,prognosa dan cara perawatannya) 
d) Untuk mengetahui Sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat,
e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas /pelayanan kesehatan di masyarakat
f) Apakah Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu di kaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
a) Berapa juamlah anak
b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
c) Metode apa yang di gunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlsh anggota keluarga
5) Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga
f. Stress dan Koping keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang
a) Stresor jangka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan.
b) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 Bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor, hal yang perlu
dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi /stressor
3) Strategi koping yang di gunakan, strategi koping apa yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan
g. Pemeriksaan Fisik, pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota
keluarga. Metode yang di gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan fisik klinik.
h. Harapan Keluarga, pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap masalah kesehatan keluarga dan terhadap petugas
kesehatan yang ada.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa data dibuat dalam bentuk matriks seperti tabel berikut.
No Data Diagnosis keperawatan
Data subjektif: Gangguan rasa nyaman, nyeri
- Keluarga mengatakan anak L haid pada keluarga Bapak A
mengalami nyeri haid yang khususnya anak L berhubungan
berlangsung 1-2 hari dengan ketidakmampuan keluarga
- Keluarga mengatakan tidak merawat anggota keluarga yang
diobati apapun tetapi terkadang mengalami nyeri haid
diberikan feminax 1 butir sehari
bila terasa nyeri
- Anak L mengatakan bila haid,
badan terasa malas beraktivitas,
perut mulas, pegal, merasa lelah
dan inginnya marah-marah
- Anak L mengatakan kadang
mendapatkan haid 2 kali sebulan
- Keluarga mengatakan tidak tahu
penyebab, akibat, cara perawatan
nyeri haid
Data objektif :
- Anak L tampak malas
- Nyeri bila ditekan pada abdomen
Diagnosa keperawatan keluarga yang dikembangkan adalah diagnosis
tunggal yang hampir serupa dengan diagnosis keperwatan sakit. Diagnosis
keperawatan keluarga terdiri dari tiga komponen yaitu masalah, etiologi, serta
tanda dan gejala. Etiologi untuk diagnosis keperawatan keluarga adalah salah satu
dari lima tugas keluarga yang paling dominan menmyebabkan masalah
keperawatan tersebut. Diagnosis keperawatan keluarga dapat bersifat potensial,
risiko, atau aktual.
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah timbul gangguan/masalah
kesehatan di keluarga, didukung dengan adanya beberapa data maladaptif.
Perrumusan diagnosis keperawatan keluarga nyata/gangguan, terdiri dari
problem(P), etiologi(E) dan symptom/sign(S).
b. Diagnosa Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman kesehatan)
Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat paparan masalah
kesehatan, namun sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang
memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan
keluarga risiko, terdiri dari problem (P), etiologi(E) dan symptom/sign (S).
Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak
adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.
c. Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat di tingkatkan. Belum ada data maladaptif perumusan diagnosis
keperawatan keluarga potensial terdiri dari komponen problem (P) saja atau
problem dan symtom tanpa komponen etiologi (E).
Penilaian (skoring) diagnosa keperawatan
Skoring dilakukan perawat apabila diagnosa keperawatan yang dirumuskan
lebih dari satu dengan menggunakan skala yang dirumuskan oleh Bailon dan
Maglaya (1978), dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Tentukan skorenya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
2. Selanjutnya skore yang diperoleh dibagi skore tertinggi dan kemudian
dikalikan dengan bobot
3. Jumlahkan skore untuk semua kriteria (skore maximal adalah 5)
Berikut ini, scoring diagnosa keperawatan keluarga

No Kriteria Score Bobot


1 Sifat masalah 1
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Mudah 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah 1
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
Masalah berat harus segera ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
Prioritas masalah
Penyusunan prioritas diagnosa keperawatan didasarkan pada diagnosa
keperawatan yang mempunyai skore tertinggi dan disusun berurutan sampai ke
skore terendah. Namun, perawat perlu mempertimbangkan juga persepsi keluarga
terhadap masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera. Penentuan
prioritas sesuai kriteria skala dengan pertimbangan pembenaran yang beralasan
seperti berikut ini :
1. Sifat masalah, prioritas masalah utama diberikan pada tidak atau kurang sehat
karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari anggota keluarga.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
3. Potensial masalah untuk dicegah
4. Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga menilai masalah keperawatan tersebut.

C. Intervensi
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, perawat menyusun rencana
asuhan keperawatan keluarga (family nursing care) dalam bentuk
perencanaan keperawatan keluarga (family care plan). Rencana tindakan
keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan yang bertujuan :
1. Menstimulus kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
3. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit
4. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang
dapat meningkatkan kesehatan keluarga
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
disekitarnya
Hal yang penting diperhatikan perawat dalam menyusun rencana asuhan
keperawatan keluarga yaitu :
1. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang
sesuai dengan kondisi keluarga
2. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi panca
indera perawat dengan objektif
3. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga dan mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat
ketergantungan dapat diminimalisasi
Berikut ini, contoh rencana asuhan keperawatan keluarga
Diagnosa Tujuan Kriteria Standar Rencana
keperawatan Evaluasi Evaluasi Intervensi
Gangguan rasa Tujuan umum:
nyaman, nyeri Setelah dilakukan
haid pada tindakan
keluarga Bapak keperawatan
A khususnya selama 6 minggu
Anak L diharapkan nyeri
berhubungan haid berkurang
dengan
ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga
yang mengalami
nyeri haid
Tujuan khusus:
setelah pertemuan
6x45 menit
keluarga mampu :
1. mengenal
masalah nyeri
haid dengan:
a. menjelaskan
apa yang Respon Haid adalah Diskusikan
dimaksud verbal peristiwa dengan
nyeri haid meluruhnya keluargapenge
lapisan rtian haid.
endometrium Anjurkan
yang banyak keluarga
mengandung unutk
pembbuluh mengungkap
darah kembali
pengertian
haid
b. menjelaskan Respon Menyebutkan Diskusikan
tanda/gejala verbal 5 dari 8 tanda/gejala
haid tanda/gejala yang biasanya
yang terjadi terjadi pada
sebelum haid: anak L.
malas Anjurkan
beraktivitas, keluarga
lemas, mudah untuk
lelah, emosi menyebutkan
labil, kram kembali
perut, nyeri tanda/gejala
kepala, sebelum haid
pingsan, sakit
pada
payudara
c. menjelaskan Respon Menyebutkan Diskusikan
penyebab verbal 3 dari 4 bersama
nyeri haid penyebab keluarga
nyeri haid: penyebab
hormon, nyeri haid
posisi rahim, Motivasi
faktor psikis keluarga
seperti cemas untuk
mengulang
kembali
penyebab
nyeri haid
Jelaskan
kembali
tentang hal-
hal yang telah
didiskusikan
2. mengambil Respon Menyebutkan Identifikasi
keputusan verbal akibat bila akibat nyeri
untuk nyeri haid haid yang
mengatasi tidak diatasi lalu.
masalah nyeri seperti syol, Motivasi
haid: TD/RR keluarga
a. menjelaskan meningkat unutk
akibat yang mengungkapk
terjadi bila an kembali
nyeri haid akibat nyeri
tidak diatasi haid bila tidak
diatasi
b. mengambil Respon Keputusan Diskusikan
keputusan verbal keluarga dengan
unnutk untuk keluarga
mencegah mengatasi tentang
nyeri haid nyeri haid rentangan
agar tidak agar tidak nyeri yang
bertambah bertambah dialami
parah berat remaja untuk
mengambil
keputusan
Gali pendapat
keluarga
bagaimana
cara
mengatasi
nyeri haid
Motivasi
keluarga
untuk
memutuskan
mengatasi
nyeri haid
secara tepat
3. merawat Respon Cara Gali
keluarga verbal perawatan pengetahuan
dengan nyeri: nyeri haid: keluarga
a. menjelaskan 1. kompres dalam
cara dengan air mengatasi
perawatan hangat nyeri haid
nyeri haid 2. mandi air Diskusikan
hanagat dengan
3. minum keluarga cara
hangat perawatan
4. kurang nyeri haid
i makanan Motivasi
beragam keluarga
5. posisi untuk
menunggin mengungkap
g kan kembali
6. minum apa yang
air putih telah
disampaikan

b. mendemontra Respon Keluarga Demontrasika


sikan cara psikomotor mendemontra n cara
perawatan sikan kembali perawatan
nyeri haid cara nyeri haid
perawatan seperti tehnik
nyeri haid nafas dalam,
seperti tehnik relaksasi, obat
nafas dalam, tradisional
relaksasi, obat Motivasi
tradisional keluarga
Keluarga untuk
dapat menilali redemontasi
keberhasilan Beri pujian
pelaksanaan positif atas
tindakan yang upaya
dilakukan keluarga
dengan dalam menilai
menggunakan keberhasilan
self control terapi
yang modalitas
disediakan yang
dengan dilakukan
mengobservas
i adanya
penurunan
denyut nadi,
penurunan
skala nyeri
4. keluarga Respon Menciptakan Diskusikan
mampu verbal suasana dengan
memodifikasi rumah yang keluarga
lingkungan tenang, tentang
dalam kembangkan lingkungan
perawatan komunikasi dan
nyeri haid yang terbuka, komunikasi
menyediakan yang efektif
waktu dan untuk
menjadi mengurangi
pendengar nyeri haid.
yang baik
bagi remaja
5. keluarga Respon Menjelaskan Klarifikasi
mampu verbal manfaat pengetahuan
memanfaatka fasilitas keluarga
n pelayanan kesehatan tentang
kesehatan bila yang dapat manfaat
nyeri haid digunakan fasilitas
berlanjut: unutk kesehatan.
a. menyebutkan mengatasi Diskusikan
manfaat nyeri bila haid dengan
fasilitas berkanjut keluarga
kesehatan tentang
manfaat
pelayanan
kesehatan
Anjurkan
keluarga
unutk periksa
ke pelayanan
kesehatan bila
Kunjugan 1 kali sebulan
b. memanfaatka Respon keluarga ke dengan
n fasilitas psikomotor fasilitas jumlah
pelayanan kesehatan bila banyak dan
kesehatan haid lebih dari nyeri hebat
satu kali Tanyakan
sebulan perasaan
keluarga
setelah
mengunjungi
fasilitas
kesehatan

D. Implementasi
Pada tahap ini, perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan pada
keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara
terintegrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan
di rumah. Peran perawat yang dilaksanakan dalam tahap implementasi ini
adalah sebagai koordinator. Namun, bila keluarga tidak mampu atau tidak
memungkinkan, perawat juga dapat mengambil peran sebagai pelaksana
asuhan keperawatan.
Yang perlu diperhatikan bahwa pada tahap implementasi perawat perlu
melakukan kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosa
keperawatan) meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang
dibutuhkan, materi/topik yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan,
anggota keluarga yang perlu mendapat informasi (sasaran langsung
implementasi) dan peralatan yang perlu disiapkan keluarga (bila perlu).
Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara
fisik dan psikis saat pelaksanaan asuhan keperawatan dilaksanakan.
Langkah lebih lanjut adalah pelaksanaan implementasi sesuai dengan
rencana dengan didahului perawat mengingatkan keluarga bahwa akan
dilakukan implementasi sesuai kontrak sebelumnya. Dan implementasi
keperawatan sebaiknya dapat dilakukan oleh klien atau keluarga dengan
bantuan minimal dari perawat atau anggota tim kesehatan lainnya.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya. Bila evaluasi tidak berhasil atau berhasil sebagian, perlu
disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga bahwa
evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga
perlu pula direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasionalnya
dengan pengertian Subjektif, Objektif, Analisis dan Planning/perencanaan
selanjutnya. Pada tahap ini ada 2 (dua) evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh
perawat meliputi:
1. Evaluasi formatif/respons, bertujuan untuk menilai hasil implementasi
secadra bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan berdasarkan kontrak
pelaksanaan
2. Evaluasi sumatif/hasil akhir, bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap
pencapaian diagnosis keperawatan, apakah rencana diteruskan, diteruskan
sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi atau dihentikan

Anda mungkin juga menyukai