Anda di halaman 1dari 13

“PANCASILA DAN TANTANGAN IDEOLOGI RADIKAL

DALAM KONTEKS DISINTEGRASI BANGSA”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pancasila

Oleh :
Nama : Alda Nurfaiza
Nim : 2020502076
Kelas : BPI C (2052C)

Dosen Pengampu : Drs. Aminullah Cik Sohar

PRODI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyusun makalah Pancasila yang berjudul “Pancasila Dan
Tantangan Ideologi Radikal Dalam Konteks Disintegrasi Bangsa”.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
yang telah membimbing umat Islam dari zaman ketidaktahuan kepada zaman
yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila. Makalah
ini tidak dapat terselesaikan tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dosen mata kuliah Pancasila
2. Teman-teman mahasiswa Program Studi Bimbingan dan penyuluhan islam
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran sebagai
penyempurnaan ke depan.

Palembang, 25 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Makalah............................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Radikalisme...................................................................................................3
B. Ideologi Pancasila.........................................................................................5
C. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Menghadapi Radikalisme..........7
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................9
B. Saran..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, Indonesia dihadapkan dengan berbagai persoalan dan
ancaman radikalisme, terorisme dan separatism yang semuanya bertentangan
dengan nilai-nilaiPancasila dan UUD’45. Radikalisme merupakan ancaman
terhadap ketahanan ideologi.Jika Ideologi negara sudah tidak kokoh maka akan
berdampak terhadap ketahanan nasional.
Radikalisme bisa diartikan suatu sikap atau paham yang secara
ekstrim,revolusioner dan militant untuk memperjuangkan perubahan dari arus
utama yang dianut masyarakat. Radikalisme tidak harus muncul dalam wujud
yang berbaukekerasan fisik. Ideologi pemikiran, kampanye yang masif dan
demontrasi sikap yangberlawanan dan ingin mengubah mainstream dapat
digolongkan sebagai sikap radikal.
Melalui peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang kini telah dihadapi oleh
seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Meningkatnya radikalisme dalam agama
Indonesiamenjadi fenomena sekaligus bukti nyata yang tidak bisa begitu saja
diabaikan ataupun dihilangkan. Radikalisme keagamaan yang semakin
meningkat di Indonesia ini ditandaidengan berbagai aksi kekerasan dan terror.
Aksi tersebut telah menyedot banyak potensi atau energi kemanusiaan serta
telah merenggut hak hidup orang banyak termasuk orang yang sama sekali
tidak mengerti mengenai permasalahan ini. Meski berbagai seminar dan dialog
telah digelar untuk mengupas persoalan ini yaitu mulai dari pencarian sebab
hingga sampai pada penawaran solusi, namun tidak juga kunjungan
memperlihatkan adanya suatu titik terang.
Fenomena tindak radikalisme dalam agama memang bisa dipaham secara
beragama, namun secara ensensial, radikalisme agama umunya memang selalu
dikaitkan dengan pertentangan secara tajam anatara nilai-nilai yang
diperjuangkan kelompok agama tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku atau
dipandang mapanpada saat itu. Dengan demikian, adanya pertentangan,
pergesekan ataupun ketegangan,pada akhirnya menyebabkan konsep dari
radikalisme selalu saja dikonotasikan dengan kekerasan fisik. Apalagi realitas
2

yang saat ini telah terjadi dalam kehidupan masyarakatIndonesia sangat


mendukung dan semakin memperkuat munculnya pemahaman seperti itu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Radikalisme?
2. Jelaskan pengertian dari Idiologi Pancasila?
3. Bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi
radikalisme?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan makalah diatas maka tujuan penulisan pada makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami Radikalisme.
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Ideologi Pancasila.
3. Untuk mengetahui dan memahami cara Implementasi Nilai-Nilai Pancasila
dalam Menghadapi Radikalisme.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran di bidang pendidikan pancasila maupun di bidang penelitian-
penelitian.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Radikalisme
Radikalisme adalah suatau perubahan sosial dengan jalan kekerasan,
menyakinkandengan satu tujuan yang dianggap benar tetapi dengan
menggunakan cara yang salah. Radikalisme dalam arti bahasa berarti paham
atau aliran yang mengingatkan perubahanatau pembaharuan sosial dan politik
dengan cara kekerasan atau drastis. Namun, dalamartian lain, ensensi
radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan.Sementara
itu radikalisme menurut pengertian lain adalah inti dari perubahan
itucenderung menggunakan kekerasan. Yang dimaksud dengan radikalisme
adalah gerakanyang berpandang kolot dan sering menggunakan kekerasan
dalam mengajarkan sikap berdamai dan mencari perdamaian Islam tidak
pernah membenarkan praktek penggunaan kekerasan dalam menyabarkan
agama, paham keagamaan serta paham politik. (Hilmy,n.d.).
Dawinsha mengemukakan definisi radikalisme menyamakan dengan
teroris. Tapi iasendiri memakai radikalisme dengan membedakan antar budaya.
Radikalisme adalahkebijakan dan terorisme bagaian dari kebijakan radik
tersebut. Definisi Dawinsha lebihnyata bahwa radikalisme itu mengandung
sikap jiwa yang membawa kepada tindakanyang bertujuan melemahkan dan
mengubah tatanan kemampuan dan menggantinyadengan gagasan baru.
Makna yang terakhir ini, radikalisme adalah sebagai pemahaman negatif
dan bahkanbisa menjadi berbahaya sebagai ekstrim kiri dan kanan.
Gerakan radikalisme sesungguhnya bukan sebuah gerakan yang muncul
begitu sajatetapi mempunyai latar belakang yang sekaligurs menjadi faktor
pendorong munculnyagerakan radikalisme.
1. Faktor Sosial-Politik
Gejala kekerasan “agama” lebih tepat dilihat sebagai gejala sosial-
politikdaripada gejala keagamaan. Gerakan yang secara salah oleh Barat
disebut sebagairadikalisme itu lebih tepat dilihat akar permasalahannya
oleh sudut konteks sosial-politik dalam kerangka historisitas manusia yang
ada di masyarakat. Secara historiskita bisa melihat bahwa konflik-konflik
4

yang ditimbulkan oleh kalangan radikaldengan seperangkat alat


kekerasannya dalam menentang dan membenturkan diridengan kelompok
lainnya ternyata lebih berakar pada masalah sosial-politik.
Dengan membawa bahasa dan simbol serta slogan-slogan agama,
kaum radikalismencoba menyentuh emosi keagamaan dan menggalang
kekuatan untuk mencapaitujuan “mulia” dari politiknya
2. Faktor-faktor Emosi Keagamaan
Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme adalah
faktorsentiment keagamaan, termasuk didalamnya adalah solidaritas
keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal
ini lebih tepat dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan
agama (wahyu suci yang obsolut) walaupun gerakan radikalisme selalu
mengibarkan bendera dan simbol agama sepertidahil membela agama,
jihad dan mati syahid. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan emosi
keagamaan adalah agama sebagai pemahaman realitas yang sifatnya
interpretative. Jadi sifatnya nisbi dan subjektif.
3. Faktor-faktor Kultural
Ini juga memiliki andil yang cukup besar yang melatar belakangi
munculnya radikalisme. Hal ini wajar karena memang secara kultural
didalam masyarakat selalu ditemukan usaha untuk melepaskan diri dari
jeratan jarring-jaring kebudayaan tertentuyang dianggap tidak sesuai.
Sedangkan yang dimaksud faktor kultural disini adalah sebagai anti tesa
terhadap budaya sekularisme. Badaya barat merupakan sumber
sakularisme yang dianggap sebagai musuh yang harus dihilangkan dari
bumi.Sedangkan faktor sejarah memperlihatkan adanya dominasi Barat
dari berbagai aspeknya atas negara-negara dan budaya. Peradaban barat
sekarang ini merupakan ekspresi dominan dan universal umat manusia
yang telah dengan sengaja melakukan proses merjinalisasi seluruh sendi-
sendi kehidupan.
4. Faktor-faktor Ideologis Anti Westernisme
Motivasi dan gerakan anti Barat tidak bisa disalahkan dengan alasan
keyakinankeagamaan tetapi jalan kekerasan yang ditempuh kaum
5

radikalisme justrumenunjukkan ketidakmampuan mereka dalam


memprosisikan diri sebagai pesaing dalam budaya dan peradaban.
5. Faktor-faktor Kebijakan Pemerintah
Ketidakmampuan pemerintah di negara-negara Islam untuk bertindak
situasi atas berkembangnya frustasi dan kemarahan sebagai umat Islam
disebabkan dominasi ideologi, militer maupun ekonomi dari negara-negara
besar. Dalam hal ini elit-elit pemerintah di negara-negara belum atau
kurang dapat mencari akar yang menjadi penyebab munculnya tindak
kekerasan (radikalisme) sehingga tidak dapat mengatasi problematika
sosial yang dihadapi umat. Disamping itu, faktor media massa (pers)Barat
yang selalu memojokkan umat Islam juga menjadi faktor reaksi
dengankekerasan yang dilakukan.

B. Ideologi Pancasila
Pancasila ditawarkan Soekarno sebagai philosofische Gronslag (dasar,
filsafat, atau jiwa) dari Indonesia merdeka. Sebelum mengutarakan gagasan
mengenai dasar negara, Soekarno merasa perlu untuk meyakinkan para peserta
sidang bahwa mereka tidak perlu terlalu memusingkan perkara yang kecil-kecil
daripada kemauan untuk merdeka. Kemauan dan hasrat untuk merdeka,
menurut Soekarno, harus mendahului perdebatan mengenai dasar negara.
Mengapa? Karena buat apa membicarakan dasar negara jika kemerdekaan
tidak ada? Dari sini dimengerti logika berpikir Soekarno yang terlebih dahulu
menggelorakan semangat untuk merdeka, bahkan ketika rakyat masih miskin,
belum bisa baca tulis, belum bisa mengendarai mobil, dan seterusnya. (Wisnu
Dewantara, 2015).
Argumentasi Soekarno mengenai dasar negara dibuka dengan suatu
pertanyaan, “Apakah Weltanschauung (dasar dan filsafat hidup) kita, jikalau
kita hendak mendiirkan Indonesia merdeka?” Selanjutnya Soekarno
menguraikan dasar-dasar apa saja yang perlu dimiliki bagi bangunan Indonesia
merdeka. Dasar-dasar yang ia sebutkan adalah kebangsaan Indonesia,
internasionalisme (kemanusiaan), mufakat/permusyawaratan, kesejahteraan
(keadilan sosial), dan akhirnya Ketuhanan. Kelima prinsip itulah yang dia
6

namakan Pancasila, dan diusulkannya sebagai Weltanschauung negara


Indonesia merdeka. (Wisnu Dewantara, 2015).
Ideologi tentu haus memiliki fungsi, khsusunya bagi sekelompok orang
yang meyakininya. Fungsi Pancasila sebagai sebuah ideologi bangsa tentunya
sudah dipikirkan matang-matang sebelum oleh para pendiri bangsa secara
formal disepakati. Pada perkembangannya, fungsi ideologi bangsa bisa makin
variatif seiring dengan dinamika kehidupan bangsa tersebut, bahkan mungkin
berfungsi diluar apa yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Fungsi yang
muncul belakangan ini bisa bersifat positif atau negatif. (Wisnu Dewantara,
2017).
Fungsi yang diharapkan tentu saja fungsi positif. Pancasila sebagai
ideologi negara memiliki fungsi dan peranan sebagai berikut:
- Sebagai inspirasi seseorang untuk menemukan identitas dan jati diri
kebangsaannya.
- Sebagai prinsip dasar untuk memahami dan menafsirkaan kehidupannya
dalam konteks berbangsa dan bernegara.
- Sebagai kekuatan yang memotivasi seseorang untuk melaksanakan hak
dan kewajibannya sebagai warga negara.
- Sebagai pedoman seseorang dalam bertindak bagi bangsanya.
- Sebagai inspirasi tumbuhnya jiwa nasionalisme dan patriotisme.
- Sebagai sarana keilmuwan yang menghubungkan warga negara terhadap
pemikiran para pendiri bangsanya.
- Sebagai jalan untuk menemukan jawaban mengapa bangsa Indonesia
didirikan.
Selain fungsi yang telah disepakati, Pancasila sebagai ideologi bisa pula
dimanfaatkan sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan. Fungsi ini tentu
saja bersifat negatif. Indonesia pernah mengalami masa dimana Pancasila
nyaris kehilangan makna dan hanya digunakan sebagai instrumen kekuasaan
belaka. Pancasila ditafsir oleh rezim berkuasa dan dimonopoli kebenarannya
seabgai alat untuk memberangus mereka yang berbeda pandangan. Ciri secara
tipikal berkaitan dengan rezim berkuasa yang menafsirkan Pancasila secara
7

sepihak. Sehingga pihak lain yang berbeda pandangan berpotensi dianggap


sebagai tidak mendukung rezim dan akhirnya dicap anti-Pancasila atau radikal.

C. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Menghadapi Radikalisme


Saat ini Pancasila adalah ideologi yang terbuka, dan sedang diuji daya
tahannya terhadap gempuran, pengaruh dan ancaman ideologi-ideologi besar
lainnya, seperti liberalism (yang menjunjung kebebasan dan persaingan),
sosialisme (yang menekankan harmoni), humanisme (yang menekankan
kemanusiaan), nihilisme (yang menafsirkan nilai-nilai luhur yang mapan),
maupun ideologi yang berdimensi keagamaan.
Pancasila, sebagai ideologi terbuka pada dasarnya memiliki nilai-nilai
yang sama dengan ideologi lainnya, seperti keberadaban, penghormatan akan
HAM, kesejahteraan, perdamaian dan keadilan. Di era globalisasi, romantisme
kesamaan historis zaman lalu tidak lagi merupakan pengikat rasa kebersamaan
yang kokoh. Kepentingan akan tujuan yang akan dicapai lebih kuat
pengaruhnya daripada kesamaan latar kesejahteraan. Karena itu, implementasi
nilai-nilai Pancasila, agar tetap aktual dalam menghadapi ancaman radikalisme
harus lebih ditekankan pada penyampaian tiga massage berikut:
a) Negara yang dibentuk berdasarkan kesepakatan dan kesetaraan, dimana di
dalamnya tidak boleh ada yang merasa sebagai pemegang saham utama,
atau warga kelas satu.
b) Aturan main dalam bernegara telah disepakati, dan negara memiliki
kedaulatan penuh untuk menertibkan anggota negaranya yang berusaha
secara sistematis untuk merubah tatanan, dengan cara-cara yang melawan
hukum.
c) Negara memberikan perlindungan, kesempatan, masa depan dan
pengayoman seimbang untuk meraih tujuan nasional masyarakat adil adn
makmur, sejahtera, aman dan berkeadaban dan merdeka. Nilai-nilai
Pancasila dan UUD’45 yang harus tetap diimplementasikan itu adalah:
1) Kebangsaan dan persatuan
2) Kemanusiaan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia
3) Ketuhanan dan toleransi
4) Kejujuran dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan
8

5) Demokrasi dan kekeluargaan


Ketahanan nasional merupakan suatu kondisi kehidupan nasional yang
harus diwujudkan dan dibina secara terus menerus secara sinergis dan dinamis
mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan dan nasional yang bermodalkan
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan pengembangan
kekuatan nasional.
Salah satu unsur ketahanan nasional adalah Ketahanan Ideologi.
Ketahanan Ideologi perlu ditingkatkan dalam bentuk:
- Pengamalan Pancasila secara objektif dan subjektif
- Aktualisasi, adaptasi dan relevansi ideologi Pancasila terhadap nilai-nilai
baru
- Pengembangan dan penanaman nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dalam
seluruh kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Radikalisme adalah suatu perubahan sosial dengan jalan kekerasan,
meyakinkandenngan satu tujuan yang dianggap benar namun dengan
menggunakan cara yang salah.Radikalisme merupakan gerakan yang
berpandang kolot dan sering menggunakan kekerasandalam mengajarkan
sikap, berdamai dan mencari perdamaian. Soekarno menawarkan suatuideologi
yang sesuai dengan dasar kebiasaan yang ada di Indonesia. Soekarno
sepertinyadapat melihat bahwa akan terjadi berbagai gerakan yang dapat
merusak atau mengancamnegara Indonesia salah satunya adalah Radikalisme.
Dengan mengamalkan nilai-nilai dalamideologi Pancasila, suatu bangsa dapat
menjalankan proses hidup dalam berbangsa danbernegara tanpa ada ancaman
dari gerakan yang mengancam keutuhan negara.

B. Saran
Penulis sadar dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan kata,
huruf, dan tanda baca, serta isi materi dan kekurangan lainnya. Penulis sangat
berharap masukan, saran serta kritik terhadap makalah ini agar bisa dijadikan
bahan pembelajaran yang berguna bagi para pembaca.
10

DAFTAR PUSTAKA

Hilmy, M. (n.d.). Radikalisme Agama Dan Politik Demokrasi Di Indonesia


Pasca-Orde Baru, (117), 407–425.
Wisnu Dewantara, A. (2015). Pancasila Dan Multikulturalisme Indonesia,
15(2), 1–14.
Wisnu Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.
Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai