Disusun oleh:
NIM : 2008002020007
Matkul : Elektromagnetik
Gambar1. Osiloskop
Dalam pemakaian CRO yang biasa, sumbu x atau masukan
horizonta l adalah tegangan tanjak (ramp voltage) linear yang
dibangkitkan secara internal , atau basis waktu (time base) yang secara
periodik menggerakka n bintik cahaya dari kiri kekanan melalui
permukaan layar. Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan kesumbu Y
atau masukan vertikal CRO, menggerakkan bintik ke atas dan
kebawah sesuai dengan nilai sesaat tegangan masukan. Selanjutnya
bintik tersebut menghasikan jejak berkas gambar pada layar yang
menunjukkan variasi tegangan masukan sebagai fungsi dari waktu. Bila
tegangan masukan berulang dengan laju yang cukup cepat gambar akan
kelihatan sebagai sebuah pola yang diam pada layar. Dengan demikian
CRO melengkapi suatu cara pengamatan yang berubah terhadap waktu.
Di samping tegangan, CRO dapat menyajikan gambar visual
dari
berbagai fenomena dinamik melalui pemakaian transducer yang
menguba h
arus, tekanan, tegangan, tempratur, percepatan, dan banyak besaran
fisis lainnya menjadi tegangan.
CRO di gunakan untuk menyelidiki bentuk gelombang,
peristiwa transien dan besaran lainnya yang berubah terhadap waktu
dari frekuens i yang sangat rendah ke frekuensi yang sangat tinggi.
Pencatatan kejadian ini dapat di lakukan oleh kamera khusus yang di
tempelkan pada CRO guna penafsiran kuantitatif.
Osiloskop sinar katoda dapat digunakan untuk bermacam-maca
m pengukuran besaran fisika. Besaran listrik yang dapat diukur dengan
menggunakan alat itu antara lain tegangan searah, tegangan bolak-balik,
arus searah, arus bolak-balik, waktu, sudut fasa, frekuensi, dan untuk
bermacam kegiatan penilaian bentuk gelombang seperti waktu timbul
dan waktu turun. Banyak besaran nirlistrik seperti tekanan, gaya tarik,
suhu, dan kecepatan dapat diukur dengan menggunakan tranduser
sebagai pengubah ke besaran tegangan.
Osiloskop terdiri dari dua bagian penting, yaitu Display dan
Panel Control. Display menyerupai tampilan layar pada televisi,
layar ini merupakan bagian depan dari suatu tabung panjang yang disebut
tabung sinar katoda. Tabung ini merupakan komponen terpenting pada
osiloskop, terdiri dari silinder yang dihampakan dan persegi di baguan
depan sebagai layar. Bagian dalam layar diberi lapisan tipis dari zat
berpendar (fluoresce nt material), zat ini akan mengeluarkan sumber
cahaya jika ditembakkan elektron. Display pada osiloskop berfungsi
sebagai tempat tampilan sinyal uji. Pada display osiloskop terdapat garis-
garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-
kotak yang disebut dengan div. Sumbu Y (vertikal) mempresentasikan
tegangan (V) dan sumbu X (horizonta l ) mempresentasikan besaran
waktu (t). Sedangkan panel kontrol berisi tombol- tombol yang bisa
digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar. Tombol- tombol pada
panel osiloskop antara lain :
Gambar3
Domain Y menggambarkan Amplitudo, sedangkan domain X
menggambarkan waktu. dari gambar diatas dapat kita ambil kesimpulan
bahwa gelombang tersebut memiliki Amplitudo 50, Frekuensi 1 Hz dan Periode
1 Detik. Gambar ke 2:
Gambar4
Perhatikan gambar gelombang diatas. 1 bukit & 1 lembah
dapat tereksekusi seluruhnya pada waktu 0,2 detik. Berarti di simpulkan bahwa
gelombang diatas memiliki Periode = 0,2 detik yang berarti, akan ada 5
gelombang yang dapat terselesaikan dalam 1 detiknya, yang berarti gelombang
tersebut memiliki frekuensi sebesar 5 Hz.
Secara singkat frekuensi merupakan kebalikan dari periode demikian
pula sebaliknya, 5 Hz = 1 / 0,2 det ||| 0,2 det = 1 / 5 Hz [ Frekuensi = 1 / Periode &
Periode
= 1 / Frekuensi ]
Definisi Beda Fase adalah perbedaan sudut mulai antara 2
gelombang sinusoidal yang sedang diamati. Sederhana bukan?? agar lebih
jelas perhatikan ketiga gambar dibawah ini ( Ketiga gelombang dibawah
memiliki Frekuensi 1 Hz )
A. 50Sin( wt ) (Gambar5)
B. 50Sin( wt + 45 ) (Gambar6)
C. 50Sin( wt - 90 ) (Gambar7)
Dari ketiga jenis gelombang sinus diatas terdapat perbedaan yaitu
sudut dalam memulai besaran nilainya. Jika gelombang A memulai awalannya
dari nilai sudut nol maka, Gel B memulai dari sudut 45 dan Gel. C memulainya
dari sudut -
90. Jika anda bingung, maka cam kan saja, bila ada gelombang digeser kekiri
maka
dalam persamaanya akan di tambahkan sebesar pergeserannya [ Ex : Persamaan
Gel. B ], Demikian pula sebaliknya.
Salah satu cara mengukur beda fasa adalah menggunakan mode
XY. Yaitu dengan memplot satu sinyal pada bagian vertikal(sumbu Y)
dan sinyal lain pada sumbu horizontal(sumbu X). Metoda ini akan
bekerja efektif jika kedua sinyal yang digunakan adalah sinyal
sinusiodal. Bentuk gelombang yang dihasilkan adalah berupa gambar
yang disebut pola Lissajous(diamb il dari nama seorang fisikawan asal
Perancis Jules Antoine Lissajous dan diucapkan Li-Sa-Zu). Dengan
melihat bentuk pola Lissajous kita bisa
menentukan beda fasa antara dua sinyal. Juga dapat ditentukan
perbandinga n frekuensi.
Pola Lissajous merupakan pola yang ditimbulkan oleh dua
buah gelombang sinusoidal dengan syarat kedua gelombang tersebut
mempunya i frekuensi yang sama dan berada pada amplitudo yang
konstan. Pola ini akan digambarkan untuk pengukuran phasa dalam
aplikasi mode X-Y pada osiloskop.
Bagian ini telah menjelaskan dasar-dasar teknik pengukuran.
Pengukuran lainnya membutuhkan setting up osiloskop untuk mengukur
komponen listrik pada tahapan lebih mendalam,melihat noise pada
sinyal, membaca sinyal transien, dan masih banyak lagi aplikasi
lainnya. Teknik pengukuran yang akan kita gunakan bergantung jenis
aplikasinya, tetapi kita telah mempelajari cukup banyak untuk seorang
pemula. Praktek menggunakan osiloskop dan bacalah lebih banyak
mengenai hal ini. Dengan terbiasa maka pengoperasian dan pengukuran
akan menjadi lebih mudah.
Gambar13.
Itu adalah rumus untuk kuva yang lingkaranya serong ke kanan untuk
kurva lissajous yang lingkarannya serong ke kiri, perhatikan gambar dibawah ini:
Gamabr14.
Untuk lissajous - lissajous yang lain dapat disiimpulkan satuhal dari
kurva- kurva lissajous tersebut yaitu perbandingan rasio frekuensi antara 2
gelombang pembentuknya, dengan cara:
Gambar15.
Perhatikan gambar diatas. Tarik garis Vertikal dan Horizontal. Hitung
Perpotongan Garis Merah dengan grafik dan anggap ini sebagai variabel "M".
Hitung Perpotongan Garis Biru dengan grafik dan anggap ini sebagai veriabel "N"
Maka Frek X : Frek Y === M : N
Pada gambar 1 maka rasio frekuensi X banding Y adalah :
6:4
Pada gambar lissajous ke 2 bahwa rasio frek X banding Y adalah :
2:3
KESIMPULAN