Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENERAPAN APLIKASI OSILOSKOP

Disusun oleh:

Nama : Hilmi Ramadhan

NIM : 2008002020007

Prodi : Teknik Elektronika

Matkul : Elektromagnetik

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM,
BANDA ACEH 2020/2021
Daftar isi
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................3
1.1 Pengertian Osiloskop Secara Umum................................................................................3
1.2 Penggunaan Osiloskop Secara Umum..............................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN......................................................................................................................7
2.1 Pengertian Diagram Lissajous..........................................................................................7
2.2 Cara Membaca..................................................................................................................9
KESIMPULAN.................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................15
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Osiloskop Secara Umum


Osiloskop sinar katoda (Cathode Ray Osscilloscope,
selanjutnya disebut CRO) adalah instrumen laboratorium yang sangat
bermanfaat dan terandalkan yang digunakan untuk pengukuran dan anlisa
bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dalam rangkaian-rangkaian
elektronik. Pada dasarnya CRO adalah alat pembuat grafik atau gambar
(ploter) X-Y yang sangat cepat yang Memperagakan sebuah sinyal
masukan terhadap sinyal lain atau terhadap waktu. Pena (“stylus”)
Plotter ini adalah sebuah bintik cahaya yang bergerak melalui permukan
layar dalam memberi tanggapan terhadap tegangan-tegangan masukan.

Gambar1. Osiloskop
Dalam pemakaian CRO yang biasa, sumbu x atau masukan
horizonta l adalah tegangan tanjak (ramp voltage) linear yang
dibangkitkan secara internal , atau basis waktu (time base) yang secara
periodik menggerakka n bintik cahaya dari kiri kekanan melalui
permukaan layar. Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan kesumbu Y
atau masukan vertikal CRO, menggerakkan bintik ke atas dan
kebawah sesuai dengan nilai sesaat tegangan masukan. Selanjutnya
bintik tersebut menghasikan jejak berkas gambar pada layar yang
menunjukkan variasi tegangan masukan sebagai fungsi dari waktu. Bila
tegangan masukan berulang dengan laju yang cukup cepat gambar akan
kelihatan sebagai sebuah pola yang diam pada layar. Dengan demikian
CRO melengkapi suatu cara pengamatan yang berubah terhadap waktu.
Di samping tegangan, CRO dapat menyajikan gambar visual
dari
berbagai fenomena dinamik melalui pemakaian transducer yang
menguba h
arus, tekanan, tegangan, tempratur, percepatan, dan banyak besaran
fisis lainnya menjadi tegangan.
CRO di gunakan untuk menyelidiki bentuk gelombang,
peristiwa transien dan besaran lainnya yang berubah terhadap waktu
dari frekuens i yang sangat rendah ke frekuensi yang sangat tinggi.
Pencatatan kejadian ini dapat di lakukan oleh kamera khusus yang di
tempelkan pada CRO guna penafsiran kuantitatif.
Osiloskop sinar katoda dapat digunakan untuk bermacam-maca
m pengukuran besaran fisika. Besaran listrik yang dapat diukur dengan
menggunakan alat itu antara lain tegangan searah, tegangan bolak-balik,
arus searah, arus bolak-balik, waktu, sudut fasa, frekuensi, dan untuk
bermacam kegiatan penilaian bentuk gelombang seperti waktu timbul
dan waktu turun. Banyak besaran nirlistrik seperti tekanan, gaya tarik,
suhu, dan kecepatan dapat diukur dengan menggunakan tranduser
sebagai pengubah ke besaran tegangan.
Osiloskop terdiri dari dua bagian penting, yaitu Display dan
Panel Control. Display menyerupai tampilan layar pada televisi,
layar ini merupakan bagian depan dari suatu tabung panjang yang disebut
tabung sinar katoda. Tabung ini merupakan komponen terpenting pada
osiloskop, terdiri dari silinder yang dihampakan dan persegi di baguan
depan sebagai layar. Bagian dalam layar diberi lapisan tipis dari zat
berpendar (fluoresce nt material), zat ini akan mengeluarkan sumber
cahaya jika ditembakkan elektron. Display pada osiloskop berfungsi
sebagai tempat tampilan sinyal uji. Pada display osiloskop terdapat garis-
garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-
kotak yang disebut dengan div. Sumbu Y (vertikal) mempresentasikan
tegangan (V) dan sumbu X (horizonta l ) mempresentasikan besaran
waktu (t). Sedangkan panel kontrol berisi tombol- tombol yang bisa
digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar. Tombol- tombol pada
panel osiloskop antara lain :

Gambar2. Tombol-tombol osiloskop


o Focus : Digunakan untuk mengatur focus
o Power : Untuk menghidupkan dan mematikan osiloskop
o Pilot Lamp : Penanda, akan menyala jika osiloskop
o Intensity dihidupkan
: Untuk mengatur kecerahan garis yang
o Trace rotation : ditampilkan di layar garis sumbu Y=0 di layar
Mengatur kemiringan
o Swp Var : Untuk kejelasan pergerakan gambar pada layar
osiloskop
o Volt/div : Mengatur berapa nilai tegangan yang diwakili
oleh satu div di layar
o Time/div : Mengatur berapa nilai waktu yang diwakili
oleh satu div di layar
o Position : Untuk mengatur posisi normal sumbu X
(ketika sinyal masukannya nol)
o AC/DC : Mengatur fungsi kapasitor kopling di terminal
masukan osiloskop. Jika tombol pada posisi
AC maka pada terminal masukan diberi
kapasitor kopling sehingga hanya melewatkan
komponen AC dari sinyal masukan. Namun
jika tombol diletakkan pada posisi DC maka
sinyal akan terukurdengan komponen DC-nya
dikutsertakan.
o Ground : Digunakan untuk melihat letak posisi ground
di layar.
o Channel : Memilih saluran / kanal yang digunakan 1/ 2
o
Eksternal : Untuk memasukkan tegangan ke osiloskop
o Mode : Untuk mengatur mode yang digunakan
o osiloskop
osiloskop
o Saklar Geser : Untuk menentukan tegangan (AC, DC, GND)
yang ditampilkan osiloskop
o Input CH1 : Untuk input di channel
o Input CH2 : Untuk
memasukkan input
1 di channel
memasukkan 2
1.2 Penggunaan Osiloskop Secara Umum
Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka
osiloskop perlu disetel dulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam
pengukura n. Langkah awal pemakaian yaitu pengkalibrasian. Yang
pertama kali harus muncul di layar adalah garis lurus mendatar jika
tidak ada sinyal masukan. Yang perlu disetel adalah fokus, intensitas,
kemiringan, x position, dan y
position. Dengan menggunakan tegangan referensi yang terdapat di
osiloskop maka kita bisa melakukan pengkalibrasian sederhana. Ada
dua tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan yaitu tegangan persegi 2
Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz. Setelah probe dikalibrasi
maka dengan menempelkan probe pada terminal tegangan acuan
maka akan muncul tegangan persegi pada layar. Jika yang dijadikan
acuan adalah tegangan 2
Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu kotak vertikal mewakili tegangan
1
volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke puncak sebanyak dua
kotak dan untuk time/div 1 ms/div (satu kotak horizontal mewakili
waktu 1 ms) harus terdapat satu gelombang untuk satu kotak. Jika masih
belum tepat maka perlu disetel dengan potensio yang terdapat di tengah-
tengah knob penggant i Volt/div dan time/div. Atau kalau pada
gambar osiloskop diatas berupa potensio dengan label "var".
Beberapa fungsi osiloskop antara lain
untuk:
* Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.
* Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
* Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik.
* Membedakan arus AC dengan arus DC.
* Mengetahui noise pada sebuah rangkaian listrik.
Pada saat menggunakan osiloskop juga perlu diperhatikan beberapa
hal sebagai berikut:
a) Memastikan alat yang diukur dan osiloskop
ditanahkan (digroundkan), disamping untuk kemanan, hal ini juga
untuk mengurangi suara dari frekuensi radio atau jala-jala.
b) Memastikan probe dalam keadaan baik.
c) Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada
di osiloskop.
d) Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi
tombol Volt/Div pada posisi tertentu. Jika sinyal masukannya
diperkirakan cukup besar, gunakan skala Volt/Div yang besar. Jika
sulit memperkirakan besarnya tegangan masukan, gunakan
attenuator 10 x (peredam sinyal) pada probe atau skala Volt/Div
dipasang pada posisi paling besar.
e) Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi
sinyal
masukan.
f) Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh
sinyal keluaran yang stabil.
g) Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.
h) Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya
sangat/kurang terang.
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diagram Lissajous


Gambar / Diagram Lissajous definisinya adalah sebuah penampakan
pada layar osiloskop yang mencitrakan perbedaan atau perbandingan Beda
Fase, Frekuensi & Amplitudo dari 2 gelombang inputan pada probe osiloskop.
Definisi Amplitudo adalah nilai puncak / Maksimum positif dari
sebuah gelombang sinusoidal. Bila Amplitudo suatu gelombang tertuliskan " 20 "
maka nila i keluaran dari gelombang tersebut akan bergerak dari 0 ke 20 ke 0 ke
-20 ke 0 dan ke
20 lagi, begitu
seterusnya.
Definisi Frekuensi adalah suatu pernyataan yang menggambarkan "
Berapa banyak gelombang yang terjadi tiap detiknya" dalam satuan Hz. Bila
disitu tertulis 25Hz berarti ada 25 gelombang ( 1 gelombang terdiri atas1
Bukit & 1
Lembah ) yang terjadi dalam 1 detik, ini berarti 1 buah gelombang memakan
waktu
1/25 detik = 0.04 detik untuk tereksekusi sepenuhnya ( Inilah yang biasa
disebut dengan Periode Gelombang = Waktu yang dibutuhkan 1
gelombang untuk tereksekusi seluruhnya ) . Untuk lebih jelasnya liha t gambar
dibawah ini:

Gambar3
Domain Y menggambarkan Amplitudo, sedangkan domain X
menggambarkan waktu. dari gambar diatas dapat kita ambil kesimpulan
bahwa gelombang tersebut memiliki Amplitudo 50, Frekuensi 1 Hz dan Periode
1 Detik. Gambar ke 2:

Gambar4
Perhatikan gambar gelombang diatas. 1 bukit & 1 lembah
dapat tereksekusi seluruhnya pada waktu 0,2 detik. Berarti di simpulkan bahwa
gelombang diatas memiliki Periode = 0,2 detik yang berarti, akan ada 5
gelombang yang dapat terselesaikan dalam 1 detiknya, yang berarti gelombang
tersebut memiliki frekuensi sebesar 5 Hz.
Secara singkat frekuensi merupakan kebalikan dari periode demikian
pula sebaliknya, 5 Hz = 1 / 0,2 det ||| 0,2 det = 1 / 5 Hz [ Frekuensi = 1 / Periode &
Periode
= 1 / Frekuensi ]
Definisi Beda Fase adalah perbedaan sudut mulai antara 2
gelombang sinusoidal yang sedang diamati. Sederhana bukan?? agar lebih
jelas perhatikan ketiga gambar dibawah ini ( Ketiga gelombang dibawah
memiliki Frekuensi 1 Hz )

A. 50Sin( wt ) (Gambar5)

B. 50Sin( wt + 45 ) (Gambar6)

C. 50Sin( wt - 90 ) (Gambar7)
Dari ketiga jenis gelombang sinus diatas terdapat perbedaan yaitu
sudut dalam memulai besaran nilainya. Jika gelombang A memulai awalannya
dari nilai sudut nol maka, Gel B memulai dari sudut 45 dan Gel. C memulainya
dari sudut -
90. Jika anda bingung, maka cam kan saja, bila ada gelombang digeser kekiri
maka
dalam persamaanya akan di tambahkan sebesar pergeserannya [ Ex : Persamaan
Gel. B ], Demikian pula sebaliknya.
Salah satu cara mengukur beda fasa adalah menggunakan mode
XY. Yaitu dengan memplot satu sinyal pada bagian vertikal(sumbu Y)
dan sinyal lain pada sumbu horizontal(sumbu X). Metoda ini akan
bekerja efektif jika kedua sinyal yang digunakan adalah sinyal
sinusiodal. Bentuk gelombang yang dihasilkan adalah berupa gambar
yang disebut pola Lissajous(diamb il dari nama seorang fisikawan asal
Perancis Jules Antoine Lissajous dan diucapkan Li-Sa-Zu). Dengan
melihat bentuk pola Lissajous kita bisa
menentukan beda fasa antara dua sinyal. Juga dapat ditentukan
perbandinga n frekuensi.
Pola Lissajous merupakan pola yang ditimbulkan oleh dua
buah gelombang sinusoidal dengan syarat kedua gelombang tersebut
mempunya i frekuensi yang sama dan berada pada amplitudo yang
konstan. Pola ini akan digambarkan untuk pengukuran phasa dalam
aplikasi mode X-Y pada osiloskop.
Bagian ini telah menjelaskan dasar-dasar teknik pengukuran.
Pengukuran lainnya membutuhkan setting up osiloskop untuk mengukur
komponen listrik pada tahapan lebih mendalam,melihat noise pada
sinyal, membaca sinyal transien, dan masih banyak lagi aplikasi
lainnya. Teknik pengukuran yang akan kita gunakan bergantung jenis
aplikasinya, tetapi kita telah mempelajari cukup banyak untuk seorang
pemula. Praktek menggunakan osiloskop dan bacalah lebih banyak
mengenai hal ini. Dengan terbiasa maka pengoperasian dan pengukuran
akan menjadi lebih mudah.

2.2 Cara Membaca


Gambar-gambar Lissajous dihasilkan bila gelombang-gelomba
ng sinus dimasukkan secara bersamaan ke pelat-pelat defleksi horizontal
dan vertical CRO. Kontruksi sebuah gambar Lissajous ditunjukkan secara
grafik pada gambar8. Gelombang sinus ev menyatakan tegangan defleksi
vertical dan gelombang sinus eh adalah tegangan defleksi horizontal.
Frekuensi sinyal vertical adalah dua kali frekuensi sinyal horizontal,
sehingga bintik CRT bergerak dua siklus lengkap dalam arah vertical
dibandingkan terhadap satu siklus dalam arah horizontal. Gambar
dibawah menunjukkan bahwa angka 1 sampai 16 pada kedua bentuk
gelombang menyatakan titik-titik yang berhubungan dengan selang
waktu. Dengan menganggap bahwa bintik diawali dari pusat layar
CRT (titik 0), perjalanan bintik dapat dilukiska n kembali menurut
cara yag ditunjukkan, dan gambar yag dihasilka n disebut gambar
Lissajous.
Dua gelombang sinus dengan frekuensi yang sama
menghasilka n
gambar lissajous yang bisa berbentuk garis lurus, elips atau
lingkara n, bergantung pada fasa dan amplitudo kedua sinyal tersebut.
Sebuah lingkara n hanya dapat terbentuk bila amplitudo kedua sinyal
sama. Jika mereka tidak sama dan / atau tidak sefasa, terbentuk sebuah
elips yang sumbu-sumb unya adalah bidang horisontal dan bidang
vertikal (dengan menganggap penempatan CRO yang normal). Tanpa
memperhatikan amplitudo sinyal, hal yang menentukan jenis gambar
yang terbentuk dengan memasukan dua sinyal yang frekuensinya sama
ke pelat defleksi adalah beda fasa antara kedua sinyal tersebut.
Perhatikan gambar dibawah ini:
Gambar8. Konstruksi gambar lissajous
Inti dari gambar diatas adalah cara menggambar lissajous secara
manual, yaitu dimulai dengan:
1. Menggambar 2 gelombang yang akan diperbandingkan kedalam domain X
dan
Y ( lihat gambar, Gel 1 diletakkan sebagai input Y [ Vertikal ] dan Gel 2
sebagai input X [ Horizontal ] ),
2. Lalu memilah milahnya menjadi bagian bagian, dan jarak antar bagian2
pada masing2 gelombang haruslah sama ( contoh dalam gambar adalah 16
bagian )
3. Dan yang terahir MemPlot masing masing titik dengan pasangannya
masing masing. Dengan menggambar garis bantuan ke tengah bidang kertas
dan mencari titik potongnya dengan perpanjangan garis bantu dari
gelombang yang satunya lagi.
4. Hubungkan titik2 tersebut sesuai urutanya, Selesai.
Dalam kenyataannya hasil gambar lissajous sendiri sangat banyak
jenisnya tergantung dari frekuensi, beda fase & amplitudo kedua gelombang
yang diperbandingkan ( Dalam contoh diatas kurva lissajous yang terbentuk
terjadi dari 2 gelombang yang memiliki Rasio Frekuensi 1 : 2 || Rasio Amplitudo
1 : 1 || Beda Fase
= 0 derajat ) . Berikut contoh-contoh dari hasil kuva lissajous yang lain:
Gambar 9. ( Beda Fase 0 derajat, Frek sama )

Gambar10. ( Beda Fase 180 derajat, Frek sama


)

Gambar11. ( Beda Fase 90, Frek sama, Amplitudo X = Amplitudo Y


)
Gambar12. ( Beda Fase 90, Frek sama, Amplitudo X > Amplitudo Y )
Cara mengetahui Beda Fase secara pasti dari lissajous - lissajous diatas.
Dalam beberapa kasus, hanya kurva2 lissajous tertentu saja yang dapat
dengan mudah diketahui Beda Fase antara 2 gelombang pembentuknya.
Lissajous yang 2 gelombang pembentuknya memiliki Frekuensi sama. Ciri
cirinya adalah " lissajous yang hanya terdiri dari 1 lingkaran saja ". cara
menghitungnya lissajous perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar13.
Itu adalah rumus untuk kuva yang lingkaranya serong ke kanan untuk
kurva lissajous yang lingkarannya serong ke kiri, perhatikan gambar dibawah ini:

Gamabr14.
Untuk lissajous - lissajous yang lain dapat disiimpulkan satuhal dari
kurva- kurva lissajous tersebut yaitu perbandingan rasio frekuensi antara 2
gelombang pembentuknya, dengan cara:

Gambar15.
Perhatikan gambar diatas. Tarik garis Vertikal dan Horizontal. Hitung
Perpotongan Garis Merah dengan grafik dan anggap ini sebagai variabel "M".
Hitung Perpotongan Garis Biru dengan grafik dan anggap ini sebagai veriabel "N"
Maka Frek X : Frek Y === M : N
Pada gambar 1 maka rasio frekuensi X banding Y adalah :
6:4
Pada gambar lissajous ke 2 bahwa rasio frek X banding Y adalah :
2:3
KESIMPULAN

Osiloskop sangat penting untuk analisa rangkaian elektronik. Osiloskop


penting bagi para montir alat-alat listrik, para teknisi dan peneliti pada
bidang elektronika dan sains karena dengan osiloskop kita dapat mengetahui
besaran- besaran listrik dari gejala-gejala fisis yang dihasilkan oleh sebuah
transducer. Para teknisi otomotif juga memerlukan alat ini untuk mengukur
getaran/vibrasi pada sebuah mesin. Jadi dengan osiloskop kita dapat
menampilkan sinyal-sinyal listrik yang berkaitan dengan waktu. Dan banyak
sekali teknologi yang berhubunga n dengan sinyal-sinyal tersebut.
Contoh kegunaan osiloskop : Mengukur besar tegangan listrik
dan
hubungannya terhadap waktu, Mengukur frekuensi sinyal yang
berosilasi, Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik,
Membedakan arus AC dengan arus DC, Mengecek noise pada sebuah
rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Cooper, William David. 2007. Diktat Pengukuran Listrik dan Instrumentas i


Elektronik. Jakarta: Tim Penyusun Diktat.
Sears, Zemansky. 1992. Fisika Untuk Universitas 2 Listrik Magnet. Bandung: Bina
Cipta.
Wahyuni, Agus. 2012. Alat Ukur dan Pengukuran. Banda Aceh.
http://muchlookd.blogspot.co.id/2015/05/tata-cara- mengoperasikan-crocathode-
ray.html
http://elektronika elektronika.blogspot.com/2007/06/bagian-bagian-osiloskop.html
http://www.quantum- mobile.com/artikel/penggunaan-alatukur/63-cara-kerja-
osciloscope-.html

Anda mungkin juga menyukai