Disusun oleh :
1. Latifah Fauziyah 4401419027
2. Khoirunnisa’ Min Amrina Rosyada 4401419070
3. Wulandari 4401419072
Pendidikan Bologi
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah “DASAR-
DASAR BIOTEKNOLOGI”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi
besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah
untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Dasar-Dasar Bioteknologi di program studi
pendidikan biologi. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu dan bapak dosen mata kuliah Dasar-Dasar Bioteknologi dan kepada segenap pihak
yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................
1.3 Tujuan...........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bioteknologi di Bidang Industri.................................................................
2.2 Batasan Pokok Proses Bioindustri................................................................................
2.3 Ruang lingkup Bioindustri...........................................................................................
a. Skala Aplikasi Bioteknologi...................................................................................
b. Bioteknologi modern..............................................................................................
c. Klasifikasi Tahap Industrialisasi menurut Biotechnology Industry Organization.
2.4 Penerapan Bioteknologi di Bidang Industri.................................................................
a. Bioteknologi di bidang Industri Hijau/Pertanian (Agroindustri)...........................
b. Bioteknologi di bidang kedokteran dan farmasi.....................................................
c. Bioteknologi di bidang Pangan..............................................................................
d. Bioteknologi di bidang Industri.............................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................
3.2 Saran.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu, insulin manusia juga dapat dibuat secara semisintetik sehingga mengurangi
imunogenitas dan luka bekas suntikan.Insulin sempat berkembang menjadi insulin bermasa
kerja pendek, bermasa kerja panjang, jarum suntik yang lebih praktis dibawa/digunakan.Jarum
suntik itu berbentuk pena dengan ampul insulin yang bisa dipakai puluhan kali.Ada pula
teknologi pompa insulin untuk pemberian insulin subkutan secara terus menerus atau intravena
untuk jangka pendek.
Insulin merupakan protein manusia pertama yang disintesis secara kimia. Secara tradisional,
insulin untuk pengobatan pada manusia diisolasi dari pankreas sapi atau babi. walaupun insulin
hewan secara umum cukup memuaskan tetapi untuk penggunaan pada manusia dapat
menimbulkan dua masalah. Pertama, adanya perbedaan kecil dalam asam amino penyusunnya
dapat menimbulkan efek samping berupa alergi pada beberapa penderita. Kedua, prosedur
pemurnian Sule dan cemaran berbahaya asal hewan tidak selalu dapat dihilangkan secara
sempurna. Dengan adanya nya perbaikan cara produksi insulin melalui rekayasa genetika yakni
melalui teknologi DNA rekombinan maka insulin dapat diproduksi menggunakan sel mikroba
yang tidak patogen.hal inilah yang menyebabkan insulin hasil rekayasa genetika mempunyai
efek samping yang relatif sangat rendah dibandingkan insulin yang diperoleh dari ekstrak
pankreas hewan, tidak menimbulkan efek alergi serta tidak mengandung kontaminan berbahaya
a) Mengidentifikasi dan meng isolasi dan penghasil insulin dari sel pangkreas manusia
b) Mula-mula mRNA yang telah disalin dari gen penghasil insulin diekstrak dari sel pancreas.
Kemudian enzim transciptase ditambahkan pada mRNA bersamaan dengan nukleotida
penyusun DNA
c) Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetakan untuk membentuk DNA berantai tunggal
d) DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA
e) Enzim DNA polymerase digunakan untuk melengkapi DNA rantai tunggal menjadi rantai
ganda,disebut Dana komplementer (c-DNA), yang merupakan gen penghasil insulin.
f) salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara memotong kromosom secara khusus
menggunakan enzim retrikasi
g) Mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid dari sel bakteri dengan
menggunakan enzim restrikasi. Sementara itu, di dalam serangkaian tabung reaksi atau
cawan patri, gen penghasil insulin manusia (dalam bentuk c-DNA disisipkan untuk
dipasangkan pada plasmid yang terbuka tersebut.
h) Agen penghasil insulin ke dalam cincin plasmid. Mula-mula ikatan yang terjadi masih lemah,
kemudian enzim DNA ligase memperkuat ikatan ini sehingga dihasilkan DNA rekombinan /
plasmid rekombinan yang bagus
i) Memasukkan plasmid three combine dan kedalam bakteri E.coli . Didalam sel bakteri ini
plasmid mengadakan replikas
j) Mengkultur bakteri E.coli yang akan berkembang biak dengan cara menghasilkan klon-klon
bakteri yang mengandung plasmid rekombinan penghasil insulin. Melalui rekayasa genetika
dapat dihasilkan E.coli yang merupakan penghasil insulin dalamjumlah banyak dan dalam
waktu yang singkat.
Tahap awal pembuatan insulin adalah dengan proses Fermentasi. Pada proses ini, media
fermentasi disiapkan dalam tangki stainless steel (V-101) dan disterilisasikan di heat sterilizer
(ST-lOI). Kompresor (G-lOI) dan filter (AF-lOI) berguna untuk mengalirkan udara dan amonia
menuju fermentor (V-102). Dalam fermentor terdapat bakteri E. coli untuk menghasilkan Trp-
proinsulin (Tryptophan-proinsulin). Waktu fermentasi adalah 18 jam dengan suhu 37°C. Trp-
proinsulin berakumulasi ke dalam sel E. coli sebagai IB's (Inclusion Body). Pada kondisi awal,
diasumsikan jumlah IB's sebesar 20 % dari total berat kering.Reaksinya sebagai berikut:
0,12 amonia + 0,17 glukosa + 0,36 oksigen + 0,02 garam ----> 0,41 biomass + 0,47
karbondioksida + 0,82 air
Setelah fermentasi selesai, tahap berikutnya adalah Primary Recovery. Pada tahap ini, lamtan
dari fermentor yang disebut broth dimasukkan dalam surge tank (V-I06) sebelum disentrifugasi
dalam centrifuge (DS-lO 1) yang berguna untuk menghilangkan impurities. Dalam blending tank
(V-l 09), lamtan diencerkan menggunakan WFI (Water for Injection), EDTA dan TRIS-Base.
Kemudian digunakan homogenizer (HG-101) dan selanjutnya lamtan disentrifugasi lagi, lalu
dimasukkan dalam blending tank (V-IlO). Larutan yang keluar dari blending tank akan
disentrifugasi ulang agar kandungan impurities tidak terlalu besar. Volume slurry pada akhir
tahap primary recovery ini sebanyak 1400 L.
Tahap selanjutnya adalah tahap Reaksi yang dapat dikelompokkan seperti di bawah ini :
Inclusion Body (IB's) Solubilization. Tahap reaksi ini meliputi pelarutan IB's yang akan
dimasukkan dalam tangki (V-103) dan dicampur dengan urea dan MrETOH. Waktu reaksinya
adalah 8 jam supaya kelamtan IB's mencapai 95 %. Reaksinya pelarutannya yaitu :
IB's ---> cont proteins + Trp-proinsulin Setelah reaksi pelarutan selesai, urea dan MrETOH
dicampur dengan WFI dan lamtan akan dipekatkan menggunakan diafilter (DF-lOl) dengan
waktu operasi 6 jam dan yieldnya 98 %. Biomass, debris dan IB's akan dihilangkan
menggunakan dead-end filter (DE-lOl).
Inclusion Body (IB's) Solubilization akan dilanjutkan dengan CNBr Cleavage. CNBr direaksikan
dengan larutan dari dead-end filter selama 12 jam pada suhu 20 DC. Reaksinya yaitu seperti di
bawah ini :
Selesainya reaksi pada konversi enzim menunjukkan berakhimya tahap reaksi. Tahapan
pembuatan insulin selanjutnya adalah tahap Final Purification. Pada final purification,
larutan hasil konversi enzim dialirkan ke diafilter (DF-I02). Kolom kromatografi (C-103)
digunakan untuk memurnikan larutan insulin. Diasumsikan untuk loading kolom
kromatografi ini dibutuhkan waktu 30 menit dan kapasitas total dari resin adalah 20 mg/mL.
Kemudian larutan difiltrasi lagi dengan diafilter (DF-103) dan dimasukkan dalam kolom
kromatografi (C-104). Diasumsikan untuk loadingkolom kromatografi ini dibutuhkan waktu
30 menit dan kapasitas total dari resin adalah 15 mg/mL. Larutan ini akan difiltrasi dengan
diafilter (DF-103)Purification juga dilengkapi dengan kolom kromatografi untuk filtrasi gel (C-
I05). Diasumsikan untuk loading kolom krornatografi ini dibutuhkan waktu 30 menit.
Larutan yang keluar akan dipekatkan dengan diafilter (DF-104) sehingga dalam 500 L larutan
terkandung 12,8 kg insulin. Selanjutnya larutan dialirkan ke kristaliser (V-1lI) yang beroperasi
selama 12 jam pada suhu 5 ·C sehingga terbentuk kristal insulin. Akhimya, kristal tersebut
akan dikeringkan menggunakan freeze dryer (FDR-I01). Kemumian dari kristal insulin ini
mencapai 99,5 % hingga 99,9 %.
Secara garis besar proses produksi MSG melalui tahap-tahap persiapan bahan baku dan bahan
pembantu, fermentasi, kristalisasi, dan netralisasi serta pengeringan dan pengayakan.
Dalam pembuatan MSG digunakan bahan baku berupa tetes tebu sebagai sumber karbohidrat. Tetes
tebu diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan Ca dengan menambahkan H2SO4. Setelah
itu tetes disterilisasi dengan menggunakan uap panas bersuhu maksimum 1200 ºC selama 10 hingga 20
menit dan siap difermentasi dalam tabung yang juga disterilisasi (Said, 1991).
Selain bahan baku utama juga terdapat bahan pembantu dalam pembuatan MSG. Bahan pembantu
tersebut adalah amina (NH2), asam sulfat (H2SO4), HCl, NaOH, karbon aktif, “beet molasses” dan “raw
sugar”
2. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu reaksi oksidasi reduksi di dalam sistem biologi yang menghasilkan energi.
Fermentasi menggunakan senyawa organik yang biasanya digunakan adalah karbohidrat dalam bentuk
glukosa. Senyawa tersebut akan diubah oleh reaksi reduksi dengan katalis enzim menjadi bentuk lain
Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktifitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik
yang sesuai. Terjadinya fermentasi dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat
dari pemecahan-pemecahan kandungan bahan pangan tersebut. Hasil-hasil fermentasi terutama
tergantung pada jenis bahan pangan (substrat), macam mikroba dan kondisi sekelilingnya yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan metabolisme mikroba tersebut (Winarno, 1990).
Bakteri yang banyak digunakan dalam pembuatan MSG adalah bakteri Brevibacterium lactofermentum.
Pertama-tama biarkan kultur yang telah diinokulasi dimasukkan kedalam tabung berisi medium pra-
starter dan diinkubasi selama 16 jam pada suhu 310°C. Selanjutnya biarkan prastarter diinokulasi
kedalam tangki starter.
Penurunan pH akibat terbentuknya asam pada proses pembentukan pra-starter tidak diinginkan
karena akan menghambat pola pertumbuhan. Penambahan garam (CaCO3) sebanyak 3 % kedalam tebu
prastarter berguna untuk mencegah agar pH tidak rendah dari 7. Didalam tangki pembibitan
penggunaan CaCO3 tidaklah mungkin karena akan menyebabkan efek samping berupa kerak dan
endapan serta akan mengurangi efek pertumbuhan mikroba. Penambahan urea ke dalam tangki
pembibitan akan mengurangi pH dan dapat menggantikan fungsi CaCO3. Nilai pH tertinggi yang terjadi
akibat peruraian urea diharapkan tidak lebih dari 7,4 sedangkan pH terendah tidak kurang dari 6,8. Hasil
dari fermentasi adalah asam glutamat dalam bentuk cair yang masih tervampur dengan sisa fermentasi
(Said, 1991).
Kristalisasi merupakan metode yang terpenting dalam purifikasi senyawa-senyawa yang mempunyai
berat molekul rendah (Mc Cabe, et al. 1994). Kristal murni asam glutamat yang berasal dari proses
pemurnian asam glutamat digunakan sebagai dasar pembuatan MSG. Asam glutamat yang dipakai harus
mempunyai kemurnian lebih dari 99 % sehingga bisa didapatkan MSG yang berkualitas baik. Kristal
murni asam glutamat dilarutkan dalam air sambil dinetralkan dengan NaOH atau dengan Na2CO3 pada
pH 6,6-7,0 yang kemudian berubah menjadi MSG. Pada keadaan asam glutamat akan bereaksi dengan
Na dan membentuk larutan MSG. Larutan ini mempunyai derajat kekentalan 26 -280Be. Pada suhu 300C
dengan konsentrasi MSG sebesar 55 gram/larutan (Winarno, 1990).
Penambahan arang aktif sebanyak % (w/v) digunakan untuk menjernihkan cairan MSG yang berwarna
kuning jernih dan juga menyerap kotoran lainnya, kemudian didiamkan selama satu jam lebih untuk
menyempurnakan proses penyerapan warna serta bahan asing lainnya yang berlangsung dalam keadaan
netral. Cairan yang berisi arang aktif dan MSG kemudian disaring dengan menggunakan “vacum filter”
yang kemudian menghasilkan filter serta “cake” berisi arang aktif dan bahan lainnya. Bila kekeruhan dan
warna filter tersebut telah sesuai dengan yang diinginkan maka cairan ini dapat dikristalkan (Said, 1991).
Larutan MSG yang telah memiliki kekentalan 260Be diuapkan pada kondisi vakum bertekanan 64
cmHg atau setara dengan titik didih 69 gram MSG pelarutan. Pemberian umpan akan menyebabkan
terbentuknya MSG karena larutan dalam keadaan jenuh. Umpan yang diberikan sekitar 2% lalu inti
kristal yang terbentuk secara perlahan-lahan akan diikuti dengan pemekatan larutan sehingga
menghasilkan kristal yang lebih besar. Proses kristalisasi berlangsung selama 14 jam.
1.7 JURNAL
Pertumbuhan industri pangan halal semakin pesat seiring pertambahan jumlah
populasi Muslim dunia. Permintaan produk pangan halal oleh negara-negara non-muslim
juga meningkat sejalan dengan peningkatan pemahaman masyarakat umum tentang
proses-proses ketat untuk mencapai status halal. Bioteknologi mengalami perkembangan
yang pesat hingga saat ini. Peranan bioteknologi sangat luas dalam aspek pemenuhan
kebutuhan manusia salah satunya yaitu dalam industri makanan. Beberapa proses
bioteknologi baik konvensional maupun modern tidak terlepas dari peranan
mikroorganisme. Tujuan penelitian ini guna mengetahui pemanfaatan Rhizopus oryzae
dalam produk olahan pangan susu (keju) halal yang berbasis bioteknologi. Penelitian ini
dilakukan dengan 3 (tiga) tahap yaitu tahap pertama pembuatan produk bioteknologi
pangan. tahapan kedua adalah pembuatan diagram alir proses produksi produk. Tahap
ketiga yaitu identifikasi resiko titik kritis kehalalan produk. Dari hasil penelitian
menunjukkan Rhizophus oryzae berpotensi sebagai starter dalam pembuatan keju
berpotensi menggantikan rennet. Rennet mengandung enzim renin yang berperan
menggumpalkan susu. Rennet dikategorikan halal, jika rennet berasal dari hewan halal
dan proses penyembelihan sesuai dengan syariat islam.Indonesia merupakan negara
dengan mayoritas penduduk muslim sehingga dalam penyediaan pangan sangat
memperhatikan aspek kehalalan.
Hasil Pengamatan
Tedapat titik kritis dalam proses pembuatan keju yakni bahan baku dan tahap
koagulasi Pemanfaatan bioteknologi sangat luas, mencakup berbagai bidang salah
satunya dalam pemenuhan. Untuk menjamin kehalalan produk makanan hasil
bioteknologi harus memperhatikan keseluruhan proses produksi baik bahan baku, proses
pengolahan, maupun penyimpanan yang harus terbebas dari bahan tidak halal. Lebih
ringkasnya yaitu dengan memperhatikan titik kritis kehalalan produk. Hal ini perlu
dilakukan terutama oleh para produsen makanan untuk menjamin halalnya produk yang
beredar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Djundjung. 1991. Fermentasi keju. IPB. Bogor.
Widodo, 2003. Mikrobiologi Pangan Dan Industri Hasil Ternak. Lacticia press,Yogyakarta.
Purwoko, T. dan I.R. Pramudyanti. 2004. Pengaruh CaCO3 Fermentasi Asam Laktat oleh
Rhizopus oryzae. Journal Mikrobiologi. Indon. 9: 19-22
Purnawijaya, I Putu Edy. 2015. Pembuatan Beras Insulin Melalui Rekayasa Genetika Sebagai Alternatif
Pencegahan Penyakit Diabetes Militus. Jurnal Kajian Pendidikan Widya Accarya. FKIP Universitas
Dwijendra.
Judoamijoyo, M., Darwis, A.A, dan Sa’id, E.G.1990. Teknologi Fermentasi. PAU BioteknologiIPB, Rajawali
Press. Jakarta.
Sa’id, G. 1991. Biondustri Penerapan Teknologi Fermentasi. PT. Meiyatama Sarana perkasa.Jakarta.
Susanto, T dan N. Sucipto.1994. Teknologi Pengolahan Hasil pertanian. Bina Ilmu, Surabaya.
Winarno, F.G. 1990. Teknologi Fermentasi. Proyek Pengembangan Pusat Fasilitas bersama Antar
Universitas, PAU Pangan dan Gizi, UGM, Yogyakarta