Dicky Dharmawan
Dicky Dharmawan
Oleh :
Dosen Pengampu :
Dr. Zaitun, M.Ag. / Ilham Sikumbang, M.Pd.
==========================================================
========================
Materi Pilihan:
1. Proses Sosialisasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
2. Keluarga dan sosialisasi
3. Pendidikan dan Mobilitas sosial
4. Peran guru di sekolah dan masyarakat
5. Konsep sekolah dan kelas sebagai sistem sosial
6. Partisipasi masyarakat dan kebijakan politik terhadap pendidikan
Selamat Mengerjakan
KELUARGA DAN SOSIALISASI
C. Analisis
Dari permasalahan yang telah disebutkan di atas beserta solusi dan
beberapa tips dalam mencegah perceraian, jikalau ditinjau dari sudut pandang
agama, bahwasanya Islam sangat menginginkan terwujudnya keluarga muslim
yang harmonis dan penuh dengan kebahagiaan dan adapun permasalahan yang
terjadi antara suami dan isteri, di dalam Islam sudah diajarkan beberapa tindakan
solusi mengenai perceraian.
Semua itu dimulai ketika hendak memilih pasangan dalam berumah
tangga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan di dalam
haditsnya,
Sistem zonasi PPDB 2019 diatas, belakangan ini memang viral hampir di
seluruh pelosok negeri ini, sejumlah media massa baik itu televisi maupun koran
serta situs berita online banyak membahas masalah ini, banyak terjadi
kontraversi terkait masalah zonasi ini. Misalnya saja adik saya yang baru tamat
dari SD, ia memiliki nilai yang cukup baik ketika lulus dari sekolahnya, namun
sangat disayangkan ia tak bisa untuk mengambil sekolah (SMP) favorit yang ada
di Pekanbaru dikarenakan sistem zonasi yang berlaku saat ini.
Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima
calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari Sekolah
paling sedikit sebesar 90% (sembilan puluh persen) dari total jumlah keseluruhan
peserta didik yang diterima, kira-kira begitu bunyi peraturan zonasi yang
diterapkan saat ini. Memang ada sejumlah pihak yang setuju dengan adannya
sistem zonasi ini, mereka beranggapan bahwasanya sistem zonasi ini dinilai
merupakan cara untuk menuju keadilan pendidikan karena setiap murid memliliki
kesempatan yang sama. Semua sekolah merupakan sekolah favorit, semua
siswa pintar. Ini merupakan pendapat bagi mereka yang setuju.
Namun meskipun demikian, saya pribadi dan juga orang tua saya kurang
setuju dengan adanya sistem zonasi ini. Anak yang pintar dan memiliki
kemampuan tidak bisa masuk ke sekolah yang ia dambakan sebelum lulus
sekolah. Pada saat ujian sekolah dan ujian nasional berlangsung, mereka mati-
matian belajar dengan sungguh-sungguh demi mewujudkan keinginan masuk ke
sekolah favorit.
Tadi sudah dikatakan oleh salah satu pihak yang menyatakan
bahwasanya semua sekolah itu favorit dan semua sekolah itu muridnya pintar,
saya tidak setuju dengan pendapat ini, karena tidak semua daerah memiliki
kualitas pendidikan yang baik, baik itu dari segi tenaga pengajarnya, lingkungan
sekitar sekolahnya, teman-teman sebaya di sekolah, dan juga akreditasi
daripada sekolah itu sendiri.
Contohnya saja di daerah tempat saya tinggal, yaitu kecamatan Rumbai
Pekanbaru, di kecamatan Rumbai ini hanya terdapat beberapa sekolah (SMP)
negeri saja, dan diantara beberapa yang ada, hanya ada satu yang kiranya itu
sekolah yang bagus, yaitu SMPN 6, saya katakan bagus karena saya juga dulu
pernah menempuh pendidikan menengah pertama di sekolah ini. Dibandingkan
dengan sekolah lainnya yang terdapat di kecamatan saya, dari segi fasilitas dan
tenaga pengajarnya, sekolah ini bisa dikatakan lengkap akan fasilitas dan
lingkungan sekolah yang luas dan juga nyaman untuk kegiatan belajar mengajar.
Dengan adanya sistem zonasi saat ini, adik saya yang awalnya ingin
sekolah di daerah luar Rumbai, tidak bisa mengambil selain daerah Rumbai,
itupun hanya bisa mengambil sekolah yang jaraknya terdekat dengan rumah.
Dan kebetulan SMPN 6 jaraknya dari rumah kami cukup jauh sehingga tidak
masuk dalam cakupan wilayah zonasi, otomatis tidak bisa mendaftar di SMPN 6
tersebut. Mau tidak mau adik saya mendaftar di sekolah yang jaraknya terdekat
dengan rumah, yaitu SMPN 30. Sekolah ini menurut saya kurang baik
dibandingkan dengan SMPN 6 tadi, karena lingkungannya yang berada di dekat
pasar dan juga sekolah tersebut terkenal dengan murid yang nakal.
Ini tentunya bertentangan dan tidak sesuai dengan kondisi adik saya, dia
menginginkan sekolah yang baik kualitasnya dan baik juga lingkungannya. Yang
saya takutkan jikalau ia memang hanya bisa masuk di sekolah tersebut, ia akan
terpengaruh dengan lingkungan yang kurang baik tadi, sementara ia anak yang
baik-baik saja. Hal ini yang menjadi keluhan setiap orang tua yang merasa
dirugikan dan tidak adil.
PPDB sistem zonasi memang dianggap baik untuk memenuhi unsur
pemerataan pendidikan, namun kondisi saat ini, infastruktur dan fasilitas sekolah
masih minim, sementara anak didik semakin banyak. karena sistem zonasi tak
berjalan baik, ada calon siswa yang tidak terakomodasi karena tidak bisa
mendaftar ke sekolah manapun. Sementara di sisi lain, ada sekolah yang
kekurangan siswa lantaran letaknya jauh dari pemukiman penduduk. Minimnya
sosialisasi sistem PPDB ke calon dan orang tua peserta didik sehingga
menimbulkan kebingungan, dan jumlah sekolah negeri tidak merata di tiap
kecamatan, maka dibuatlah kebijakan dua shift pagi dan siang. Dampaknya,
banyak sekolah swasta di wilayah tersebut kekurangan peserta didik.
Dikhawatirkan kalau tidak dipikirkan maka sekolah bisa tutup
Masih banyak masalah yang timbul terkait sistem zonasi ini, pada
intinya sistem ini belum bisa diterapkan sepenuhnya di Indonesia saat ini,
kiranya pemerintah terutama Kemendikbud kembali merencanakan atau
bahkan merombak sistem pendidikan yang ada saat ini demi terciptanya
generasi yang cerdas, aktif serta memiliki karakter dan juga yang terpenting
memiliki iman dan taqwa yang ditanamkan ketika para peserta didik menempuh
pendidikan formal di sekolah.