Anda di halaman 1dari 17

PEMERIKSAAN

SYARAF / NERVUS
KRANIAL

Dafa Azmi Syauqi Shihab


201810330311054
SKILL 4
PEMERIKSAAN SARAF I ( N. OLFACTORIUS )
1. Pada pemeriksaan N.I ada syarat yang harus dipenuhi supaya hasil pemeriksaan bisa
falid. syarat tersebut adalah :
- Pasien sadar
- Tidak terjadi penyumbatan pada lubang hidung (seperti penyakit pada mukosa
hidung, baik obstruktif (rhinitis) atau atropik (ozaena) akan menimbulkan positif
palsu
- Bahan yg digunakan biasanya bersifat aromatik dan tidak merangsang, (golongan
minyak, sabun, kopi dan vanili). Bahan yg merangsang mukosa hidung seperti
alkohol, amoniak tidak digunakan karena akan merangsang N V

2. Cara pemeriksaan N I adalah


Pasien diberitahu prosedur pemeriksaan, dengan kedua mata ditutup, satu lubang
hidung ditutup, sementara bahan aromatik diletakkan pada lubang hidung yg lain dan pasien
diminta untuk menghirup atau mencium dan sebaliknya juga. Kemudian diminta untuk
mengidentifikasi bahan tersebut. Bila pasien dapat menyebutkan aroma yg dihirup maka
dikatakan penghidupannya normal

3. Klinik gangguan penghiduan


1. anosmia adalah….
(Hilangnya daya penghidupan) dapat terjadi pada trauma capitis, meningitis,
meningioma yg menekan bulbus olfaktorius.
2. sindroma foster kennedy adalah…..
Anosmia unilaterall bilateral disertai atrofi papil N. Optikus ipsilateral dan papil
edema kontralateral oleh karena tumor lobus frontalis
3. hiperosmia adalah……
Daya penghidupan yg lambat terjadi pada orang usia lanjut
4. parosmia adalah…….
Daya penghiduan yang tidak sesuai
5. halusinasi olfaktorik adalah ……
Tercium bau tetapi sebenarnya tidak ada dan dapat terjadi pada psikosis dan
epilepsi
PEMERIKSAAN SARAF II ( N. OPTICUS )
1. Pemeriksaan N II meliputi :...........
a. Ketajaman penglihatan (Visual Activity)
b. Luas Lapang Pandang (Visual Field)
c. Buta warna
d. Funduscopy

2. Dan sebutkan masing-masing cara pemeriksaanya ……..


a. Ketajaman penglihatan (Visual Activity)
Cara Pemeriksaan :
- Membaca kartu Snellen pada jarak 6 meter. Pencahayaan dalam ruangan
cukup. Mata kanan dan kiri diperiksa secara bergantian, mata yang tidak
diperiksa ditutup dengan telapak tangan tanpa menekan mata. Baris
terbawah yang masih dapat dilihat, jika sulit, baca baris di atasnya yang
dicatat.
- Bila pada huruf terbesar tidak terlihat maka digunakan jari tangan.
Normalnya jari tangan dapat dilihat dari jarak 60 meter. Jadi seseorang
yang tidak dapat melihat jari tangan pada jarak 3m tapi bisa melihat pada
jarak 2m, maka visusnya diperkirakan 2/60 yang berarti pasien hanya
mampu menghitung jari tangan dari jarak 2m sedangkan orang normal
dapat menghitung jari tangan sejauh 60 m
- Bila tidak dapat melihat jari tangan maka tahap selanjutnya digunakan
dengan melihat gerakan tangan (lambaian tangan). Normalnya gerakan
tangan dapat dilihat pada jarak 300 meter. Jika seseorang tidak bisa
melihat lambaian tangan sejauh 3m tetapi dapat melihat pada jarak 2 m,
maka visusnya diperkirakan 2/300 m.
- Bila tetap tidak bisa melihat gerakan tangan kita
gunakan cahaya lampu senter. Apabila masih bisa
membedakan gelap dan terang ketajaman
penglihatannya 1/∞.
b. Luas Lapang Pandang (Visual Field)
- Tes Konfrontasi
Jarak antara dokter dan pasien 60-100 cm yang terpenting jari tangan
pemeriksa yang digerakkan berada tepat di tengah objek tersebut. Objek
yang digunakan digerakkan mulai dari lapangan pandang kanan dan kiri
(lateral-medial) sekitar 75 - 100 derajat, atas 50 derajat, dan bawah 60
derajat dimana mata yang lain dalam keadaan tertutup dan mata yang
diperiksa harus menatap lurus ke depan (ke mata pemeriksa) dan tidak
boleh melirik ke arah objek tersebut.
- Tes Perimetri/Kampimetri
 Dengan menggunakan suatu benda bergerak memakai metode mechanical
perimeter.
 Pandangan pasien difiksasi/difokuskan pada titik sentral. Suatu benda
putih digerakkan sesuai arcus perimeter ke central sampai pasien melihat
benda tersebut.
 Cara ini merupakan pemeriksaan yang lebih sensitif untuk menentukan
luas lapang pandang
- Tangent Screen
Lebih akurat untuk mengetes lapang pandang central + 30 derajat.
Gangguan lapang pandang dikaitkan dengan letak lesi sistem penglihatan,
misalnya : lesi n. opticus, lesi chiasma, lesi lobus temporalis, dan lainnya.
c. Buta warna
Cara pemeriksaan :
- Menggunakan kartu ishihara
- Pasien menyebutkan angka yang terlihat, kemudian pemeriksa meminta
untuk menyusuri angka tersebut untuk memastikan apakah pasien buta
warna atau tidak.
d. Funduscopy
- Pemeriksaan Emetrop
Pemeriksa visus baik 6/6 dapat melihat arteri retina pasien dengan jelas,
jika tidak lensa optalmoskop pilih lensa optalmoskop yang dapat
memperjelas. Maka lensa tersebut diperlukan untuk koreksi refraksi
pasien.
- Pemeriksaan Gambar Retina
Fundus okuli normal warnanya merah keoranyean, arteri dan vena keluar
dari pusat papil nervi optisi, yang tampak hanya arteri. Pulsasi pada arteri
adalah patologis, dijumpai pada glaukoma, penyakit jantung dan anemia
berat. Makula bewarna pucat letak di temporal papil nervi opticus.
- Pemeriksaan Gambar Papil Nervi Optisi
Warnanya lebih pucat. Batas papil dibentuk oleh cincin berlapis dua.
Pusatnya cekung (ekskavatio), terdapat lubang-lubang kecil (lamina
kribosa). Pada glaukoma dan atrofi nervus optikus pada cekungan tidak
tampak lubang-lubang kecil. Pada papil oedema cekungan hilang dan tidak
tampak lubang-lubang kecil

PEMERIKSAAN NERVI OKULARES ( N III, N IV,NVI )


1. Sebutkan otot – otot penggerak bola mata yang dipelihara oleh saraf kranial N III, N
IV.dan N VI. !
1) N III
a. Sifat: Motoris
b. Mengangkat kelopak mata ke atas (otot rectus superior) , kebawah (otot rectus
inferior) , ke medial (otot rectus medialis) , dan kemedial atas (otot obligus inferior)
2) N IV
a. Sifat : Motorik
b. Memutar mata ke bawah medial (otot obligus superior)
3) N VI
a. Sifat : Motorik
b. Memmutar mata ke lateral (otot rectus lateralis)
2. Pemeriksaan terhadap fungsi nervi okulares mencakup :............
- Observasi terhadap kelopak mata
- Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil
- Pemeriksaan gerakan bola mata
- Pemeriksaan konvergensi dan akomodasi
3. Sebutkan masing-masing cara pemeriksaanya ……JELASKAN SECARA SINGKAT
DAN JELAS !
a. Observasi Kelopak mata
- Adakah retraksi kelopak mata atas ?
Retraksi bilateral yang sering terjadi retraksi yang menimbulkan
matahari terbit pada anak hidrosefalus akrena kolikulus superior terdesak.
- Adakah ptosis ?
Ptosis  menurunnya kelopak mata atas
Ptosis tanpa kelemahan/kelumpuhan otot otot pengangkat kelopak mata
atas dinamakan pseudoptosis.
Cara pemeriksaan :
Pasien diminta untuk mengangkat kelopak mata atasnya secara sadar . Jika
mata tetap tertutup dan dahi menunjukan lipatan kulit, maka terbukti adanya ptosis
tulen. Pada ptosis histerik tidak tampak lipatan kulit dahi
b. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil
- Observasi bentuk dan ukuran puil
- Perbandingkan pupil kanan dan kiri
- Pemeriksaan refleks pupil
Cara pemeriksaan :
Pemeriksaan , sebelum melakukan test reflek pupil , kamar pemeriksa
harus sedikit digelapkan . Pasien yang akan menjalani test tersebut harus
memandang jauh kedepan , agar reflek pupil akomodatif tidak mempengaruhi
hasil test reaksi pupil terhadap cahaya . Siapkan satu lampu baterai yang
memberikan sinar terang yang konvergen. Reflek pupil yang akan diperiksa
adalah reflek cahaya langsung dan reflek cahaya tak langsung.
c. Pemeriksaan bola mata
- Amati gerakan bola mata volunter ( gerakan konjugat dan gerakan
diskonyugat / gerakan konvergen )
- Amati gerakan bola mata involunter ( nistagmus dan gerakan okologirik)
d. Pemeriksaan Konvergensi dan akomodasi
cara pemeriksaan :
 Dengan mengacungkan pensil kearah mata pasien dengan cepat dan pasien
diminta untuk terus menatapkan matanya pada pensil itu yang semakin
mendekati matanya.
 Pupil pasien yang semakin menyempit pada pendekatan pbyek yang
dilihatnya dan kedua otot raktus medialis berkontraksi dan mata bergerak
konsensual ke arah nasal menandakan bahwa test konvergensi dan reaksi
pupil akomodatif adalah baik

Jelaskan tentang gerakan mata konjugat............


Gerakan mata konjugat adalah kedua mata yang bertindak sebagai organ
visual yang tunggal , yang berati bahwa hasil pecerapan mata kedua sisi adalah
satu penglihatan yang tunggal . bila bola mata melirik ke kiri (N. VI kiri
berkontraksi) maka bola mata kanan melirik pula kiri (N III kanan berkontraksi)
secara sinkron , tanpa selisih dalam arah dan kecepatan baik dalam arti linear ,
tangensial. Bila terdapat selisih kedua bola mata tidak lagi bertindak sebagai
organ visual yang tunggal  penglihatan yang kembar atau diplopia.

Jelaskan tentang lintasan reflek pupil...................


Jika suatu sinar dipancarkan ke salah satu mata, normalnya pupil kedua
mata akan berkonstriksi. Konstriksi pupil akibat terkena cahaya disebut refleks
cahaya langsung, sedangkan konstriksi pupil pada sisi kontralateral yang tidak
terkena cahaya disebut refleks cahaya tidak langsung atau konsensuil.
Impuls aferen berjalan melalui nervus optikus, kiasma optikum, dan
traktus optikus. Pada daerah ini, beberapa serabut meninggalkan traktus
opticus dan bersinaps dengan sel-sel saraf di nukelus pretektalis. Nuklei
pretektalis yang kecil ditemukan tepat di anterolateral kolikulus superior kedua
sisi mesensefalon dan impuls kemudian diteruskan ke sekitar substansia grisea
periakuaduktalis menuju ke nuklei parasimpatis Edinger-Westphal. Disini serabut-
serabut bersinaps dan saraf parasimpatis berjalan melalui nervus oculomotorius
menuju ke ganglion ciliare di dalam orbita. Akhirnya serabut saraf parasimpatik
pascaganglionik berjalan melalui nervus ciliaris brevis bola mata dan muskulus
konstriktor iridis. Kedua pupil berkonstriksi pada refleks cahaya konsensuil
karena nukleus pretektalis mengirimkan serabut-serabut ke nuklei parasimpatik ke
kedua sisi di mesensefalon.

Jelaskan tentang Internuclear opthalmoplegi...................


Ophthalmoplegia internuklear adalah kelainan gerakan mata yang disebabkan oleh
lesi pada fasciculus longitudinal medial.
NERVUS TRIGEMINUS (N V)
1. N. Trigeminus memberikan tiga cabang, yaitu :…..
a. Nervus Optalmikus
b. Nervus Maksilaris
c. Nervus Mandibularis
2. Cara pemeriksaan fungsi motorik adalah .........
- Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada pasien.
- Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin,
- Pemeriksa melakukan palpasi m. masseter dan m. temporalis. Bila ada kelumpuhan
unilateral maka pada sisi ipsilateral tidak terjadi kontraksi atau berkontraksi lemah.
- Perhatikan besar, tonus, serta kontur (bentuk) otot tersebut.
- Kemudian pasien diminta membuka mulut.
- Perhatikan apakah ada deviasi rahang bawah. Pada kelumpuhan unilateral rahang
bawah akan menyimpang ke sisi ipsilateral ketika mulut dibuka karena m.
Pterigoideus externus yang sehat mendorong kondilus mandibulae dan rahang bawah
ke depan tanpa dorongan yang mengimbangi dari sisi yang lain.
- Pasien diminta untuk menggerakan rahang bawahnya, sewaktu digerakan pemeriksa
menahan gerakan rahang tersebut. Jika terdapat kelumpuhan sesisi, maka gerakan ke
samping yang lumpuh kuat sedangkan gerakan ke samping yang sehat akan lemah.
Tindakanini untuk menilai kekuatan kontraksi bersama otot otot pterigoideus
internus dan eksternus
- Untuk memeriksa kekuatan otot maseter dilakukan dengan cara berikut. Letakkan
penekan lidah di atas deretan geraham kiri, lalu pasien diminta untuk menggigit kayu
itu sekuatnya. Lakukan pada sisi kanan juga, kemudian dibandingkan bekas gigitan
kayu.
3. Cara pemeriksaan fungsi sensorik adalah ..........
- Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada pasien.
- Sensibilitas yang harus diperiksa ialah sensibilitas kulit dan mukosa dalam kawasan
nervus trigeminus.
- Modalitas sensorik yang diperiksa meliputi rasa nyeri, panas, dingin dan raba.
- Dilakukan perbandingan di antara setiap cabang N. V yaitu pada cabang oftalmikus,
maksillaris dan mandibula. Dan membandingkannya dengan cabang N.V
kontralateral.
4. Gambarkan sensibilitas kulit dan mukosa dalam kawasan N. Trigeminus untuk lesi
perifer dan sentral !
a. b.
Keterangan :
- Gambar a : Gambar ciri lesi perifer
- Gambar b : Gambar ciri lesi di sentral
A di : Pons
B di : Medula Oblongata
5. Sebutkan pemeriksaan reflek trigeminal : 2 saja
a. Reflek Maseter atau Reflek Rahang Bawah : Pasien diminta untuk sedikit
membuka mulut. Diupayakan pasien tidak dalam kondisi tegang. Pasien diminta
untuk membuka mulut sambil mengeluarkan bunyi “aaaaaaaa”. Pemeriksa
menempatkan jari telunjuk tangan kirinya di garis tengah dagu dan dengan palu
reflek dilakukan pengetukan dengan tangan kanan pada jari telunjuk kiri. Jawaban
yang diperoleh berupa kontraksi otot maseter dan temporalis bagian depan yang
menghasilkan penutupan mulut secara tiba-tiba.
b. Reflek Kornea : Pasien diminta untuk melirik ke atas atau ke samping. Goreskan
seutas kapas pada kornea. Secara normal akan terjadi kedipan kelopak mata atas
secara bilateral.
NERVUS FASIALIS (N. VII)
1. A. Jelaskan cara pemeriksaan motorik :.......
Inspeksi ( Kondisi diam ) :
Perhatikan kerutan dahi, kedipan mata, lipatan nasolabialis dan sudut mulut. Pada sisi yang
lumpuh, kedipan mata lambat dan tidak kuat, sudut mulut letaknya lebih rendah dan lipatan
nasolabialis lebih datar.
a. Observasi gerakan otot wajah volunter (kondisi bergerak)
Kontraksi otot fasialis masing-masing diteliti dengan meminta pasien untuk melakukan
gerakan:
● Mengerutkan kulit dahi atau mengangkat alis
● Mengerutkan alis
● Menutup mata
● Meringis
● Memperlihatkan barisan gigi atasnya
● Mengembungkan pipinya
● Menjungurkan bibirnya
● Bersiul
● Mengetatkan kulit dagunya
Tanda khas dari lesi N.VII tipe perifer adalah adanya lagoptalmus (kelopak mata tidak
dapat menutup ketika pasien memejamkan mata) dan Bell’s phenomen (bola mata
bergulir ke atas ketika pasien memejamkan mata), jadi kelumpuhannya separoh wajah.
Sedangkan parese N.VII tipe sentral kelumpuhan di bawah mata ke bawah.

b. Observasi gerakan otot wajah involunter


Gerakan ini dapat bersifat spontan atau reflektorik. Adapun gerakan involunter adalah:
● Gerakan fasial involunter spontan fisiologis:
Sudut mulut sisi yang lumpuh tampak lebih rendah, lipatan nasolabialis mendatar.
Pada saat tertawa otot tidak ikut bergerak.
● Gerakan fasial involunter spontan iritatif patologik:
Karena terjadi lesi di ganglia basalis, dapat timbul gerakan otot wajah spontan yang
menyerupai gerakan meringis-ringis, menjungur-jungurkan bibir, memejamkan mata,
mengerutkan dahi berselingan dengan mengerutkan kulit di antara kedua alis.
● Gerakan fasial reflektorik:
a) Reflek glabela:
Setiap glabela diketuk, kedua mata berkedip, tetapi setelah diketuk berturut-urut
3-4 kali kedipan mata tidak akan timbul lagi pada orang yang sehat.
b) Tanda Myerson:
Ketukan pada pangkal hidung menimbulkan kedipan sekali saja pada orang sehat.
c) Reflek visual palpebra:
Sinar yang terang benderang atau adanya ancaman pada mata akan menimbulkan
gerakan pemejaman mata pada orang sehat.
d) Reflek aurikulo palpebra:
Timbulnya gerakan memejamkan kedua mata bila terdengar suara secara tiba-tiba
dan tidak terduga.

e) Snout reflek:
Pengetukan pada bibir atas akan terjadi kontraksi bibir atas serta penarikan kedua
sudut mulut ke atas dan timbulnya kerutan-kerutan pada kulit dagu sejenak dan
serentak di mana hal ini terjadi pada lesi bilateral di jaras kortikospinalis
kortikobulbaris.
f) Reflek palmomental:
Pada pasien dimensia akan terjadi gerakan muskulus mentalis dan orbikularis oris
ipsilateral sebagai jawaban atas rangsangan di daerah tenar tangan.
g) Tanda chvostek:
Tanda ini muncul pada kasus tetani (hipokalsemia). Dengan ujung jari telunjuk,
tengah dan manis, cabang nervus fasialis di depan lubang telinga diketuk. Positif
bila timbul kontraksi otot-otot fasialis.

B. Pemeriksaan sensorik dan sensorik khusus (viserosensorik dan viseromotorik) meliputi : .


➢ Viserosensorik
Perasaan viserosensorik khusu yaitu citarasa dengan menilai digunakan 4 perasaan
pengecapan pokok, yaitu: manis, asin, asam, dan pahit. Bagian yang akan diteliti adalah
⅔ bagian depan lidah. Bahan perangsang yang digunakan adalah larutan Bornstein,
terdiri dari:
 glukosa 4% untuk rasa manis
 NaCl 2,5% untuk rasa asin
 larutan citric acid 1% untuk rasa asam
 HCl quinine 0.0075% untuk rasa pahit
Caranya:
Pasien menjulurkan lidah selama pemeriksaan dilakukan, dikeringkan dahulu, kemudian
sentuhkan bahan menggunakan lidi kapas pada ⅔ depan lidah. Rasa manis diperiksa pada
bagian ujung lidah, asin dan asam pada pinggir lidah dan paling akhir rasa pahit di bagian
belakang lidah (untuk N.IX). Pasien menunjukkan kertas yang bertuliskan manis, asam,
asin, pahit tentang apa yang dirasakan. Tiap kali setelah pemeriksaan, pasien berkumur-
kumur dahulu dengan air hangat, lidah dikeringkan lagi dan baru dilanjutkan pemeriksaan
dengan bahan lain.
➢ Viseromotorik
a) Lakrimasi⇒ Tes Schimer
Caranya: kertas lakmus merah ukuran 5x50mm, salah satu ujung kertas dilipat dan
diselipkan pada conjugtival sac di dekat sudut mata medial kiri dan kanan, biarkan 5
menit dengan mata terpejam.
Interpretasi:
● Normal ⇒ air mata conjunctival sac membasahi lakmus merah menjadi biru
sepanjang 20-30 mm dalam waktu 5 menit.
● <20 mm atau (-) berarti produksi air mata berkurang.
● False ⇒ Conjungtivitis

b) Reflek Stapedius (Stethoscope Loudness Balance Test)


Caranya: Stetoskop kita letakkan pada telinga pasien kemudian kita ketuk lembut
diafragma stetoskop atau dengan garpu tala 256 Hz dekat diafragma stetoskop.

Interpretasi: bila terjadi hiperakusis pada salah satu telinga maka terdapat lesi pada
N.VII.
NERVUS VESTIBULARIS DAN COCHLEARIS (N. VIII)
A. Jelaskan cara pemeriksaan N. Vestibularis
1. Observasi sikap berdiri dan sikap badan sewaktu bergerak
Tes Romberg: Pasien diminta berdiri dengan kedua kaki dekat satu dengan yang
lain, mata tetap terbuka. Pada pasien yang normal hal ini dapat dilakukan dengan
baik. Pada pasien dengan kelainan vestibular pasien akan terhuyung dan jatuh ke
belakang.
2. Observasi nistagmus spontan
3. Observasi nistagmus yang dibangkitkan
a. Tes kalori
Cara pemeriksaan:
Untuk mengetes kelainan pada kanalis semi sirkularis vertikalis
maka kepala harus tunduk 60 derajat, sedang untuk mengetes kelainan
pada kanalis semi sirkularis horizontalis kepala harus tengadah 30 derajat.
- Spuit 20 cc, jarum ukuran 15 ujung dilindungi karet diisi dengan air
suhu 30 derajat untuk rangsangan dingin dan 44 derajat untuk
rangsangan panas (± 7 derajat dengan suhu tubuh normal 39 derajat).
- Semprotkan ke liang telinga 1 cc/detik
- Amati arah gerak nistagmus, frekuensi, lamanya
- Istirahat
- Tes telinga Iain, bandingkan kanan dan kiri
- Normal pada suhu dingin nistagmus akan berlawanan dengan tempat
rangsangannya, sedang pada suhu panas searah dengan tempat
rangsangannya.
(COWS : Cold Opposite Warm Site)
Perlu diperhatikan : pada tes kalori untuk orang sehat dengan vertigo
jangan menggunakan air es karena bisa menyebabkan muntah-muntah
hebat. Rangsangan untuk tes kalori pada pasien koma bila (+) akan timbul
gerakan mata ke sisi rangsangan karena pada koma tidak ada nistagmus
sedangkan untuk air hangat akan timbul gerakan mata ke sisi kontra
lateral.
b. Manuver Nylen Barany atau Hallpike manuver
Cara Pemeriksaan .
Pasien duduk di atas tempat tidur, tangan kanan dan kiri pemeriksa
memegang samping kepala pasien, kemudian pasien dibaringkan
diusahakan kepala menggantung di Sisi ujung atas tempat tidur dan
kemudian kepala pasien di tolehkan ke kiri dan dilihat adakah
nistagmusnya. Kemudian duduk kembali dan lihat nistagmusnya.
Selanjutnya diulangi lagi seperti yang pertama tapi setelah berbaring
ditolehkan ke kanan.
B. Jelaskan cara pemeriksaan N. Cochlearis
Pemeriksaan Pendengaran
1. Pemeriksaan daya pendengaran
Pemeriksaan tersebut dapat menggunakan
- suara gesekan jari
- arloji
- garpu tala
- audiometer
Pemeriksaan dengan suara:
Pendengaran diperiksa secara bergantian pasien diminta untuk menutup
lubang telinganya dengan ujung jari telunjuknya secara bergantian. Pasien diminta
juga untuk memejamkan mata. Pemeriksa mengeja kata dan angka secara
berselingan. Intensitas suara harus sekeras bisikan sejauh 30 cm dari telinga. Bisa
juga dilakukan dengan cara pasien kita suruh untuk mendengarkan gesekan jari-
jari pemeriksa yang didekatkan pada telinga pasien.
Bila pada pemeriksaan daya pendengaran didapatkan tuli maka harus dipastikan
jenis tulinya, apakah tuli konduksi atau tuli persepsi. Untuk memastikan tuli
konduksi atau tuli persepsi diperlukan pemeriksaan garpu tala yaitu:
a. Tes Schwabach
Cara Pemeriksaan
Setelah garpu tala dibunyikan, pemeriksa menempatkan garpu tala di
dekat lubang telinga dan menanyakan apakah pasien dapat mendengar bunyi
garpu tala tersebut. Bila bunyi garpu tala itu sudah berhenti, maka dialihkan ke
telinga pemeriksa.
Bilä pemeriksaan masih dapat menangkap bunyi garpu tala, pasien
mengalami tuli persepsi dan bila pemeriksa tidak mendengar suara getaran garpu
tala maka pendengaran pasien normal atau tuli konduksi.
b. Tes Rinne
Cara Pemeriksaan
Untuk membandingkan penghantaran suara melalui tulang dan udara.
Secara normal melalui udara lebih baik daripada melalui tulang. Garpu tala
dibunyikan dan kakinya diletakkan di atas tulang mastoid pasien. Pasien diminta
untuk memberitahukan bila sudah tidak terdengar suara lagi. Selanjutnya
pemeriksa menempatkan ujung garpu tala di dekat lubang telinga pasien
ipsilateral.
Bila masih terdengar dikatakan rinne test positif kemungkinannya adalah
pasien normal atau mengalami tuli persepsi, bila pasien tidak mendengar maka
dikatakan rinne test negatif, pada pasien ini mengalami tuli konduksi.
c. Tes Weber
Cara Pemeriksaan
Tes ini utuk membandingkan pendengaran telinga kanan dan kiri. Garpu
tala dibunyikan dan Oleh pemeriksa, kaki garpu tala diletakkan di verteks
Garpu tala yang sering digunakan dengan frekuensi 64 sampai dengan 2048.
Bila pendengaran normal, maka suara garpu tala akan terdengar sama di
kedua telinga. Bila ada lateralisasi ke arah telinga yang sakit berarti ada tuli
konduksi dan sebaliknya bila ada lateralisasi ke arah telinga yang sehat berarti
ada tuli persepsi.

N. GLOSSOFARIGEUS DAN VAGUS


a. Jelaskan cara pemeriksaaanya.....................
1. Orofaring :
Pemeriksaan dapat dibagi dalam :
 Inspeksi orofarings dalam keadaan istirahat
 Inspeksi orofaring dalam keadaan berfonasi
 Pembangkitan reflex
Cara pemeriksaan inspeksi orofaring :
Pasien diminta membuka mulut selebar-lebarnya dengan lidah dikeluarkan sejauh-
jauhnya.
● Amati arcus faringeus, uvula, dinding belakang farings, dan epiglotis dengan
menggunakan senter/ lampu baterai.
● Gambaran orofaring sehat yaitu uvula di tengah, pangkal lidah merupakan bagian dari
palatum mole yang menjulur ke samping membentuk arcus faringeus. Di belakang
tampak dinding faring dan di antara pangkal lidah dan dinding posterior faring dapat
terlihat epiglotis. Arcus faringeus pada kedua sisi praktis sama dan sebangun. Ujung
uvula kalau tidak terlalu panjang menunjuk ke bawah tepat di garis tengah.
2. Laring :
● Suara bicara : Apakah parau, tak bersuara (aphonia) karena pica vocalis disarafi oleh
N. Vagus, sedang semua oto laring disarafi oleh N. laryngeus. Pergerakan pita suara
diperiksa dengan laryngoskopi.
● Proses menelan : Apakah bisa ataukah sulit (disfagi).
● Kedudukan arkus faring atau uvula : Apakah arkus faring kanan dan kiri simetris atau
tidak. Bila terjadi kelumpuhan N. IX kiri maka arkus faring atau uvula akan tertarik ke
kanan.
● Vernent Rideu Phenomena :
Pasien disuruh buka mulut selebar-lebarnya dan disuruh mengucapkan
“aaaaaaaa”, saat mengucapkan “aaaaaaaaa” arkus faringeus pada kedua sisi praktis
sama dan sebangun, ini adalah dalam keadaan normal (Vernent Rideu Phenomena
positif).
Bila terdapat kelumpuhan maka dinding belakang faring akan bergerak ke depan
atau terangkat sehingga mengecil, sedang bagian yang lumpuh akan tertinggal.
● Reflek muntah : Menyentuhkan ujung kayu penekan lidah/ spatel pada arcus faringeus
atau uvula, akan timbul refleks batuk atau muntah.

N. ASCESORIUS ( N.XI)
Jelaskan cara pemeriksaanya....
Untuk menilai fungsi muskulus trapezius dan sternokleidomastoideus, pasien dapat
diperiksa dalam posisi duduk atau berbaring.
A. Penilaian fungsi muskulus trapezius :
● Pasien diminta untuk mengangkat kedua bahunya, sedangkan pemeriksa menahan
elevasi bahu (menekan kedua bahu pasien ke bawah), sebaiknya posisi pasien duduk
dan pemeriksa berada di belakang pasien.
● Kelumpuhan otot trapezius dapat diketahui dari kelemahan gerakan elevasi bahu dan
hilangnya kontur otot, juga elevasi lengan melewati tingkat bahu sangat terganggu.
B. Penilaian fungsi muskulus sterno kleidomastoideus :
● Pasien disuruh memutarkan kepalanya (gerakan fleksi lateral) dengan penahanan
yang dilakukan oleh si pemeriksa pada rahang bawah pasien. Otot menarik oksiput
tampak jelas dan konsistensinya keras.
● Jika otot tersebut lumpuh secara bilateral, maka kepala bersikap anterto fleksi

Sebutkan musculus yang dinnervasi N XI......


Nervus asesorius akar kranial :
● Otot-otot pallatum molle (kecuali otot tensor veli palatini)
● Otot faring (kecuali otot stylophringeus)
● Oto laring (kecuali otot cricothyroideus)
Nervus asesorius akar spinal :
● Otot sternokleidomastoideus
● Otot trapezius
Nervus Hipoglosus (N XII)
Jelaskan cara cara pemeriksaan dan interprestasinya adalah .......
Pemeriksaan dan Interpretasi:
a. Saat lidah diam
Pasien diminta untuk membuka mulut kemudian kita lihat lidahnya.
Interpretasi :
- Pada kelumpuhan unilateral yang bersifat UMN, pada lidah yang lumpuh tidak
tampak adanya atrofi dan fasikulasi, tampak seperti lidah orang normal.
- pada kelumpuhan unilateral yang bersifat LMN, pada lidah yang lumpuh tampak
atrofi dan fasikulasi.
b. Saat lidah digerakkan
1. Pasien diminta untuk mengeluarkan lidahnya.
Interpretasi :
- Pada kelumpuhan se-sisi lidah (unilateral), lidah akan menyimpang ke sisi yang
lumpuh.
- Pada kelumpuhan bilateral, lidah tidak bisa digerakkan.
2. Menilai kekuatan otot lidah → Ujung jari pemeriksa ditempatkan pada salah satu
pipi pasien, kemudian diminta mendorong ujung jari tersebut dengan ujung lidahnya
dan dibandingkan kekuatan dorongan kanan dan kiri.

Jelaskan tentang beberapa gangguan nervus kranialis seperti :


a. Sindroma Foster Kennedy...........
Anosmia unilateral/bilateral disertai atrofi papil N. Optikus ipsilateral dan papil
edema kontralateral oleh karena tumor lobus frontalis

b. Sindroma Tolosa-Hunt...........
Nyeri orbital atau periorbital unilateral yang berkaitan dengan parese dari salah
satu atau lebih saraf kranial III, IV dan/atau VI. Merupakan sindrom klinik yang
ditandai oleh nyeri kepala unilateral yang disertai disfungsi dan nyeri saraf
penggerak bola mata (painful ophthalmoplegia)

c. Neuralgia trigeminal (Tic douloureux)........


Kondisi nyeri kronis yang memengaruhi saraf trigeminal, yaitu saraf yang
mengantarkan sensasi dari wajah menuju otak, sekaligus mengontrol sebagian
fungsi motorik wajah, seperti mengunyah dan menggigit. Ditandai dengan
serangan khas N. V satu cabang atau lebih berlangsung selama beberapa detik
berasa nyeri yang tajam. Sering disertai lakrimasi dan kontraksi otot otot di luar
serangan sama sekali tidak dirasakan nyeri tersebut.

d. Sindroma Gradenigo........
Kasus yang jarang terjadi, terdiri dari trias gejala yaitu otore, nyeri retroorbita
dan parese nervus abdusen ipsilateral.

e. Bell’s palsy...........
Kelumpuhan fasialis tipe LMN akibat paralisis nervus fasial perifer yang terjadi
secara akut dan penyebabnya tidak diketahui/idiopatik/

f. Sindroma Ramsay-Hunt.............
Penyakit yang diakibatkan oleh adanya reaktivasi dari virus varicella zoster
yang bersembunyi di ganglia dorsalis dan nervus kranialis.

Anda mungkin juga menyukai