SYARAF / NERVUS
KRANIAL
e) Snout reflek:
Pengetukan pada bibir atas akan terjadi kontraksi bibir atas serta penarikan kedua
sudut mulut ke atas dan timbulnya kerutan-kerutan pada kulit dagu sejenak dan
serentak di mana hal ini terjadi pada lesi bilateral di jaras kortikospinalis
kortikobulbaris.
f) Reflek palmomental:
Pada pasien dimensia akan terjadi gerakan muskulus mentalis dan orbikularis oris
ipsilateral sebagai jawaban atas rangsangan di daerah tenar tangan.
g) Tanda chvostek:
Tanda ini muncul pada kasus tetani (hipokalsemia). Dengan ujung jari telunjuk,
tengah dan manis, cabang nervus fasialis di depan lubang telinga diketuk. Positif
bila timbul kontraksi otot-otot fasialis.
Interpretasi: bila terjadi hiperakusis pada salah satu telinga maka terdapat lesi pada
N.VII.
NERVUS VESTIBULARIS DAN COCHLEARIS (N. VIII)
A. Jelaskan cara pemeriksaan N. Vestibularis
1. Observasi sikap berdiri dan sikap badan sewaktu bergerak
Tes Romberg: Pasien diminta berdiri dengan kedua kaki dekat satu dengan yang
lain, mata tetap terbuka. Pada pasien yang normal hal ini dapat dilakukan dengan
baik. Pada pasien dengan kelainan vestibular pasien akan terhuyung dan jatuh ke
belakang.
2. Observasi nistagmus spontan
3. Observasi nistagmus yang dibangkitkan
a. Tes kalori
Cara pemeriksaan:
Untuk mengetes kelainan pada kanalis semi sirkularis vertikalis
maka kepala harus tunduk 60 derajat, sedang untuk mengetes kelainan
pada kanalis semi sirkularis horizontalis kepala harus tengadah 30 derajat.
- Spuit 20 cc, jarum ukuran 15 ujung dilindungi karet diisi dengan air
suhu 30 derajat untuk rangsangan dingin dan 44 derajat untuk
rangsangan panas (± 7 derajat dengan suhu tubuh normal 39 derajat).
- Semprotkan ke liang telinga 1 cc/detik
- Amati arah gerak nistagmus, frekuensi, lamanya
- Istirahat
- Tes telinga Iain, bandingkan kanan dan kiri
- Normal pada suhu dingin nistagmus akan berlawanan dengan tempat
rangsangannya, sedang pada suhu panas searah dengan tempat
rangsangannya.
(COWS : Cold Opposite Warm Site)
Perlu diperhatikan : pada tes kalori untuk orang sehat dengan vertigo
jangan menggunakan air es karena bisa menyebabkan muntah-muntah
hebat. Rangsangan untuk tes kalori pada pasien koma bila (+) akan timbul
gerakan mata ke sisi rangsangan karena pada koma tidak ada nistagmus
sedangkan untuk air hangat akan timbul gerakan mata ke sisi kontra
lateral.
b. Manuver Nylen Barany atau Hallpike manuver
Cara Pemeriksaan .
Pasien duduk di atas tempat tidur, tangan kanan dan kiri pemeriksa
memegang samping kepala pasien, kemudian pasien dibaringkan
diusahakan kepala menggantung di Sisi ujung atas tempat tidur dan
kemudian kepala pasien di tolehkan ke kiri dan dilihat adakah
nistagmusnya. Kemudian duduk kembali dan lihat nistagmusnya.
Selanjutnya diulangi lagi seperti yang pertama tapi setelah berbaring
ditolehkan ke kanan.
B. Jelaskan cara pemeriksaan N. Cochlearis
Pemeriksaan Pendengaran
1. Pemeriksaan daya pendengaran
Pemeriksaan tersebut dapat menggunakan
- suara gesekan jari
- arloji
- garpu tala
- audiometer
Pemeriksaan dengan suara:
Pendengaran diperiksa secara bergantian pasien diminta untuk menutup
lubang telinganya dengan ujung jari telunjuknya secara bergantian. Pasien diminta
juga untuk memejamkan mata. Pemeriksa mengeja kata dan angka secara
berselingan. Intensitas suara harus sekeras bisikan sejauh 30 cm dari telinga. Bisa
juga dilakukan dengan cara pasien kita suruh untuk mendengarkan gesekan jari-
jari pemeriksa yang didekatkan pada telinga pasien.
Bila pada pemeriksaan daya pendengaran didapatkan tuli maka harus dipastikan
jenis tulinya, apakah tuli konduksi atau tuli persepsi. Untuk memastikan tuli
konduksi atau tuli persepsi diperlukan pemeriksaan garpu tala yaitu:
a. Tes Schwabach
Cara Pemeriksaan
Setelah garpu tala dibunyikan, pemeriksa menempatkan garpu tala di
dekat lubang telinga dan menanyakan apakah pasien dapat mendengar bunyi
garpu tala tersebut. Bila bunyi garpu tala itu sudah berhenti, maka dialihkan ke
telinga pemeriksa.
Bilä pemeriksaan masih dapat menangkap bunyi garpu tala, pasien
mengalami tuli persepsi dan bila pemeriksa tidak mendengar suara getaran garpu
tala maka pendengaran pasien normal atau tuli konduksi.
b. Tes Rinne
Cara Pemeriksaan
Untuk membandingkan penghantaran suara melalui tulang dan udara.
Secara normal melalui udara lebih baik daripada melalui tulang. Garpu tala
dibunyikan dan kakinya diletakkan di atas tulang mastoid pasien. Pasien diminta
untuk memberitahukan bila sudah tidak terdengar suara lagi. Selanjutnya
pemeriksa menempatkan ujung garpu tala di dekat lubang telinga pasien
ipsilateral.
Bila masih terdengar dikatakan rinne test positif kemungkinannya adalah
pasien normal atau mengalami tuli persepsi, bila pasien tidak mendengar maka
dikatakan rinne test negatif, pada pasien ini mengalami tuli konduksi.
c. Tes Weber
Cara Pemeriksaan
Tes ini utuk membandingkan pendengaran telinga kanan dan kiri. Garpu
tala dibunyikan dan Oleh pemeriksa, kaki garpu tala diletakkan di verteks
Garpu tala yang sering digunakan dengan frekuensi 64 sampai dengan 2048.
Bila pendengaran normal, maka suara garpu tala akan terdengar sama di
kedua telinga. Bila ada lateralisasi ke arah telinga yang sakit berarti ada tuli
konduksi dan sebaliknya bila ada lateralisasi ke arah telinga yang sehat berarti
ada tuli persepsi.
N. ASCESORIUS ( N.XI)
Jelaskan cara pemeriksaanya....
Untuk menilai fungsi muskulus trapezius dan sternokleidomastoideus, pasien dapat
diperiksa dalam posisi duduk atau berbaring.
A. Penilaian fungsi muskulus trapezius :
● Pasien diminta untuk mengangkat kedua bahunya, sedangkan pemeriksa menahan
elevasi bahu (menekan kedua bahu pasien ke bawah), sebaiknya posisi pasien duduk
dan pemeriksa berada di belakang pasien.
● Kelumpuhan otot trapezius dapat diketahui dari kelemahan gerakan elevasi bahu dan
hilangnya kontur otot, juga elevasi lengan melewati tingkat bahu sangat terganggu.
B. Penilaian fungsi muskulus sterno kleidomastoideus :
● Pasien disuruh memutarkan kepalanya (gerakan fleksi lateral) dengan penahanan
yang dilakukan oleh si pemeriksa pada rahang bawah pasien. Otot menarik oksiput
tampak jelas dan konsistensinya keras.
● Jika otot tersebut lumpuh secara bilateral, maka kepala bersikap anterto fleksi
b. Sindroma Tolosa-Hunt...........
Nyeri orbital atau periorbital unilateral yang berkaitan dengan parese dari salah
satu atau lebih saraf kranial III, IV dan/atau VI. Merupakan sindrom klinik yang
ditandai oleh nyeri kepala unilateral yang disertai disfungsi dan nyeri saraf
penggerak bola mata (painful ophthalmoplegia)
d. Sindroma Gradenigo........
Kasus yang jarang terjadi, terdiri dari trias gejala yaitu otore, nyeri retroorbita
dan parese nervus abdusen ipsilateral.
e. Bell’s palsy...........
Kelumpuhan fasialis tipe LMN akibat paralisis nervus fasial perifer yang terjadi
secara akut dan penyebabnya tidak diketahui/idiopatik/
f. Sindroma Ramsay-Hunt.............
Penyakit yang diakibatkan oleh adanya reaktivasi dari virus varicella zoster
yang bersembunyi di ganglia dorsalis dan nervus kranialis.