Anda di halaman 1dari 12

MINI RISET

HUBUNGAN INDUSTRIAL

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PHK

DOSEN PENGAMPU :

SIENNY, SE, M.Pd

AGUS RAHMADSYAH, SE., MM

DISUSUN OLEH :

Ahmad Rizki Barus 7183510034


Rizky Adrinata 7182210006
Muhammad Haris Pratama 7183210035
Muhammad Al Farhan Nur 7183210054

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
penulis bisa menyelesaikan Mini Riset Hubungan Industrial ini. Pada Mini Riset Hubungan
Industrial ini terdapat materi mengenai Dampak Pandemi terhadap PHK
Penulis berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Hubungan Industrial
karena memberikan kesempatan kepada mahasiswa dalam menyampaikan topik presentasi
terlebih dahulu dan setelah itu didiskusikan bersama-sama.
Dalam penulisan Mini Riset Hubungan Industrial ini, penulis telah berusaha
menyajikan yang terbaik. Penulis berharap semoga Mini Riset Hubungan Industrial ini dapat
memberikan informasi serta mempunyai nilai manfaat bagi semua pihak.

Medan, 16 Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................2

Daftar Isi..............................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan...............................................................................................................4

Bab II Tinjauan Pustaka......................................................................................................5

Bab III Metode Penelitian....................................................................................................9

Bab IV Pembahasan.............................................................................................................10

Bab V Penutup.....................................................................................................................12

Daftar Pustaka......................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia menyebabkan pemerintah


menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah.
Kebijakan tersebut mengubah aktivitas sosial ekonomi masyarakat seperti transportasi
terbatas, pusat perbelanjaan,tempat rekreasi dan hiburan ditutup.Keadaan ini berdampak
luas terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat termasuk keberlangsungan pekerjaan dan
penurunan pendapatan pekerja. Hingga pada akhirnya, dengan banyaknya pekerjaan-
pekerjaan yang ditutup membuat banyak sekali masyarakat yang kehilangan pekerjaannya.

Disini peneliti ingin melihat pemutusan hubungan kerja di PT. Garuda Indonesia. PT.
Garuda indonesia adalah perusahaan yang bergerak di transpotrasi penerbangan yang juga
terkena dampak dari Pandemi Covid-19. Turunnya jumlah pengguna transportasi menjadi
alasan penuruan pendapatan PT. Garuda Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana dampak pandemi Covid-19 terhadap pemutusan hubungan kerja di PT.
Garuda Indonesia.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dampak pandemi Covid-19 terhadap pemutusan hubungan kerja di
PT. Garuda Indonesia.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemutusan Hubungan Kerja

Secara yuridis, berdasarkan Pasal 1 angka 25 UU Ketenagakerjaan, PHK adalah


pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak
dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. Beberapa ahli pun mengutarakan
pendapatnya mengenai PHK. Menurut Mutiara S. Panggabean, PHK adalah pengakhiran
hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha yang dapat disebabkan oleh berbagai macam
alasan, sehingga berakhir pula hak dan kewajiban antara mereka.

2.2. Jenis Pemutusan Hubungan Kerja

Berdasarkan jenisnya, PHK dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain:

1. PHK oleh majikan atau pengusaha


Pengusaha dapat melakukan PHK terhadap pekerja atau buruh apabila melakukan
kesalahan berat sebagaimana yang tertulis di dalam Pasal 158 UU Ketenagakerjaan.
Namun, Pasal tersebut sudah tidak berlaku lagi karena dalam putusan Mahkamah
Konstitusi nomor 012/PUU-1/2003 dinyatakan mencabut ketentuan yang ada di dalam
Pasal 158 UU Ketenagakerjaan tersebut. Pencabutan pasal tersebut dilakukan karena
melalui pertimbangannya Pasal tersebut telah bertentangan dengan UUD 1945 dalam
Pasal 27 ayat (1) yang menyatakan bahwa seluruh warganegara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu tanpa terkecuali. Hal inilah yang menjadi pertimbangan Mahkamah
Konstitusi, karena adanya hak lebih yang dimiliki oleh pengusaha dengan dapat
melakukan PHK secara sepihak atas dasar melakukan kesalahan berat dan tidak
berlaku sebaliknya kepada pekerja. Sehingga berdasarkan ketentuan tersebut,
diperlukan adanya penetapan dari lembaga yang berwenang terlebih dahulu terhadap
perbuatan yang dilakukan oleh pekerja terkait melakukan kesalahan berat.

5
Permohonan penetapan PHK wajib diajukan secara tertulis kepada PHI
disertai keterangan alasan dasar pengajuan PHK tersebut. Permohonan tersebut akan
diterima apabila rencana PHK tersebut dirundingkan oleh pengusaha dan serikat
pekerja/buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan
tidak menjadi anggota serikat pekerja/buruh. Dan penetapan permohonan PHK hanya
dapat diberikan apabila perundingan tersebut tidak mencapai kesepakatan diantara
kedua belah pihak
2. PHK oleh pekerja atau buruh
Terdapat beberapa pengaturan terkait PHK oleh pekerja atau buruh yang diatur di
dalam UU Ketenagakerjaan. Berdasarkan Pasal 162 ayat (2), pekerja/buruh berhak
mengajukan pengunduran diri atas kemauan sendiri selama tugas dan fungsinya tidak
mewakili kepentingan pengusaha secara langsung. Pasal 163 ayat (1) juga mengatur
bahwa apabila pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja yang
disebabkan adanya perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan
kepemilikan perusahaan. Selain itu sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 169 ayat
(1) pekerja/buruh berhak mengajukan permohonannya kepada lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial apabila pengusaha melakukan perbuatan sebagai
berikut:
 Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja/buruh;
 Membujuk dan/atau menyuruh pekerja/buruh untuk melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
 Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 (tiga)
bulan berturut-turut atau lebih;
 Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja/buruh;
 Memerintahkan pekerja/buruh untuk melaksanakan pekerjaan diluar yang
diperjanjikan; atau
 Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan,
dan kesusilaan pekerja/buruh sedankan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan
pada perjanjian kerja. Selain itu pekerja juga dapat mengakhiri hubungan kerja
dengan alasan mendesak yang seketika itu harus tetap diberitahukan terlebih
dahulu kepada majikan. Alasan mendesak tersebut berhubungan dengan
keadaan yang sedemikian rupa sehingga mengakibatkan pekerja tidak dapat
meneruskan hubungan kerja yang ada.

6
3. PHK demi Hukum
PHK demi hukum terjadi karena alasan berakhirnya jangka waktu kerja yang telah
disepakati habis atau apabila pekerja/buruh meninggal dunia. Berdasarkan ketentuan
Pasal 61 ayat (1) UU Ketenagakerjaan, suatu perjanjian kerja berakhir apabila:
 Pekerja meninggal dunia;
 Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
 Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap; atau
 Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat
menyebabkan berakhirnya pemutusan hubungan kerja.
Adapun PHK demi hukum ini dapat dilakukan dengan beberapa alasan sesuai dengan
ketentuan Pasal 154 UU Ketenagakerjaan, antara lain:
 Pekerja/buruh masih dalam masa percobaan kerja, bilamana telah
dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya;
 Pekerja/buruh mengajukan permintaan pengunduran diri, secara tertulis atas
kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari pengusaha,
berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu
untuk pertama kali;
 Pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau
peraturan perundang-undangan; atau
 Pekerja/buruh meninggal dunia.
4. PHK melalui Pengadilan
Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan artinya pelaku usaha dapat memutuskan
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh melalui pengadilan negeri dengan alasan
pekerja/buruh telah melakukan kesalahan-berat karena melanggar hukum yang
berlaku. Pelaku usaha melayangkannya ke pengadilan negeri, bukan ke pengadilan
hubungan industrial.Selain jenis-jenis PHK di atas, terdapat juga 4 macam kategori
PHK yang biasanya dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu :

7
1.Termination, yaitu PHK yang dapat dilakukan oleh perusahaan karena telah
berakhirnya sebuah kontrak kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh;
2.Dismissal, yaitu terjadinya PHK yang disebabkan oleh adanya tindakan fatal dari
pekerja/buruh yang dapat berupa tidak disiplinnya pekerja/buruh atau pekerja/buruh
melanggar kontrak kerja yang ada;
3.Redundancy, yaitu PHK yang dilakukan oleh perusahaan dikarenakan akibat dari
adanya perkembangan teknologi ataupun mulai mengubah segala bentuk kegiatan
manual kedalam bentuk digital (digitalisasi) yang tentunya hal tersebut
mengakibatkan pengurangan karyawan.
4.Retrenchment, yaitu PHK yang dilekukan oleh perusahaan karena adanya pengaruh
keuangan atau ekonomi yang tidak stabil pada sebuah perusahaan seperti perusahaan
mengalami kerugian secara berturut-turut atau bahkantingkat penjualan atau
keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan tersebut mengalami penurunan yang
drastis.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Objek dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan objek penelitian PT. Garuda Indonesia Indonesia dan
dilaksanakan pada bulan Mei 2021
3.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dimana peneliti merangkum dan
menganalisis data-data secara deskripsi .
3.3. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian adalah penelitian mengambil data studi
pustaka dimana teknik pengumpulan data yang mengambil informasi dari jurnal-jurnal,
website, buku atau sumber lain yang relevan.

9
BAB IV

PEMBAHASAN

Maskapai nasional Garuda Indonesia menempuh sejumlah langkah guna menyelamatkan


perusahaan dari dampak Covid 19. Selain merumahkan 800 karyawan, menurut Direktur
Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, perusahaan juga telah melakukan sejumlah
kebijakan menghadapi Covid-19. Di antaranya seperti renegosiasi sewa pesawat,
restrukturisasi network, efisiensi biaya produksi.

Ada juga penyesuaian gaji jajaran komisaris, direksi, hingga staf secara proporsional. “Serta
tidak memberikan THR kepada direksi dan komisaris,” kata Irfan, Minggu, 17 Mei 2019.

Sebanyak 800 karyawan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang berstatus kontrak alias
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dirumahkan sementara. Irfan Setiaputra,
mengatakan kebijakan itu diambil untuk menjaga keberlangsungan perusahaan yang terkena
dampak Covid-19.

“Kebijakan tersebut dilakukan dengan pertimbangan yang matang,” kata Irfan. Selain itu,
kata Irfan, kebijakan ini diambil untuk menghindari terjadinya PHK.

Menurut Irfan, kebijakan ini sudah melalui kesepakatan dan diskusi dua arah antara karyawan
dan perusahaan. Sehingga terbit keputusan karyawan dirumahkan sementara selama tiga
bulan ke depan, terhitung sejak 14 Mei 2020.

Kabar soal ratusan pegawai yang dirumahkan sementara ini awalnya disampaikan oleh Ikatan
Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI). Namun jumlah 800 ini lebih besar dari yang

10
disampaikan IKAGI, yang hanya 400 orang, terdiri dari pramugari dan pramugara PKWT,
“Tidak diberikan gaji dan uang terbang,” kata Ketua IKAGI Zaenal Muttaqin saat dihubungi
di Jakarta, Minggu, 17 Mei 2020. Adapun fasilitas yang masih diberikan yaitu fasilitas
kesehatan InHealth dan BPJS Kesehatan, serta konsesi terbang.

Seperti yang disampaikan Zaenal, 800 karyawan ini tidak akan mendapat gaji sepeserpun.
Mereka hanya akan menerima asuransi kesehatan dan Tunjangan Hari Raya (THR) yang
sudah dibayarkan sebelumnya.

Kendati demikian, Irfan memastikan kebijakan ini akan terus dikaji dan dievaluasi secara
berkala. Evaluasi akan menyesuaikan dengan kondisi perusahaan dan peningkatan
operasional penerbangan.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Seperti diketahui, maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero)


Tbk menyatakan kondisi keuangan yang pelik imbas dari pandemi virus corona (Covid-19)
dan menyebabkan utang Garuda Indonesia yang menggunung.

Pinjaman Garuda per 1 Juli 2020 sudah mencapai 2,2 miliar dolar AS atau Rp31,9
triliun (kurs Rp14.500 per dollar AS). Untuk membayar utang yang akan jatuh tempo, Garuda
membutuhkan dana segar karena arus kas (cash flow) yang tersisa di perusahaan hanya 14,5
juta dolar AS atau Rp210 miliar, itu semua akobat dampak dari covid 19.

5.2. Saran

Perlu adanya perlindungan terhadap tenaga kerja untuk menjamin hak-hak dasar
pekerja dan untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dengan tetap mementingkan
perkembangan kepentingan perusahaan

11
DAFTAR PUSTAKA

http://ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/index.php/jki/article/view/576/pdf

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/263b2cd369d16ebcb193fb844046721c.pdf

http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Justitia/article/view/6187

http://www.journal.uinjkt.ac.id/index.php/adalah/article/view/15764

https://www.sinarmassekuritas.co.id/ini-dampak-pandemi-covid-19-ke-garuda-indonesia

https://bisnis.tempo.co/read/1343440/dampak-covid-19-garuda-rumahkan-karyawan-hingga-
pangkas-thr

12

Anda mungkin juga menyukai