Anda di halaman 1dari 4

OPINI TERKAIT SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA DEWASA INI

Farah Azzahra Destya Safitri


1703519029
D3 Administrasi Perkantoran B 2019

Opini:

Pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan, bahkan sejak


periode kemerdekaan Indonesia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan di
Indonesia bertujuan untuk membentuk peserta didik yang aktif dalam
mengembangkan potensi diri, serta memiliki kecerdasan spiritual, pengendalian
diri, kepribadian,kecerdasan dan akhlak yang mulia juga bermanfaat bagi
masyarakat, bangsa dan negara (Noor & Karawang, 2003). Secara ringkasnya
dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mendidik
serta memberi pengetahuan baik dalam bentuk akademis, keterampilan maupun
perilaku.

Dikutip dari klikpositif.com, pihak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


Nadiem Makarim mengemukakan bahwa dalam mentransformasikan sistem
pendidikan di Indonesia butuh waktu lebih dari 5 tahun dan upaya yang dapat
dilakukan saat ini adalah  creating the tipping point, salah satunya lewat konsep
merdeka belajar yang diusungnya pada awal November 2020 lalu.

Dari berbagai jabaran tersebut, saya pribadi menyetujui


terimplementasinya konsep merdeka belajar ini dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia. Konsep ini sangat membantu para generasi
kedepan untuk mengembangkan potensinya secara bebas dan tidak terpaku
dengan sistem pendidikan yang kaku. Lewar konsep ini diharapkan generasi
Indonesia kedepannya mampu menyongsong masa depan dengan percaya diri.
Namun, perlu digarisbawahi dalam pelaksanaannya konsep ini harus didukung
dengan sumber daya (tenaga pendidik), anggaran serta regulasi yang tepat.
Dikutip dari Liputan6.com, pada peringatan Hardiknas 2 Mei 2021 lalu
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI Nadiem Makarim
memaparkan bahwa pihaknya telah berupaya memperbaiki sistem pendidikan
melalui 4 hal diantaranya; (1) upaya perbaikan infrastruktur dan teknologi, (2)
upaya perbaikan kebijakan, prosedur, dan pendanaan, serta pemberian otonomi
lebih bagi satuan pendidikan, (3) upaya perbaikan kepemimpinan, masyarakat,
dan budaya dan (4) upaya perbaikan kurikulum, pedagogi, dan asesmen (Haryanti,
2021).

Menurut penulis, keempat upaya tersebut memang penting dilakukan


untuk mempersiapkan transformasi sistem pendidikan ke depan. Transformasi
pendidikan begitu penting dalam mempersiapkan generasi muda yang siap
menyongsong perubahan dunia yang begitu cepat. Selain itu, poin penting yang
perlu diubah dalam pola pikir masyarakat dan generasi kedepannya bahwa lulus
dari jenjang suatu pendidikan tidak semata-mata untuk mempersiapkan diri untuk
bekerja, namun untuk membantu pribadinya dalam membangun karir mereka.
Oleh karena itu, penting mempersiapkan tranformasi pendidikan yang mampu
membuat pelajar dan tenaga pendidik untuk terus termotivasi, supaya kedepannya
siap menghadapi tantangan perubahan dunia yang begitu kompleks.

Menambahkan, menurut penulis dari keempat poin tersebut, yang paling


krusial terdapat pada poin kedua. Melihat kondisi pandemi yang tengah terjadi
saat ini, teknologi menjadi objek utama dalam kelancaran proses pembelajaran
jarak jauh. Namun perlu dipahami, kenyataan dilapangan bicara bahwa banyak
pelajar tidak dapat mengikuti sistem pembelajaran daring akibat ketiadaan
internet, smarthphone hingga biaya kuota yang tinggi. Terbukti pada salah satu
penelitian pada Sekolah Dasar di Samarinda, dimana dari hasil penelitian
ditemukan bahwa terdapat 31 siswa memiliki smartphone dan sebanyak 94 siswa
menggunakan smartphone milik orang tua, saudara dan orang lain dalam
pembelajaran online. Dengan lama waktu pembelajaran berkisar antara 5 hingga 6
jam (Salehudin, 2020). Yang artinya kepemilikan smartphone belum merata,
belum terlebih lagi jika dalam satu keluarga terdapat lebih dari dua anak berstatus
sebagai pelajar namun keersediaan smartphone yang dimiliki hanya satu. Tentu ini
akan menjadi sulit bagi para pelajar tersebut mengingat jam pembelajaran yang
rata-rata sama dimulainya, sekitar jam 08.00 pagi hingga selesai.

Gangguan jaringan juga bukan lagi hal baru bagi generasi pandemi saat
ini, baik ketika jam pelajaran hingga bahkan ketika mengikuti ujian tak jarang
terkendala dengan internet mereka. Dikemukakan berdasarkan hasil survei terbaru
SMRC (Saiful Mujani Research and Consulting) bahwa sebanyak 92 persen
pelajar/ mahasiswa mengalami cukup banyak gangguan selama belajar online.
Belum lagi ditambah berbagai keluhan terkait besaran biaya kuota yang
dikeluarkan. Meski bantuan kuota gratis sudah disalurkan oleh pihak
kemendikbud, namun nyatanya pembagian kuota gratis ini belum merata.
Terbukti saat Menteri Pendidikan Nadiem Makarim berkunjung ke Kabupaten
Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam kunjungan kerjanya tersebut,
Nadiem ingin memastikan bahwa pelaksanaan PJJ terlaksana dengan baik dan
subsidi kuota internet telah tersalurkan. Namun nyatanya pada daerah tersebut
para pelajar belum menerima bantuan kuota gratis tersebut karena pihak sekolah
tidak tahu menahu mengenai penandatanganan Surat Pertanggungjawaban Mutlak
(SPTJM) yang menjadi pra syarat dari Kemendikbud (Damanik, 2021).

Dari berbagai permasalah dan fakta yang tersaji diatas, penulis berusaha
menyajikan dua solusi terkait kajian tersebut,

1. Penyaluran dana BOS untuk pembelian smartphone atau gadget yang


dapat dipijamkan kepada pelajar, mahasiswa hingga pengajar untuk
kebutuhan pembelajaran online.
2. Penyaluran berkelanjutan terkait subsidi kuota gratis bagi para pelajar,
mahasiswa dan tenaga pengajar serta memastikan pembagian tersebut
merata. Melihat salah satu fakta yang sudah dipaparkan sebelumnya
tentang ketidaktahuan pihak sekolah akan penandatanganan SPTJM
sebagai pra syarat dari Kemendikbud, maka pihaknya harus melakukan
sosiali lebih lanjut dan meluas terkait hal ini. Karena bukan tidak mungkin
ketidaktahuan pihak sekolah akibat minimnya informasi yang mereka
terima.

Berbicara soal sistem pendidikan tentu tidak terlepas dengan kualitas pendidikan
itu sendiri. Pada kali ini penulis mencoba menganalisis kualitas pendidikan
selama pandemi.

Referensi:

Damanik, M. J. (2021). Bantuan Kuota Internet Belum Merata , Mendikbud


Nadiem Kecewa. 1–8.
Haryanti, F. (2021). Hardiknas 2021, Nadiem Makarim Ungkap 4 Upaya
Perbaiki Sistem Pendidikan. 4–7.
Noor, T., & Karawang, U. S. (2003). RUMUSAN TUJUAN PENDIDIKAN
NASIONAL PASAL 3 UNDANG-UNDANG SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL NO 20 TAHUN 2003. 20, 123–144.
Salehudin, M. (2020). Siswa sd menggunakan smartphone dalam pembelajaran
online. November. https://doi.org/10.37850/ibtida

Anda mungkin juga menyukai