Anda di halaman 1dari 6

‫باب من رفع صوته بالعلم‬

 ٍ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي َس ْف َرة‬َ ُّ‫ف َع َّنا ال َّن ِبي‬ َ َّ‫ْن َع ْم ٍرو َقا َل َت َخل‬ ِ ‫َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب‬
‫صاَل ةُ َو َنحْ نُ َن َت َوضَّأ ُ َف َج َع ْل َنا َن ْم َس ُح َعلَى أَرْ ُجلِ َنا‬َّ ‫َسا َفرْ َنا َها َفأ َ ْد َر َك َنا َو َق ْد أَرْ َه َق ْت َنا ال‬
‫ْن أَ ْو َثاَل ًثا‬
ِ ‫ار َمرَّ َتي‬ ِ ‫ب ِمنْ ال َّن‬ ِ ‫ص ْوتِ ِه َو ْي ٌل لِأْل َعْ َقا‬َ ‫َف َنا َدى ِبأَعْ لَى‬
Artinya:

Nabi pernah tertinggal dari kami dalam suatu perjalanannya (Dari Makkah ke
Madinah) maka Nabi shallallahu alaihi wasallam mendapati kami dan
sungguh waktu shalat sudah hampir habis, dan kami sedang berwudlu’, maka
kami hanya mengusap kaki kami. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi was allam
berkata dengan suara keras: “celakalah bagi tumit-tumit (yang tidak basah)
akan masuk neraka.” mengulangnya 2 kali atau 3 kali”

Dari keterangan diatas, bahwa jelaslah setiap orang yang berwudhu’


dengan cara terburu-buru, maka wudhunya belum sempurna. terlebih lagi jika
ada salah satu anggota wudhu’nya tidak terkena air, dan salah satu
diantaranya adalah tumit sebagaimana kisah dalam hadits diatas.

   Oleh karena itu mengingat biasanya bagian belakang kaki tidak


mendapatkan guyuran air wudhu’, maka hal ini akan mengakibatkan adanya
celah dalam tahaharah (bersuci) dan sholat. karena itulah beliau
mengkabarkan bahwa adzab akan ditimpakan kepadanya dan kepada
pelakunya yang telah meremehkan hal ini dalam thaharah secara syar’i.

   Hadits ini menjelaskan kewajiban berwudhu dengan membasuh kaki hingga


mata kaki. Ancamannya adalah neraka seandainya ketika mencuci kedua kaki,
tidak menyertakan kedua mata kaki. Sebab wudhu' itu menjadi tidak sah,
bukan?

Dan bila wudhu' tidak sah, tentu saja shalat yang dilakukannya tidak sah
juga. Maka wajar saja bila seseorang yang wudhu'nya tidak sampai
membasahi kedua mata kakinya, bisa masuk neraka. Sebab tindakan itu
membuat shalatnya juga tidak sah. Dan orang yang tidak sah shalatnya akan
terhitung sebagai orang yang tidak shalat. Dan orang yang tidak shalat tentu
akan masuk neraka.

Maka dengan demikian, hadits ini memang benar. Yaitu hanya gara-gara
mata kaki (yang tidak ikut dibasahi waktu wudhu'), seseorang bisa masuk
neraka.

Tata Cara Wudhu

Sebenarnya kalau mau disertakan dengan perkara sunnah, memang


wudhu' itu menjadi sangat komleks dan banyak. Jadi di sini kita hanya akan
menuliskan anggota tubuh yang menjadi rukun wudhu'. Maksudnya, yang
harus dibasahi dan bila ditinggalkan wudhu' itu tidak sah.

Dan tata cara wudhu yang benar sebenarnya sederhana sekali, yaitu
membasuh wajah, kedua tangan hingga siku, mengusap sebagian kepala dan
membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki.

Semua itu sudah tertuang dalam firman Allah SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,


maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki... (QS Al-Maidah: 6)

1. Membasuh Wajah

Para ulama menetapkan bahwa batasan wajah seseorang itu adalah tempat
tumbuhnya rambut (manabit asy-sya'ri) hingga ke dagu dan dari batas telinga
kanan hingga batas telinga kiri.

2. Membasuh kedua tangan hingga siku

Secara jelas disebutkan tentang keharusan membasuh tangan hingga ke siku.


Dan para ulama mengatakan bahwa yang dimaksud adalah bahwa siku harus
ikut dibasahi. Sebab kata `Ilaa` dalam ayat itu adalah lintihail ghayah. Selain
itu karena yang disebut dengan tangan adalah termasuk juga sikunya.
Selain itu juga diwajibkan untuk membahasi sela-sela jari dan juga apa
yang ada di balik kuku jari. Para ulama juga mengharuskan untuk menghapus
kotoran yang ada di kuku bila dikhawatirkan akan menghalangi sampainya
air.

Jumhur ulama juga mewajibkan untuk menggerak-gerakkan cincin bila


seorang memakai cincin ketika berwudhu, agar air bisa sampai ke sela-sela
cincin dan jari. Namun Al-Malikiyah tidak mengharuskan hal itu.

3. Mengusap kepala

Yang dimaksud dengan mengusap adalah meraba atau menjalankan


tangan ke bagian yang diusap dengan membasahi tangan sebelumnya dengan
air. Sedangkan yang disebut kepala adalah mulai dari batas tumbuhnya
rambut di bagian depan/dahi ke arah belakang hingga ke bagian belakang
kepala.

Al-Hanafiyah mengatakan bahwa yang wajib untuk diusap tidak semua


bagian kepala, melainkan sekadar dari kepala. Yaitu mulai ubun-ubun dan di
atas telinga.

Sedangkan Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah mengatakan bahwa yang


wajib diusap pada bagian kepala adalah seluruh bagian kepala. Bahkan Al-
Hanabilah mewajibkan untuk membasuh juga kedua telinga baik belakang
maupun depannya. Sebab menurut mereka kedua telinga itu bagian dari
kepala juga.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah: Dua telinga itu
bagian dari kepala. Namun yang wajib hanya sekali saja, tidak tiga kali.

Adapun Asy-Syafi`iyyah mengatakan bahwa yang wajib diusap dengan


air hanyalah sebagian dari kepala, meskipun hanya satu rambut saja. Dalil
yang digunakan beliau adalah hadits Al-Mughirah: Bahwa Rasulullah SAW
ketika berwudhu` mengusap ubun-ubunnya dan imamahnya (sorban yang
melingkari kepala).
4. Mencuci kaki hingga mata kaki.

Menurut jumhur ulama, yang dimaksud dengan hingga mata kaki adalah
membasahi mata kakinya itu juga. Sebagaimana dalam masalah membahasi
siku tangan. Secara khusus Rasulullah SAW mengatakan tentang orang yang
tidak membasahi kedua mata kakinya dengan sebutan celaka. Celakalah kedua
mata kaki dari neraka.

Syaikh Fauzan hafidzahullah berkata: Dan hal itu karena sikap


menyepelekan seseorang ketika mencuci kedua mata kakinya. sehingga air
tidak terkena pada kedua mata kaki. atau ada bagian pada keduanya yang
tidak terkena air. maka, ia akan mendapat siksa neraka hanya karena hal
itu.Bahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam menegaskan dalam masalah
sholat agar sholatnya sempurna hingga ia menyempurnakan wudhu’nya.
sebagaimana sabdanya:

‫وء َك َما أَ َم َرهُ هَّللا ُ َع َّز َو َج ل َّ َف َي ْغ ِس ل َ َو ْج َه ُه َو َي َد ْي ِه إِ َلى‬


َ ‫ض‬ُ ‫صاَل ةُ أَ َح ِد ُك ْم َح َّتى ُي ْس ِب َغ ا ْل ُو‬
َ ‫إِ َّن َها اَل َت ِت ُّم‬
‫س َح ِب َر ْأسِ ِه َو ِر ْج َل ْي ِه إِ َلى ا ْل َك ْع َب ْي ِن‬
َ ‫ا ْلم ِْر َف َق ْي ِن َو َي ْم‬
“Sesungguhnya tidaklah sempurna sholat salah seorang dari kalian sampai ia
menyempurnakan wudhu’nya sebagaimana Allah perintahkan ia cuci wajah
dan kedua tangannya sampai siku dan mengusap kedua kaki dan (mencuci)
kedua kaki sampai siku.” (HR. Abu Daud, No: 858, An Nasa’i, No: 1135 – Hadits
ini ditakhrij dari hadits Rifa’ah bin Rafi’) (Ibid)

   Dalam hadits diatas bukan yang dimaksud dengan “menyempurnakan


wudhu'” itu dengan banyaknya mencurahkan air, akan tetapi maksudnya
adalah mengalirkan air hingga mengenai seluruh bagian dari anggota wudhu’.
sedangkan banyaknya mencurahkan air adalah berlebih-lebihan yang sangat
dilarang. Bahkan terkadang terjadi pengucuran air yang banyak, namun tidak
tercapai kesucian yang diwajibkan. (dan hali ini merupakan sebuah sifat
pemborosan)

   Jadi mencuci sedikit namun semua anggota wudhu terkena menyeluruh


lebih baik dan utama dari pada banyak mencucurkan air tapi sebagian angota
wudhu’nya kurang kena air. Bahkan jika ada salah satu anggota wudhu’nya
ada yang tidak terkena air atau kurang terkena air, Rasulullah memerintahkan
untuk mengulang wudhu’nya. sebagaimana kisah yang pernah disaksikan
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa slaam, bahwa beliau melihat ada seseorang
pria tertinggal dari membasuh kuku di jari kakinya. Kemudian, beliau
bersabda kepadanya:

ُ ‫ا ِْر ِج ْع َفأ َ ْحسِ نْ ُو‬


‫ض َؤ َك‬
“Kembalilah dan perbaiki lagi wudhu’mu.” (HR. Muslim, No: 575 – dari hadits
Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma)

   Lalu kenapa kita dilarang untuk banyak mencucurkan air dalam berwudhu’?
karena itu termasuk pemborosan. sebagaimana ketika Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa salam berlalu didekat Sa’ad ketika ia sedang berwudhu’. Maka
beliau bertanya:

ٍ ‫ َو إِنْ ُك ْن َت َع َلى َن ْه ٍر َج‬,‫ َن َع ْم‬:َ‫اف؟ َف َقال‬


‫ار‬ ُ ‫ أَف ِْي ا ْل ُو‬:َ‫ف؟ َقال‬
ٌ ‫ض ْو ِء إِ ْس َر‬ َّ ‫ َما َه َذا ال‬.
ُ ‫س َر‬
“Apa-apaan boros begini ?? Lalu ia (Sa’ad) bertanya kepada beliau:
“Apakah dalam wudhu’ ada pemborosan?” Lalu beliau menjawab, “Ya benar”,
meskipun kamu berwudhu’ di sungai yang mengalir.” (HR. Ahmad, No: 7062,
dan Ibnu Majah, no: 425 – dari hadits Abdullah bin Amr)

   Jadi hadits ini tidak hanya berlaku pada tumit saja, namu semua anggota
wudhu’. Namun yang lebih diperhatikan adalah tumit, karena banyak sekali
orang lengah dalam masalah ini yang mana ia tidak memperhatikan pada
tumitnya.

Diantara faedah yang bisa kita ambil dalam hadits diatas adalah:

-Islam telah mengajarkan secara sempurna, sampai-sampai dalam


masalah kecil dalam berwudhu’ telah dijelaskan dan ada hukuman bagi yang
bermudah-mudahan didalamnya.

-Diantara ancaman keras dan siksa Allah kepada manusia di neraka


adalah orang yang tidak mengguyurkan air terhadap anggota wudhu’nya
terlebih lagi pada tumit.
-Didalamnya ada isyarat untuk anjuran dalam memperhatikan
kesempurnaan dalam berwudhu’

-Didalamnya terkandung peringatan bagi setiap manusia yang


bermudah-mudahan dalam berwudhu’

Pesan hadits yang disampaikan:

1. Penekanan akan pentingnya setiap anggota wudhu untuk terkena air.

2. Berhati-hatilah saat berwudhu dan pastikan tumit anda terbasuh air.


Karena kaki dan secara khusus tumit jauh dari jangkauan tangan dan kadang
luput dari penglihatan, ingatlah hadits  ini saat berwudhu dan pastikan air
telah membasahi tumit anda.

3. Orang yang melakukan taqshir (kekurangan) saat berwudhu


termasuk dosa besar. Karena ancamannya adalah
dengan wail. Wail sebagaimana telah dijelaskan di atas bermakna siksa atau
ancaman, bisa juga bermakna nama lembah di neraka.

4. Kalau kaki dalam keadaan terbuka hendaklah dibasuh. Beda kalau


kaki dalam keadaan memakai sepatu atau kaos kaki, maka bisa cukup diusap
sebagaimana nanti akan dijelaskan dalam hadits-hadits selanjutnya dari
kitab Umdatul Ahkam.

5. Namanya balasan sesuai dengan amal perbuatan (al-jazau min jinsil


‘amal). Karena kekurangannya tadi pada kaki, maka yang diancam dengan api
neraka juga adalah kaki.

Anda mungkin juga menyukai