Definisi Ontologi
Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ontos dan logos. Ontos artinya ada dan
logos artinya ilmu. Jadi disimpulkan bahwa ontologi merupakan ilmu yang membahas
tentang keberadaan atau merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang hakikat dari
segala sesuatu yang ada baik itu berupa realitas fisik maupun metafisik.
Rumah
Salah satunya yaitu ontologi rumah apalagi saat ini sudah banyak model dan bentuk
rumah yang ada. Sudah menjadi hal yang diketahui banyak orang bahwa rumah yang
sedang kita tempati saat ini bukanlah rumah yang sudah berdiri di atas tanah tersebut
seperti rumah yang sudah ada sejak zaman dulu melainkan sudah berupa rumah tingkat
atau rumah susun yang dibangun meninggi ke atas bahkan bangunan apartemen yang
menjulang tinggi.
Menurut Plato, realitasnya adalah gambaran atau ide yang membuat orang-orang lebih
mudah mengenali rumah mereka apalagi saat ini masih banyak model dan bentuk
rumah yang bervariasi, maka dari itu adanya gambaran atau ide tentang rumah ini yang
membuat setiap orang mengenali apa yang dilihat yaitu rumah meskipun rumah sudah
banyak mengalami perubahan.
Kita tetap akan mengenali rumah tersebut sebagai tempat tinggal, tempat tujuan untuk
pulang, dan tempat di mana keluarga berkumpul. Tidak peduli berapa kali rumah
tersebut mengalami perubahan, tempat tersebut akan tetap disebut sebagai rumah.
Sahabat
Selain contoh ontologi rumah, contoh lainnya yaitu tentang sahabat kita. Setiap orang
pasti memiliki seorang sahabat yang sudah dikenal sejak lama hingga bertahun-tahun
lamanya. Namun kemudian harus berpisah dan bertemu kembali 10 tahun kemudian
dalam sebuah acara.
Saat bertemu kembali, wajar jika terjadi perubahan fisik dari sahabat kita bahkan diri kita
sendiri misalnya terlihat lebih tinggi, terlihat lebih tua, perubahan model rambut, dan
lainnya yang terjadi secara fisik.
1
Meskipun terjadi perubahan fisik, tetap ada satu hal yang tidak berubah yaitu dia
tetaplah seorang sahabat yang sama yang telah menghabiskan waktu bersama. Hal
tersebut tidak akan pernah berubah sehingga membuat kita tetap bisa mengenali dan
mengetahui bahwa dia adalah sahabat yang masih sama. Hal ini dapat disebut dengan
ontologi dari sahabat kita.
Kursi
Contoh ketiga ontologi dalam kehidupan sehari-hari yaitu ontologi kursi. Ontologi kursi
merupakan realitas hakiki dari kursi. Setiap orang pasti mengenal tentang kursi yang
sudah menjadi gambaran atau ide yang memang sudah ada.
Banyak sekali model dan bentuk kursi yang berbeda-beda namun tetap disebut kursi
karena adanya gambaran atau ide tersebut sehingga kita bisa tetap mengenal bahwa
objek tersebut adalah kursi. Inilah ontologi kursi. Jadi meskipun bentuk benda tersebut
berbeda-beda tidak peduli model dan ukurannya, itu tetaplah sebuah kursi.
Hakikat kenyataan atau realitas bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut
pandang:
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni Monisme,
Dualisme, Materialisme, Idealisme, Agnostisisme
Monisme: aliran yang mempercayai bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada adalah
satu saja, baik yang asa itu berupa materi maupun rohani yang menjadi sumber
dominan dari yang lainnya. Para filosof pra-Socrates seperti Thales, Demokritos, dan
Anaximander termasuk dalam kelompok Monisme, selain juga Plato dan Aristoteles.
Sementara filosof Modern seperti I. Kant dan Hegel adalah penerus kelompok Monisme,
terutama pada pandangan Idealisme mereka.
2
Dualisme: kelompok ini meyakini sumber asal segala sesuatu terdiri dari dua hakikat,
yaitu materi(jasad) dan jasmani(spiritual). Kedua macam hakikat itu masing-masing
bebas dan berdiri sendiri, sama-sama abadi dam azali. Perhubungan antara keduanya
itulah yang menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang
adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.
Descartes adalah contoh filosof Dualis dengan istilah dunia kesadaran (rohani) dan
dunia ruang (kebendaan). Aristoteles menamakan kedua hakikat itu sebagai materi dan
forma (bentuk yang berupa rohani saja). Umumnya manusia dengan mudah menerima
prinsip dualisme ini, karena kenyataan lahir dapat segera ditangkap panca indera kita,
sedangkan kenyataan batin dapt segera diakui adanya dengan akal dan perasaan
hidup.
Materialisme: aliran ini menganggap bahwa yang ada hanyalah materi dan bahwa
segala sesuatu yang lainnya yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah merupakan suatu
kenyataan yang berdiri sendiri. Menurut pahan materialisme bahwa jiwa atau roh itu
hanyalah merupakan proses gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu.
Filsafat Yunani yang pertama kali muncul juga berdasarkan materialisme, mereka
disebut filsafat alam (natuur filosofie). Mereka menyelidiki asal-usul kejadian alam ini
pada unsur-unsur kebendaan yang pertama. Thales (625-545 s.M) menganggap bahwa
unsur asal itu air. Anaximandros (610-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu
apeiron yakni suatu unsur yang tak terbatas. Anaximenes (585-528 s.M) menganggap
bahwa unsur asal itu udara. Dan tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Demokritos
(460-360 s.M) menggap bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak
jumlahnya tak dapat dihitung dan sangat halus. Atom-atom itulah yang menjadi asal
kejadian peristiwa alam. Pada Demokritos inilah tampak pendapat materialisme klasik
yang lebih tegas.
Ilmu tidak lain dari suatu pengetahuan, baik natura atau pun sosial, yang sudah
terorganisir serta tersusun secara sistematik menurut kaidah umum. ilmu sebagai
pengetahuan logis dan mempunyai bukti empiris. Lorens Bagus mengemukakan bahwa
ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek (atau alam obyek) yang
sama dan saling keterkaitan secara logis.
Dari beberapa pengertian ilmu di atas dapat diperoleh gambaran bahwa pada prinsipnya
ilmu merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan
pengetahuan atau fakta yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari, dan dilanjutkan dengan pemikiran secara cermat dan teliti
dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dalam penelitian ilmiah
(observasi, eksperimen, survai, studi kasus dan lain-lain)
2. Syarat-Syarat Ilmu :
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi persyaratan-
persyaratan, sebagai berikut
1. ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan
alam (kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial).
2. ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan
dan teknik tertentu.
Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interrelasi yang sistematis dari fakta-
fakta, maka metode ilimiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta
dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Pokok permasalahan(subject
matter atau focus of interest). ilmu mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang
akan dikaji. Mengenai focus of interest ini Husein Al-Kaff dalam Kuliah Filsafat Islam di
Yayasan Pendidikan Islam Al-Jawad menjelaskan bahwa ketika masalah-masalah itu
diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu maka masalah masalah yang sederhana tidak
menjadi sederhana lagi. Masalah-masalah itu akan berubah dari sesuatu yang mudah
menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu yang rumit
4
(complicated). Oleh karena masalah-masalah itu dibawa ke dalam pembedahan ilmu,
maka ia menjadi sesuatu yang diperselisihkan dan diperdebatkan. Perselisihan
tentangnya menyebabkan perbedaan dalam cara memandang dunia ( world view),
sehingga pada gilirannya muncul perbedaan ideologi (Husein Al-Kaff, Filsafat Ilmu,)
3. Karakteristik Ilmu
Di samping memiliki syarat-syarat tertentu, ilmu memiliki pula karakteristik atau sifat
yang menjadi ciri hakiki ilmu. Randall dan Buchler mengemukakan beberapa ciri umum
ilmu, yaitu : (1) hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama, (2) Hasil
ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan, dan (3) obyektif tidak
bergantung pada pemahaman secara pribadi.
Sementara itu, Ismaun (2001) mengetengahkan sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai berikut :
(1) obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak
berdasarkan pada emosional subyektif, (2) koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak
kontradiksi dengan kenyataan; (3) reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu
dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi, (4) valid;
produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat
keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun eksternal, (5) memiliki
generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum, (6) akurat; penarikan
kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi, dan (7) dapat melakukan prediksi;
ilmu dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal.
Dan masih adaberbagai pendapat dari tokoh-tokoh lain
Penugasan:
Anda pahami materi terlebih dahulu.
Buatlah dengan bahsamu sendiri secara ringkas dan jelas apa yang dimaksud dengan:
1. Definisi ontologi
2. Buatlah 1 contoh yang berbeda dengan yang disediakan dan dengan bahasa
anda sendiri
3. Apa definisi tentang Ilmu dan apa syaratnya untuk dapat dikatakan sebagai ilmu
NB:
Pekerjaan dikumpulkan pada akhir jam kuliah dengan ketentuan seperti biasa:
5
6